Gedong Songo, 9 Candi di Gunung Ungaran

Gedong Songo, kompleks 9 candi Hindu di Gunung Ungaran

Gedong Songo, kompleks 9 candi bersembunyi dalam kesejukan dan kehijauan di Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Terletak di ketinggian pegunungan, kompleks candi ini merupakan candi-candi dari agama Hindu.

Gedong Songo

 Menuju ke kompleks Candi Gedong Songo di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, biasanya dicapai dari kota Semarang. Selalau disarankan untuk berangkat pagi-pagi, bahkan sebisa mungkin sesudah subuh. Atau setidaknya sesudah sarapan. Ini dilakukan untuk menghindari kemacetan yang mengular, terutama di musim liburan. Sesungguhnya jarak dari pusat Kota Semarang menuju candi ini hanya sekitar 40 kilometer, tak sampai satu jam berkendara. Terlebih saat ini sudah ada jalan tol ke arah Solo, dan kita bisa exit di Ungaran,

 Candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran, sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut. Kebun-kebun sayur bertebaran di kanan-kiri jalan. Bunga-bunga hias pun tumbuh subur. Selama perjalanan, beberapa kali terlihat petani sayur yang siap menjajakan hasil panen. Sawi, bawang daun, dan tomat tampak segar di dalam karung-karung. Meskipun letaknya tak terlalu tinggi, suhu pada pagi hari umumnya tercatat sekitar 17-18 derajat Celsius. Dingin dan sejuk.

Gedong Songo merupakan candi Hindu yang awalnya terditi dari sembilan kompleks candi.
Kompleks candi Gedong Songo di kawasan Gunung Unharan, Kabupaten Semarang. Foto: Dok. shutterstock

 Dalam bahasa Jawa, Gedong Songo berarti Sembilan Gedung. Dinamakan demikian arena candi-candi Hindu di sini dahulu terpisah-pisah dalam sembilan kompleks. Saat ini pengunjung hanya bisa menikmati lima kompleks candi, karena empat lainnya hanya tinggal puing.

 Dari segi ukuran, candi-candi di sini tak terlalu besar dan lebih mirip dengan Candi Arjuna di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo. Karena kesamaan ukuran dan topografi alam, banyak orang menyebut Candi Gedong Songo “bersaudara” dengan Candi Arjuna. Dibangun pada masa Dinasti Sanjaya, sekitar abad ke-8, relief dewa-dewi di dinding batu candi ini sudah tak terlalu kelihatan akibat dimakan usia. Meskipun demikian, Candi Gedong Songo masih memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, terutama mereka yang jenuh tersengat terik mentari di Semarang dan sekitarnya.

 Dari kompleks Candi Gedong pertama hingga kelima, pengunjung bisa melangkah di jalan setapak yang telah disediakan dengan rapi oleh pengelola. Candi Gedong pertama tercatat berdiri pada ketinggian 1.208 meter di atas permukaan laut. Semakin lama memang semakin menanjak dan menguras tenaga, tapi wisatawan dapat beristirahat di warung-warung yang ada di tengah rimbunnya hutan pinus. Kita bisa menghangatkan diri dengan segelas teh panas dan sepiring mi rebus, sembari menikmati pemandangan kebun lombok, kubis, dan sawi yang berada di sekitar candi.

 Candi Gedong kelima berada di area tertinggi, yaitu 1.300 meter di atas permukaan laut. Dari atas sini, pengunjung bisa melihat Candi Gedong ketiga, yang tampak cantik berlatar belakang hutan pinus penuh kabut. Masing-masing kompleks candi memiliki jumlah candi berbeda-beda, walaupun hanya satu hingga tiga candi yang masih berdiri dan sisanya berupa puing-puing. Candi Gedong keempat, misalnya, seharusnya terdiri atas sembilan candi. Bisa dibayangkan ramainya Candi Hindu di lereng Gunung Ungaran ini belasan abad lalu. Apabila dijumlahkan, mungkin saja terdapat puluhan candi di kompleks Gedong Songo ini.

 Tak banyak kompleks Candi di Jawa yang lengkap dengan suguhan pemandangan alam dataran tinggi ditambah embusan angin sejuk seperti di Gedong Songo. Di antara kompleks Candi Gedong ketiga dan keempat, pengunjung akan melewati sumber air panas belerang yang dikelola menjadi pemandian mini. Konon, airnya bisa menyembuhkan berbagai penyakit kulit, seperti jerawat dan gatal-gatal karena jamur.

Gedong Songo merupakan kompleks candi agama Hindu. Awalnya ada 9 kompleks candi, kini tinggal 5 yang masih utuh.
Naik kuda salah satu opsi untuk berkeliling ke semua kompleks candi Gedong Songo. Foto: Dok. shutterstock

 Bagi yang tak kuat berjalan jauh dan menanjak, ada opsi menggunakan jasa naik kuda. Tarifnya sekitar Rp 100 ribu untuk rute Candi Gedong pertama hingga terakhir, lantas kembali ke pintu masuk. Pengelolaan sumber daya manusia dan sumber daya alam di Candi Gedong Songo lumayan bagus. Taman-taman di kompleks candi sangat terawat, begitu pula area warung makan dan penjaja suvenir. Untuk kuliner yang populer di sini, pengunjung bisa menyantap sate kelinci. Hidangan ini bisa ditemukan pada hampir semua warung di Gedong Songo.

 Setelah puas menikmati kompleks Candi ke lima, pengunjung bisa kembali turun atau menikmati makan siang di area kompleks. Warung yang mana sesuai selera.

Waktu kunjung pada pagi hari juga membawa keunikan tersendiri. Perjalanan dari candi ke candi kadang akan diltemani kabut tebal, ini malah menambah efek mistis cagar budaya tua tersebut. Selain itu, di akhir pekan, semakin siang pengunjung yang datang semakin membeludak. Beberapa keluarga menyewa tikar dan asyik piknik di taman-taman candi. Untuk sekadar memarkir mobil pun pengunjung harus sabar menunggu ada tempat kosong setelah mobil lain meninggalkan area. Karena itu, datang sepagi mungkin adalah tips terbaik menunjungi Gedong Songo.

TL/agendaIndonesia

*****

Wisata Ngopi, Ini Dia 5 Kampung Kopinya

Wisata ngopi bisa dipilih untuk yang menikmati liburan sambil mendapat pengetahuan. Foto: shutterstock

Wisata ngopi atau jalan-jalan dengan tujuan menikmati sajian kopi yang dihasilkan di suatu daerah semakin popular di kalangan wisatawan Indonesia. Orang menyebutnya wisata tematik.  

Wisata Ngopi

Tak hanya kopi sesungguhnya, wisata dengan tema-tema tertentu ini sudah cukup lama menjadi tren yang terus berkembang di banyak negara. Indonesia termasuk salah satu negara yang akan menerapkan wisata tematik sebagai strategi untuk mengenalkan dan mengembangkan produk-produk wisata di daerah. Salah satunya produk kopi.

Jika melihat potensi wisata yang ada di kampung-kampung dan perkebunan di Indonesia, wisata tematik adalah pilihan yang menarik untuk menikmati liburan akhir pekan. Salah satu yang bisa dipilih adalah wisata ngopi.

Wisata ngopi bisa belajar mulsai dari memilih kopi yang sudah matang dan memetiknya.
Memetik biji kopi langsung di perkebunan. Foto: shutterstock

Wisata ngopi dan wisata tematik lain, bisa teh atau batik, atau belajar bermain gamelan, bisa menjadi trademark wisata Indonesia. Wisatawan tidak hanya menikmati kopi dari tempat asalnya saja, melainkan sambil menikmati suasana pegunungan, coffee plantation, aktivitas panen, bean roasting, hingga mempelajari sejarah dan budaya daerah tersebut.

Pada akhirnya wisata tematik kopi diharapkan dapat memberikan pengalaman baru bagi wisatawan saat menikmati kopi khas Indonesia. Negeri dengan daerah-daerah yang telah menerapkan dan mengembangkan komoditasnya sebagai tema wisata. Untuk wisata ngopi ini ada beberapa di desa atau kampung yang bisa dipilih untuk menghabiskan liburannya.

Desa Catur Bali

Desa Catur yang juga desa wisata merupakan salah satu daerah yang telah mengembangkan wisata ngopi. Berlokasi di Kintamani, Desa Catur memiliki keindahan alam pedesaan yang sangat asri.

Menjadi salah satu sentra perkebunan kopi arabika, tentu tidak heran jika kopi menjadi salah satu produk unggulan dari Desa Catur. Tidak main-main, bahkan desa wisata satu ini dikenal sebagai salah satu desa penghasil kopi Kintamani terbaik.

Selain menikmati kopi, di sini pengunjung juga bisa menikmati keindahan alam khas Kintamani yang masih sangat asri. Sekaligus wisata edukasi, seperti cara membudidayakan tanaman kopi hingga ke proses panennya.

Bali Pulina

Selain Kintamani, Bali juga punya wisata ngopi lain yang bisa dikunjungi, yaitu Bali Pulina. Tempat ini menawarkan wisata kopi khususnya Kopi Luwak. Bali Pulina terletak kurang lebih tujuh kilometer sebelah utara Ubud, lebih tepatnya di Desa Pujung Kelod, Tegallalang, Kabupaten Gianyar.

Ngopi luwak di Tegallalang Bali
Kopi luwak di Tegallalang, Bali. Foto: TL

Di Bali Pulina wisatawan akan memasuki perkebunan kopi dan belajar mengenal proses pembuatan Kopi Luwak secara tradisional hingga menghasilkan cita rasa kopi yang aromatik. Berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (mdpl), jangan heran jika suhu rata-rata di sana bisa mencapai 24 derajat celcius.

Jelas hal ini menjadi perpaduan yang pas, cuaca sejuk dan kopi hangat jadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ditambah lagi pemandangan area persawahan terasering yang menyejukkan mata.

Desa Mesastila Magelang di Jawa Tengah

Selain Bali, wisatawan bisa berkunjung ke Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Magelang. Siapa mengira, ternyata Magelang memiliki coffee plantation yang tentunya wajib dikunjungi bagi para penikmat kopi.

Salah satunya adalah Mesastila Magelang. Di mana sekitar 90 persen lahan kopi di daerah tersebut dipenuhi oleh biji kopi robusta. Tidak hanya melihat kebun kopi saja, kita juga bisa mengenali pengolahan kopi hingga siap dikonsumsi.

Lokasinya yang dikelilingi gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Telomoyo memberikan suasana minum kopi yang berbeda dengan lainnya. Kadang sampil nyruput kopi, pengunjung bisa melihat ada kereta api jadul lewat. Mereka wisatawan pengunjung Museum Kereta di Ambarawa.

Doesoen Kopi Sirap, Jawa Tengah

“Ngopi di Tengah Kebun Kopi”, itulah tema yang diangkat oleh Doesoen Kopi Sirap. Berlokasi di Dusun Sirap, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Doesoen Kopi Sirap memberikan pengalaman wisata tematik kopi yang berbeda.

Di sini wisatwan tidak hanya sekadar minum kopi tapi dapat sekaligus menikmati pemandangan langsung Gunung Kelir. Udara sejuk ditambah suasana perkebunan kopi yang menenangkan, jadi wisata yang akan sulit terlupakan.

Tidak kalah menarik, kita juga bisa mengikuti wisata edukasi kopi dan melihat langsung proses pengolahan biji kopi sejak dipetik hingga siap minum. Ada dua jenis kopi unggulan yang ditawarkan Doesoen Kopi Sirap, yaitu arabika dan robusta.

PARIWISATA DESTINASI shutterstock 582329227 amenic181 a2b1d37e0a
Biji kopi Indonesia. Foto: shutterstock

Kebun Kopi Malabar di Jawa Barat

Dari Jawa Tengah wisatawan bisa melanjutkan wisata tematik kopi ke Jawa Barat, tepatnya di Kebun Kopi Malabar. Berada di ketinggian 1.400-1.800 mdpl dengan suhu 15-21 derajat celcius, kebun kopi satu ini sangat cocok untuk ditanam kopi jenis arabika.

Kopi Arabika Malabar Java Preanger diproses dengan sangat spesial. Karena seluruh proses sortasi buah kopi, pengupasan, pencucian, hingga pengeringan menggunakan Standar Operasional Baku Industri, tentunya dengan pengawasan tenaga ahli profesional.

Selain itu Kopi Arabika Malabar memiliki karakteristik yang unik, yaitu rasanya yang kental dengan dominan rasa cokelat berpadu rasa rempah di akhir seruputan. Selain minum kopi, wisatawan bisa keliling perkebunan kopi sambil melihat langsung proses memetik kopi khas dari Malabar.

Jadi mau jalan-jalan sambil mempelajari pernak-pernik produksi kopi dan tak lupa nyruput kopi enak? Agendakan liburanmu ke sentra-sentra kopi.

agendaIndonesia/kemenparekraf

*****

Taman Nasional Alas Purwo, Suaka Sejak 1939

Taman Nasional Alas Purwo salah satu sorga bagi peselancar

Taman Nasional Alas Purwo adalah sebuah sorga di ujung tenggara pulau Jawa. Bagi banyak pecinta jelujur gelombang laut, ujung selatan kawasan ini adalah sebuah paradiso.

Taman Nasional Alas Purwo

Kawasan Alas Purwo sendiri sebelum menjadi taman nasional semula berstatus Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan. Ini diketahui berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 6 stbl 456 tanggal 01 September 1939. Luas areanya mencapai 62 ribu hektare.

Pada 1992, di zaman pemerintahan Presiden Suharto, Suaka Margasatwa ini diubah menjadi Taman Nasional Alas Purwo dengan luas kawasan 43 ribu hektare. Dan pada 2014 luasnya menjadi 44.037,30 Hektare.

Pantai Plengkung atau G land shutterstock
Pantai Plengkung di ujung selatan Alas Purwo, surga bagi peselancar. Foto: dok. humas Pemkab Banyuwangi

Secara geografis Taman Nasional Alas Purwo yang terletak ujung Tenggara Pulau Jawa berada di antara 8,446456°-8,780444° Lintang Selatan dan 114,224625°-114,605157° Bujur Timur. Secara administrasi berada di wilayah pemerintahan Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.

Untuk menuju ke sini, pertama-tama wisatawan menuju ke Banyuwangi. Bisa dari Surabaya menyurus pantai utara Jawa Timur. Atau dari Jember melalui jalur selatan. Bisa pula dari Bali dengan menyeberang dari pelabuhan Gilimanuk ke pelabuhan Ketapang. Dari Banyuwangi kemudian menuju ke selatan masuk kawasan Alas Purwo.

Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan hutan yang mempunyai berbagai macam tipe ekosistem yang tergolong utuh di pulau Jawa. Ekosistem yang dimiliki mulai dari pantai (hutan pantai) sampai hutan hujan dataran rendah, hutan mangrove, hutan bambu, savana buatan dan hutan tanaman.

Keanekaragaman jenis flora darat di kawasan Alas Purwo termasuk tinggi. Ini diketahui dari lebih 700 jenis tumbuhan, mulai dari tingkat tumbuhan bawah sampai tumbuhan tingkat pohon dari berbagai formasi vegetasi. Tumbuhan khas pada taman nasional ini adalah Sawo Kecik dan jenis yang dilindungi yaitu Sadeng.

Akses Jalan Taman Nasional Alas Purwo Pemda Kb. Banyuwangi
Jalan menuju kawasan Alas Purwo. Foto: Dok. Humas Pemkab Banyuwangi

Di samping kaya akan jenis flora, Taman Nasional Alas Purwo juga kaya fauna daratan, baik kelas mamalia, aves, dan herpetofauna (reptil dan amfibi). Sampai saat ini teridentifikasi 45 jenis mamalia ditemukan di Alas Purwo.

eberapa jenis mamalia yang sering dijumpai di kawasan Alas Purwo di antaranya Banteng (Bos javanicus), Rusa Timor (Rusa timorensis), Ajag (Cuon alpinus), Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus muntjak), Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas), Lutung Budeng (Tracypithecus auratus) dan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis).

Sedangkan jenis burung-burungan atau aves teridentifikasi lebih dari 250 jenis burung. Beberapa jenis burung yang sering dijumpai di antaranya Elang Laut Perut Putih (Haliaeetus leucogaster), Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Ayam Hutan Hijau (Galus varius), Ayam Hutan Merah (Gallus gallus), Kuntul Kecil (Egreta garzeta), Rangkong Badak (Buceros rhinoceros), Merak Hijau Jawa (Pavo muticus muticus), Dara Laut Jambul (Sterna bergii) dan Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris).

Dari kelas amfibi dan reptil, sampai saat ini telah teridentifikasi 70 jenis herpetofauna yang terdiri 17 jenis amfibi dan 53 jenis reptil. Di antara jenis yang ditemukan terdapat 7 jenis reptil yang dilindungi yaitu Penyu Lekang/ Abu-Abu (Lepidochelys olivacea), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Biawak Abu-Abu (Varanus nebulosus), Ular Sanca Bodo (Python bivittatus) dan Buaya Muara (Crocodylus porosus).

Terdapat banyak lokasi obyek dan daya tarik wisata di dalam taman nasional, ini, di antaranya beberapa pantai yang unik dan potensial seperti ombak yang cocok untuk olah raga surfing, pantai tempat peneluran penyu, pantai yang berpasir putih, terumbu karang serta laguna yang dipenuhi burung migran pada musim-musim tertentu.

Kawanan Banteng di Alas Purwo Humas Pemkab Banyuwangi
Savana Sadengan tempat ngmpul fauna. Foto: dok. Humas Pemkab Banyuwangi

Savana terdapat di padang pengembalaan Sadengan. Walaupun padang pengembalaan Sadengan dibuat oleh manusia, padang pengembalaan sekunder, namun keberadaannya menjadi sangat penting karena merupakan habitat bagi mamalia besar seperti banteng, kijang, dan rusa.

Sadengan dibuka sebagai feeding ground seluas kurang lebih 80 hektare pada 1978. Setelah dilakukan pembukaan hutan kemudian mulai ditanami jenis-jenis rumput seperti rumput balung (Arudinella setosa), Dischantium caricosum, lamuran (Polytrias amaura) dan merakan (Heteropgon contortus).

Vegetasi hutan alam yang ada di Taman Nasional Alas Purwo sebagian besar terdapat pada zona inti, yaitu kawasan bagian timur dan sebagian kecil pada zona rimba yang terletak di bagian selatan timur kawasan dan tengah kawasan (sebelah timur zona penyangga).

Jenis-jenis vegetasi pohon dominan di formasi vegetasi ini antara lain: kepuh (Sterculia foetida), bendo (Artocarpus elastica), kedawung (Parkia roxburghii), kemiri (Aleurites moluccana), beringin (Ficus benjamina), kedondong hutan (Spondias pinnata).

Sedangkan hutan tanaman di Alas Purwo terdiri dari hutan tanaman jati (Tectona grandis), kesambi (Schleichera oleosa), mahoni (Swietenia macrophylla), johar (Casia siamea), legaran (Alstonia villosa), akasia (Acacia auriculiformis) dan sonokeling (Dalbergia latifolia).

Hutan tanaman yang ada merupakan bekas milik Perhutani yang sekarang menjadi bagian dari kawasan. Hutan Tanaman tersebar di beberapa blok di antaranya Blok Buyukan sampai Bedul dengan jenis tanaman mahoni, pada Blok Kucur dan Curah Jero.

Hutan Mangrove di kawasan ini sebagian besar terdapat di sepanjang Sungai Segoro Anak, terdapat di beberapa Blok Hutan seperti Blok Pondok Welit, Teluk Pangpang dan Perpat.

Dari hasil identifikasi yang dilakukan oleh Taman Nasional Alas Purwo, di temukan tidak kurang dari 26 jenis mangrove yang sebagian besar didominasi oleh beberapa jenis mangrove seperti Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorhyza, Avicennia marina, Xylocarpus granatum, Sonneratia alba, dan Sonneratia caseolaris.

Vegetasi pantai terdapat di bagian selatan dan bagian utara. Pada bagian selatan membentang dari arah Grajagan (Segoro Anak) sampai Plengkung dengan panjang bentangan sekitar 30 kilometer, dan Plengkung–Tanjung Slakah dengan panjang bentang sekitar 50 kilometer.

Vegetas pantai bagian utara membentang dari Tanjung Sembulungan sampai Tanjung Slakah dengan panjang sekitar 40 kilometer dan lebar rata-rata vegetasinya dari pantai ke daratan (ke arah atas) sekitar 250 – 300 m. Jenis tanaman yang mendominasi formasi hutan pantai adalah ketapang, sawo kecik, waru laut, keben, dan nyamplung.

Ayo agendakan perjalananmu ke Banyuwangi dan kunjungi Alas Purwo.

agendaIndonesia

*****

Pantai Sukamade, Tempat Penyu Bertelur Ditemukan Pada 1927

Pantai Sukamade dengan araksi utama penyu bertelur dan Pelepasan Tukik di Sukamade shutterstoc

Pantai Sukamade, pantai tempat penyu mendarat dan bertelur adalah temuan kolonial Belanda pada 1927. Bertahun-tahun kemudian, pantai ini masih menjadi tempat terfavorit Penyu Hijau untuk menetaskan turunannya.

Pantai Sukamade

Malam sudah turun. Suasana di Sukamade praktis gelap, ketika beberapa orang terlihat berjalan menembus hutan, melintasi jalan tanah berlapiskan dedaunan kering. Mereka rombongan wisatawan asing yang ditemani petugas jagawana berjalan menuju pantai dengan panduan cahaya senter.

Sesekali petugas jagawana menyorotkan cahaya senternya menerangi jalan selebar tiga meter yang di kiri-kanan dipenuhi pepohonan besar khas hutan tropis. Sekitar satu kilometer berjalan menembus hutan, sinar bulan yang kala itu sedang penuh mulai menembus lebatnya ‘kanopi’ pohon. Makin jauh sinarnya semakin menerangi jalan. Jalan tanah berlapiskan daun  beralih menjadi berpasir, keheningan hutan berganti dengan deburan ombak. Senter pun dimatikan, saatnya puncak atraksi di pantai itu: menunggu kedatangan penyu yang akan bertelur.

Pantai Sukamade di kawasan Taman Nasional Meru Betiri, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dikenal sebagai habitat tempat penyu bertelur secara alami. Belakangan, mungkin sekitar 30-an tahun terakhir, tempat ini memiliki fasilitas penetasan telur-telur penyu semi alami yang menambah nilai tersendiri bagi penikmat wisata pantai. Pasalnya wisatawan yang datang dapat mengikuti kegiatan pelepasan tukik, anak penyu, sebagai bentuk usaha dari konservasi penyu.

Pantai ini merupakan salah satu tempat bertelurnya beberapa spesies penyu, di antaranya penyu belimbing, penyu hijau, penyu sisik, penyu slengkrah. Dari ke empat jenis itu, penyu hijau-lah yang paling sering ditemui di pantai ini.

Lokasinya sendiri berjarak sekitar 97 km ke arah barat daya dari Banyuwangi, Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu dari Segitiga Emas Banyuwangi, yaitu satu dari tiga tempat tujuan wisata utama yang ada di Banyuwangi, dua di antaranya Gunung Ijen, atau lebih dikenal sebagai Kawah Ijen, dan Pantai Plengkung. Sejarah pantai ini pertama kali di temukan pada masa pendudukan Belanda tahun 1927.

Sukamade memang berada di dalam kerimbunan perkebunan kopi dan coklat yang sekarang dikelola PTPN. Dulunya perkebunan-perkebunan ini pengelolaannya di tangan pemerintahan pendudukan Belanda.

Perjalanan menuju pantai ini dari Banyuwangi memiliki keasyikan tersendiri. Walaupun hampir seluruh jalan di Banyuwangi beraspal mulus, tapi sekitar 20 kilometer terakhir jalanannya berbatu sehingga lebih pas jika menggunakan kendaraan berpenggerak empat roda. Sepuluh kilometer setelah memasuki kawasan taman nasional jalan makadam menghadang.

Separuh jalanan di hutan lebat adalah menaiki bukit, separuhnya lagi menurun sebelum mencapai pantai. Bagi yang senang kegiatan alam bebas menggunakan kendaaan SUV yang mengguncang guncang badan dan menyeberangi sungai tanpa jembatan merupakan keasyikan tersediri sebelum menikmati ketenangan di pantai Sukamade.

Setidaknya ada dua sungai yang harus diseberangi tanpa jembatan. Kadang, jika beruntung, pengunjung bisa mengekor di belakang traktor perkebunan yang kebetulan sedang membawa hasil kebun melintasi sungai selebar sekitar 30-40-an meter. Setidaknya mereka hapal jalur yang tidak dalam atau berbatu. Ke dalaman air sekitar 25-50 centimeter. Jika tak bertemu traktor, ada baiknya ada yang turun untuk mengamati kedalaman sungai.

Sebagai tempat tujuan ekowisata di kawasan konservasi, di tempat ini wisatawan dapat secara langsung menyaksikan penyu bertelur, melepas tukik, camping hingga berkano pada sore hari sambil menunggu matahari tenggelam. Terdapat beragam fasilitas yang ada di pantai Sukamade antara lain pondok wisata, camping ground yang dilengkapi pendopo sebagai ruang pertemuan, jalan trail wisata, information center, laboratorium dan pondok kerja. Tentu saja, atraksi utama tetap penyu bertelur dan pelepasan tukik.

Di Sukamade penyu biasa datang untuk bertelur pada malam hari, karenanya segala jenis alat penerang dilarang digunakan di pantai di sini. Ini agar penyu bisa merasa nyaman. Setiap malam petugas mengamati kedatangan penyu, selain untuk mendata juga untuk menyelamatkan telur dari predator seperti babi hutan dan ulah manusia yang menjual telurnya.

Telur dikumpulkan untuk kemudian dibawa ke tempat penetasan. Seperti malam itu, saat AgendaIndonesia mampir, kami menunggu datangnya penyu dari jam 20.00 – 24.00 sambil menemani petugas berpatroli menyusuri pantai. Hampir setiap malam selalu ada penyu datang bertelur. Jika beruntung, kita bisa melihat penyu datang dari laut lalu menggali pasir untuk meletakkan telur-telurnya.

Petugas jagawana biasanya mengambil telur-telur dari lubang aslinya, lalu ditanam kembali di lubang-lubang penetasan yang dilindungi pada keesokan harinya. Seperti yang dilakukan setelah malam itu.

Matahari belum terlalu tinggi, ketika petugas menanam kembali telur-telur penyu yang diambil malam sebelumnya. Selain menanam telur, petugas juga mengajak wisatawan yang datang untuk melepaskan telur yang sudah menetas, dinamai dengan sebutan tukik, ke habitatnya, lautan luas.

Anak penyu atau tukik  secara naluri akan kembali ke laut, berenang mengarungi samudra kehidupannya. Hingga suatu saat, jika mereka survive, tukik-tukik yang sudah menjadi penyu dewasa kembali ke Sukamade. Bertelur.

Rully K./Dok. TL

Eksotisme Kepulauan Selayar, 157 Kilometer dari Makassar

Eksotisme Kepulauan Selayar menjanjikan pantai putih yang elok.

Eksotisme Kepulauan Selayar jarang dirambah traveler Indonesia. Mungkin karena jaraknya yang cukup jauh dari Makassar, 157 kilometer, dan melewati laut. Menikmati udara sejuk, laut jernih, dan sajian daging ikan yang manis, adalah pesona yang dijanjikan pulau ini.

Eksotisme Kepulauan Selayar

Langit terlihat sembuat jingga di Pelabuhan Pamatata, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Dua jam perjalanan dengan Kapal Motor Feri Bontoharu dari Pelabuhan Bira, Kabupaten Bulukumba, terasa sangat menyenangkan. Berteduh di bawah langit biru yang dihiasi titik-titik awan putih, dengan sesekali ada atraksi lumba-lumba dan ikan terbang yang melompat ke permukaan air. Wow, menyenangkan.

Begitu kapal sandar di pelabuhan, perjalanan dilajutkan dengan bus sekitar 1,5 jam menuju Benteng, ibu kota Kabupaten Selayar. Malam sudah menyelimuti Benteng saat bus tiba di kota kecil itu. Sepiring nasi santan, sambal belimbing, dan ikan bakar kikang, yang menjadi salah satu sajian khas daerah kepulauan ini, menjadi hal pertama yang menyambut perjalanan kami malam itu. Tampilan kikangsebenarnya biasa saja, tak tercium bau amis sama sekali. Dagingnya putih, bersih, dan empuk. Rasanya manis.

Setelah urusan perut selesai, dua rekan di sana, kami sempat menjelajahi sudut-sudut kota di malam hari sebelum akhirnya beristirahat. Ini kegiatan yang layak dilakukan jika perjalanan ke tempat baru. Benteng kotanya tak terlalu besar, sehingga tak lama menikmatinya di malam hari

Agenda pertama keesokan harinya adalah perjalanan ke Pulau Gusung. Pulau ini membentang di depan Kota Benteng. Jalan-jalan ke pulau ini untuk melihat “tabungan ikan” dalam keramba tancap dan keramba apung milik warga Desa Bontolebang, Kecamatan Bontoharu. Seperti namanya, tiang-tiang keramba tancap itu ditancapkan ke laut dengan kedalaman sekitar 5 meter. Jaring yang digunakan berbentuk persegi, setiap bagian ujungnya terpaut pada sebuah pancang.

 Di dalam kotak inilah terperangkap ikan kerapu jenis sunu yang dibudidayakan warga. Menurut warga Desa Bontolebang, bibit ikan ditangkap dari alam. Warna-warni ikan sunu dengan tubuh berbintik-bintik ini sungguh menyajikan pemandangan menakjubkan. “Akuarium alam,” begitu orang biasa menyebutnya.

Pelayaran menuju Desa Bontolebang dilakukan dengan perahu jo’lloro bermesin motor milik Kepala Desa. Tampak tiang-tiang keramba dihinggapi bangau. Mendekati Pulau Gusung, air laut terlihat hijau karena tanaman lamun, senada dengan pohon-pohon kelapa yang berjejer rapi di tepian pulau. Sambutan warga seramah lambaian nyiur. Rumah-rumah berdiri dengan begitu teratur di antara rimbunan pohon kelapa, berjejer menghadap jalan kecil yang terbuat dari paving block. Suguhan kelapa muda dari warga melengkapi perjalanan kali ini.

Sebelum kembali ke Benteng, pengunjung diajak lagi melihat bagaimana ikan-ikan dalam “akuarium alam” diberi makan. Saharuddin alias Opa, seorang petugas, menenteng ember berisi potongan ikan segar. Begitu suguhan itu dimasukkan, seketika ikan-ikan berkerumun dan berebutan pakan. Jangan coba-coba Anda menurunkan tangan maupun kaki ke keramba, bisa-bisa menjadi sasaran ikan karena dianggap pakan.

Perjalanan di hari yang gerah dan melelahkan itu ditutup dengan menikmati ketenangan sore di Pantai Baloiya, Desa Patikarya, Kecamatan Bontosikuyu. Obyek wisata yang disebut-sebut mirip Tanah Lot di Bali ini berjarak sekitar 10 kilometer dari Benteng. Saat menuju Pantai Baloiya, pengunjung akan melewati museum tempat penyimpanan Gong Nekara. Gong ini memiliki luas lingkaran 396 sentimeter persegi, luas lingkar pinggang 340 sentimeter persegi, dan tinggi 95 meter. Konon, ini adalah gong terbesar di Asia Tenggara dan tertua di dunia.

Dari cerita penduduk setempat, Gong Nekara tidak sengaja ditemukan oleh Sabuna dari Kampung Rea-rea pada 1686 di sawah Raja Putabangun, Papaniohea. Gong bercorak unik ini lantas dipindahkan ke Bontobangun dan menjadi kalompoang atau arajang—benda yang dikeramatkan setelah berakhirnya pemerintahan Dinasti Putabangun pada 1760.

Setelah melewati Bontobangun, kami memasuki kawasan Bontosikuyu. Hanya sekitar 15 menit berkendaraan roda empat pemandangan pantai yang eksotis dengan keindahan hamparan pasir putih menyambut ramah. Panjang pantai mencapai 300 meter. Sebuah batu besar di tengah pantai tampak bagian atasnya ditumbuhi tanaman asoka.

Eksotisme Kepulauan Selayar belum banyak dikunjungi wisatawan mancanegara maupun domestik.
Pantai Baloiya di kepulauan Selayar dengan keindahan matahari tenggelam. Foto: Dok. shutterstock

Tak jauh dari tempat itu, terdapat gua alam Baloiya, jaraknya sekitar 500 meter. Di Desa Patikarya ada beberapa gua yang saling berhubungan. Jika waktu kunjungan cukup, pengunjung bisa menjelajahi goa-goa tersebut. Sayang, kunjungan kali ini waktu kami terbatas, sehingga perjalanan ke Baloiya terpaksa disudahi. Kami bergegas kembali ke Benteng untuk makan malam dan istirahat. Tentu tak lupa mencari sedikit buah tangan, selain olahan serba ikan, Selayar terkenal sebagai penghasil emping, kenari, dan jeruk Selayar. Jangan sungkan membawanya, sebab Selayar tak setiap hari kita kunjungi. Dari Benteng kita harus naik feri ke Pelabuhan Bira, Bulukumba. Lalu, disambung perjalanan sekitar 5 jam via darat menuju Makassar.

 Taman Nasional Takabonerate

Selayar juga terkenal dengan Taman Nasional Takabonerate—taman laut yang mempunyai kawasan atol terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshalla dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa. Luasnya mencapai 220 ribu hektare dengan sebaran terumbu karang mencapai 500 kilometer persegi.

Rasanya perlu waktu sekitar sepekan untuk menikmati secara lengkap pesona Selayar karena infrastruktur yang belum lengkap. Jika perjalanan dilakukan mulai dari Jakarta, maka pengunjung harus terbang dulu ke Makassar di Sulawesi Selatan, baru ke Kepulauan Selayar. Bila beruntung, kadang ada jadwal penerbangan dari Makassar langsung ke Selayar dengan waktu tempuh kurang dari satu jam. Ini akan membantu menghemat waktu perjalanan.

Irma/TL/agendaIndonesia

*****

Taman Nasional Bunaken, Indah Sejak 1885

Taman Nasional Bunaken adalah sorga bawah laut di Sulwesi Utara.

Taman Nasional Bunaken di Provinsi Sulwesi Utara merupakan bagian dari  kawasan Segitiga Terumbu Karang dunia. Istilah Segitiga Terumbu Karang itu sendiri adalah istilah geografis untuk perairan di Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste yang kaya akan terumbu karang.

Taman Nasional Bunaken

Bunaken merupakan sorga bawah laut di Indonesia yang boleh disebut paling dikenal oleh para penyelam. Jauh sebelum kawasan Raja Ampat di Papua Barat dan Wakatobi di Sulawesi Tenggara menjadi idola keindahan laut selanjutnya.

Jadi, sudah bisa dibayangkan betapa indah pemandangan laut yang bisa dijelajahi para pecinta alam bawah laut di Taman Nasional Bunaken. Untuk para pecinta wisata alam bawah laut, layak mengagendakan untuk menyelami keindahan dan pesona dari Taman Nasional Bunaken, surga bawah laut di Sulawesi Utara.

Senja di kota Manado, Sulawesi Utara.
Senja di Manado

Indonesia adalah negara kepulauan dengan luas wilayah yang didominasi oleh perairan. Oleh karena itu Indonesia dikenal akan kekayaan lautnya. Tak hanya dalam hal sumber daya perikanannya, bentang alam bawah laut Indonesia juga tersohor keindahannya.

Bunaken adalah taman nasional seluas 890,65 kilometer persegi, di mana 97 persennya merupakan habitat perairan laut. Sisa tiga persennya merupakan daratan. Wilayah daratan ini meliputi beberapa pulau, yakni pulau Bunaken, pulau Manado Tua, pulau Mantehage, pulau Naen, serta pulau Siladen.

Di dalam kawasan Taman Nasional Bunaken terdapat pula Gunung Manado Tua yang sudah tak lagi aktif. Kedekatan dengan gunung itu memang karena secara administratif kawasan ini terletak di Kecamatan Wori, Kotamadya Manado, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.

Jarak Bunaken dari pelabuhan Manado dibutuhkan waktu tempuh sekitar 20 menit untuk menyebrang ke pulau terdekat, yakni pulau Siladen. Sementara itubutuh waktu sekitar 60 menit untuk menuju pulau terjauh di Taman Nasional Bunaken yakni pulau Naen.

Taman Nasional Bunaken penetapannya berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 730/Kpts-II/1991 yang diteken pada 15 Oktober 1991. Sedangkan peresmian Taman Nasional Bunaken dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Desember 1992 di Bongohulawa.

Dalam penetapannya itu, fungsi pokok Taman Nasional Bunaken antara lain memberikan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa. Selain itu juga berfungsi sebagai pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Meski baru ditetapkan pada 1991, nama Bunaken  sudah dikenal sejak 1885. Itu terjadi ketika masyarakat Tanjung Parigi memilih pindah ke arah tenggara, tepatnya di tepi pantai yang menghadap Kota Manado.

Terumbu Karang Taman Nasional Bunaken shutterstok
Snorkeling di Taman Nasional Bunaken. Foto: shutterstock


Tempat baru itu oleh masyarakat yang pindah itu disebut sebagai Wunakeng, yang berasal dari kata Kiwunakeng yang artinya tempat tinggal. Seiring berjalannya waktu, daerah ini disebut juga dengan nama Bunaken yang berasal dari kata Pamunakeng yang artinya tempat singgah kapal-kapal.

Keindahan dan keanekaragaman hayati alam bawah laut di kawasan Taman Nasional Bunaken sendiri telah dikenal oleh para penyelam sejak 1975. Lalu pada 2005, Taman Nasional didaftarkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Sebuah taman nasional yang terkenal karena kekayaan terumbu karangnya.

Dari data yang ada, setidaknya ditemukan 390 spesies terumbu karang yang dapat ditemukan di wilayah perairan Bunaken. Area terumbu karang terdiri dari fringing, patch reef, serta barrier. Terdapat pula reef plat yang mengelilingi pulau-pulau yang ada di Bunaken, kecuali pulau Manado Tua.

Kekayaan alam lain di Bunaken adalah beberapa spesies alga yang kebanyakan berasal dari suku Halimeda, Caulerpa, dan Padina. Atau rumput laut yang didominasi spesies Thalassia hemprichii, Thalassaodendron ciliatum, dan Enhallus acoroides.

Di kawasan Taman Nasional Bunaken juga masih terdapat beberapa vegetasi di kawasan hutan bakau seperti Rhizophora sp., Sonneratia sp., Lumnitzera sp., dan Bruguiera sp. serta vegetasi yang hidup di daratan seperti woka, sagu, kelapa, beberapa jenis palem, pisang, mangga, silar, dan lainnya.

Taman Nasional Bunaken TN Bunaken

Selain vegetasi, kawasan perairan Bunaken merupakan rumah bagi berbagai spesies ikan, mamalia laut, reptil, hingga moluska. Setidaknya ada sekitar 91 spesies ikan seperti ikan kakatua, ikan kuda gusumi, ikan lolosi ekor kuning, hingga ikan moorish idol dan berbagai ikan lainnya.

Selain itu, terdapat pula biota lain seperti ikan duyung, kima raksasa, penyu sisik, penyu belimbing, hingga penyu hijau yang hidup di perairan ini.

Untuk wilayah daratan  Taman Bunaken, bisa ditemukan satwa-satwa seperti kuskus beruang, kuskus kerdil Sulawesi, monyet hitam Sulawesi, babi Sulawesi, tarsius, rusa, burung camar, merpati laut, hingga burung bangau.

Jika sedang jalan ke Sulawesi Utara, jangan sapai ketinggalan memasukkan Bunaken dalam agenda perjalanan. Selain tentu Likupang yang sedang naik daun.

agendaIndonesia

*****

7 Puncak Indonesia, Indah Dan Menantang

7 puncak indonesia dcngan titik tertinggi di Puncak Jaya Wijaya di Papua. (shutterstock)

7 Puncak Indonesia bagi para pendaki gunung di negeri ini merupakan impian untuk menggapainya. Semuanya merupakan titik tertinggi dari Sabang sampai Merauke, dengan keindahan dan tantangannya masing-masing.

7 Puncak Indonesia

Indonesia tidak hanya dikenal sebagai jalur cincin api (ring of fire) atau rangkaian gunung-gunung berapi, ia juga dikenal karena memiliki banyak gunung tertinggi. Daftar puncak tertinggi di Indonesia ini membawa nama Indonesia menjadi tujuan destinasi sport tourism, khususnya bagi wisatawan yang menikmati tantangan alam.

Sport tourism merupakan wisata yang mengkombinasikan antara olahraga dan pariwisata. Kegiatan ini banyak disukai baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.

7 puncak Indonesia dengan puncak tertinggi di Sumatera adalah Gunung Kerinci.
Gunung Kerinci merupakan gunung berapi tertinggi di Asia Tenggara. Foto: shutterstock

Salah satu sport tourism yang punya banyak penggemar adalah mendaki gunung danjuga treking. Di dunia para pendaki memiliki daftar gunung yang termasuk dalam World Seven Summits atau tujuh puncak benua yang diidam-idamkan untuk didaki.

Dalam konteks yang lebih kecil, para pendaki gunung di dalam negeri juga memiliki daftar “Seven Summit Indonesia” atau 7 puncak Indonesia. Selain karena ketinggiannya, 7 puncak Indonesia itu juga seakan mewakili pulau-pulau di di Indonesia. Mulai dari Sumatera, Kalimantan, hingga di tanah  Papua.

Carstensz Pyramid atau Puncak Jaya di Papua

Puncak Jaya atau yang juga dikenal dengan Carstensz Pyramid di Papua, merupakan gunung dengan puncak tertinggi di Indonesia. Gunung yang menjadi lokasi sport tourism ini memiliki ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Puncak tertinggi di Indonesia ini merupakan sebuah gunung karang (limestone) dengan salju abadi. Selain menjadi 7 puncak Indonesia, Carstensz Pyramid juga dinobatkan sebagai salah satu dari World Seven Summits.

Untuk mencapai puncak Seven Summit Indonesia ini, pendaki harus memiliki keahlian panjat tebing yang mumpuni. Jalur pendakian untuk mencapai puncak Carstensz Pyramid ada dua, yakni dari melalui Ilaga dan lewat Sugapa.

Gunung Kerinci di Sumatera

Menjadi gunung tertinggi di pulau Sumatera, Gunung Kerinci layak dinobatkan sebagai salah satu 7 puncak Indonesia. Gunung Kerinci memiliki ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Lokasi Gunung Kerinci berada di perbatasan antara Sumatera Barat dan Jambi. Gunung Kerinci terletak di Taman Nasional Kerinci Seblat yang juga menjadi taman nasional terbesar di Indonesia.

Salah satu 7 puncak Indonesia ini telah ditetapkan sebagai World Heritage Site dengan kategori Tropical Rainforest Heritage of Sumatra. Selain itu, Gunung Kerinci juga menyandang status sebagai gunung berapi tertinggi di Asia Tenggara.

Gunung Semeru Atap Jawa

Pegunungan Semeru dengan latar depan Gunung  Bromo. Foto husniati salma unsplash
Pegunungan Semeru dengan Puncak Mahameru sebagai Atap Pulau Jawa. Foto: unsplash

Terletak di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Gunung Semeru masuk dalam jajaran puncak tertinggi di Indonesia. Gunung Semeru memiliki ketinggian 3.676 mdpl.

Gunung Semeru merupakan salah satu gunung aktif di Indonesia, sehingga kurang lebih 20 menit sekali kawahnya mengeluarkan abu vulkanik. Seven Summit Indonesia ini berada di bawah pengawasan administrasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Daya tarik utama Gunung Semeru adalah karakteristik medannya yang bervariasi. Kita dapat menemukan lanskap padang sabana, hutan cemara, danau gunung, hingga hutan montana dalam perjalanan menuju puncak Gunung Semeru. Jalur ke Semeru merupakan salah satu yang terindah.

Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat

Masuk dalam salah satu dari 7 puncak Indonesia, Gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi di gugusan kepulauan Sunda Kecil. Gunung Rinjani memiliki ketinggian 3.726 mdpl.

PARIWISATA WISATA ALAM shutterstock 755563108 Chanwit Ohm d167fb33a1
Gunung Rinjani di Lombok. Foto: dok. shutterstock

Gunung Rinjani menjadi gunung berapi aktif kedua tertinggi di Indonesia. Salah satu puncak tertinggi di Indonesia ini berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Salah satu daya tarik Gunung Rinjani adalah danau kaldera yang berada di puncaknya.

Untuk mencapai puncak tertinggi di Indonesia ini kita bisa melewati dua jalur pendakian, yakni dari Sembalun dan Senaru.

Gunung Bukit Raya di Kalimantan

Pulau Kalimantan juga menjadi salah satu lokasi sport tourism yang masuk dalam Seven Summit Indonesia. Gunung Bukit Raya memiliki ketinggian 2.278 mdpl dan masuk dalam jajaran puncak tertinggi di Indonesia.

Gunung Bukit Raya berada di perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Secara administratif puncak tertinggi di Indonesia ini berada di bawah pengawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Gunung Bukit Raya bukan termasuk dalam gunung berapi.

Gunung Latimojong Atap Sulawesi

Seven Summit Indonesia juga terdapat di Pulau Sulawesi, tepatnya di Sulawesi Selatan yakni Gunung Latimojong yang memiliki ketinggian 3.430 mdpl. Puncak tertinggi Gunung Latimojong berada di puncak Rantemario.

Salah satu daya tarik dari Gunung Latimojong adalah ragam jenis satwa yang menghuni lokasi ini. Jika beruntung, kita dapat menjumpai anoa dan babi rusa selama pendakian. Jalur pendakian yang umum dipakai untuk mencapai puncak Rantemario adalah jalur Kecamatan Baraka.

Gunung Binaiya di Maluku

Gunung Binaiya merupakan salah satu puncak tertinggi di Indonesia yang terletak di Kepulauan Maluku. Puncak Binaiya memiliki ketinggian 3.027 mdpl dan berada di pulau Seram, Maluku.

Gunung Binaiya termasuk dalam pegunungan karst dan tidak aktif. Keunikan dari gunung ini adalah medannya yang bervariasi. Gunung Binaiya memiliki hutan dengan ekosistem pantai, hutan rawa, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan pegunungan, hingga hutan subalpin.

agendaIndonesia/kemenparekraf

*****

UNESCO Global Geopark 4 Baru di Indonesia

UNESCO Global Geopark kini ada 10 yang terletak di Indonesia. Salah satunya Toba.

UNESCO Global Geopark menetapkan empat geopark baru di Indonesia. Berdasarkan putusan Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 di Paris, ada empat geopark Indonesia yang telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGG). Penetapan empat geopark Indonesia dalam jaringan UNESCO Global Geopark untuk memperkuat pengembangan pariwisata Indonesia.

UNESCO Global Geopark

Sebelumnya, sudah ada enam geopark di Indonesia yang masuk dalam jaringan UNESCO Global Geopark: Geopark Batur (2012), Geopark Gunung Sewu (2015), Gunung Rinjani (2018), Geopark Ciletuh (2018), Geopark Belitung (2020), dan Kaldera Danau Toba (2020).  

Hingga saat ini, ada 10 geopark di Indonesia yang masuk dalam jaringan UNESCO Global Geopark. Pencapaian ini diharapkan bisa menjadi kekuatan untuk mendorong promosi pariwisata Indonesia, agar semakin dikenal dan menarik minat kunjungan wisatawan.

Lantas, apa saja empat geopark di Indonesia yang berhasil masuk tersebut?

Kawah Biru Ijen Geopark shutterstock
Kawah Biru Ijen. Foto: shutterstock

Ijen Geopark

Terletak di Jawa Timur, Ijen menjadi salah satu geopark di Indonesia yang masuk dalam daftar UNESCO Global Geopark. Daya tarik geopark Ijen adalah keunikan pada geologi, biologi, budaya, serta fenomena alam blue fire di kawasan Gunung Ijen yang telah mendunia. 

Geopark yang secara administratif terletak di dua wilayah, yaitu Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso ini memiliki danau paling asam di dunia. Ditambah lagi, geopark Ijen memiliki 14 jenis flora, 27 jenis fauna, serta 6 jenis mamalia. 

Maros Pangkep Geopark

Selanjutnya adalah geopark Maros Pangkep di Sulawesi Selatan. Geopark Maros Pangkep memiliki lanskap kelas dunia dengan tipe tower karst, yang menjulang tinggi dan tersusun dari bebatuan gamping yang khas.

Keunikan Geopark Maros Pangkep bukan sekadar memiliki lanskap karst kelas dunia. Geopark yang juga dikenal sebagai kawasan karst terbesar ke-2 di dunia, setelah Cina Selatan, memiliki flora dan fauna serta nilai-nilai ilmiah dan sosial budaya yang tinggi. 

Keunikan lain dari UNESCO Global Geopark Maros Pangkep ini adalah ratusan gua yang pernah menjadi tempat tinggal manusia prasejarah. Bahkan, gua-gua yang menjadi “rumah” bagi jutaan spesies kupu-kupu.

Merangin Jambi Geopark

Geopark di Indonesia yang masuk dalam jaringan UNESCO Global Geopark lainnya adalah Geopark Merangin. Salah satu keunikan dari Geopark Merangin adalah terdapat fosil flora Jambi. Hal ini dibuktikan dari adanya fosil tanaman yang ditemukan pada sebagian formasi batuan yang diperkirakan sudah ada sejak 296 juta tahun silam. 

Jenis fosil flora yang ditemukan di Geopark Merangin Jambi bermacam-macam. Mulai dari lumut, tumbuhan runjung primitif, dan pakis yang bereproduksi melalui penyebaran biji. Selain itu, situs purbakala ini juga dinobatkan sebagai salah satu spot rafting terbaik. Pasalnya, wisatawan berkesempatan untuk mengarungi Sungai Batang Merangin sambil melihat fosil di beberapa tempat pemberhentian. 

Raja Ampat Geopark

Satu lagi UNESCO Global Geopark terbaru di Indonesia, yakni Raja Ampat. Geopark Raja Ampat memiliki gugusan kepulauan karst yang diperkirakan sudah berusia sekitar 439 juta tahun, yang terletak di Pulau Misool. 

Beragam ekosistem laut turut menjadi salah satu alasan mengapa Raja Ampat layak ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark. Pasalnya, sampai saat ini Geopark Raja Ampat menjadi habitat bagi berbagai jenis satwa dan tumbuhan endemik yang tidak bisa ditemukan di belahan Bumi manapun. 

Pengembangan geopark sama halnya dengan mengembangkan aspek ilmu pengetahuan di Indonesia. Pasalnya geopark sering kali menjadi lokasi untuk penelitian geologi hingga flora dan fauna. Sejauh ini ada beragam geopark di Indonesia yang telah dinobatkan sebagai UNESCO Global Geoparks.

Geopark Batur

Geopark pertama di Indonesia yang ditetapkan oleh UNESCO pada 2012. Geopark Batur memamerkan keindahan alam berkat letusan besar gunung berapi yang membentuk kaldera ganda dan danau purba.

Bahkan sampai saat ini Gunung Batur masih aktif dan menghasilkan beragam batuan yang dapat dimanfaatkan warga untuk membangun rumah. Total ada 21 situs warisan alam yang tersebar di kawasan Geopark Batur, tepatnya di Kecamatan Kintamani dan Kabupaten Batur.

Saat berkunjung ke Geopark Batur kita juga dapat melihat-lihat peninggalan bersejarah hebatnya letusan Gunung Batur di Museum Geopark Batur.

Gunung Sewu

Geopark Gunung Sewu telah diakui oleh UNESCO sejak 2015. Letaknya membentang di antara tiga kabupaten, yakni Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan. Geopark Gunung Sewu menyimpan kekayaan arkeologis warisan budaya manusia masa lalu.

Ada berbagai peninggalan budaya paleolitikum-neolitikum di geopark ini. Jika ditotal Geopark Gunung Sewu memiliki 33 situs warisan alam yang tersebar di Gunung Kidul (13 geosite), Wonogiri (7 geosite), dan Pacitan (13 geosite).

Kawasan karst di Pegunungan Sewu ini juga menyuguhkan panorama keindahan alam dari gugusan bebatuan nan indah. Memiliki sekitar 40 ribu bukit karst membuat Geopark Gunung Sewu menjadi kawasan karst terpanjang di Jawa.

Ciletuh geopark salah satunya di air terjun Tengah shutterstock
Geopark Ciletuh

Geopark Ciletuh

Geopark di Indonesia selanjutnya adalah Geopark Ciletuh. Geopark ini ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada 2018, sekaligus menjadi penopang ekonomi masyarakat setempat.

Geopark Ciletuh dikelilingi oleh hamparan aluvial dengan bebatuan unik dan pemandangan yang indah. Tidak hanya perbukitan batu, Geopark Ciletuh juga memiliki pantai dengan ombak yang disukai para peselancar dunia.

Kawasan ini memiliki luas 126.000 hektare yang mencakup delapan kecamatan. Ada beberapa objek wisata eksotis yang terdapat di kawasan Geopark Ciletuh, yakni Air Terjun Awang, Taman Purba, Bukit Panenjoan, dan masih banyak lagi.

Geopark Gunung Rinjani

Geopark Rinjani masuk sebagai Global Geoparks setelah dinobatkan oleh UNESCO pada 2018. Memenuhi separuh Pulau Lombok bagian utara, geopark membentang di Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, dan Kabupaten Lombok Timur.

Geopark ini memiliki kombinasi keanekaragaman hayati, fenomena kegunungapian, dan keragaman budaya masyarakat di dalamnya. Geopark Gunung Rinjani memiliki keragaman flora dan fauna yang sebagian besar merupakan endemik.

Geopark Danau Toba

Kawasan Danau Toba menyusul kawasan geopark lainnya sebagai UNESCO Global Geoparks. Prestasi Kaldera Danau Toba ini tidak bisa dilepaskan dari keragaman hayati dan budaya di kawasan ini.

Geopark Belitung

Kawasan Pulau Belitung dengan pantai-pantai berbatuan ditetapkan pula sebagai geopark global oleh UNESCO.

agendaIndonesia/kemenparekraf

*****

Liburan Glamping, Layaknya Hotel Berbintang 5

liburan glamping, kemah dengan fasilitas hotel bintang 5

Liburan glamping, atau glamorous camping, bisa menjadi pilihan yang berbeda untuk liburan. Ia tak sekadar tenda besar, tapi benar-benar menginap lebih dekat ke alam dengan fasilitas seperti hotel bintang lima.

Liburan Glamping

Biasanya banyak di antara kita yang berlibur akhir tahun bersama keluarga ataupun pasangan dengan menginap di hotel. Namun, karena rutin, bisa jadi liburan itu terasa membosankan. Tidak ada salahnya jika sekali-kali Anda mencoba menginap di hotel ala camping. Sejumlah hotel di Indonesia kini telah menawarkan konsep camping dengan sejuta kenyamanan. Istilahnya dikenal dengan glamping alias glamorous camping. Penasaran?  Pilihannya bisa disimak empat glamping berikut ini.

Resor Tenda

Terletak di utara Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Pulau Moyo memang sudah sangat dikenal sebagai salah satu destinasi bulan madu karena suasananya yang romantis. Di pulau ini terdapat Amanwana Resort yang merupakan satu-satunya resor tenda. Resort ini menyediakan 20 tenda mewah yang bisa ditempati untuk menikmati liburan romantis dan eksklusif bersama pasangan.

Para tamu dapat memilih tenda dengan pemandangan laut atau hutan sesuai keinginan. Semua tenda mewah ini punya fasilitas dan kenyamanan yang sama: lantai kayu yang hangat, atap kanvas, perabotan lengkap, pendingin udara, dan seprai linen yang lembut.Selama di Pulau Moyo, pelancong dapat pula menikmati berbagai aktivitas seperti trekking dan hiking karena pulau ini memiliki taman nasional untuk konservasi hewan seperti babi hutan, biawak, rusa liar maupun kera pemakan kepiting. Selain itu, Amanwana Resort juga menyediakan pilihan aktivitas lain, seperti scuba diving, snorkeling, kayak hingga windsurfing. Tarif kamarnya dari Rp 8 juta per malam.

Amanwana Resort, Pulau Moyo, Nusa Tenggara Barat

liburan glamping, bergaya hotel bintang lima di Amanwana Resort
Amanwana Resort di Pulau Mojo, Nusa Tenggara Barat

Suasana Mongol

Hanya sekitar dua jam perjalanan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, para pelancong sudah dapat menikmati kenyamanan tenda bintang lima bernuansa Mongolia di Highland Park Resort-Hotel. Dengan latar belakang pemandangan Gunung Salak yang indah berdiri 35 tenda mewah berlantai marmer dan ditutup atap vinyl.

Suasana khas Mongolia terasa ketika memasuki tenda bertirai yang ditata menyerupai tenda ala Raja Mongol. Tak perlu khawatir kehilangan fasilitas modern selama menginap di tempat yang berdiri di atas lahan seluas 12 hektare ini. Setiap tenda dilengkapi dengan TV LCD 32 inci, tempat tidur besar serta kamar mandi. Tertarik mengunjungi perkemahan mewah ini? Siapkan saja dana Rp 2 juta untuk tenda standar atau Rp 2,5 juta per malam untuk tenda deluxe.

Highland Park Resort, Bogor, Jawa Barat

Bergaya Rustic

Nama Jeeva Beloam Beach Camp semakin familiar di telinga para pelancong lokal maupun mancanegara. Betapa tidak, Jeeva Beloam menyajikan panorama pantai spektakuler di Tanjung Ringgit, Lombok Timur, dengan nuansa rustic menawan serta perabotan dari kayu. Berdiri di atas lahan seluas 55 hektare, Jeeva Beloam memiliki 11 beach camp atau disebut “Beruga”. Awalnya, Jeeva hanya memiliki 5 bungalow. Namun seiring meningkatnya  popularitasnya, pihak pengelola kemudian membangun 6 bungalow baru.

Jangan berharap dapat menikmati TV ataupun Wi-Fi untuk mengakses dunia maya. Bahkan, Jeeva Beloam harus mengandalkan generator untuk pasokan listriknya, karena daerah ini belum dialiri listrik. Listrik pun hanya digunakan malam hari. Untuk menginap di Jeeva Beloam, tamu harus merogoh kocek sekitar Rp 3,5 juta per malam. Tarif tersebut sudah termasuk sarapan, makan siang, dan makan malam untuk dua orang.

Jeeva Beloam Beach Camp, Tanjung Ringgit, Lombok

Suasana Pedesaan

Sandat Glamping, namanya. Terletak di Ubud, Bali. Penginapan ini menyediakan tenda-tenda mewah yang menjanjikan suasana pedesaan dengan hamparan sawah hijau yang tenang dan indah. Hanya berjarak 10 menit dari Ubud Central, Sandat Glamping menawarkan lima tenda mewah dan juga tiga vila berbentuk lumbung tradisional Bali yang dipadukan dengan fasilitas modern.

Seluruh tenda dan vila didekorasi dengan warna-warna netral dan mengadopsi desain rustic chic ala safari Afrika. Tidak perlu khawatir soal kenyamanan karena setiap vila dan tenda dilengkapi dengan kolam renang pribadi, lantai kayu, fasilitas air panas serta perabotan mewah, dan anggun ala Eropa. Tarif menginap di tenda mewah ini dari Rp 2,5 juta per malam.

Sandat Glamping; Ubud; Bali

Andry T./Dok. TL

Dolan Ke Kalimantan, Ini 6 Desa Yang Keren

Dolan ke Kalimantan ternyata banyak pilihan menarik yang bisa dikunjungi selain tempat-tempat wisata yang sudah dikenal umum. Kali ini main ke desa-desa wisata di provinsi-provinsi di Kalimantan.

Dolan Ke Kalimantan

Kalimantan adalah surga tempat wisata tersembunyi. Pulau terbesar di Indonesia ini tidak hanya dikelilingi berbagai macam pantai dan perbukitan yang menawan, tapi Kalimantan juga banyak memilikit desa-desa wisata keren yang menarik untuk dikunjungi saat liburan.

Dolan ke Kalimatan dan main ke desa wisata di beberapa daerah di pulau ini boleh dibilang akan menjadi momen yang unik dan baru bagi siapa saja. Pasalnya, wisatwan akan mendapatkan sekaligus mengenal berbagai kearifan lokal yang ada di setiap desa wisata dengan ciri khas dan daya tariknya masing-masing.

Berikut ini ada 6 desa wisata yang bisa dipilih saat dolan ke Kalimantan. Dimulai dari Provinsi Kalimantan Selatan.

Desa Wisata Loksado di Kalimantan Selatan

Nama desa wisata ini memang belum banyak dikenal wisatawan, namun Desa Wisata Loksado menyimpan harta terpendam yang sangat indah dan sayang dilewatkan saat dolan ke Kalimantan. Salah satunya adalah Air Terjun Haratai yang menjadi primadona pariwisata di Loksado, Kabupten Hulu Sungai Selatan. 

Selain air terjun, atraksi wisata di Loksado yang tidak kalah populer adalah Balanting Paring, yakni susur sungai menggunakan rakit bambu. Tergolong cukup ekstrem dan menantang, mengingat arus sungai yang cukup deras. Namun, rakit bambu ini merupakan salah satu transportasi tradisional masyarakat Loksado. Mereka sudah sangat piawai mengnahkodai rakit.

Desa Wisata Mandikapau di Kalimantan Selatan

Desa wisata di Provinsi Kalimantan Selatan ini tidak kalah menarik dibandingkan Desa Loksado. Adalah Desa Wisata Mandikapau, yang berlokasi di Danau Tamiyang, Kalimantan Selatan. Keunggulan Danau Tamiyang terletak pada air yang berwarna biru jernih, dengan latar belakang perbukitan hijau yang indah nan eksotis.

Saat pertama dolan ke Kalimantan dan tiba di Desa Wisata Mandikapau, para wisatawan akan disambut dengan jembatan warna-warni sepanjang 130 meter yang membelah danau. Wisatawan juga bisa duduk bersantai di gazebo pinggir danau dan menikmati berbagai kuliner, sambil melihat pemandangan danau yang luas.

Dolan ke Kalimantan jangan lewatkan main ke desa-desa wisata di daerah ini.
Desa wisata Tiwingan Lama di Kaliantan Selatan. Foto: shutterstock

Desa Wisata Tiwingan Lama

Masih di Kalimantan Selatan, kali ini tepatnya di Kabupaten Banjar. Di sini terdapat Desa Wisata Tiwingan Lama dengan potensi luar biasa yang menjadi magnet bagi seluruh wisatawan.

Puncak Matang Kaladan menjadi salah satu potensi dan destinasi wisata andalan dari Desa Wisata Tiwingan Lama. Sebab, Puncak Matang Kaladan digadang-gadang memiliki keindahan alam yang menyerupai Raja Ampat. Menarik untuk dikunjungi wisatawan.

Desa Wisata Pampang di Kalimantan Timur

Berbeda dengan desa wisata lainnya, Desa Wisata Pampang yang terletak di Kecamatan Samarinda Utara, Kalimantan Timur, ini menjadi rumah bagi suku Dayak Apo Kayan dan Dayak Kenyah. 

Dolan ke Kalimantan dan berkunjung ke Desa Pampang untuk mengenal budaya masyarakat Dayak.
Perempuan Dayak di Desa Pampang. Foto: dok Shutterstock

Menjadi salah satu aset budaya di Kalimantan, Desa Wisata Pampang menjadi destinasi liburan yang tepat untuk mengenal Suku Dayak dari dekat. Wisatawan bisa melihat langsung rumah adat megah yang dipenuhi ukiran khas Dayak, serta berbagai pertunjukan tarian di Desa Wisata Pampang, seperti Bangen Tawai, Kanjet Anyam Tali, dan banyak lagi.

Desa Wisata Miau Baru

Masih di Provinsi Kalimantan Timur, wisatawan bisa datang ke Desa Wisata Miau Baru yang tak kalah menarik untuk dikunjungi karena masih menjaga budaya asli dengan sangat baik. 

Sebut saja salah satunya kompleks pemakaman yang dikelilingi oleh ukiran motif Dayak Kayan yang khas, dan hanya ditemukan di Desa Wisata Miau Baru, Kecamatan Kombeng, Kalimantan Timur. Di sini juga sering diadakan pertunjukan seni tari Suku Dayak Kayan yang masih dilestarikan hingga sekarang.

Desa Wisata Sungai Kupah di Kalimantan Barat

Berlokasi di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Desa Wisata Sungai Kupah merupakan desa wisata yang dikelilingi keindahan alam bahari dan budaya lokal yang kental. 

Kerajinan Desa SUngai Kupah Kemenparekraf
Kerajinan Desa Sungai Kupah di Kalimantan Barat. Foto: dok. Kemenparekraf

Daya tarik desa wisata di Kalimantan ini adalah menjadi tempat pengembangan wisata mangrove. Wisatawan bisa menyusuri hutan mangrove, susur sungai dan jika beruntung dapat melihat spesies monyet langka, hingga berkunjung ke kampung nelayan setempat.

Pengunjung juga bisa melihat langsung seni budaya yang khas di Desa Wisata Sungai Kupah, seperti tari Mangrove yang menggambarkan kondisi lingkungan mangrove saat ini. Lalu, ada juga seni budaya Tundang atau pantun dendang, yaitu penampilan pantun yang diiringi dengan gendang.

Dengan mengunjungi desa-desa wisata yang ada di Pulau Kalimantan tersebut, wisatawan dapat merasakan langsung budaya lokal yang masih terjaga kelestariannya hingga sekarang. Tentu perjalanan tersebut juga bisa dikombinasikan ke spot-spot wisata yang lain.

Ketika dolan ke Kalimantan Selatan, misalnya, pengunjung bisa bermain ke Pasar Terapung. Atau, main juga ke Taman Nasional Tanjung Putting di Kalimantan Tengah untuk menyambangi habitat Oran Utan.

agendaIndonesia/kemenparekraf

*****