Bakpia Yogya

Bakpia Yogya menjadi pilihan pertama jika orang ingin membawa oleh-oleh dari kota pelajar ini. Tentu saja selain gudeg.

Bakpia Yogya

Makanan tersebut merupakan oleh-oleh tradisional terpopuler dari Yogyakarta. Ada perasaan tidak komplit jika ke Yogyakarta tidak membeli bakpia. Hampir di setiap toko oleh-oleh di kota ini menyediakan makanan ini.

Bakpia sendiri adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu yang, awalnya hanya dengan diisi dengan kacang hijau biasa disebut kumbu dan belakangan muncul dengan sejumlah varian isi, yang dipanggang. Makanan yang dianggap menjadi ciri khas Yogya ini sejatinya berasal dari negeri Cina.

Dari laporan tirto.id yang mengutip penelitian Amelia Puspita Sari dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan judul Bakpia Sebagai Bentuk Akulturasi Budaya Indonesia dan Tiongkok di Bidang Kuliner (Studi Kasus Bakpia 29), tertulis bakpia terbentuk dari pengaruh akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.

Nama bakpia sendiri memang berasal dari dialek Hokkian dengan nama asli Tou Luk Pia yang secara harfiah bermakna kue atau roti berisi daging. Bakpia memang datang dari negeri Tiongkok dibawa para imigran Tionghoa pada awal abad 20. Bakpia masuk Indonesia sejak 1930-an. Di Indonesia, nama makanan ini awalnya dikenal sebagai pia atau kue pia.

Di Indonesia, nama makanan ini awalnya dikenal sebagai pia atau kue pia. Kemudian ia dibawa oleh keluarga-keluarga pedagang Tionghoa yang datang dan kemudian menetap di kota Yogya.

Bakpia awalnya dulu dibuat menggunakan isian daging dan minyak dari babi. Namun, kemudian melihat penduduk Yogya yang lebih banyak yang muslim, bakpia lantas dimodifikasi menjadi kue yang tidak lagi menggunakan minyak babi. Isiannya pun diganti dengan kacang hijau sehingga sepenuhnya menjadi makanan yang halal. Hasil adaptasi cita rasa bakpia ini juga disesuaikan dengan lidah masyarakat Yogyakarta.

Makanan ini pertama kali dibawa pendatang asal Tiongkok, Kwik Sun Kwok, pada 1940-an ke Yogyakarta. Pada saat itu Kwik menyewa sebidang tanah di Kampung Suryowijayan, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta, milik seorang warga lokal bernama Niti Gurnito.

bakpia yogya di antaranya bakpia kukus tugu jogja

Pada awalnya, kue ini hanya menjadi camilan tradisional dalam keluarga. Namun dalam perkembangannya kemudian makanan ini mulai diperjualbelikan ke publik. Salah satu keturunan keluarga Tionghoa, Goei Gee Oee, kemudian memproduksi bakpia sebagai industri rumahan. Bakpia yang didirikannya bernama Bakpia Pathuk 55.

Langkah ini kemudian diikuti oleh Liem Yu Yen sekitar tahun 1948 yang diberi nama Bakpia Pathuk 75. Sampai 1970, praktis bakpia baru diproduksi oleh dua keluarga ini di Pathuk, Yogyakarta.

Pada 1980-an, bakpia semakin populer dan mulai muncul produsen-produsen rumahan bakpia di kawasan Pathuk. Para pembuat bakpia umumnya menggunakan menyulap dapur atau sebagian rumah mereka untuk membuat bakpia. Mereka kemudian membuka toko di rumah masing-masing untuk memasarkan bakpia buatannya. Bakpia dikemas menggunakan dus atau kertas karton. Bakpia-bakpia ini kemudian dikenal dengan sebutan Bakpia Pathuk.

Seperti dikutip dari Jalan-Jalan Kuliner Aseli Jogja (Suryo Sukendro, 2009), pada masa itu, para produsen bakpia belum mengenal istilah merek dagang. Secara sederhana para produsennya menjual dengan merek dagang berupa nomer rumah pembuatnya, seperti Bakpia Pathuk 25, 75 dan masih banyak lagi.

Pelabelan Bakpia merek dagang nomor rumah tersebut hingga saat ini masih tetap dipertahankan. Begitupun, beberapa tahun terakhir mulai ada yang yang menggunakan nama yang bukan nomor rumah.

Berjalannya waktu dan berkembangnya selera masyarakat, bakpia tak hanya berisi kacang hijau dan kumbu ketan hitam. Sejumlah varian isi mulai ditawarkan. Mulai dari coklat, keju, ubi ungu, susu, bahkan hingga tiramisu dan teh hijau. Cara memasakmya pun mulai bervariasi. Jika dulunya hanya dipanggang, belakangan –mungkin terinsprasi model brownis yang dikukus, bakpia muncul pula dengan model kukus.

Pusat-pusat produksi bakpia pun meluas, tidak lagi hanya terpusat di Pathuk. Kini, selain di Pathuk sentra produksi bakpia bisa dijumpai di daerah Glagahsari (selatan Kusumunegara); di daerah Wirobrajan; bahkan di kawasan Minomartani dan jalan Kaliurang di Utara Yogyakarta. Masing-masing dengan kekhasan rasa dan pelanggannya sendiri-sendiri.

Bakpia telah melewati sejumlah zaman dan tetap bertahan sebagai oleh-oleh khas Yogya nomor satu.

Beberapa sentra bakpia khas Yogya.

Bakpia Pathuk 75; Jalan AIP Jl. Karel Sasuit Tubun No.75, Ngampilan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55261

Bakpia Kurniasari; Jl. Glagahsari No.91, Warungboto, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55164

Bakpiaku; Jl. Kaliurang No.81, Kocoran, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

Bakpia Pathuk 25; Jalan AIP Karel Sasuit Tubun No.65, Ngampilan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55261

Bakpia Merlino; Jl. R. E. Martadinata B No.24, Pakuncen, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55253

Bakpia Citra; Jl. Mataram, Suryatmajan, Kec. Danurejan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55213

Bakpia Kukus Tugu; Jl. Kaliurang KM.5,5 No.10A, Manggung, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284

agendaIndonesia

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi