Bakmi Mbah Hadi salah satu ikon kuliner di Yogyakarta.

Jajanan Yogya selalu bikin kangen, terutama buat mereka yang pernah tinggal atau mengenyam pendidikan di kota pelajar ini. Yogya memang kota yang penuh daya tarik dan membuat orang yang pernah berkunjung kesana selalu merasa ingin “kembali” ke jajanan tempo dulu mereka .

Jajanan Yogya Tempo Dulu

Meskipun di tengah gempuran kuliner kontemporer dan waralaba raksasa, baik dari dalam maupun luar negeri, sejumlah jajanan asli Yogja masih tetap bisa bertahan hingga sekarang. Selain karena rasa dan lokasinya yang bikin kangen, juga suasana guyup, santai, dan klangenan yang membuat mereka mampu menembus jaman. Beberapa destinasi wisata jajanan tradisional hingga saat ini tetap kebanjiran pecintanya, berikut empat di antaranya.

Bakmi Pele Alun-Alun Utara

Bakmi Jawa yang sangat populer di Yogya adalah Bakmi Pele. Lokasinya yang sangat strategis di area pojok timur Pagelaran Alun-Alun Utara, membuat warung ini sangat mudah diingat. Didirikan pertama kali pada 1983 oleh Suharjiman, yang sehari-harinya bekerja sebagai pelatih bola anak-anak. Karena ada kaitannya dengan sepakbola itulah, maka tempat ini kemudian dikenal sebagai Bakmi Pak Pele atau Bakmi Pele.

Begitu warung dibuka di senja hari, antrian sudah mulai terlihat. Kalau pas akhir pekan atau libur panjang di Yogya, jangan harap pesanan kita bisa segera hadir di meja dengan cepat. Bisa-bisa harus menunggu cukup lama. Pada musim liburan mereka biasa menjual hingga 500 porsi per harinya. Dahsyat ya? Tips kami, sebaiknya jangan datang ke sini dalam keadaan sangat lapar. Hal tersebut dikarenakan mereka memasak pesanan kita maksimal hanya dua porsi untuk sekali masak. Sekali lagi, konon ini untuk menjaga cita rasanya.

Menu-menu yang tersedia di sini sangat bervariasi: selain mie rebus, mie goreng dan mie nyemek. Yang khas dari mie di sini adalah campuran tambahan telor bebeknya dan kol. Selain mie jawa, rupanya mereka juga punya menu andalan ayam rica-rica yang tidak ada di list dan hanya dibuat “based on request”. Adapun minuman andalan di sini yang menjadi favorit pengunjung yaitu wedang jahe panas yang diseduh dengan gula jawa.

Bakmi Pele

Arel Pojok Timur Pagelaran Alun-Alun Utara Yogyakarta

Buka jam 17.30 – 24.00

Lotek  Dan Gado-Gado Teteg Baciro

Disebut Lotek Teteg karena di awal berdiri pada 1968 lokasinya berada di sekitar teteg sepur (bahasa Jawa yang artinya pintu palang kereta api) di daerah Baciro. Karena pertimbangan keselamatan perkeretaapian, warung ini pindah lokasi di areal parkir Kantor DPD Golkar di Baciro.

Lotek merupakan makanan khas Jawa yang kaya sayur-sayuran. Bumbunyaterdiri dari kacang goreng, gula merah, cabe, bawang putih, kencur, air asam, dan garam. Campuran bumbu tersebut diuleg di dalam cobek batu hingga halus. Bumbu inilah yang kemudian dicampur dengan rebusan beberapa sayuran seperti bayam, kangkung, tauge, kol, kacang panjang . Dalam penyajiannya dilengkapi dengan kerupuk bawang.

Yang menarik perhatian di warung Lotek Teteg ini adalah cobek besar dengan ukuran diameter sekitar 80 cm. Diperlukan ketrampilan dan tenaga yang cukup kuat dalam proses menguleg bumbu tersebut. Tak heran, tugas menguleg bumbu dilakukan oleh seorang laki-laki .

Lotek dan Gado-gado Teteg

Jl. Argolubang 184 , Baciro, Yogyakarta

(timur Stasiun Lempuyangan)

Buka jam 8.30-16.00

Lotek Dan Gado-Gado Bu Bagyo Colombo

Masih menu makanan yang sama, gado-gado dan lotek. Ini nama lain yang legendaris di kota pelajar ini. Bermula dari usaha kecil di Jalan Moses Colombo, di samping Universitar Sanata Darma pada 1985. Sekarang pemiliknya telah membuka cabang di lebih dari 10 lokasi menyebar se antero Yogya dan sekitarnya. Jumlah karyawan yang bekerja di sini hampir 150 orang.

Untuk menjaga cita rasanya, setiap karyawan yang bertugas meng”uleg” adonan harus melewati pelatihan intensif selama kurun waktu tertentu. Bahkan untuk gado-gadonya, bumbunya dikirim langsung dari pusatnya di Colombo.

Yang khas dari racikan Lotek dan Gado-Gado Colombo ini adalah selain campuran bumbu kacang dan rebusan aneka sayur, tersedia bakwan goreng yang dipotong kecil-kecil yang diaduk bersama bumbunya. Rasa bakwan yang renyah dan gurih ini yang membuat penikmatnya ketagihan untuk menghabiskan hingga sendok terakhir.

Lotek dan Gado-gado Bu Bagyo Colombo

Pusat; Jl. Moses Gatotkaca No.3 Yogyakarta

(samping kampus Universitas Sanata Dharma)

Buka jam 09.00-17.00

SGPC Bu Wiryo

Destinasi kuliner ini merupakan tempat sarapan pagi yang cukup terkenal di Yogyakarta. SGPC sendiri kependekan dari Sego Pecel. Bagi sebagian orang yang pernah kuliah di Universitas Gadjah Mada dan sekitarnya, biasanya rasanya ada yang kurang bila belum absen sarapan di warung ini.

Pada awalnya SGPC berlokasi di sebuah lahan sempit di fakultas Tekonolgi Pertanian UGM, atau di sebelah timur Kantor Pusat UGM, dan didirikan sejak 1959 oleh keluarga Wiryosoenarto. Sejak 1994 mereka pindah ke areal yang lebih luas di Jl. Agro sebelah Utara Selokan Mataram atau utara Fakultas Peternakan.

Menu utama yang disediakan tentunya nasi pecel berisikan aneka sayuran seperti bayam, kangkung, kacang panjang, tauge dan kol. Ada juga menu tambahan lain, yakni  nasi sop. Nasi sop nya unik karena dikombinasikan dengan sayur bayam. Yang khas dari warung ini adalah semua kelengkapan menu, yaitu lauk pauknya, disajikan rapi berjajar di satu meja memanjang. Kita tinggal pilih dan ambil sesuai selera. Apa saja? Ada telor ceplok, tahu tempe goreng, aneka camilan gorengan tempo dulu dan juga sate kerang dan sate telor puyuh.

Kalau masih belum puas makan di tempat, kita bisa membeli bumbu pecelnya saja. Harganya? Siap-siap merogoh kocek lebih dalam, Rp 150 ribu/kg. Cukup mahal untuk ukuran bumbu pecel. Tapi bagi sebagian orang yang  punya keterikatan emosional dengan rasa SGPC Bu Wiryo aang membelinya.

SGPC Bu Wiryo

Jl. Agro CT VIII No. 10, Klebengan Yogyakarta

Buka : jam 06.00 – habis (sore)

Yuk bagikan...

Rekomendasi