
Percikan air terjun bisa menyegarkan pikiran dan raga yang jenuh dengan kesibukan di kota. Tak perlu jauh-jauh melakukan perjalanan. Bagi mereka yang biasa berakhir pekan e Bandung, atau sebaliknya yang dari ibukota Jawa Barat itu ke Jakarta, sekali-kali bisa membelokkan kendaraannya sedikit.
Percikan Air Terjun
Ada pilihan destinasi yang tidak itu-itu saja di antara Jakarta dan Bandung, kali ini sedikit melipir ke . Tepatnya di Subang Selatan. Ada kesejukan percikan air terjun, atau dalam bahsa Sunda disebut curug.
Jalur untuk mencapainya juga menawarkan jejak petualangan baru. Dari Jakarta, jaraknya 157 kilometer. Sedangkan dari pusat Kota Subang ke arah selatan, jaraknya 37 kilometer. DI sana ada hamparan perkebunan teh nan hijau dengan sederet air terjun.
Walaupun masuk wilayah Subang, lokasinya lebih dekat dengan kota Purwakarta. Dari tol Cipularang, wisatawan bisa keluar di pintu tol Sadang, Purwakarta, dan melanjutkan perjalanan ke arah Wanayasa. Bila berangkat dari Bandung, jaraknya 63 kilometer ke utara melalui Jalan Raya Ciater.
Lalu ada apa saja sajian wisatanya? Pilihan destinasinya ada Curug Cikondang, Cilémpér, Cijalu, hingga Cileat. Semburan air dan hawa sejuknya menyegarkan badan dan pikiran. Obyek wisata ini bisa dijajal dalam dua hari di akhir pekan.

Hari Pertama: Curug Cijalu
Berangkat pagi dari Jakarta atau Bandung. Bila berangkat pukul 06.00 dari Jakarta, dalam kisaran tiga jam pengunjung sudah tiba di Jalan Raya Ciater, Subang. Sedangkan dari Bandung, tidak sampai dua jam.
Tiba di Subang, wisatawan akan disambut hamparan kehijauan perkebunan teh yang berkabut. Selanjutnya, tinggal menuju Jalan Raya Ciater hingga menemukan jalan ke arah Serangpanjang.
Di sana tujuan pertamanya adalah Wisata Curug Cijalu. Pengunjung harus membayar tiket masuk Rp 10 ribu per orang. Adapun tarif kendaraan sebesar Rp 3 ribu-10 ribu, tergantung ukurannya. Kawasan wisata yang berada di Desa Cipancar, Kecamatan Serangpanjang, ini tidak sulit dicapai. Jalan masuknya beraspal. Area parkir utama akan ditemui setelah 20 menit berkendara dari gerbang. Selanjutnya berjalan kaki.
Sudah ada juga beberapa warung makanan dan cenderamata. Tersedia pula ruang lapang bagi pengunjung yang ingin beraktivitas atau bahkan untuk mereka yang ingin berkemah.
Sekitar 10 menit berjalan dari area parkir, wisatawan bisa menemukan air terjun kecil menuruni batuan alami di sisi kiri, namanya curug Cikondang. Tingginya kira-kira 30 meter. Percikan air terjun nya cukup memberikan kesegaran.
Berjalan kaki lagi 10 menit, ada teras air terjun yang airnya berasal dari Gunung Sunda. Di area sebelum teras, pengunjung bisa menemukan sejumlah kupu-kupu bersayap panjang. Yang indah, kupu-kupu ini dari bagian belakang tubuhnya seperti terlihat semprotan cairan setiap sekitar dua detik sekali.
Kupu-kupu tersebut dikenal sebagai The Green Dragon Tail (Lamproptera meges), biasanya hidup di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Ternyata, meski dikenal sebagai Curug Cijalu, air terjun utama setinggi 50-60 meter tersebut aslinya bernama Cilémpér. Menurut sejumlah pedagang di sana.
Sudah dua curug, tapi belum juga bertemua dengan curug Cijalu. Maka timbul pertanyaan, di manakah Curug Cijalu yang sebenarnya?”
Rupanya cucug yang satu ini masih dikeramatkan. Penduduk, jika tak sedang sibuk berladang, biasanya tidak segan mengantarkan hingga ke air terjun itu.
Perlu tambahan waktu sekitar satu jam untuk menemukannya dari Curug Cilémpér, dengan melintasi jalur basah dan hutan kecil. Selain itu, ada syarat khusus, yakni hanya pengunjung laki-laki yang boleh bermain atau mandi di air terjun yang satu ini. Kaum hawa harus menahan diri untuk menikmati percikan air terjun. Sepulang dari air terjun setinggi 15-20 meter itu, saatnya beristirahat.
Malam bisa dihabiskan menginap di sekitar Ciater. Ada sejumlah penginapan yang menawarkan beragam akomodasi.
Hari Kedua: Curug Cileat
Keesokan harinya, waktunya mengunjungi Curug Cileat. Jalurnya lebih menantang dibanding dengan tiga air terjun sebelumnya. Letaknya juga tidak dekat dari ketiganya. Harus berkendara lagi untuk mencapai Dusun Cibago, Desa Mayang, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang.
Kawasan air terjun ini dikelola penduduk sekitar. Tiket masuknya Rp 5 ribu. Disarankan untuk menggunakan jasa pemandu lokal karena lama perjalanannya sekitar 2-2,5 jam. Jalurnya menanjak, berupa medan tanah dan batu yang bersisian langsung dengan hutan kecil dan jurang. Pastikan perbekalan air minum dan makanan mencukupi karena tidak ada warung di sepanjang perjalanan.

Sebelum keluar dari Cibago, berhati-hatilah melangkah. Warga memiliki rutinitas menjemur hasil panen di ruas jalan, semisal biji kopi. Bila merasa lelah, Anda dapat beristirahat sejenak sambil menikmati percikan air di beberapa sisi dinding tebing. Saat bersentuhan dengan sinar matahari, percikan air ini akan memunculkan pelangi. Tak hanya itu, sambil beristirahat, mungkin ada kupu-kupu, capung warna-warni, dan bahkan elang Jawa yang menemani.
Setelah melalui apitan batu menyempit yang dirimbuni pepohonan dan semak terakhir, titik-titik air akan mulai terasa menerpa wajah. Tak lama berselang, terlihat jelas curahan air dari ketinggian sekitar 100 meter di lekuk dinding tebing. Cantik sekali. Itulah sambutan “Selamat Datang” dari percikan air terjun Cileat.
Semakin mendekat, air semakin deras memercik. Hati-hati bila membawa kamera. Lantas, bila tergoda untuk mengelilingi Cileat, menerobos ke balik air terjun seperti yang dilakukan oleh umumnya para pemandu, Anda perlu mewaspadai permukaan pijakan yang licin. Setelah perjalanan panjang, asiknya berlama-lama di lokasi hingga benar-benar puas menghirup udara segar dan tepercik air dingin. Sore nanti, tentu saja harus kembali ke kota asal.
agendaIndonesia
*****