3 Menu Minahasa Nan Pedas dan Berempah

Cakalang Fufu di Minahasa

3 menu Minahasa nan pedas dan berempah ini layak untuk diburu saat kita pergi ke Manado dan sekitarnya.

3 Menu Minahasa Aroma laut

Melancong ke Sulawesi Utara memang tak lengkap rasanya kalau tidak menjajal olahan hasil baharinya. Di tanah yang kondang dengan sebutan Celebes itu, beragam jenis ikan bisa ditemui. Sebut saja ikan cakalang, roa, dan nike. Bila diolah dengan bumbu-bumbu lokal yang khas—pedas dan berempah—nikmatnya bakal menggoyang lidah. Berikut 3 pilihannya.

Cakalang Fufu Ahmad Yani

Bila melintas di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Sario—kurang lebih 2,7 kilometer dari Zero Point—mata akan disegarkan dengan deretan penjual yang menjajakan cakalang fufu. Mereka membuka lapaknya di pinggir-pinggir jalan. Dagangannya dibiarkan terpajang di atas meja. Orang lewat akan tergoda melihat olahan ikan yang dibumbui garam dan bubuk soda, diasap, dan dijepit kerangka bambu itu. Tampilan yang cokelat keemasan dan aroma anyir laut yang merebak tak mampu ditampik.

Di sana, cakalang fufu ditawarkan dalam aneka ukuran, mulai 500 gram hingga 2 kilogram. Harganya pun dibanderol mulai Rp 50 ribu untuk ikan yang paling kecil hingga Rp 200 ribu untuk yang paling besar. Meski bisa dimakan langsung, menjadi makanan pendamping nasi, atau diolah lagi. Misalnya dimasak woku, dengan komplemen bumbu khas Minahasa. Enak juga dipotong kecil-kecil dan dimakan dengan nasi hangat. Tentu plus sambal roa atau dabu-dabu.

Cakalang fufu bisa dijadikan alternatif oleh-oleh untuk kerabat di luar kota. Sebab, teksturnya kering dan tidak berair. Bila disimpan di tempat sejuk, bisa tahan sampai satu pekan. Tak cuma bisa menemui cakalang fufu, di sepanjang Jalan Ahmad Yani, pelancong bisa berbelanja sambal roa dan terasi ikan, yang diproduksi langsung dari Buton.

Oleh-oleh Cakalang Fufu

Jalan Ahmad Yani, Sario, Manado, Sulawesi Utara

Buka pukul 09.00-21.00 Wita

Perkedel Nike Raja Oci

Olahan nike, ikan yang hanya hidup di Danau Tondano Tomohon—dan Sungai Bone Gorontalo—menjadi makanan yang dicari para pelancong tatkala mereka bertandang ke Manado. Salah satu restoran yang menyajikan masakan ikan mungil berwarna transparan ini adalah Raja Oci, yang beralamat di Jalan Sudirman. Orang beramai-ramai datang ke kedai makan yang telah buka sejak 1994 tersebut.

Fajar Anggun Putra, si pemilik restoran, berhasil mengenalkan perkedel nike yang membuat pengunjung ketagihan. Rasanya unik. Sedikit amis, tapi tidak membuat eneg. Teksturnya lebih keras daripada perkedel perkedel kentang atau perkedel daging. Namun rasanya jauh lebih gurih. Ada aroma ikan yang khas, yang tidak bisa ditemui di olahan perkedel pada umumnya. Bentuknya pun tak bundar, namun gepeng layaknya bakwan jagung.

Perkedel nike cocok dinikmati bersama pakis tumis pepaya, goropa atau kerapu woku, dan oci atau ikan gembung bakar. Tentu makin lezat bila dicocol sambal dabu-dabu yang pedas menggugah selera, plus nasi putih hangat. Harga seporsi perkedel, isi lima, Rp 30 ribu.

Raja Oci

Jalan Jendral Sudirman Nomor 85, Pinaesaan, Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara

Buka pukul 11.00-22.00 Wita

Mujair Woku Si Neleyan

Masakan woku memang tak bisa dilepaskan dari budaya makan masyarakat Minahasa. Sajian berkuah kuning kental ini selalu berhasil menggoda penikmat kuliner untuk menjajalnya sewaktu berkunjung ke Sulawesi Utara. Salah satu yang patut dicoba adalah masakan woku di restoran milik Wali Kota Tomohon Jimmy Eman. Lokasinya di Tomohon, satu jam waktu perjalanan dari Zero Point Manado.

Bila biasanya bahan utama woku adalah ikan laut, di restoran berkapasitas 200 orang ini, woku disajikan menggunakan air tawar. Ikannya menggunakan mujair yang segar lantaran langsung dijaring dari kolam yang berlokasi di samping warung tersebut. Mujair diolah matang, namun tak terlalu masak. Tekstur ikannya tidak rusak. Bagian-bagian tubuhnya pun masih utuh, tak ada yang meluruh atau larut dengan bumbu. Ikan seberat 500 gram itu lantas disiram dengan kuah kuning. Warna kuning berasal dari kunyit.

Kala dihirup, aromanya kental dengan rempah-rempah. Yang paling menyengat adalah daun woka– daun lontar yang umum dipakai untuk membungkus nasi. Aroma lain, yang berasal dari daun jeruk, daun pandan, dan jahe, melengkapi dan menyeimbangkan, menghasilkan wewangian yang khas, lagi harmonis. Tak ada yang terlalu tajam dan membikin eneg.

Mujair woku ini dibanderol dengan harga Rp 60 ribu, bisa dinikmati bersama dua orang lainnya. Makannya disandingkan dengan kangkung bunga pepaya untuk menyamarkan bau amis dan perkedel jagung untuk memberikan sensasi kriuk. Tak lupa disantap dengan nasi putih hangat.

Si Neleyan

Jalan Raya Tomohon, Talete 1, Tomohon, Sulawesi Utara

Buka pukul 09.00-21.00 Wita

F. Rosana/A. Prasetyo

Manado Dalam 1 Cangkir Kopi

Manado dalam 1 cangkir kopi

Manado dalam 1 cangkir kopi, mungkin ini jarang dibayangkan orang tentang ibukota Sulawesi Utara itu. Kulinari Manado, tentu saja, dipersepsi banyak orang dari luar wilayah ini adalah masakan-masakan eksotis. Kita mungkin akan membayangkan Pasar Beriman Tomohon. Tapi, kopi?

Manado Dalam 1 Cangkir Kopi

Dalam beberapa tahu terakhir ini, sesungguhnya kota Manado mulai dibanjiri warung-warung kopi. Ini terjadi seiring dengan hadirnya tempat-tempat nongkrong anak muda di sana. Misalnya saja, di kawasan perekonomian Gunung Mas. Atau tempat yang sering disebut boulevard.

Ada yang warung kopi biasa, tapi tak kurang kafe-kafe kopi modern. Ini memunculkan kebiasaan atau coffee culture baru di sini. Bersosialisasi seraya mencecap secangkir kopi.

Gaya ini segera saja meluas ke belbagai kota di sekitar Manado, termasuk Tomohon. Di tanah yang dingin itu, kopi menjadi sahabat pergaulan.

Jika sempat mampir ke Manado, ada beberapa pilihan kedai kopi yang layak dikunjungi sambil menikmati kota Tinutuan ini.

Secangkir Kopi Para Egalitarian

Ada sebuah gang kecil bernama Jalan Roda bila pelancong menjejakkan langkah 500 meter dari Zero Point Manado. Namun, kalau tak teliti betul, Warung Jarod—begitulah warga sekitar biasa menyebut— yang terletak di area Pecinan, tidak bakal tampak. Sebab, muka gang dipenuhi oleh parkir kendaraan roda dua. Gang itu juga bukan jalan lalu lintas umum. Keberadaannya sudah disulap menjadi tempat nongkrong.

Tepat di badan gang, kursi-kursi plastik dan meja kayu ditata memanjang. Dari pangkal sampai ujung, kedai-kedai sederhana berdiri. Seluruhnya menjajakan kopi, juga pisang goreng sambal roa khas Negeri Celebes. Aroma khas biji kopi Kotamobagu yang sudah dihaluskan merebak memenuhi gang, mulai pukul 7 pagi hingga tengah malam.

Pengunjung yang datang tak terbatas pada kalangan tertentu. Pejabat, pegawai negeri sipil, anak muda, ibu rumah tangga, buruh kasar, dan pengangguran, semua terlibat dalam obrolan satu meja. Sembari meneguk kopi seharga Rp 6.000 yang nikmat, juga pisang goreng Rp 10 ribu per 20 biji, mereka riuh membicarakan isu-isu terhangat. Soal politik, ekonomi, budaya, hingga gosip para pemeran opera sabun. Warkop Jarod, nama bekennya, mencitrakan sebuah tempat ngopi yang egaliter: tak membedakan kelas, meleburkan semua status sosial.

Warkop Jarod

Alamat: Jalan Roda, Pinaesaan, Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara

Kopi, Musik, dan Senandung Para Dara

Lain Warkop Jarod, lain pula Rumah Kopi Billy. Kafe sederhana yang sudah 5 tahun berdiri, dan berlokasi di Jalan Sam Ratulangi, Manado, itu jadi tempatnya anak muda mengobrol santai sembari berbagi canda. Tak tampak wajah-wajah separuh baya menduduki kursi. Pun begitu dengan ibu-ibu rumah tangga. Semuanya berwajah 20-30-an. Sambil mengobrol, suara-suara merdu pengamen, yang umumnya mahasiswa mencari dana untuk kegiatan, memenuhi ruangan. Gerombolan silih berganti. Mayoritas yang bersenandung adalah dara-dara manis, sementara para pria bertugas menabuh cajon atau memetik gitar.

Suasana makin cair ditemani secangkir kopi. Sama dengan Warkop Jarod, kopi di sini menggunakan kopi asli Kopikotamobagu. Kopi robusta itu rasa dan aroma khas. Nikmat disantap bersama susu kental manis. Perpaduan gurih, manis, dan pahit bercampur, layaknya obrolan yang terceletuk dari muda-mudi yang mengobrol seru di tempat itu.

Umumnya, kopi seharga Rp 9.000 ini enak disantap bersama pisang goroho goreng seharga Rp 20 ribu atau mi cakalang seharga Rp 18 ribu. Kenikmatannya mencapai puncak kala kopi disajikan bersama klapertart khas Manado yang bisa dibeli di tempat terpisah, misalnya di Klapertart Chstine, yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso.

Bila Rumah Kopi Billy di Jalan Sam Ratulangi penuh, pengunjung bisa beranjak ke cabangnya yang terletak di Jalan 17 Agustus.

Rumah Kopi Billy

Jl. Sam Ratulangi No.134, Titiwungan Utara, Sario, Kota Manado, Sulawesi Utara

Minum Kopi Berlatar Danau Linow

Minum kopi saja sudah nikmat, apalagi sambil memandang lanskap yang menawan. Di kompleks wisata Danau Linouw, terdapat restoran yang menyajikan hidangan utama kopi Kotamobagu dan pisang goroho tepung goreng. Ada juga pisang spatu yang jadi pemanis. Kedai cukup mewah itu tak bernama. Namun orang sering menyebutnya Kafe atau Restoran Linow.

Pemilik, yang juga seorang aktivis keagamaan, mengelola restoran sekaligus danau. Jadi, pengunjung cukup membayar Rp 25 ribu untuk secangkir kopi Kotamobagu sekaligus sebagai dana retribusi masuk danau. Sementara, pisang goreng dijual Rp 25 ribu per piring.

Di muka danau, kopi yang memang sudah memiliki citra rasa legit, terasa tambah nikmat. Menyeruput secangkir, sembari memandang keindahan bentang alam, serta bukit yang mengelilingi, menjadi cara untuk menyempurnakan liburan di Tomohon.   

Restoran Danau Linow

Alamat: Lahendong, Tomohon Selatan, Kota Tomohon, Sulawesi Utara

F. Rosana