Desa Tegallalang Bali menjadi tempat untuk menikmati alam.

Ubud Bali adalah keselarasan manusia dan alam, melalui capaian seni dan budaya. Pasti bukan hanya Elizabeth Gilbert, penulis buku Eat, Pray, Love yang mengamini itu.

Ubud Bali

Sempat dinobatkan majalah travel Amerika Condé Nast Traveler sebagai tujuan wisata terbaik di dunia, Ubud memang sangat kuat memberikan harmoni. Baik yang terlihat mata dan telinga, juga yang tertangkap oleh rasa. Ubud adalah pedesaan di Kabupaten Gianyar, Bali, merupakan paduan 14 desa berbalut hutan dan sawah terasering yang teduh menghijau, di mana seni dan laku spiritualitas menjadi denyut nadinya yang sangat kuat.

Begitulah, jauh di masa lampau, tepatnya pada abad ke 8, desa Ubud bahkan diyakini lahir dari kata “ubad” yang berarti “obat” karena di sinilah pusat meditasi dan penyembuhan pada zaman itu. Ada satu kisah, seorang resi terkemuka hijrah dari Jawa ke daerah ini untuk bermeditasi di muara sungai Campuan dan membangun kehidupan baru di Bali.

Warisan sebagai pusat spiritualitas di masa lalu tersebut membuat Ubud kaya dengan balian (para penyembuh tradisional) maupun seniman dengan karya masterpiece-nya. Paduan kearifan dari masa lampau dan kekinian secara unik berpadu di Ubud dengan harmonis, menjadikan daya tarik wisata kawasan ini yang tak akan cukup dijelajahi hanya dengan satu atau dua hari kunjungan.

Ubud bukanlah Kuta yang bising dengan wisatawan “anak pantai”-nya. Kawasan ini rasanya lebih teduh dan kerap turun hujan di sore hari pada sepanjang musim penghujan (Oktober hingga Maret). Itu sebabnya banyak pelancong lebih banyak mencari wisata budaya dan spiritual di sini. Tak heran, kegiatan retreat dengan yoga dan meditasi menjadi salah satu paket wisata yang banyak berkembang di Ubud.

Kegiatan para wisatawan di Ubud biasa dimulai dengan yoga di alam terbuka pada awal hari. Salah satu pusat retreat, yoga serta meditasi di Ubud adalah Yoga Barn. Acara di pagi hari bisa dilanjutkan dengan berjalan-jalan menikmati pertokoan dan butik yang artistik di pusat kota, menikmati Pasar Seni Ubud, atau mengunjungi ratusan monyet yang seolah setia menjaga Pura Dalem Padangtegal di Wanara Wana yang kini lebih dikenal dengan nama Monkey Forest.

 Ubud juga sohor dengan wisata treking dan bersepeda menyusuri sawah dan bukit. Di antara jasa tur sepeda di Ubud yang kerap dicari wisatawan manca negara adalah Bali Baik, Bali on Bike (BoB) dan Banyan Tree. Bersepeda sekitar 5 km dari Ubud menuju Tegal Lalang, suatu pusat seni kerajinan kayu, bisa dilakukan dengan melalui rute Dusun Ceking untuk bisa menikmati panorama sawah yang memesona. Tak jauh dari Tegal Lalang adalah desa Pakudui di Sebatu yang sohor dengan  patung dan ukiran kayu aneka jenis dan harga.

Pada sisi timur Pakudui terdapat Pura Gunung Kawi, Sebatu, yang anggun. Pengunjung dapat memasuki pura dengan memakai busana yang sopan dilengkapi kain kamen (sarung) yang bisa disewa di gerbang.  Pura lain di Ubud yang wajib dikunjungi adalah Pura Taman Saraswati yang dibangun anggun di tengah kolam penuh teratai. Pura ini dapat dinikmati pada pagi hari untuk sekadar berfoto di bibir keindahannya  sedangkan pada malam harinya ada pertunjukan tari. Pengunjung juga bisa menikmati tarian yang selalu dipentaskan kecuali pada Jumat malam.

 Salah satu sumber seni dan budaya di Ubud adalah adanya keraton Puri Agung yang menjadi jantung kehidupan di Ubud. Setiap hari pelancong dapat menyaksikan anak-anak yang berlatih menari dan juga pementasannya di Puri Agung. Bahkan pada Jaba Puri, yang menjadi semacam balairung keraton, setiap tahunnya digunakan untuk membuka pekan sastra internasional Ubud Writers and Readers festival.

Sebagai pusat seni, budaya dan spiritual, Ubud menjadi rumah berbagai kegiatan sejenis, baik untuk tingkat lokal hingga internasional. “Setiap tahun di Ubud diselenggarakan Bali Meditation Festival dan Bali Spirit Festival,” ungkap Noviana Kusumawardhani, warga Ubud. Selain dua festival besar itu  juga terdapat berbagai kegiatan spiritualitas nyaris setiap hari di Ubud. Kegiatan spiritualitas lain yang banyak dicari di Ubud adalah retreat dan melakukan meditasi.

Sejenak meninggalkan dunia spiritualitas, untuk mengagumi keunikan alam bisa dilakukan di di Desa Petulu yang  merupakan habitat burung bangau atau kokokan. Di desa peraih Kalpataru yang berada 2,5 km di sebelah utara Ubud tersebut terdapat ratusan bangau yang bersarang pada pepohonan di sepanjang jalan pedesaan.

Setiap pagi, kokokan berangkat bersama-sama matahari terbit untuk terbang mencari makan dan kembali bersama-sama ke sarang mereka selepas pukul lima petang. Wisatawan, terutama penggemar fotografi telah bersiap pada pukul 5 sore untuk mengabadikan pemandangan bangau yang menjejakkan kaki dari udara untuk hinggap ke sarangnya.

Lukisan seolah menjadi keharusan sebagai oleh-oleh dari Ubud. Pecinta seni akan sangat dimanjakan oleh aneka pilihan lukisan dari berbagai aliran. Adanya lima museum utama di Bali yang juga menyediakan galeri yang memperjual belikan lukisan dan deretan art shop di sepanjang Jalan Raya Ubud dan Jalan Monkey Forest tak akan cukup dijelajahi hanya dalam waktu satu atau dua hari. Selain lukisan, pahatan dan ukiran, Ubud juga sohor dengan karya fashion dan accesories.

Ubud Bali salah satu yang perlu dikunjungi adalah Pasar ubud

Terdapat pula Pasar Ubud yang eksotik bagi para wisatawan manca. Di sini pengunjung dapat menemukan aneka sarung Bali, aneka barang seni dan jajanan dengan seni tawar menawar yang seru. Jika hendak mengunjungi Pasar Ubud disarankan untuk menghindari pasar ini pada tengah hari lantaran menjadi waktu favorit untuk mampirnya bis berisi rombongan turis dari luar kota yang membuat pasar kecil tersebut menjadi sesak.

Jika pengunjung mengikuti tur harian dari Denpasar ke Ubud, biasanya sang pemandu akan mengajak mampir ke berbagai desa seni yang  dilewati. Ubud memang dikelilingi banyak desa seni yang menjual karya langsung dari sang seniman. Desa Batubulan, misalnya, adalah rumah para pemahat batu yang menyediakan aneka rupa stone-carving penghias rumah. Selepas Batubulan, akan tiba di desa Celuk yang sohor dengan kerajinan perak. Wisatawan dari Denpasar ke Ubud biasanya juga menyempatkan diri untuk mampir di Pasar Seni Sukawati, mencari lukisan tradisional di desa Batuan, dan ukiran kayu di desa Mas.

Jika pengunjung  ingin membeli sesuatu yang lebih personal,  terdapat pula para seniman yang membuka workshop dan pelatihan, misalnya di Chez Monique. Pada studio pembuatan perhiasan perak milik I Wayan Sunarta dan istrinya, Monique, di rumah sekaligus bengkel mereka di Jalan Dewi Sita, Ubud, tersebut tersedia pelatihan dasar membuat perhiasan dari perak, selama sekitar 4 jam.

Tertarik? Ayo agendakan perjalananmu ke Ubud.

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi