UNESCO Tetapkan Sawahlunto Warisan Dunia

Keindahan seputar Singkarak salah satunya menikmati peninggalan pertambangan ombilin di Sawahlunto.

UNESCO tetapkan Sawahlunto Warisan Dunia kategori budaya. Yang ditetapkan ini adalah bekas pertambangan ombilin di wilayah tersebut, Sawahlunto, Sumatera Barat.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya memberikan apresiasi tertinggi atas diakuinya bekas lokasi pertambangan Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat, sebagai warisan dunia kategori budaya oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB atau UNESCO.

Standar global yang dimaksud diwujudkan dalam bentuk membangun bandara internasional di banyak tempat. Sementara dari sisi amenitas, ditandai dengan makin banyak dikembangkan hotel-hotel bintang 5 yang berkelas dunia di berbagai destinasi.

“Ketiga adalah atraksi yang juga harus berkelas dunia. Di banyak tempat di dunia, UGG itu selalu memberi dampak yang signifikan terhadap wisatawan. Brandingnya langsung mendunia karena diakui oleh UNESCO, lembaga dunia,” kata Menpar.

Ombilin menambah koleksi Indonesia yang saat ini memiliki empat warisan dunia kategori alam yakni Taman Nasional Komodo (1991), Taman Nasional Lorentz (1999), Hutan Tropis Sumatera (2004), dan Taman Nasional Ujung Kulon (1991).

Selain itu, Indonesia sudah punya empat warisan dunia kategori budaya, yaitu Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), Situs Sangiran (1996), dan sistem Subak di Bali (2012).

 

 

****

Festival Muara Wampasi 2019 yang Unik

Festival Muara Wampasi 2019 kembali digelar Pemerintah Kabupaten Kepulauan Biak, Papua. Festival ini diharapkan akan menjadi daya tarik pariwisata daerah ini, selain hal-hal yang selama ini sudah dikenal masyarakat.

Festival Muara Wampasi 2019

Tradisi unik masyarakat di Kepulauan Biak, Papua, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung dalam Festival Biak Muara Wampasi VII di Kepulauan Biak, Papua. Festival ini berlangsung pada 1-6 Juli 2019.

Sekretaris Daerah Kepulauan Biak, Papua Markus Mansnebra, mengatakan Biak mempunyai tradisi seni dan kebudayaan yang beragam antara lain snap moratau menangkap ikan di air laut surut, dan apen beyeren atau berjalan kaki di atas batu panas. Budaya unik masyarakat Biak ini ditampilkan pada Festival Biak Munara Wampasi 2019.

“Daerah ini juga memiliki destinasi wisata unggulan lain yaitu Telaga Samares, Pantai Batu Picah, dan Gua Jepang,” katanya Markus.

Pagelaran budaya yang berbalut pariwisata ini, lanjut Markus, semakin membuka mata masyarakat untuk senantiasa mengubah haluan dari bidang kelautan di mana masyarakatnya lebih banyak bekerja sebagai nelayan kini perlahan mulai berfokus kepada pariwisata.

Sebagian besar masyarakat di Biak sudah semakin sadar bahwa pariwisata membawa dampak yang baik terlebih dengan mengutip ungkapan Menteri Pariwisata Arief Yahya bahwa pariwisata semakin dilestarikan semakin menyejahterakan. Hal tersebut, semakin nyata bahwa pariwisata bisa memberikan dampak besar bagi perekonomian selain sebagai nelayan.

Di tempat yang sama, anggota Calender of Event Kementerian Pariwisata Raseno Arya menambahkan bahwa festival ini juga semakin memperlihatkan keberadaan pariwisata Indonesia dari sisi yang lain yakni sisi budaya.

“Biak menjadi salah satu pulau paling indah di Indonesia Timur selain kekayaan alam, ada juga pulau tiga warna. Kita melihat bahwa kekuatan budaya sangat menonjol sehingga sangat layak untuk dipelihara dan dilestarikan, nuansa budaya juga harus lebih dikentalkan lagi,” katanya.

Dengan melihat latar belakang sebelumnya, di mana di tahun 1990-an di Biak pernah didaratkan maskapai asing yang bertujuan ke Honolulu maupun Jepang. Oleh karenanya, perlu dihidupkan kembali sehingga Kepulauan Biak semakin dikenal kembali karena keindahan alam yang dimilikinya.

“Kita bisa lihat, selain pesawat ATR dan bombardier maka pesawat boeing sudah mendarat di Bandara Biak, artinya pasokan wisatawan yang datang juga semakin besar dan mudah untuk menikmati pariwisatanya. Belum lagi, Biak memiliki wisata sejarah di dalamnya salah satunya adalah Goa Jepang,” ujarnya.

 

****