Singkawang, kota oriental sejak tahun 1800-an

Singkawang kota oriental yang khas di Indonesia. Kota di Kalimantan Barat ini memang identik dengan etnis Tionghoa dan perayaan Cap Go Meh.

Singkawang Kota Oriental

Kota yang dijuluki Kota Seribu Kuil karena vihara atau kelenteng ada di setiap sudut kotanya ini memang tumbuh dari etnis Tionghoa. Tahun 1800-an saat Belanda masih menjajah Indonesia, Singkawang menjadi tempat transit para penambang emas dan pedagang dari Cina. Percampuran etnis Tionghoa, Dayak, Melayu, Jawa dan lain-lain di Singkawang menghasilkan budaya yang beragam.

Letaknya strategis, dikelilingi gunung, sungai dan laut, maka dalam bahasa Tionghoa (Hakka) disebut San Kew Jong yang berarti “terletak antara Gunung (dan) Mulut Lautan” atau suatu tempat yang terletak di kaki gunung menghadapke laut.

Singkawang, kota oriental yang dikenal juga dengan sebutan kota 1000 kelenteng.
Kelenteng Budi Dharma, kelenteng yang terbesar di kota Singkawang, Kalimantan Barat. Foto: dok. shutterstock

Kini sebagai kota perdagangan terbesar kedua di Kalimantan Barat, Singkawang memperdagangkan hasil bumi seperti produk pertanian, tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, hasil kerajinan dan industri kecil. Ia juga menampung dan mendistribusikan barang sandang, alat-alat pertanian dan lainnya. Pabrik pupuk organik terbesar se-Asia Tenggara, Sinka Sinye Agrotama (SSA) dan pasokan ayam, telur serta ternak babi terbesar se-Kalimantan Barat berada di sini.

Kota ini dikelilingi beberapa gunung atau bukit, yaitu Gunung Poteng dan Gunung Raya yang menjadi jalur trekking wisatawan dan tempat tumbuhnya bunga Raflesia Arnoldi (bunga terbesar di dunia) dan Anggrek Singkawang.

Selain itu ada Gunung Passi yang memiliki cagar alam seluas 2.760 hektare, serta Gunung Sari dengan hotel dan restoran yang berpemandangan ke Kota Singkawang.

Di lereng Gunung Poteng ini terdapat Batu Belimbing, yaitu sebuah batu besar berlekuk-lekuk hampir menyerupai buah belimbing. Ada yang berpendapat batu ini adalah bagian dari asteroid yang jatuh ke bumi. Areal taman tempat batu ini berjarak sekitar 8 kilometer sebelah timur pusat Kota Singkawang.

Obyek wisata lain adalah pantai Pasir Panjang. Pantai berpasir putih dan berombak tenang ini menghadap ke laut Natuna serta beberapa pulau kecil seperti Pulau Lemukutan, Pulau Kabung dan Pulau Randayan. Wisatawan bisa menyewa perahu kecil atau speed boat untuk menuju pulau tersebut.

Singkawang, kota oriental juga memiliki potensi wisata alam, salah satunya adalah pantai Pasir Panjang.
Pantai Pasir Panjang di luar kota SIngkawang yang menjadi andalan pariwisata kota ini. Foto: Dok. shutterstock

Di sekitar pantai terdapat hotel, cottage, toko dan fasilitas lainnya. Pasir Panjang dan Palm Beach yang sepesisir sangat cocok untuk menikmati pemandangan matahari terbit dan tenggelam, seka- dar bermain pasir atau memancing.

Sinka Island Park adalah obyek wisata yang terletak di selatan kota Singkawang. Berbagai fasilitas hiburan modern dan alami untuk keluarga tersedia. Berjarak 500 meter darinya terdapat Sinka Zoo yang menampilkan hewan-hewan langka lokal maupun luar daerah. Sedangkan danau Serantangan di Singkawang Selatan merupakan danau alami seluas 400 hektare yang disukai pemancing karena banyak ikannya.

