Pulau Kelor Labuan Bajo, Bukan Sekadar Persinggahan

Tarian Komodo, Pulau Kelor di labuan Bajo

Pulau Kelor Labuan Bajo punya banyak keindahan, hanya saja selama ini tidak banyak yang langsung mengunjunginya. Ia hanya “kadang-kadang” ikut dikunjungi jika ada wisatawan yang datang ke Pulau Komodo atau kawasan di sekitar itu.

Pulau Kelor Labuan Bajo

 Pernah mendengar gaung Pulau Kelor di Nusa Tenggara Timur? Tentu namanya tak sekondang Pulau Padar atau Pulau Komodo. Julukannya adalah tempat mampir. Citranya sebagai “pulau persinggahan” melekat dalam daftar trip berlayar atau sailing.

Biasanya, pulau ini disinggahi pelancong sebelum mereka kembali mendarat di kota Labuan Bajo. Atau, malah jadi tempat “pemanasan” sebelum berlayar menuju tujuan utama, yakni Pulau Komodo atau Pulau Padar. “Biasanya, para tamu latihan tracking dulu di Pulau Kelor. Baru setelahnya melanjutkan sailing,” kata Lulang, nakhoda kapal, yang mengantar penulisawal Januari lalu di Labuan Bajo.

Padahal, keindahan Kelor patut bersanding dengan pulau-pulau lainnya. Di pulau itu, terdapat sebuah bukit kecil. Pengunjung bisa mendaki. Tak tinggi-tinggi amat, tapi cukup terjal. Kemiringannya hampir 60 derajat.

Cukup sulit untuk pendaki pemula. Bukitnya licin lantaran ditumbuhi rerumputan. Juga tak ada penampangnya di kanan dan kiri. Namun, kalau sudah sampai puncak, hamparan laut bergradasi jadi obat letih.

Puncak Kelor menghadapkan pendakinya pada gugusan Pulau Menjaga. Bentuknya mirip jajaran kerucut yang berbaris dan berlapis-lapis. Pemandangan kapal yang mendarat di bibir pantai juga tak pelak menyempurnakan eksotisme Pulau Kelor.

Pengunjung tak cuma disajikan keindahan dari puncak bukit. Dengan aktivitas snorkeling pun, penampakan biota laut yang sehat turut menjadi “menu” utama. Ratusan jenis ikan berseliweran dan terumbu karang yang berwarna-warni terlihat seperti lukisan bawah laut yang hidup.

Pulau Kelor 02
Pantai Pulau Kelor tempat mendarat

Untuk menikmati Pulau Kelor lebih lama, pengunjung bisa berkemah semalaman dan menggelar tenda dom. Namun, perlu membawa logistik yang lengkap. Sebab, tak ada warung atau rumah penduduk di sini. Pastikan pula membawa kembali sampah-sampah bekas makanan atau minuman, supaya pulau tak ternoda oleh limbah.

Pulau Kelor letaknya cukup dekat dengan Kota Labuan Bajo. Kalau berlayar, waktu tempuhnya tak sampai 30 menit. Bahkan, bisa naik kapal nelayan kecil. Biaya sewa kapal untuk menuju pulau ini berkisar Rp 600 ribu pergi-pulang. Satu kapal muat untuk enam hingga tujuh orang.

 

Rosana

Melihat Komodo di Pulau Rinca yang Asyik

Tarif masuk pulau komodo diberlakujkan untuk menunjang upaya pelsetarian lingkungan.

Melihat Komodo di Pulau Rinca mungkin belum banyak orang yang tahu. Biasanya untuk melihat hewan melata ini, wistawan langsung ke pulau Komodo, di Nusa Tenggara Timur.

Melihat Komodo di Pulau Rinca

 Pulau Rinca adalah pulau terbesar kedua setelah Pulau Komodo di gugusan Kepulauan Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Pulau yang hanya bisa ditempuh menggunakan kapal nelayan atau speed boat dari Kota Labuan Bajo ini merupakan habitat hidup komodo.

Sekitar 1.300 ekor komodo hidup bebas di pulau yang tercatat sebagai wilayah penangkaran tersebut. Pada bulan-bulan tertentu, seperti Juni hingga Agustus, spesies kadal terbesar ini akan memasuki masa kawin. Kalau beruntung, wisatawan yang datang ke Pulau Rinca pada bulan-bulan tersebut bakal menyaksikan cara komodo bereproduksi.

Proses reproduksi per pasang komodo tergolong lama, yakni mencapai 7 hingga 8 jam. Maka, dalam sehari, kira-kira sebelas rombongan wisatawan yang datang ke pulau tersebut bakal menyaksikan pertunjukan langka itu.

Dalam prosesnya, komodo betina, yang jumlahnya tercatat lebih sedikit daripada komodo jantan, akan menjadi “rebutan”. Komodo jantan tak pelak berperang untuk mengawini komodo betina. Komodo betina juga tak menutup kemungkinan akan dikawini oleh lebih dari satu komodo jantan.

Setelah musim kawin, komodo menetaskan 15-30 telur dengan masa inkubasi kurang lebih sembilan bulan. Saat penulisdatang ke Pulau Rinca pada 9 Januari 2018, beberapa komodo betina tengah mengerami telurnya. Tak seperti hewan lain yang melindungi telur di bawah perutnya, komodo akan membuat lubang dan menanam telur di bawah tanah.

Fidel Hardi, ranger asal Manggarai Barat, yang ditemui di Pulau Rinca, mengatakan, masing-masing komodo betina akan memilih satu titik lokasi untuk dijadikan sarang. “Di titik itu, akan dibuat banyak lubang. Tapi lubang yang berisi telur hanya satu,” tutur Fidel. Lubang yang lain dipakai untuk mengelabuhi musuh dan menjauhkan telur dari serangan siapa pun, baik komodo maupun hewan lain. “Karena mungkin saja telur itu dimakan komodo lain. Sebab, pada dasarnya, mereka adalah hewan kanibal,” kata Fidel.

Komodo betina juga tidak setiap hari menunggui sarang atau mengeraminya. Mereka bakal pergi untuk mencari makan. Hanya sesekali komodo betina datang ke sarang tersebut. Setelah enam bulan, komodo betina benar-benar akan meninggalkan telur-telur yang masih tertanam di bawah tanah.

Saat menetas, bayi komodo tidak akan melihat induknya. “Jadi mungkin saja kalau besar nanti, anak komodo itu akan mengawini atau makan ibunya sendiri,” ucap Fidel. Dari 15-30 butir telur, hanya kira-kira 2-3 komodo yang menetas. Komodo bayi akan mengorek-korek tanah dan mencari makan berupa hewan-hewan kecil, seperti serangga melata dan cicak.

Pulau Rinca Komodao
Melihat Komodo di Pulau Rinca.

Untuk menyaksikan komodo di Pulau Rinca, wisatawan perlu menyewa kapal dari Labuan Bajo. Biaya sewanya berkisar mulai Rp 1 juta per kapal. Kapal muat diisi hingga sepuluh orang, termasuk awak kapal. Bila low season, seperti bulan Januari itu, kapal menuju Pulau Rinca bisa disewa dengan biaya lebih murah, yakni sekitar Rp 750 ribu per kapal.

 

 

Rosana

Kunjungan Ke Labuan Bajo Turun 50 Persen

Tarif masuk pulau komodo diberlakujkan untuk menunjang upaya pelsetarian lingkungan.

Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam satu bulan terakhir ini menurun drastis alias anjlok. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat Agustinus Rinus mengatakan, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara itu dihitung mulai dari Februari-Maret 2020.

Kunjungan ke Labuan Bajo Turun


Kondisi itu, kata Agustinus, jauh berbeda dengan kunjungan wisatawan mancanegara pada periode yang sama pada tahun 2019 lalu. “Kunjungan wisatawan mancanegara ke Labuan Bajo, turun hampir 50 persen,”ujar Agustinus di Labuan Bajo, seperti dikutip kantor berita Antara, Rabu 6 Januari 2020.

Agustinus menjelaskan, pada Februari-Maret 2109, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 6.308 orang. Namun, pada Februari-Maret 2020 kunjungan wisatawan asing turun sebesar 3.459 orang, atau lebih dari separuhnya. Hal yang sama, lanjut Agustinus, juga terjadi pada wisatawan lokal. Pada tahun 2019 lalu sebanyak 84 orang, turun menjadi 43 orang pada tahun 2020 ini.

Sementara itu, jumlah kunjungan wisatawan nusantara  justru mengalami kenaikan. Pada Februari-Maret 2019 lalu, kedatangan wisatawan nusantara ke Labuan Bajo sebanyak 2.316 orang. Kemudian naik menjadi 5.536 pada periode yang sama tahun 2020. “Wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal menurun cukup signifikan. Sedangkan wisatawan nusantara naik sedikit,” ujar dia.


Dampak dari kunjungan wisatawan mancanegara yang menurun tersebut, kata dia, membuat sejumlah usaha pariwisata di Labuan Bajo menjadi sepi. Penyebab penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara itu adalah akibat merebaknya virus corona. “Ada 4.412 orang yang bekerja di sektor pariwisata, sebagain besarnya dirumahkan karena dampak dari Covid-19 ini,” kata Agustinus. Agustinus berharap, pandemi corona ini bisa segera berakhir di dunia dan Indonesia, sehingga wisatawan bisa kembali berkunjung ke Labuan Bajo.

Kunjungan ke Labuan Bajo turun drastis akibat pandemi.
Kunjungan ke Labuan Bajo Turun drastis akibat pandemi. Pulau Padar di kawasan Labuan Bajo termasuk yang terkena dampak. Foto:sthutterstock


Secara terpisah, dilaporkan bahwa proses pembangunan sarana dan prasarana pariwisata di lembah Loh Buaya, Pulau Rinca, Labuan Bajo yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat saat ini sudah mencapai 35 persen.

“Penataan sarana prasarana wisata alam di lembah Loh Buaya, Pulau Rinca sampai 31 Oktober sudah mencapai 35 persen dari rencana yang akan selesai pada Juni 2021,” kata Kepala Balai Taman Nasional Komodo Lukita Awang Nistyantara.

Menurut Lukita, saat ini proses pembangunan tengah memasuki tahap pembongkaran bangunan eksisting dan pembuangan puing, pembersihan pile cap dan tiang pancang. Sebanyak lima sampai 10 ranger per hari ditugaskan untuk mengamankan satwa dan pekerja selama proses pembangunan.

Penataan di lokasi habitat komodo itu antara lain mencakup revitalisasi dermaga Loh Buaya, pengaman pantai, elevated deck, pusat informasi serta pondok ranger, pemandu dan peneliti. Semua fasilitas itu akan dibangun di lokasi lama. Lokasi itu berada pada ruang publik di zona pemanfaatan areal seluas 1,3 hektare.

Sebelumnya terkait pembangunan itu, Balai Taman Nasional Komodo memutuskan untuk menutup sementara pulau Rinca dari kunjungan wisatawan sampai Juni 2021. Penutupan dilakukan demi kelancaran proses pembangunan dan keamanan satwa. 

Balai Taman Nasional (TN) Komodo menyatakan penataan sarana prasarana wisata alam di resor Loh Buaya, Pulau Rinca, yang masuk dalam kawasan TN Komodo dilakukan untuk peningkatan kualitas pelayanan publik secara berkelanjutan. Kepala Balai TN Komodo Lukita Awang mengatakan peningkatan kualitas pelayanan publik itu dilakukan karena melihat tren peningkatan wisatawan selama lima tahun terakhir yang cenderung meningkat.

“Tentunya penataan yang lebih terkonsentrasi pada satu titik akan lebih menjamin proses pelaksanaan ekowisata yang aman untuk jangka panjang,” katanya.

Lukita mengatakan penataan itu juga sudah melalui proses yang cukup panjang, yang mana terkait dengan perizinan dan pertimbangan ilimiahnya. Ia juga mengatakan Balai TN Komodo bersama mitra terus memantau perkembangan penataan setiap harinya guna memastikan agar integritas ekosistem dan kelestarian satwa Komodo (Veranus Komodoensis) tidak terganggu. Protokol Covid-19 pun tetap diterapkan di lapangan.

Ia menjelaskan TN Komodo memiliki luas 173.300 hektare (ha). Dari luas itu 58.499 ha adalah daratan dan 114.801 ha adalah kawasan perairan yang dikelola dengan sistem zonasi dan pendekatan Resort-Based Management.

Resor atau Pos Jaga Loh Buaya adalah salah satu dari 13 resor penjagaan di Taman Nasional Komodo. Loh Buaya sendiri memiliki luas wilayah sebesar 15.059,4 ha, 129.47 ha merupakan zona pemanfaatan wisata daratan atau 0,22 persen dari total luas wilayah daratan Taman Nasional Komodo.

agendaIndonesia

*****