Bakmi Jawa Pak Rebo adalah salah saru kuliner bakmi otentik khas Yogyakarta.

Bakmi Jawa Pak Rebo layak jadi pilihan pecinta kuliner yang sedang mencari santapan khas Yogyakarta. Cita rasa dan otentisitasnya tak perlu diragukan lagi, lantaran sudah teruji dan disukai warga kota pelajar tersebut sejak masa pra kemerdekaan.

Bakmi Jawa Pak Rebo

Kalau berbicara soal kuliner khas Yogyakarta, maka sudah pasti salah satu yang disebut adalah gudeg atau bakmi Jawa. Kuliner yang terakhir ini umumnya muncul di kala sore menuju malam hari dan menyajikan masakan mie dan nasi dengan kearifan lokal dan selera khas lidah orang Jawa.

Jenis masakannya pun cukup beragam. Ada mie goreng, mie godog atau rebus, mie nyemek, nasi goreng, serta magelangan, alias masakan mie dan nasi yang dicampur dan digoreng bersamaan. Dalam masakannya terdapat pelengkap seperti ayam kampung, telur bebek, dan sebagainya.

Bakmi Jawa Pak Rebo adlah pilihan ketika akan menikmati bakmi Jawa yang otentik.
Warung Bakmi Pak Rebo di Yogyakarta. Foto: istimewa

Cara memasaknya pun kebanyakan masih menggunakan anglo tua dan arang, ketimbang kompor modern. Alasannya, suhu yang digunakan untuk memasak lebih pas, serta memberikan aroma khas tersendiri setelah masakan jadi dan dihidangkan.

Yang unik, karena metode memasak itu pula, kerap kali setiap pesanan dimasak satu per satu karena wajan yang digunakan pun tidak besar. Maka terkadang menunggu pesanan tiba bisa sedikit lama, tetapi di sisi lain pengunjung bisa memesan detail pesanan secara personal.

Hal itu tak pernah menyurutkan animo warga Yogyakarta pada kuliner yang disinyalir sudah ada sejak masa pra kemerdekaan ini. Bahkan, tak jarang wisatawan yang mampir ke kota gudeg ini hanya untuk sekedar mencicipi dan menyantap sepiring hangat bakmi Jawa.

Tak sulit pula untuk mencari pedagang bakmi Jawa di kota ini, dengan segala resep dan keunikannya masing-masing. Beberapa di antaranya bahkan sudah berjualan sejak sekian dekade lamanya, seperti halnya bakmi Jawa pak Rebo.

Diceritakan bahwa pak Rebo sudah berjualan bakmi Jawa sejak tahun 1940-an. Ia menjajakan dagangannya sambil memikul alat masaknya dan berkeliling kota, khususnya di sekitar jalan Brigjen Katamso, tempat warung bakmi Jawa pak Rebo sekarang berada.

Warung itu sendiri berdiri pada tahun 1960-an. Hingga kini, wujudnya tak banyak berubah. Dari luar terlihat kecil, bahkan hingga tertutupi oleh gerobak masaknya, sehingga mudah untuk terlewatkan kalau tidak hapal atau tidak melihat spanduknya.

Di spanduknya, tertuliskan “Bakmi Jawa Pak Rebo Kintelan”, karena di belakang warung tersebut merupakan sebuah kampung yang bernama Kintelan. Penanda lainnya yang memudahkan, adalah warung ini berdekatan dengan area wisata Purawisata/Mandira Baruga.

bakmi Jawa Sedang dimasak saru per satu.

Tak hanya itu, sejak dulu hingga kini mereka hanya melayani pengunjung dengan dua anglo untuk memasak, itu pun setiap pesanannya dimasak satu per satu. Sehingga jangan heran kalau sejak warung buka pukul 16.00, sudah banyak pengunjung yang mengantri menunggu pesanan.

Kendati begitu, tetap saja pengunjung silih berganti ramai berdatangan, bahkan kadang-kadang dagangan sudah terjual ludes sebelum jam tutup. Salah satu menu andalan mereka yang paling banyak dicari adalah mie nyemek.

Sejatinya, mie nyemek merupakan varian masakan bakmi Jawa yang berwujud seperti perpaduan antara mie goreng dan mie rebus. Nyemek sendiri dalam istilah bahasa Jawa kurang lebih berarti ‘agak basah’, atau tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering.

Mie nyemek dimasak sedemikian rupa sehingga hanya menyisakan sedikit kuah kental di bawahnya, sehingga mie di atasnya cenderung lebih kering. Sebuah kompromi bagi mereka yang ingin mie goreng dengan sedikit kuah, atau yang ingin mie rebus dengan kuah dikurangi.

Satu hal yang cukup unik di bakmi Jawa pak Rebo adalah beragam opsi yang bisa dipilih mengenai bagaimana mie dimasak. Opsi pertama yang bisa dipilih adalah untuk menggunakan atau tidak menggunakan kecap.

Umumnya, bakmi Jawa dimasak menggunakan kecap untuk memadukan rasa manis dengan rasa gurih racikan bumbunya. Tetapi, di warung ini ada opsi mie yang dimasak tanpa kecap dan hanya mengandalkan rasa gurih dari kaldu dan telur bebeknya.

Ini sedikit berbeda dari kebanyakan bakmi Jawa yang lebih umum dengan lidah warga Yogyakarta yang menyenangi penganan bercita rasa manis. Tetapi, keunikan ini justru membuatnya punya banyak pelanggan tersendiri.

Bakmi Jawa Goreng shutterstock
Bakmi Jawa Goreng. Foto: shutterstock

Cita rasa gurih tersebut berpadu apik dengan pelengkap seperti suwiran ayam kampung, sayur sawi dan bawang goreng. Pengunjung juga dapat menambahkan ekstra bawang goreng dan acar untuk menambah sedap rasa.

Opsi lainnya yang bisa diambil adalah memesan mie goreng, rebus atau nyemek spesial. Di pilihan ini, pengunjung dapat memilih tambahan suwiran ayam yang akan ditambahkan ke dalam masakan, seperti paha, dada, sayap, kepala, ati, ampela, brutu dan uritan.

Sepiring porsi bakmi Jawa pak Rebo dihargai Rp 22 ribu, sedangkan untuk yang spesial dengan tambahan potongan ayam dibandrol Rp 29 ribu. Sebagai catatan, pengunjung juga bisa memilih ingin menggunakan mie atau bihun dengan harga yang sama.

Beberapa pilihan minuman di sini juga cukup menarik. Selain teh, jeruk, tape dan secang panas atau dingin seharga Rp 4 ribu hingga Rp 6 ribu, tersedia beragam wedang hangat seperti wedang sere, wedang jahe, dan wedang uwuh dengan kisaran harga Rp 6 ribu sampai 8 ribu.

Bakmi Jawa pak Rebo buka setiap hari dari jam 16.00 hingga jam 22.00. Namun seperti disebutkan di atas, karena warung hampir selalu ramai oleh pengunjung, maka untuk menghindari kehabisan sebaiknya datang lebih awal dari jam makan malam.

Bakmi Jawa Pak Rebo

Jl. Brigjen Katamso, Yogyakarta

agedandaIndonesia/audha alief praditra

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi