Kuliner di Pantai Seger, 40 Kilo dari Mataram

Kuliner di Pantai Seger di Spice Market Novotel

Kuliner di pantai Seger di kawasan Mandalika di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, bisa menjadi pilihan segar selama jalan-jalan di Lombok. Meskipun berada di dalam hotel dengan posisi di pinggir pantai tak menghalangi pengunjung non-tamu bersantap sambil menikmati pantai.

Kuliner di Pantai Seger

Bangunan tradisional khas Lombok yang terbuka itu terasa hangat me- nyambut. Beratap ilalang kering dengan dominasi kayu dalam interiornya, termasuk lantainya. Setelah menikmati nuansa cokelat di sekeliling, bukan sajian yang pertama saya lirik. Melainkan pasir putih di depan restoran dan debur ombak yang nyaring terdengar. Pantai Putri Nyale atau Seger memang ada di depan mata. Pantai ini berada tepat di sebelah Pantai Kuta, Lombok Tengah.

Kala pagi, kehangatan terasa. Ketika bergeser ke siang, panas agak terasa menyengat, khas hawai pantai. Namun sepoi-sepoi angin membuat duduk di kursi-kursi kayu tetap terasa nyaman. Teguklah Fruit Punch atau Virgin Mochito nan segar untuk membuat tubuh adem.

Malam hari tentunya akan terasa lebih romantis. Menikmati sajian dengan iringan debur ombak. Pilihan atmosfer yang berbeda-beda memang bisa dirasakan di restoran di Novotel Lombok Resort & Villas, yang berada di Mandalika Resort Pantai Putri Nyale, Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, ini. Tak perlu menjadi tamu hotel untuk menikmati sajian mereka.

Berada tak jauh dari bibir pantai,resto ini mempunyai suguhan istimewa yang alami. Khas daerah pesisir pulau ini; pasir putih yang lembut, dengan perbukitan di sekelilingnya. Untuk sajian di meja makannya, tak kalah beragam. Sajian lokal, tentunya mendapat tempat khusus. Authentic Ayam Taliwang, salah satunya. Paduan ayam panggang dengan nasi dan sayuran ini dipatok Rp 140 ribu. Tak ada gambar cabai yang menjadi simbol pedas dalam menu. Saat dicicipi, memang tak ada rasa menyengat. Rupanya, soal pedas tergantung permintaan. Maklum, sebagian besar tamu datang dari mancanegara. Namun bumbu khas Lombok melekat kental pada ayam tersebut.

Dengan mengusung nama Spice Market, beragam suguhan Indonesia yang kaya rempah pun menjadi pilihan. Hidangan juara dunia dari Sumatera Barat pun bisa dicicipi di sini. Padang’s Beef Rendang yang dihargai Rp 155 ribu itu cukup mengenyangkan karena mengandung 540 kalori. Rasa rendang aslinya tetap terasa kuat. Di tepi laut, sering kali yang dicari orang adalah menu berbahan ikan laut. Doyan ikan bakar? Ada pilihan Grilled Mahi Mahi dengan sambal matah atau Grilled Baby Fish dengan sambal dabu-dabu yang terasa segar.

kuliner di pantai Seger Lombok Tengah, Spice Market Lombok

Sate yang menjadi hidangan khas Indonesia pun masuk daftar menu. Sate kambing, ayam, dan sapi dipadu dalam sebuah wadah dengan kuah kacangnya plus asinan. Penggemar bebek bisa mencicipi Bebek Betutu yang menjadi khas pulau di seberang Lombok. Semua sajian lokal dipadu dengan nasi. Ikan tawar pun ada dalam daftar menu, di antaranya Ikan Nila Goreng Lalapan, yang dibanderol Rp 95 ribu.

Untuk yang gemar sayuran, ada plecing kangkung, gado-gado Lombok, Seafood Nyale Beach Salad, serta salad lain, seperti Thai Chicken Noodle Salad, Papaya Salad, Green Garden Salad, dan lain-lain. Sebagian tamu yang da- tang adalah keluarga. Suguhan pun ada yang dibuat untuk kelompok anak-anak. Ada pilihan sandwich dan burger, dengan isi beragam, mulai ikan, daging sapi, ayam, hingga kambing. Selain itu, ada pizza dengan berbagai topping.


Di malam hari, ingin yang berkuah dan hangat, bisa mencicipi Lombok Oxtail Soup, Soto Ayam, Thai Tom Yam Goong yang terasa pedasnya, Wonton Soup, atau Cream of Mushroom Soup. Selain itu, tersedia beragam steak. Terlihat memang ada beberapa tamu yang berpasangan. Berada di pulau yang menjadi destinasi halal ini, menurut seorang sales & marketing hotel bintang empat ini, hidangan yang tersedia merupakan sajian halal.

Lantas, untuk tamu yang tinggal dalam jangka panjang pun, tak bakal dibikin bosan dengan pilihan hidang- annya. “Setiap hari dibuat tema khusus untuk buffet di malam hari. Juga ada hiburan spesial,” katanya. Seperti pada hari Minggu, ditawarkan Seafood Beach Barbeque dengan Romantic Beach Bonfire. Pada Rabu, disajikan Italian Buffet dengan hiburan Novotel Band, sedangkan Selasa, prasmanan berupa Unlimited BBQ dengan suguhan budaya tari sasak Lombok.

Bahkan, ia menyebutkan, untuk membuat kemeriahan di restoran, karyawan hotel dan restoran pun kadang dilibatkan. Misalnya, pada Jumat, selain disajikan hidangan prasmanan berupa All American Buffet, dihadirkan hiburan dari para karyawan yang dikemas sebuah acara pencarian bakat. Dibikin meriah sehingga tamu dan karyawan sama-sama merasakan kegembiraan.

Spice Market Restaurant

Novotel Lombok Resort & Villas Mandalika Resort Pantai Putri Nyale Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat

Operasional

Sarapan: pukul 07.00-10.30; Makan Siang: pukul 12.00-17.00; Makan Malam: pukul 18.30-20.30

Kapasitas

120 orang

Rita N./Frann/Dok. TL

Toko Oen Semarang, Nostalgia 90 Tahun

Toko Oen Semarang adalah kulinari peninggalan zaman Belanda.

Toko Oen Semarang hingga kini masih menjadi salah satu tempat klangenan bagi warga Semarang dan para pelancong yang datang berlibur. Hingga kini di usianya yang sekitar 90 tahun. Usaha keluarga turun temurun ini pun masih menawarkan hidangan otentik dengan nuansa kolonial yang kental.

Toko Oen Semarang

Sejatinya, meski bernama Toko Oen, tempat ini merupakan kedai makan yang awalnya menjajakan aneka kudapan seperti es krim, roti-rotian dan kue kering. Seiring berjalan waktu, kini mereka juga menawarkan ragam masakan Indonesia, Belanda dan Tiongkok.

Yang unik lagi, meski kini identik sebagai spot kuliner Semarang, namun toko ini justru muncul pertama kali di Yogyakarta pada 1910. Usaha ini diprakarsai oleh sepasang suami istri, Oen Tjoen Hok dan Liem Gien Nio.

Mulanya, mereka berjualan kudapan seperti es krim, kue kering dan aneka olahan roti yang saat itu disukai oleh orang-orang Belanda yang tinggal di Indonesia. Nama ‘Oen’ sendiri berasal dari panggilan mereka sehari-hari, opa dan oma Oen, dari istilah Belanda untuk yang ditetuakan.

Gerai Kue kue Kering IG Toko Oen
Toko Oen Semarang dengan gerai kue-kue keringnya. Foto: IG Toko Oen

Karena semakin banyak pelanggan dan bisnis semakin maju, belakangan mereka juga menjajakan beragam makanan besar ala Indonesia, Belanda dan Tiongkok. Tak hanya itu, mereka kemudian membuka beberapa cabang di kota-kota lain.

Cabang pertama mereka dibuka di Jakarta pada 1934, dan kemudian di Malang sekitar dua tahun setelahnya. Tak lama, mereka juga membuka cabang di Semarang setelah membeli gedung restoran milik seorang pengusaha asal Inggris, yang terletak di jalan Pemuda.