Sekitar 6 kilometer dari pusat kota juga terdapat Danau Biru. Danau ini sebenarnya bekas tambang emas ilegal beberapa tahun lalu. Pemandangan matahari terbit dan terbenam di danau ini sangat indah berupa paduan langit yang biru lazuardi dan air berwarna biru turquoise dengan kebun kelapa sawit yang rindang dan rapi di kejauhan, gunung-gunung bernuansa hijau tua serta hamparan bebatuan yang terbentuk oleh air hujan.

Jumlah penduduk Singkawang sekitar 241 ribu orang dengan mayoritas penduduk adalah orang Hakka/Kek sekitar 42 persen; selebihnya orang Melayu, Dayak, Jawa dan pendatang lainnya. Namun percampuran etnis yang harmonis tampak terlihat di pusat Kota Singkawang di mana Mesjid Jami yang terbesar berdiri tidak jauh dari Vihara TriDharma Bumi Raya, kelenteng tertua di Singkawang.

Kawasan pusat kota yang dihiasi bangunan-bangunan tua bertingkat dua khas Tionghoa ini berubah saat malam hari. Selepas waktu magrib Jalan Setiabudi dan sekitarnya menjadi kawasan kuliner yang disebut Pasar Hong Kong. Hingga dini hari area tersebut diramaikan gerobak-gerobak penjual makanan khas malam seperti martabak, mie bakso ayam, kwetiau goreng, nasi goreng, kue-kue basah dan lain-lain. Label halal dan non-halal tertera di gerobak sehingga pembeli mudah memilih. Di beberapa sudut juga ada pedagang pasar tradisional yang berjualan sayur mayur, buah atau daging.

Singkawang, kota oriental tercermin juga pada makanannya, seperti choipan dan bakmi.
Choi pan atau Caikue, makanan khas Singkawang dan Pontianak. Foto: dok shutterstock

Pengunjung dapat menyantap makanan sambil duduk di bangku-bangku yang tersedia di pelataran depan bangunan tua yang tampak eksotis saat malam hari. Kalau enggan makan di luar, masih banyak toko yang buka, misalnya Bakmi 68 di sudut Jalan Pangeran Diponegoro. Bakmi yang terkenal enak dan sudah ada sejak tahun 1960 ini tidak pernah sepi, walaupun malam hari.

Menurut Herry Liu, pemiliknya, bakminya khas dengan isi yang beragam

yaitu bakso daging sapi, udang, babat, daging ayam, tauge, dan lain-lain. Yang juga menarik bagi pembeli adalah cara Harry meniriskan mie dengan melemparkannya ke udara. Cara serupa juga dipakai oleh Haji Aman di warung mie keringnya yang maknyus. Di tempat ini mie-nya lebih tipis dan cara menyantapnya tidak mengguyur kuah bakso ke dalam mangkuk mi, melainkan dihirup terpisah.

Kuliner lain khas Singkawang adalah bubur. Salah satunya Bubur Kelenteng, disebut demikian karena letak warungnya yang persis di depan Vihara TriDharma. Berbeda dengan bubur ayam biasa, bubur ini berkuah. Rasanya gurih dan nikmat. Ada pula ‘bubur ped- as’ yang tidak pedas melainkan sangat sehat karena campurannya berupa sayur kangkung, tauge, wortel, kacang tanah, ikan teri, irisan daging sapi dengan kuah dari kaldu daging sapi. Tampilan bubur ini agak hitam akibat beras yang disangrai dahulu sebelum dimasak. Tapi rasanya sangat enak.

Singkawang juga memiliki industri kerajinan keramik yang istimewa karena handmade, proses pembuatannya tradisional dan merupakan warisan leluhur yang dikerjakan secara turun temurun. Keramik ini sangat disukai karena seni artistiknya tinggi, dan kini sudah diekspor ke mancanegara. Pabriknya bernama Sinar Terang, berlokasi di Desa Sakok, 10 menit dari Singkawang. Pemanggangannya yang menggunakan ‘tungku naga’ adalah satu-satunya pengerjaan yang masih bertahan di dunia.

agendaIndonesia

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi