
3 Nirwana geoopark di Indonesia bisa menjadi pilihan untuk menghabiskan masa liburan. Tunggu, apa itu wisata geopark? Sederhana, ini jenis pariwisata berbasis alam.
3 Nirwana Geopark
Geopark atau Geological Park adalah wilayah dengan unsur geologi yang sangat kaya, di mana semua pihak wajib menjaga, menggunakan, dan mengembangkan seluruh warisan alam yang terkandung di dalamnya termasuk nilai-nilai dalam ekologi, arkeologi, sosiologi, dan seni dan budaya.
Indonesia memiliki sekitar 15 kawasan Geopark yang sangat menakjubkan, misalnya saja Ciletuh Pelabuhanratu, Sukabumi, di Jawa Barat; lalu ada Gunung Sewu di Yogyakarta; juga ada
Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat; Danau Toba Sumatera Utara, Gunung Batur Bali, , Merangin di Jambi, dan Banyuwangi Geopark di Jawa Timur. Kali ini kami pilihkan tiga di antaranya yang layak kunjung.
Geopark Ciletuh
Sukabumi, Jawa Barat punya primadona baru, Geopark Ciletuh. Kawasan ini menawarkan pantai, air terjun, hingga puncak gunung kapur dengan lanskap yang amat elok. Saat bertandang ke tanah Sunda tersebut, pengunjung akan disuguhi bentang alam berbentuk amfiteater raksasa. Tatanannya laksana tapal kuda. Dari puncak pegunungan, pengunjung dapat menyaksikan pemandangan yang langsung menghadap ke Samudera Hindia ini.
Ada banyak lokasi yang bisa dikunjungi kala bertandang ke sana. Perlu tiga hari untuk penjelajahan yang komplet. Bila cuma punya waktu sehari, pilihannya adalah Pantai Palangpang, Curug Cimarinjung, Curug Awang, Curug Sodong, dan Puncak Darma. Jangan lupa membawa ban serep untuk kendaraan karena jalan yang dilalui berupa bebatuan yang rumpil.
Awalnya, wilayah Geopark Ciletuh hanya mencakup tiga kecamatan di Sukabumi. Kini kawasan ini memiliki luas sekitar 128 ribu hektare dan mencakup 74 desa di delapan kecamatan, yakni Kecamatan Cisolok, Kecamatan Cikakak, Kota Pelabuhan Ratu, Kecamatan Simpenan, Kecamatan Waluran, Kecamatan Ciemas, Kecamatan Ciracap, dan Kecamatan Surade.
Geopark Ciletuh juga telah diakui UNESCO sebagai Global Geopark pada April 2018. Di dalamnya terdapat keanekaragaman hayati dan budaya, selain disebut di muka memiliki lanskap alam yang sangat istimewa. Alam yang natural dan asri juga menjadi daya tarik.

Geopark Gunung Sewu
Jangan hanya berputar-putar di Malioboro kalau sedang menyambangi Kota Yogyakarta. Cobalah ke arah tenggara dan nikmati moleknya Gunung Sewu, wisata geopark kelas dunia yang diakui UNESCO sejak tahun 2015 lalu. Ada beragam kekayaan alam di sana, misalnya pantai, tebing, dan gunung purba. Namun, yang paling kondang adalah gua. Kawasan wisata yang berlokasi di Kabupaten Gunungkidul ini memiliki gua yang dalamnya mencapai 200 meter. Ada juga yang panjangnya 200 meter. Di dalamnya hidup beragam jenis ikan, serangga, kelelawar, bahkan krustasea.
Karakteristik guanya bermacam-macam. Ada yang kering, ada juga yang basah. Gua yang basah adalah gua yang di dalamnya terdapat sungai, dan cara menyusurinya dengan rafting. Salah satu gua basah yang terkenal bernama Pindul. Letaknya di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo.
Geopark Gunung Sewu memiliki luas hingga mencapai 1.802 kilometer persegi yang terbagi menjadi tiga geoarea, yaitu Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan. Itu artinya 3 kabupaten di dua provinsi: Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Masing-masing kawasan memiliki geosite, yakni Gunungkidul dengan 13 lokasi; Wonogiri dengan 7 lokasi; dan Pacitan dengan 13 lokasi. Total ada 33 lokasi geosite di Gunung Sewu. Dengan tiga kawasan tersebut, Geopark Gunung Sewu menjadi tempat wisata lengkap, mulai dari pantai di kawasan Gunungkidul, goa di pacitan, hingga industri kreatif masyarakatnya
Geopark Karst Maros-Pangkep
Secuil nirwana pegunungan karst juga bisa dijumpai di belahan timur Indonesia, Sulawesi Selatan. Orang-orang sering menyebutnya kawasan Maros-Pangkep. Kabarnya merupakan yang terbesar kedua di dunia setelah yang berada di Yunnan, Guizhou, dan Guangxi, Cina. Berbeda dengan karakter pegunungan karst di daerah lain yang berbentuk kerucut (conical hill), di Maros-Pangkep bentuknya menyerupai menara. Ada yang berdiri sendiri, ada pula yang kelompok. Deretannya pun tampak cadas dan teramat menantang.
Seperti kawasan karst pada umumnya, Geopark Maros-Pangkep juga dihiasi banyak gua. Gua-gua itu menyimpan kekayaan hayati yang tak ternilai. Selain itu, jejak kehidupan manusia prasejarah juga ditemukan di dalam sejumlah gua. Di sini juga ada bermacam-macam gua, di antaranya Gua Ara, Gua Awal, Gua Batu Ejaya, Gua Bola Batu, Gua Cadang, dan Gua Leang Balisao. Ada satwa endemis yang hidup di sekitarnya, yakni monyet hitam. Sebanyak 125 jenis kupu-kupu pun hidup di daerah tersebut.
Geopark Maros-Pangkep ditetapkan sebagai taman nasional geopark di Indonesia sejak 24 November 2017. Status itu diberikan oleh Komite Nasional Geopark Indonesia pada Seminar Nasional Geopark Belitung. Kawasan karst di Maros-Pangkep luasnya mencapai 43 ribu hektare.
F. Rosana