Toko terakhir itulah yang kemudian terus menjadi usaha keluarga dan sudah dikelola oleh generasi ke tiga hingga kini. Bahkan, Toko Oen Semarang bisa dikatakan sebagai salah satu usaha kuliner milik keluarga pribadi yang tertua di Indonesia.

Pun demikian, usaha ini bukannya tanpa pasang surut. Toko di Yogyakarta sudah tutup sejak 1937 agar berfokus pada tiga cabang baru, sementara pada 1973 cabang di Jakarta akhirnya dijual untuk dijadikan gedung perkantoran bank ABN (Algemene Bank Nederlands).

Toko cabang di Malang kemudian turut dijual pada 1990. Rencana pembangunan ulang dilarang oleh pemerintah kota Malang, dengan alasan gedung tersebut dianggap sebagai salah satu cagar budaya penting di kota apel itu.

Belakangan gedung tersebut justru digunakan kembali sebagai kedai makanan seperti semula, dan juga menggunakan nama ‘Oen’. Namun yang perlu diingat, toko ini sudah tidak lagi menjadi bagian dari usaha keluarga toko Oen yang asli.

Kendati begitu, lewat Oen Foundation yang merupakan lembaga pelestarian cagar budaya era kolonial di Indonesia, sekaligus perwakilan toko Oen yang asli, kemudian membolehkan usaha tersebut berjalan. Syaratnya, gedung beserta detail arsitekturnya tetap dipertahankan.

Bisa dibilang, otentisitas toko Oen Semarang lantas menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjungnya. Pelanggannya pun beragam, mulai dari warga lokal Semarang, hingga wisatawan lokal, mancanegara, serta mereka yang pulang kampung dan ingin bernostalgia.

Toko oen poffertjes
Poffertjes atau apem Belanda yang khas di resto ini. Foto: IG Toko Oen

Secara umum, menu yang ditawarkan masih sama sejak dulu dan terus dipertahankan. Menu makanan ringan seperti poffertjes, bitterballen, kroket, risoles dan lumpia masih jadi pilihan favorit bagi pengunjung yang sekedar ingin kudapan ringan sambil menikmati suasana.

Untuk yang ingin makan besar, tersedia menu utama dari dalam dan luar negeri, utamanya masakan otentik Belanda dan Tiongkok. Semisal chicken cream soup, kekian goreng, kit lian hai (udang goreng saus tomat), huzarensla (salad daging ala Belanda), aneka bistik, dan lainnya.

Ragam jenis es krimnya juga sayang untuk dilewatkan. Beberapa menu es krim yang cukup populer di sini misalnya napolitaine, chipolata, tutti frutti, mocca dan nutella nougatine, vruchten sorbet, tiramisu, rum raisin, kopyor, dan lain sebagainya.

Yang cukup unik, es krim di toko Oen Semarang hingga kini masih dibuat menggunakan mesin pembuat es krim dari Italia, yang konon sudah ada sejak 1920-an. Serta sebagai catatan, beberapa varian seperti rum raisin juga mengandung alkohol.

Toko Oen Semarang Ice Cream IG Toko Oen
Ice Cream Toko Oen masih dibuat dengan mesin Italia. Foto: IG Toko Oen

Selain itu, pengunjung juga bisa memesan es krim dalam ukuran satu liter dengan berbagai pilihan rasa untuk disantap beramai-ramai. Dan ada pula opsi untuk memesan es krim yang dipadu dengan poffertjes atau pannekoek.

Last but not least, mereka juga masih menawarkan aneka kue kering yang juga cocok sebagai oleh-oleh. Strawberry sprits, chocolate sprits, vanilla sprits, soes kering, kaasstengel, lidah kucing, ananas dan boterkrantjes merupakan beberapa kue kering favorit.

Setiap kue kering tersebut kemudian ditampilkan dalam jejeran toples dari kaca yang berukuran cukup besar. Pengunjung dapat melihat-lihat sambil mencicipi berbagai jenis kue kering yang beberapa di antaranya sudah mulai jarang dijual dan sulit untuk dicari.

Untuk ukuran restoran otentik, harga menunya pun terbilang cukup reasonable. Menu makanan ringan seperti poffertjes, bitterballen, risoles, kroket dan lumpia harganya berkisar dari Rp 17 ribu hingga Rp 35 ribu.

Kemudian untuk menu-menu seperti sup, salad, serta masakan Indonesia dan Tiongkok rata-rata berada di kisaran Rp 30 ribu-an sampai Rp 60 ribu-an. Sedangkan aneka ragam bistik dan bebakaran barbecue harganya di atas Rp 100 ribu.

Adapun untuk harga es krim berkisar dari Rp 20 ribu hingga Rp 45 ribu. Kalau ingin memesan es krim dengan poffertjes atau pannekoek harganya Rp 40 ribu. Sementara untuk es krim ukuran satu liter dijual mulai dari Rp 300 sampai 375 ribu, tergantung dari pilihan rasanya.

Selain dari beragam pilihan makanan otentik tersebut, daya tarik terbesar toko Oen Semarang tentulah nuansa kolonialnya yang kuat. Selain karena bangunannya yang lawas masih dipertahankan, dekorasi serta ornamen yang digunakan di dalam juga semakin menguatkan vibe tersebut.

Terdapat beragam barang-barang antik, foto-foto lama serta furnitur dari kayu dan rotan yang menampilkan kearifan lokal tempo dulu. Cocok bagi mereka yang ingin klangenan bersama keluarga dan teman, atau mereka yang ingin sekedar merasakan suasana ala masa kolonial.

Toko Oen Semarang biasa buka setiap hari dari jam 10.00 hingga jam 22.00. Yang menarik, umumnya saat ini toko Oen lebih ramai dikunjungi saat jam makan siang, ketimbang pada jam makan malam. Kala sore pun terkadang cukup ramai, utamanya mereka yang hanya ingin bersantai sambil ngemil.

Toko Oen Semarang

Jl. Pemuda no. 52, Semarang

Telp. (024) 3541683

Instagram: tokooen

agendaIndonesia/audha alief praditra

*****

Bir Pletok Betawi, 1 Minuman “Wine” Lokal

Bir pletok Betawi sebuah minuman khas Indonesia

Bir pletok Betawi tidak diketahui kapan persisnya ditemukan atau dibuat, namun minuman ini punya standardisasi proses pembuatannya. Banyak yang menyebut bahwa minuman lokal ini muncul sebagai ‘perlawanan’ terhadap tradisi minum wine di zaman kolonial Belanda.

Bir Pletok Betawi

Minuman bir pletok menurut ceritanya diciptakan masyarakat Betawi sebagai substitusi atau pengganti dari anggur merah (wine) yang dibawa orang-orang Belanda dari Eropa. Pengganti, karena masyarakat Betawi umumnya memeluk agama Islam yang tidak mengkonsumsi alkohol.

Meskipun diberi nama bir, bir pletok Betawi sama sekali tidak mengandung alkohol. Minuman ini memang bisa berfungsi sebagai penghangat badan, tapi halal. Pada masanya, ia juga dihidangkan dalam pesta-pesta masyarakat Belanda untuk menghormati warga muslim.

Penamaan minuman ini punya cerita sendiri. Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, bir pletok muncul sejak era kolonial Belanda. Orang Eropa yang menetap di Jakarta sering meminum bir dan wine di waktu senggang untuk menghangatkan badan. Tak mau kalah, masyarakat betawi pun menciptakan minuman mereka sendiri yang fungsinya hampir sama. Hanya saja tak mengandung alkohol.

Bir Pletok Warisan Budaya shutterstock
Kini bir pletok Betawi bisa diminum dingin menyegarkan. Foto: shutterstock

Penggunaan kata ‘bir’ tidak merujuk pada minuman beralkohol, melainkan ‘sumber mata air’ yang disadur dari bahasa Arab birun atau abyar. Sementara kata ‘pletok’-nya memiliki beberapa pemahaman.

Pertama, minuman ini dulu dikemas dalam tabung bambu sebelum diminum. Ada beberapa asumsi dan pendapat mengenai nama ‘pletok’ dalam sajian minuman tradisional ini. Pertama karena bunyi pletok yang keluar saat orang Belanda membuka botol wine. Agar melengkapi istilah bir-nya, kata pletok pun disematkan untuk melengkapi.

Pengertian ke dua karena yang menyebut karena akibat bunyi pletok yang berasal dari kulit secang yang merupakan salah satu bahan minuman ini. Sementara itu ada pula yang menyebut pletok adalah bunyi yang keluar dari tabung bambu dari es batu dalam bumbung atau selongsong bambu ketika mencampur minuman. Akhirnya, jadilah bir pletok.

Sebagai minuman tradisional, bir pletok tentu diolah dari bahan pokok yang ada di sekitar masyarakat. Rempah-rempah yang digunakan untuk membuat minuman ini adalah jahe, kapulaga, pandan wangi, dan serai. Beberapa bir pletok juga ditambahkan dengan kayu secang untuk membuat warnanya menjadi merah alami seperti wine.

Kombinasi rempah-rempah ini menghasilkan cita rasa yang unik: sedikit pedas, manis, dan hangat. Selain itu, penggunaan pandan wangi juga menyumbang aroma yang harum. Tak ayal, penikmat bir pletok begitu mencintai minuman khas dan berkhasiat ini.

Bir Pletok Betawi shuttrstock

Pada masa kolonial, minuman ini sering dikonsumsi malam hari. Namun, kini bir pletok diminum kapan saja, sebagai penghangat di malam hari sebagai penyegar tubuh di siang hari dengan campuran es batu.

Walaupun pada zaman dahulu bir pletok menjadi minuman yang merakyat yang dijajakan oleh pedagang keliling, kini keberadaannya mungkin agak sulit didapati. Begitupun jika wisatawan ingin mencicipi minuman tradisional khas Betawi ini, dapat mengunjungi beberapa perkampungan Betawi.

Cara pembuatan bir pletok Betawi sendiri juga cukup mudah. Pertama geprek jahe dan serai kemudian rebus air hingga mendidih. Setelah itu masukkan bahan lainnya, lada, kapulaga, daun jeruk purut, daun pandan, kayu manis, cengkeh, dan kulit kayu secang. Jangan lupa ditambahkan gula pasir sesuai selera. Setelah mendidih sekitar 10-20 menit, angkat dan bir pletok Betawi sudah bisa dinikmati.

Yang paling khusus dalam proses pembuatannya adalah kapan bahan secang dimasukkan. Pada zaman sekarang banyak orang memasukkan seluruh bahan dalam air dan direbus bersamaan. Menurut sesepuh Betawi, cara itu kurang tepat.

Menurut mereka, secang harus dimasak atau direbus tersendiri. Bahan inilah yang menghasilkan warna merah. Dengan merebusnya dahulu, akan diperoleh warna merah di tingkat yang diinginkan.

Ramuan Bir Pletok shutterstock

Bisa pula sebaliknya, dengan menggodok semua bumbu terlebih dulu, baru ketika sudah mendidih, kemudian masukkan secang agar bisa menakar kadar warna yang ingin dihasilkan. Warna merah ini dianggap cukup penting karena dari sejarahnya minuman ini untuk menggantikan wine merah.

Dengan warna merah yang mirip dengan wine merah, ketika disajikan dalam pesta tidak terlihat perbedaan mereka yang minum minuman beralkohol, dan yang tidak.

Kini minuman ini sering disajikan dalam pesta pernikahan atau khitanan orang Betawi. Atau jika datang sebagai wisatawan, bisa mengunjungi kawasan wisata masyarakat Betawi di Setu Babakan. Bisa juga datang ke Pekan Raya Jakarta saat ulang tahun Jakarta. 

Pada masa kolonial, minuman ini sering dikonsumsi malam hari, mengingat cuaca Jakarta yang panas di sing hari dan dingin di malam hari saat itu. Tapi kini bir pletok Betawi bisa diminum kapan saja, sebagai penghangat di malam hari sebagai penyegar tubuh di siang hari dengan campuran es batu. Mau mencoba?

agendaIndonesia

*****

3 Selera Sedap Medan Penggugah Semangat

3 selera sedap medan seperti Gulai Ikan Salai

3 selera sedap Medan, Sumatera Utara, bisa menjadi pilihan saat berkunjung ke kota ini. Semuanya sedap, dan membuat orang ingin menyantapnya lagi. Dan lagi.

3 Selera Sedap Medan

Sumatera Utara terdiri atas 26 kabupaten/kota madya, yang tersebar dari ujung Daerah Istimewa Aceh dan Sumatera Barat. Rasa makanan dari daerah yang berlainan tentu berbeda. Ada yang terkena pengaruh santan dan pedas dari Sumatera Barat, ada pula yang memunculkan kekhasan dapur suku Batak. Tapanuli Selatan, yang berdekatan dengan Sumatera Barat, mempunyai pilihan menu dengan santan kental. Sebaliknya dengan Tapanuli Utara, yang banyak menawarkan sajian tanpa kuah.

Dengan keberagaman itu, rumah makan daerah pun memiliki ciri sendiri. Jenis rumah makan tersebut kini semakin menjadi daya tarik wisata di Medan. Dan beberapa yang ramai dikunjungi antara lain Rumah Makan Sipirok, Rumah Makan Sibolga, dan Rumah Makan Padang Sidempuan. Namanya sudah langsung menunjukkan daerahnya, dan ketiganya menyuguhkan menu halal.

Sup Sumsum Superbesar

Pukul 11.00 kami sudah berada di Jalan Sunggal No. 34-A, tempat parkiran Rumah Makan Sipirok masih memberi ruang. Kursi pun masih banyak yang kosong. Kami sengaja datang lebih awal untuk sebuah makan siang karena santer kabar beredar bahwa kesiangan sedikit saja, maka semangkuk sup sumsum atau iga kerbau tak bakal bisa Anda cicipi. Atau Anda harus lebih bersabar karena tepat pukul 12.00, rumah makan sudah penuh.

Sup dari kota yang berada di antara Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara ini memang sudah kondang. Ada beragam sajian, namun yang menjadi andalan dua jenis sup ini. Dan jangan kaget dengan sajian sup sumsum karena tulang kerbau itu akan disajikan secara utuh dan tamu bisa mengorek sumsumnya atau bahkan menyeruputnya. Tidak seperti sup iga, yang disajikan dalam potongan tulang-tulang kecil.

Menu dari Sipirok ini termasuk yang aman bagi muslim karena halal. Selain dua jenis sup yang benar-benar bikin keblenger itu, ada juga udang kecepe sambal pati, gulai ikan sale, sambal teri, dan daging bakar disiram sambal pedas. Rasanya semua bikin jatuh hati. Untuk pilihan sayuran, ditawarkan rebusan daun ubi, tumis bunga pepaya dan daun ubi tumbuk yang memang khas Sumatera Utara. Ada jenis sambal khas Sipirok. Terbuat dari cabai giling halus, jeruk nipis, dan irisan bawang merah. Rasanya cukup asam tapi segar.

Uniknya lagi, untuk pembayaran, Zulfikar, sang pemilik, langsung mendatangi tamu. Dialah yang menghitung dan menerima uang dari tamu. Tak mengherankan kalau ikat pinggang berfungsi sebagai dompet baginya. Dan, pada saat makan siang tiba, itulah saat yang paling repot bagi pria ramah ini karena ia mendatangi setiap meja. Hasil olahan istrinya itu dipatok dari Rp 3.000, harga tertinggi tentunya sup sumsum superbesar itu, yakni Rp 30 ribu. Kami bertiga dengan pesanan dua piring nasi, dua mangkuk sup iga, satu sup sumsum, ditambah dua menu lain mesti mengeluarkan Rp 105 ribu. Tentunya ditambah teh. Jadi rata-rata per orang kurang-lebih Rp 35 ribu.

Rumah Makan Sipirok

Jalan Sunggal No. 34-A Medan

Jam Operasional pukul 11.00-15.00.

(Hanya sajian untuk makan siang)

Sedapnya Gulai Ikan Salai

Sibolga merupakan kota yang memiliki gunung dan laut. Namun, dari kota yang berada di tepian Teluk Tapian Nauli ini, makanan yang terkenal adalah menu pesisirnya. Dan sajian khas pesisir itulah yang disuguhkan di Rumah Makan Nasrul Sibolga di Jalan Sisingamangaraja, Medan. Yang tidak boleh terlewatkan ketika Anda mampir ke sini adalah gulai ikan salai atau ikan lele asap. Aroma asapnya yang menyebar menguarkan rasa sedap, dan gulainya yang tidak terlalu kental membuat bibir menyeruput tanpa henti.

Santan yang cair justru membuat sajian tidak memicu enek. Kuah gulai pun diguyurkan ke nasi. Lantas lele asap digigit hingga aroma asapnya langsung terhirup, benar-benar menambah selera. Penyajian seperti di rumah makan Padang. Begitu tamu datang, piring-piring langsung memenuhi meja. Selain gulai ikan salai, ada daun ubi tumbuk alias daun singkong yang ditumbuk halus, udang kecil dengan kuah gulai kental, gulai kepala ikan, gulai sontong, sambal petai, ikan kembung isi, ikan teri. Semuanya membuat lapar mata.

Berada tak jauh dari Masjid Raya Medan, rumah makan milik H Abdul Latief ini saat makan siang juga selalu dipenuhi tamu. Berdiri sejak 1972, Abdul Latief bisa ditemui di balik meja kasir. Rumah makan berlantai dua yang menyuguhkan sajian ikan segar itu bisa didatangi untuk makan siang maupun makan malam.

RM Nasrul Sibolga

Jalan Sisingamangaraja

Medan

Sambal Ikan Haporas

Padang Sidempuan pernah menjadi bagian dari Kota Tapanuli Selatan sebelum akhirnya pada 2001 menjadi kota sendiri. Dalam soal sajian di meja makan, olahan Padang Sidempuan ini memiliki kekhasan sendiri. Beberapa yang menjadi kekhasannya adalah gulai ikan salai, sambal ikan haporas, arsik ikan mas, sambal belut, sambal petai, daun ubi tumbuk.

Gulai ikan salai menjadi favorit, selain karena kuah gulainya yang ringan, lantaran aroma asapnya yang terasa sekali karena sebelum digulai, lele asap itu diasap kembali. Ikan asap memang menjadi ciri khas dari Tapanuli Selatan. Sambal petai tak boleh dilewatkan juga. Tampilannya tidak seperti sambal yang lazimnya berlumuran cabai merah. Sambal yang satu ini justru seperti kuah gulai yang kental. Ternyata terbuat dari pati santan sehingga muncul seperti gulai. Selain aroma gurih dari santan, bau petai yang khas juga membuat air liur menetes.

Tak hanya hidangan gurih yang disuguhkan di rumah makan dengan ruang terbuka ini, ada juga teri berbalut cabai merah. Cukup pedas. Ada pula jenis sambal lain, terbuat dari ikan haporas. Ikan kecil ini pun diasap sehingga sambal pun beraroma khas. Lantas, sama seperti di Rumah Makan Sipirok dan Nasrul Sibolga, daun ubi tumbuk pun tak ketinggalan. Sari kehijauan daun singkong yang berbaur dengan santan memunculkan kuah berwarna agak hijau. Tak kalah menggoda juga.

Rumah Makan Padang Sidempuan

Jalan Darussalam simpang Sei Belutu

Medan

Rita N./Toni H./Dok. TL

Surabi Bandung, 100 Tahun Kudapan Sedap

Surabi Bandung dengan kuah kinca adalah varian paling popular. Foto: shutterstock

Surabi Bandung atau yang terkadang juga disebut serabi, bisa disebut salah satu warisan budaya tradisional Bandung, utamanya dalam hal kuliner. Konon, makanan cemilan mirip pancake ini sudah dinikmati masyarakat kota ini sekitar satu abad lamanya.

Surabi Bandung

Kudapan ini disebut atau dituliskan sebagai ‘surabi’ karena berasal dari istilah Bahasa Sunda ‘sura’, yang kira-kira artinya besar atau agung. Penamaan demikian dikarenakan makanan ini dulunya lebih umum disajikan kepada kaum kerajaan dan bangsawan.

Pada perkembangannya, surabi Bandung masa kini juga terinspirasi dari pancake yang disukai orang-orang Belanda di zaman kolonial dulu. Sehingga surabi kemudian tidak hanya muncul sebagai makanan khas Bandung saja, tetapi juga daerah-daerah lainnya di tanah air.

Kendati demikian, masing-masing serabi memiliki beberapa perbedaan dan ciri khasnya sendiri. Serabi Solo misalnya, cenderung mempunyai rasa yang manis dengan adonan yang tipis, sementara surabi Bandung bercita rasa gurih dengan adonan yang lebih tebal.

Pun begitu, pada dasarnya serabi-serabi tersebut merupakan kudapan yang terbuat dari bahan-bahan yang kurang lebih sama, seperti tepung beras, santan dan parutan kelapa. Bahan-bahan tersebut dibuat menjadi adonan yang kemudian dimasak di atas tungku kayu bakar atau arang.

Surabi Bandung dibuat dengan tembikar yang cukup tebal di atas api.
Pembuatan surabi Bandung. Foto: shutterstock

Surabi Bandung sendiri selain dimasak dengan cara demikian, juga menggunakan cetakan berbentuk mangkok dari tanah liat untuk adonannya. Dengan menggunakan cetakan ini, surabi biasanya cenderung lebih gosong di bagian bawah dan lembut di bagian atasnya.

Cara memasak surabi ini secara umum masih coba terus dipertahankan hingga kini. Alasannya, serabi yang dibuat dengan metode demikian memiliki tekstur, bentuk, aroma serta rasa yang khas. Cita rasa ini sangat sulit didapatkan jika menggunakan peralatan masak yang modern.

Keunikan surabi Bandung yang asli adalah rasanya yang cenderung gurih dan kerap menggunakan pelengkap seperti abon atau oncom. Alhasil, cita rasanya lebih mengarah ke gurih, asin dan bahkan pedas.

Walau demikian, seiring perkembangan jaman surabi juga memiliki beragam variasi baru untuk dapat mengikuti selera konsumen hingga kini. Surabi kinca misalnya, merupakan varian yang menggunakan topping kinca atau gula merah cair.

Surabi Bandung shutterstock
Aneka surabi dengan toppingnya. Foto: shutterstock

Selain itu, banyak pedagang-pedagang surabi Bandung yang kini mulai berkreasi dengan bermacam jenis tambahan topping lainnya. Mulai dari keju, coklat, vanilla, bakso, sosis, mayonnaise, buah-buahan seperti pisang, durian dan lain-lainnya.

Kalau tertarik untuk mencoba serabi di sekitar kota kembang, ada beberapa rekomendasi tempat yang mungkin bisa jadi pilihan menarik. Salah satunya adalah Surabi Cihapit yang berada di Jalan Sabang, kawasan Bandung bagian timur.

Surabi Cihapit boleh dibilang merupakan salah satu kedai serabi yang paling terkenal di Bandung. Sejak 1993, mereka sudah berjualan surabi dengan menggunakan gerobak, hingga kini memiliki kedai sendiri.

Layaknya penjual surabi kaki lima lainnya, awalnya mereka lebih banyak berjualan serabi tradisional. Namun seiring berjalan waktu, mereka kini juga turut menawarkan beragam jenis varian serabi seperti keju, coklat, pisang, kismis, abon, sosis dan sebagainya.

Biasanya mereka berjualan pada dua sesi, setiap pagi pada jam 6 sampai 12 serta sore pada pukul 15 hingga 21. Namun khusus pada hari Minggu, Surabi Cihapit hanya beroperasi pada pagi hari.

Harganya pun tergolong cukup terjangkau. Kalau ingin mencoba jenis surabi tradisional dengan oncom atau kinca, satu porsinya sekitar Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu. Sedangkan ragam varian lainnya berkisar dari Rp 12 ribu hingga Rp 15 ribu.

Surabi Bandung Oncom shutterstock
Surambi oncom yang gurih dan enak. Foto: shutterstock

Tempat lain yang tak kalah menarik untuk dicoba adalah Surabi Kinca Suji Ekarasa. Terletak di area Jalan Burangrang, surabi yang mereka jajakan terkenal dengan aroma dan cita rasa pandan yang khas, dengan warna kehijauan dan tekstur yang lembut.

Seperti namanya, surabi yang menjadi jualan utama di tempat ini adalah surabi kinca. Namun beberapa jenis surabi lain seperti serabi oncom, atau serabi durian dengan paduan rum juga dapat ditemukan di sini. Harganya pun bersahabat, mulai dari Rp 7 ribu hingga Rp 9 ribu.

Kedai surabi Bandung lainnya yang sayang untuk dilewatkan adalah Surabi Radja. Berlokasi di Jalan Pluto Selatan II, kedai ini memang baru mulai berjualan sejak tahun 2006, tetapi dengan cepat mereka berhasil meraih banyak pelanggan.

Salah satu alasannya adalah penggunaan telur pada proses pembuatannya, yang kemudian membuat tekstur surabi yang begitu lembut sampai terasa lumer di mulut. Pengunjung akan mendapat pilihan surabi yang dibuat dengan atau tanpa telur.

Tak hanya itu, varian yang ditawarkan juga begitu banyak, mulai dari kinca, oncom, pisang, coklat, keju, sosis, abon, strawberry, serta beragam perpaduan dari pilihan topping tersebut. Ditambah lagi, harganya juga terbilang murah dibanding kedai-kedai serabi Bandung lainnya.

Satu porsi dengan satu pilihan topping berkisar dari Rp 4 ribu hingga Rp 7,5 ribu. Kalau ingin memadukan dua atau tiga jenis pelengkap, harganya mulai dari Rp 4,5 ribu sampai Rp 12 ribu. Surabi Radja buka setiap hari pada pagi (06.30 – 09.00) dan sore hari (16.30 – 21.00).

Akhirnya, satu hal yang perlu diperhatikan bagi yang ingin mencoba adalah serabi pada umumnya merupakan makanan yang tidak begitu tahan lama. Maka disarankan untuk menyantapnya langsung selagi hangat atau setidaknya dihabiskan pada hari itu juga.

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Tahu Bungkeng Sumedang, 1 Abad Sejarah Tahu

Tahu Bungkeng Sumedang cikal bakal tahu Sumedang

Tahu Bungkeng Sumedang, yang usianya kini sudah lebih dari satu abad, bisa dibilang merupakan saksi sejarah terciptanya salah satu kudapan favorit masyarakat Indonesia dewasa ini, yakni tahu sumedang. Lewat sejarahnya yang panjang, ia turut mempopulerkan jajanan rakyat tersebut.

Tahu Bungkeng Sumedang

Di masa sekarang, akan terhitung cukup mudah untuk menemukan tahu Sumedang. Dari beragam penjual aneka gorengan di pinggir jalan, hingga toko-toko makanan seperti kue basah dan sejenisnya, kerap ditemukan tahu Sumedang yang turut dijajakan.

Populernya kudapan ini bukanlah tanpa sebab. Tahu Sumedang sendiri merupakan jenis olahan tahu yang memiliki ciri-ciri seperti bentuk yang relatif kecil, bagian kulit yang agak garing, isi di dalamnya yang cenderung kosong serta rasa yang gurih.

Karakteristik tersebut membuatnya mudah dan enak untuk dikonsumsi dalam beragam kesempatan, seperti saat ingin ngemil makanan ringan ataupun sebagai hidangan pembuka sebelum makan siang atau malam. Apalagi tahu terasa semakin nikmat saat disantap hangat.

Gerai Tahu Bungkeng IG Tahu Bungkeng
Pembeli di depan gerai Tahu Bungkeng. Foto: IG Tahu Bungkeng

Seperti namanya, tahu Sumedang memang terlahir di salah satu kabupaten provinsi Jawa Barat tersebut, sekitar 45 kilometer dari kota Bandung. Begitu identiknya tahu sebagai identitas dan makanan khas mereka, Sumedang lantas juga kerap dikenal sebagai kota tahu.

Yang menarik, tahu Sumedang ternyata merupakan resep yang dibawa dari Tiongkok. Semua berawal pada awal tahun 1900-an, ketika seorang imigran dari Tiongkok bernama Ong Kino datang ke Indonesia untuk pindah dan menetap.

Setelah tiba di Sumedang, ia kemudian memutuskan tinggal di sana bersama keluarganya. Masa-masa awal kepindahan mereka ke Tanah Air terasa agak sulit, lantaran istrinya yang merasa homesick dan kangen dengan masakan tradisional Tiongkok.

Sebagai usaha untuk mengatasi kerinduan tersebut, Ong Kino kerap mencoba memasak beberapa makanan-makanan khas Tiongkok yang biasa mereka santap dulu. Salah satu resep yang ia buat adalah olahan tahu yang kemudian menjadi cikal bakal tahu Sumedang.

Tahu, atau doufu/tofu dalam bahasa Mandarin, memang merupakan salah satu makanan yang populer bagi masyarakat Tiongkok. Berkat cara pengolahannya yang mudah serta harganya yang ekonomis, tahu disinyalir sudah populer dikonsumsi rakyat Tiongkok sejak tahun 950 Masehi.

Biasanya, mereka membuat tahu dari olahan kacang kedelai yang direndam air sekitar 4-6 jam, kemudian digiling, direbus, disaring dan diendapkan sehingga berbentuk padat. Setelahnya, tahu kemudian dipotong-potong lebih kecil, umumnya dengan bentuk kotak-kotak.

Awalnya, resep tersebut hanya dibuat oleh Ong Kino untuk sang istri, serta beberapa tetangga, kerabat dan sanak saudara sesama imigran di kala perayaan hari raya etnis Tionghoa. Ternyata, banyak dari mereka yang menyukai tahu buatannya tersebut.

XClFGYSu Tahu Bungkeng Sumedang IG tahu Bungkeng

Usut punya usut, tahu buatan Ong Kino dinilai mempunyai cita rasa gurih yang unik, yang membuatnya dianggap lebih nikmat dari tahu-tahu kuning dan putih yang umumnya beredar saat itu. Dari testimoni positif tersebut, ia memberanikan diri untuk menjualnya untuk umum.

Kebetulan, setelah pindah ke Sumedang, ia mencari nafkah sebagai penjual ragam makanan ringan seperti keripik singkong dan tapioka. Tempatnya berjualan di kawasan jalan Sebelas April, hingga kini menjadi lokasi toko Tahu Bungkeng.

Meskipun terhitung mendapatkan respon positif dari pembelinya, saat itu tahu buatannya belumlah mencapai popularitas puncaknya. Hingga pada 1917, salah satu anaknya bernama Ong Boenkeng menyusul datang ke Indonesia untuk membantunya berbisnis.

Salah satu langkah besar yang dilakukan Ong Boenkeng dalam membantu bisnis ayahnya, adalah dengan memodifikasi resep tahu tersebut. Setelah tahu sudah jadi, ia mencoba bereksperimen dengan cara menggorengnya.

Caranya menggoreng tahu pun terhitung unik. Ia mencoba menggoreng tahu-tahu itu dengan api yang cukup besar, sehingga hasilnya tahu menjadi garing di bagian kulitnya dan kopong di bagian dalamnya. Ini kemudian menjadi karakteristik utama dari tahu Sumedang.

Suatu ketika bupati Sumedang saat itu, Pangeran Aria Soeriaatmadja, yang kebetulan melintas di depan toko, mencium aroma harum dari tahu yang sedang dimasak. Ia kemudian memutuskan untuk singgah dan mencoba tahu yang dimasak oleh Ong Boenkeng kala itu.

Sang bupati ternyata sangat menyukai tahu tersebut, dan mendorongnya agar terus berjualan dan meraih kesuksesan. Sejak saat itu, dari mulut ke mulut popularitas tahu Bungkeng Sumedang semakin meningkat dan pelanggan semakin bertambah, bahkan dari luar kota dan luar negeri.

Setelah Ong Boenkeng mengambil alih usaha dari sang ayah pada tahun 1940-an, orang-orang pada umumnya kemudian menyebut tokonya sebagai tahu Bungkeng atau tahu Bungkeng Sumedang, yang pada prinsipnya merupakan pelafalan namanya secara kearifan lokal.

Nori Tofu IG Tahu Bungkeng

Pada saat usaha dikelola oleh generasi ketiga Ong Yoekim di kisaran tahun 1970 hingga 1980-an, tahu Bungkeng Sumedang meraih puncak kesuksesan dengan rata-rata produksi 2.000 hingga 3.000 tahu per hari. Bahkan saat permintaan memuncak toko bisa memproduksi sampai 7.000 tahu.

Meski demikian, sejak tahun 1990-an mulai banyak toko-toko yang menjual tahu sejenis, bahkan beberapa di antaranya merupakan usaha dari mantan pegawai di toko tahu Bungkeng Sumedang. Sejak itu, orang-orang mulai menyebut tahu tersebut secara umum sebagai tahu Sumedang.

Walaupun tahu Sumedang sudah menjadi jajanan yang umum dan mudah ditemukan di mana pun, bukan berarti pamor tahu Bungkeng meredup total. Bagaimana pun, status mereka sebagai pionir tahu Sumedang yang asli membuatnya senantiasa spesial dan diburu wisatawan.

Oleh Ong Chechiang alias Suriadi, bersama dengan anak-anaknya sebagai generasi keempat dan kelima dari usaha ini, toko tahu Bungkeng Sumedang hingga kini masih terus berjualan dan menjadi kepingan sejarah tempat lahirnya kudapan rakyat khas Sumedang tersebut.

Cita rasa asli tahu Bungkeng sebagai sang pelopor tahu Sumedang selalu dipertahankan, lewat penggunaan kacang kedelai jenis lurik yang dinilai punya sari pati lebih bagus dan banyak, serta metode memasak tahu dan kualitas air untuk mengolah kedelai yang senantiasa dijaga.

Alhasil, ciri khas tahu yang gurih, berkulit garing serta isian yang kopong pun selalu konsisten. Bahkan ada anggapan, harus mencoba tahu Bungkeng untuk merasakan cita rasa tahu Sumedang yang asli, karena konon tahu lainnya terkadang kalah gurih, bahkan cenderung asam.

Satu ciri khas lainnya yang unik adalah tahu yang disajikan bisa dipasangkan dengan sambal yang diracik menggunakan cabe rawit, tomat dan tauco. Rasa pedas dan segar berpadu apik dengan tahu hangat yang bercita rasa gurih.

Selain itu, tahu Bungkeng juga bisa disantap dengan lontong atau nasi. Harga tahu per potongnya pun hanya sekitar Rp 1 ribu, dengan tambahan Rp 1 ribu untuk lontong, Rp 5 ribu untuk nasi dan Rp 3 ribu untuk sambalnya.

Seiring perkembangannya, tahu Bungkeng pun senantiasa berinovasi dengan ragam produknya. Seperti tahu gehu alias tahu isi, atau Nori Tofu yang sejatinya merupakan tahu Sumedang dengan tambahan nori atau olahan rumput laut ala Jepang.

Wisatawan yang datang untuk membeli sebagai oleh-oleh juga dapat membeli tahu yang masih mentah. Jika membeli yang sudah dimasak, bisa memesan dari 10 hingga 100 tahu dalam satu kemasannya, dengan perkiraan awet sekitar satu setengah hingga dua hari.

Dan untuk menjangkau lebih banyak konsumen, tahu Bungkeng kini memiliki dua cabang tambahan. Satu di antaranya terletak di kawasan jalan Jendral Sudirman, Bandung. Setiap cabangnya buka dari jam 07.00 sampai jam 18.00.

Tahu Bungkeng

Jl. Sebelas April no. 53, Sumedang

Jl. Mayor Abdurachman no. 80, Sumedang

Jl. Jendral Sudirman no. 393, Bandung

Instagram: tahu.bungkeng

agendaIndonesia/audha alief praditra

*****

Kuliner Khas Maluku, Ini 6 Harus Dicoba

Kuliner khas Maluku di antaranya adalah papeda yang juga khas Papua.

Kuliner khas Maluku sudah tentu menjadi hal yang layak dicicipi saat traveler jalan-jalan ke Ambon. Ada banyak ragam kuliner yang menggugah selera dan sayang jika dilewatkan.

Kuliner Khas Maluku

Makanan paling ikonik dari Ambon, juga Maluku dan Papua, tentu saja adalah papeda. Menu makanan utama ini terbuat dari sagu ini biasanya disantap bersama sup ikan dengan lauk sampingan lain, seperti sambal colo-colo, kohu-kohu, atau ikan komu asar. Buat yang mencari masakan berbahan beras atau nasi ada nasi lapola.

Selain makanan utama, ada juga camilan yang tak kalah enak, beberapa di antaranya adalah rujak natsepa, pisang asar, asida, dan roti kering kenari. Makanan Khas Maluku banyak sekali variasi dan rasanya.

Masyarakat Maluku mengkonsumsi sagu sebagai makanan pokoknya. Hasil laut yang melimpah melahirkan aneka makanan khas Maluku. Ada juga kue khas yang juga lezat rasanya. Selera kudapan itu ternyata digemari wisatawan.

Bandra Patimura Ambon

Papeda

Ini, seperti disebut di muka,  kuliner khas Maluku dan Papua. Bahan dasarnya adalah tepung sagu, yang dimasak hingga terlihat seperti bubur. Teksturnya kental dan lengket dengan warna putih, rasanya tawar. Sekilas penampilannya mirip lem kertas.

Makanan tradisional ini biasanya disantap bersama mubara atau ikan tongkol, yang sudah ditambahkan bumbu kunyit. Kandungan serat di dalam papeda sangat tinggi, tapi rendah kalori.

Cara memakan papeda sangat unik, yakni dengan menyeruputnya langsungdari piring. Bisa juga menggulungnya menggunakan sumpit. Bagi yang tidak terbiasa biasanya merasa kesulitan. Tapi itulah keunikan menyantap papeda.

Ikan Asar

Ini adalah kuliner khas Maluku berupa ikan asap atau ikan asar yang diolah secara sederhana dengan diasap. Soal rasa, sangat lezat. Ikan yang digunakan biasanya ikan cakalang atau ikan tuna. Karena dagingnya lebih tahan ketika proses pengasapan.

Selain disantap di tempat, wisatawan  bisa menjadikannya buah tangan buat keluarga atau kerabat. Karena ikan asar memiliki daya tahan hingga tujuh hari. Kuliner ini bisa disantap bersama nasi dan sambal colo-colo (sambal khas Maluku).

Cara pengasapan ikan asar adalah dengan ditusuk menggunakan bambu. Pengasapan biasanya membutuhkan waktu satu jam. Biasanya saat dijual ikan masih tertusuk bambu.

Gohu Ikan Maluku Kemendikbudritek
Gohu ikan. Foto: Dok. Kemendikbudristek

Gohu Ikan Maluku

Kalau di Jepang ada sashimi, di Maluku dan Maluku Utara ada Gohu Ikan, yang merupakan makanan khas Maluku berbahan dasar daging ikan mentah. Biasanya masyakat menggunakan ikan cakalang dan ikan tuna. Cara pembuatannya terbilang mudah, dengan memotong daging ikan seperti dadu. Kemudian mencucinya, dan melumurinya dengan perasan lemon, dan garam. Sesudah itu bisa menambahkan daun kemangi. Lalu adonan itu didiamkan beberapa saat.

Untuk menambah selera, biasanya ditambahkan bumbu tumisan cabe rawit, dan bawang merah yang dirajang. Bumbu itu dituangkan di atas ikan, dan siap dinikmati.

Ikan Kuah Pala Banda Budaya Indonesia 0rg
Ikan Kuah Pala Banda. Foto: Dok Budaya Indonesia.org

Ikan Kuah Pala Banda

Masyarakat Maluku memang kreatif dalam mengolah hasil lautnya. Ikan Kuah Pala Banda adalah kreasi kuliner yang wajib wisatawan cicipi. Sesuai namanya, kudapan ini berasal dari Kepulauan Banda, Maluku Tengah. Di mana daerah ini sangat terkenal sebagai penghasil komoditi rempah-rempah, yang sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda.

Santapan lezat ini menggunakan bahan dasar ikan kerapu atau ikan kakap. Berbagai bumbu digunakan, seperti merica, pala, dan jenis rempah lainnya. Rasanya asam bercampur dengan rasa pedas. Dulunya, makanan ini adalah hidangan istimewa untuk para pejabat Belanda. Kudapan ini makin nikmat disantap bersama nasi, ulang-ulang, dan sambal bekasang.

Nasi Lapola

Nasi juga digemari masyarakat Maluku. Nasi lapola adalah bukti kuliner khas Maluku, yang menjadi makanan pokok sebagian masyarakatnya. Bahan dasarnya adalah beras, parutan kelapa muda, dan kacang tolo. Biasanya kudapan ini disantap berbarengan dengan lauk, seperti kohu-kohu (olahan ikan teri atau tongkol basah), dan lalapan mentah.

Memasak berasnya harus menggunakan api kecil, agar hasilnya lebih bagus. Beras dimasak hingga setengah matang, dan ditambahkan pula kelapa parut yang sudah diberikan bumbu bawang putih, bawang merah, cabai merah, dan jeruk nipis. Sesudah itu, adonan nasi lapola dikukus sampai matang. Biasanya juga dinikmati dengan sambal colo-colo. Sambal khas Maluku dengan komposisi kecap, bawang merah, cabai rawit, dan tomat.

Woku Komo-komo

Kuliner khas Maluku ini terbuat dari tepung, yang merupakan hasil olahan dari teras batang rumbia. Sehingga woku komo-komo sebenarnya lebih cocok sebagai lauk makanan pokok. Proses pembuatannya dengan merendam sagu di dalam air. Supaya meningkatkan citarasanya digunakan beragam bumbu pilihan, seperti jahe, serai, bawang putih, yang ditumis bersamaan.

Kemudian ditambahkan juga jeroan ikan dan juga air. Semuanya dimasak sampai terlihat matang. Lalu, bawang putih dan bawang merah ditumis sampai nampak kecoklatan. Selanjutnya, menambahkan irisan daun bawang, merica, garam, dan santan kental.

Sesudah matang, sagunya didiamkan terlebih dahulu hingga dingin. Jeroan ikannya dipotong-potong seperti bentuk dadu. Seterusnya jeroan ikan dan sagu yang sudah dipotong-potong dibungkus dengan daun woka. Nah, tahapan terakhir adalah memanggang bungkusan daun woka tersebut menggunakan bara api.

Panggang sampai terlihat kering daunnya, sebagai pertanda makanan sudah matang. Selain dikenal dengan sebutan woku komo-komo, kudapan ini juga dikenal dengan nama sagu komo-komo.

Perjalanan menuju ke Kota Ambon bisa ditempuh melalui transportasi laut dan udara. Untuk jalur laut, Ambon memiliki sebuah pelabuhan bernama Pelabuhan Yos Sudarso yang terletak di Jl. Yos Sudarso, Kel Honipopu, Sirimau, Kota Ambon. Pelabuhan ini menyediakan perjalanan antar pulau, seperti dari Jakarta, Surabaya, Makassar, Kupang, dan Jayapura. 

Sedangkan untuk transportasi udara, Sobat Pesona bisa mengambil rute perjalanan menuju Bandara Internasional Pattimura Ambon dari beberapa kota besar di Indonesia, antara lain Medan, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar. 

Ayo ke Ambon dan nikmati kuliner khas Maluku.

agendaIndonesia

*****

Jajanan Yogya, 4 Yang Bikin Kangen

Bakmi Mbah Hadi salah satu ikon kuliner di Yogyakarta.

Jajanan Yogya selalu bikin kangen, terutama buat mereka yang pernah tinggal atau mengenyam pendidikan di kota pelajar ini. Yogya memang kota yang penuh daya tarik dan membuat orang yang pernah berkunjung kesana selalu merasa ingin “kembali” ke jajanan tempo dulu mereka .

Jajanan Yogya Tempo Dulu

Meskipun di tengah gempuran kuliner kontemporer dan waralaba raksasa, baik dari dalam maupun luar negeri, sejumlah jajanan asli Yogja masih tetap bisa bertahan hingga sekarang. Selain karena rasa dan lokasinya yang bikin kangen, juga suasana guyup, santai, dan klangenan yang membuat mereka mampu menembus jaman. Beberapa destinasi wisata jajanan tradisional hingga saat ini tetap kebanjiran pecintanya, berikut empat di antaranya.

Bakmi Pele Alun-Alun Utara

Bakmi Jawa yang sangat populer di Yogya adalah Bakmi Pele. Lokasinya yang sangat strategis di area pojok timur Pagelaran Alun-Alun Utara, membuat warung ini sangat mudah diingat. Didirikan pertama kali pada 1983 oleh Suharjiman, yang sehari-harinya bekerja sebagai pelatih bola anak-anak. Karena ada kaitannya dengan sepakbola itulah, maka tempat ini kemudian dikenal sebagai Bakmi Pak Pele atau Bakmi Pele.

Begitu warung dibuka di senja hari, antrian sudah mulai terlihat. Kalau pas akhir pekan atau libur panjang di Yogya, jangan harap pesanan kita bisa segera hadir di meja dengan cepat. Bisa-bisa harus menunggu cukup lama. Pada musim liburan mereka biasa menjual hingga 500 porsi per harinya. Dahsyat ya? Tips kami, sebaiknya jangan datang ke sini dalam keadaan sangat lapar. Hal tersebut dikarenakan mereka memasak pesanan kita maksimal hanya dua porsi untuk sekali masak. Sekali lagi, konon ini untuk menjaga cita rasanya.

Menu-menu yang tersedia di sini sangat bervariasi: selain mie rebus, mie goreng dan mie nyemek. Yang khas dari mie di sini adalah campuran tambahan telor bebeknya dan kol. Selain mie jawa, rupanya mereka juga punya menu andalan ayam rica-rica yang tidak ada di list dan hanya dibuat “based on request”. Adapun minuman andalan di sini yang menjadi favorit pengunjung yaitu wedang jahe panas yang diseduh dengan gula jawa.

Bakmi Pele

Arel Pojok Timur Pagelaran Alun-Alun Utara Yogyakarta

Buka jam 17.30 – 24.00

Lotek  Dan Gado-Gado Teteg Baciro

Disebut Lotek Teteg karena di awal berdiri pada 1968 lokasinya berada di sekitar teteg sepur (bahasa Jawa yang artinya pintu palang kereta api) di daerah Baciro. Karena pertimbangan keselamatan perkeretaapian, warung ini pindah lokasi di areal parkir Kantor DPD Golkar di Baciro.

Lotek merupakan makanan khas Jawa yang kaya sayur-sayuran. Bumbunyaterdiri dari kacang goreng, gula merah, cabe, bawang putih, kencur, air asam, dan garam. Campuran bumbu tersebut diuleg di dalam cobek batu hingga halus. Bumbu inilah yang kemudian dicampur dengan rebusan beberapa sayuran seperti bayam, kangkung, tauge, kol, kacang panjang . Dalam penyajiannya dilengkapi dengan kerupuk bawang.

Yang menarik perhatian di warung Lotek Teteg ini adalah cobek besar dengan ukuran diameter sekitar 80 cm. Diperlukan ketrampilan dan tenaga yang cukup kuat dalam proses menguleg bumbu tersebut. Tak heran, tugas menguleg bumbu dilakukan oleh seorang laki-laki .

Lotek dan Gado-gado Teteg

Jl. Argolubang 184 , Baciro, Yogyakarta

(timur Stasiun Lempuyangan)

Buka jam 8.30-16.00

Lotek Dan Gado-Gado Bu Bagyo Colombo

Masih menu makanan yang sama, gado-gado dan lotek. Ini nama lain yang legendaris di kota pelajar ini. Bermula dari usaha kecil di Jalan Moses Colombo, di samping Universitar Sanata Darma pada 1985. Sekarang pemiliknya telah membuka cabang di lebih dari 10 lokasi menyebar se antero Yogya dan sekitarnya. Jumlah karyawan yang bekerja di sini hampir 150 orang.

Untuk menjaga cita rasanya, setiap karyawan yang bertugas meng”uleg” adonan harus melewati pelatihan intensif selama kurun waktu tertentu. Bahkan untuk gado-gadonya, bumbunya dikirim langsung dari pusatnya di Colombo.

Yang khas dari racikan Lotek dan Gado-Gado Colombo ini adalah selain campuran bumbu kacang dan rebusan aneka sayur, tersedia bakwan goreng yang dipotong kecil-kecil yang diaduk bersama bumbunya. Rasa bakwan yang renyah dan gurih ini yang membuat penikmatnya ketagihan untuk menghabiskan hingga sendok terakhir.

Lotek dan Gado-gado Bu Bagyo Colombo

Pusat; Jl. Moses Gatotkaca No.3 Yogyakarta

(samping kampus Universitas Sanata Dharma)

Buka jam 09.00-17.00

SGPC Bu Wiryo

Destinasi kuliner ini merupakan tempat sarapan pagi yang cukup terkenal di Yogyakarta. SGPC sendiri kependekan dari Sego Pecel. Bagi sebagian orang yang pernah kuliah di Universitas Gadjah Mada dan sekitarnya, biasanya rasanya ada yang kurang bila belum absen sarapan di warung ini.

Pada awalnya SGPC berlokasi di sebuah lahan sempit di fakultas Tekonolgi Pertanian UGM, atau di sebelah timur Kantor Pusat UGM, dan didirikan sejak 1959 oleh keluarga Wiryosoenarto. Sejak 1994 mereka pindah ke areal yang lebih luas di Jl. Agro sebelah Utara Selokan Mataram atau utara Fakultas Peternakan.

Menu utama yang disediakan tentunya nasi pecel berisikan aneka sayuran seperti bayam, kangkung, kacang panjang, tauge dan kol. Ada juga menu tambahan lain, yakni  nasi sop. Nasi sop nya unik karena dikombinasikan dengan sayur bayam. Yang khas dari warung ini adalah semua kelengkapan menu, yaitu lauk pauknya, disajikan rapi berjajar di satu meja memanjang. Kita tinggal pilih dan ambil sesuai selera. Apa saja? Ada telor ceplok, tahu tempe goreng, aneka camilan gorengan tempo dulu dan juga sate kerang dan sate telor puyuh.

Kalau masih belum puas makan di tempat, kita bisa membeli bumbu pecelnya saja. Harganya? Siap-siap merogoh kocek lebih dalam, Rp 150 ribu/kg. Cukup mahal untuk ukuran bumbu pecel. Tapi bagi sebagian orang yang  punya keterikatan emosional dengan rasa SGPC Bu Wiryo aang membelinya.

SGPC Bu Wiryo

Jl. Agro CT VIII No. 10, Klebengan Yogyakarta

Buka : jam 06.00 – habis (sore)

Batagor Kingsley, Jajanan Sedap Sejak 1982

batagor kingsley sudah berjualan sejak 1982 di Bandung.

Batagor Kingsley, enah kenapa, hampir selalu menjadi pilihan pertama saya kalau sedang mampir ke Bandung. Padahal ada banyak pilihan gerai makanan yang menawarkan batagor di kota kembang ini.

Batagor Kingsley

Berbicara soal penganan dan oleh-oleh dari Bandung, tentu tak lengkap jika tidak membicarakan bakso tahu goreng alias batagor. Jajanan satu ini memang ikonik Paris van Java tersebut. Siapapun akan begitu mudah menemukan batagor di Bandung, mulai dari warung pinggir jalan hingga restoran besar.

batagor Kingsley menjadi salah satu ikon kuliner kota Bandung sejak 1982.
Gerai Batagor Kingsley di Bandung. Foto: Dok. Batagor Kingsley

Seperti disebut di muka, dari berbagai penjual batagor yang tersebar di Bandung, bisa dikatakan salah satu yang paling legendaris dan dikenal banyak orang adalah Batagor Kingsley. Gerai utamanya terletak di kawasan Jalan Veteran.

Kingsley tentu bukan yang pertama yang “menemukan” jajanan ini. Kita tahu, dari cerita sejarahnya, konon makanan ini tercipta secara tidak sengaja oleh seorang pedagang siomay yang akrab dipanggil kang Isan di Bandung pada 1970-an.

Pada saat itu, ia mencoba menggoreng sisa-sisa siomay yang tidak laku terjual. Tak disangka-sangka, ternyata hasil kreasinya tersebut justru amat disukai orang, bahkan banyak pula orang yang kemudian meniru dan menjajakan resep tersebut.

Lambat laun batagor pun berkembang menjadi salah satu kuliner populer khas Bandung hingga saat ini. Tak heran jika pada 2021 Google Trends mendaulat batagor sebagai salah satu kuliner yang paling dicari konsumen.

Batagor sendiri secara umum adalah penganan berbahan baku tahu dan adonan ikan tenggiri serta tepung, kurang lebih mirip seperti siomay. Keduanya lalu digabungkan dan digoreng, kemudian disajikan dengan bumbu kacang dan kecap manis, sambal dan/atau perasan jeruk nipis.

Lantas bagaimana dengan Batagor Kingsley? Apa yang kemudian membuatnya begitu terkenal dan disukai?

Mulai berdiri dan berjualan sejak 1982, Batagor Kingsley perlahan membangun reputasi sebagai salah satu penjaja batagor paling tersohor di Bandung. Ini berkat kualitas dan cita rasanya yang spesial.

Beberapa alasan yang membuatnya begitu digandrungi orang-orang adalah penggunaan bahan baku berkualitas tinggi. Misalnya seperti tahu yang digunakan. Mereka menggunakan tahu Yun Yi yang dikenal memiliki tekstur dan kelembutan lebih baik dari kebanyakan tahu-tahu lainnya.

Selain itu, kualitas adonan ikan tenggiri serta tepungnya pun dibuat pas, kenyal dan tidak amis. Ukurannya pun relatif agak lebih besar dari rata-rata, sehingga satu porsinya akan cukup mengenyangkan bagi kebanyakan orang.

Dalam satu porsi, biasanya mereka juga menawarkan batagor dengan tambahan variasi siomay goreng, yaitu adonan tepung, ikan tenggiri dan tahu yang dibalut kulit pangsit yang digoreng layaknya siomay pada umumnya. Setelah digoreng, ia akan menambah tekstur renyah saat disantap.

Kesemuanya lantas dipadu dengan bumbu kacang yang diracik kental serta pas rasa gurih dan pedasnya. Ini biasanya ditambah kecap serta sambal atau perasan jeruk nipis sesuai selera.

Kombinasi menggiurkan inilah yang membuat Kingsley bertahun-tahun menjadi favorit banyak kalangan. Ia kerap menjadi rekomendasi bagi setiap orang yang hendak mencari kuliner khas kota kembang ini, baik para pelancong maupun warga lokal.

Yang tak kalah unik, Batagor Kingsley juga menjajakan satu jenis batagor yang mungkin berbeda dari kebanyakan, yakni batagor basah atau batagor kuah. Batagor jenis ini disajikan dengan kuah yang hangat dan gurih. Ini memberikan sensasi yang berbeda dan cocok disantap saat cuaca hujan Bandung yang dingin.

Seiring waktu, Batagor Kingsley pun tak hanya menyajikan batagor, kini menu makanan lain yang dapat ditemui di Batagor Kingsley meliputi mi kocok –salah satu jajanan khas Bandung lainnya, serta mi/yamin ayam; tahu Yun Yi goreng; siomay goreng; cilok; martabak dan otak-otak ikan tenggiri.

Dengan ketenarannya, tentu menjadi wajar bila Batagor Kingsley selalu ramai dikunjungi konsumen, terlebih karena mereka tak membuka cabang di lokasi lainnya. Maka tak jarang jika pengunjung harus mengantri cukup panjang, terlebih bila ingin bersantap di tempat; walaupun makanan disajikan relatif cepat, sekitar 10-15 menit.

Selain pilihan makan di tempat, batagor juga bisa dibawa pulang secara mentah sebagai oleh-oleh. Batagor Kingsley mengklaim batagor mereka dapat disimpan dan awet selama sekitar 15 jam di suhu ruangan atau empat hingga lima hari jika disimpan di lemari pendingin.

Dari sisi harga, menu makanan di Batagor Kingsley berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 45 ribu ke atas. Untuk beberapa kalangan mungkin tidak terbilang murah, tetapi jika mempertimbangkan rasa serta kualitas yang ditawarkan, harga yang dipatok masih cukup wajar. Terlebih melihat animo konsumen yang tak pernah surut, sepertinya harga tidak menjadi soal yang signifikan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan, Batagor Kingsley biasa buka setiap harinya dari jam 08.30 hingga malam, tetapi terkadang menjelang petang sudah tutup karena sudah habis. Terlebih pada hari-hari libur di mana pengunjung lebih padat dari biasanya. Selain itu, dalam seminggu Batagor Kingsley juga biasa tutup pada hari Kamis.

Batagor Kingsley; Jl. Veteran no. 25, Kebon Pisang, Bandung

Atau kunjungi akun Instagram @batagorkingsley.id.

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****