Monumen Nasional atau biasa disebut MOnas menjadi simbol Jakarta dan Indonesia. Foto: shutterstock

Monumen Nasional, atau yang sehari-hari biasa kita sebut Monas, tentunya sudah menjadi sebuah landmark yang tak asing lagi. Bentuknya yang khas dan unik sudah lekat sebagai salah satu ciri khas kota Jakarta, serta simbol kenegaraan yang begitu ikonik.

Monumen Nasional

Terletak di pusat ibu kota, Monas kokoh berdiri tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka dengan ketinggian 132 meter. Letaknya yang berada di tengah-tengah kota membuatnya menjadi salah satu objek wisata vital di Jakarta, baik bagi wisatawan lokal maupun asing.

Dibangunnya Monumen Nasional itu tak lepas dari andil presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Kala itu, sang proklamator menginginkan adanya sebuah monumen sebagai pengingat akan perjuangan rakyat Indonesia menuju kemerdekaan.

Beliau juga terinspirasi dari Menara Eiffel, landmark legendaris milik Prancis dan ibu kotanya, Paris. Diharapkan, monumen ini pun juga dapat menjadi sebuah simbol yang sama ikoniknya bagi kota Jakarta dan Indonesia secara umum.

Monumen Nasional mejadi simbol, ikon, dan landmark untuk ibukota Indonesia, Jakarta.
Jalan yang melingkari Monumn Nasional. Foto: shutterstock

Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tahun 1949, ibu kota yang tadinya sempat dipindahkan ke Yogyakarta kemudian dikembalikan lagi ke Jakarta setahun kemudian. Dari situ, wacana pembangunan Monumen Nasional tersebut mulai mengemuka.

Empat tahun kemudian, pada peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-9 ditetapkanlah sebuah komite nasional yang bertugas menyusun rencana pembangunan Monumen Nasional. Sayembara untuk mencari desain Monas juga diadakan pada 1955.

Dari sayembara tersebut, terdapat 51 karya desain yang lolos seleksi. Meski belum mendapat desain final, secara umum kriteria yang disetujui adalah desain Monumen Nasional yang harus mencirikan karakter bangsa Indonesia, serta desain yang tak lekang dimakan oleh waktu.

Sayembara pun diadakan lagi pada 1960, namun dari 136 karya desain yang lolos seleksi, masih belum ada yang terpilih. Pun demikian, Soekarno sendiri secara pribadi meminta agar Monas memiliki beberapa bahasa desain tertentu, salah satunya adalah lingga dan yoni.

Lingga dan yoni secara umum dapat diartikan sebagai konsep universal antara laki-laki dan perempuan, yang melambangkan kesuburan. Selain kesuburan, konsep tersebut juga menggambarkan satu kesatuan yang harmonis dan saling melengkapi satu sama lain.

Bentuk dari tugu Monas beserta cawannya tersebut juga dapat diartikan sebagai alu dan lesung, alat penumbuk padi tradisional. Ini merepresentasikan Indonesia sebagai negara agraris yang banyak warganya menyambung hidup sebagai petani.

Detail lain yang tak kalah pentingnya adalah lidah api di bagian pucuk yang terbuat dari 77 lapisan emas. Dengan tinggi 14 meter dan diameter 6 meter, berat lapisan emas ini awalnya 35 kg, sebelum ditambah menjadi 50 kg dalam perayaan 50 tahun kemerdekaan pada tahun 1995.

Lidah api tersebut melambangkan kobaran semangat rakyat Indonesia yang berjuang sejak jaman memperjuangkan kemerdekaan hingga kini dan seterusnya dalam mengisi kemerdekaan. Untuk menopangnya, terdapat cawan berukuran besar yang beratnya sekitar 14,5 ton.

Desain dari Monas awalnya diarsiteki oleh Friedrich Silaban, kemudian disempurnakan oleh R.M. Soedarsono. Lokasi pembangunan ditetapkan di area Lapangan Medan Merdeka atau yang di masa lalu dikenal sebagai Lapangan Ikada, agar posisinya berhadapan dengan Istana Negara.

Dan pada peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1961, pembangunan Monas pun dimulai. Ada sekitar tiga tahapan dalam proses pembangunannya, dimana tahap pertama berlangsung dari tahun 1961 sampai tahun 1965.

Pada tahap pertama, proses pembangunan menggunakan beberapa sumbangan dari masyarakat umum, karena kondisi ekonomi negara yang sulit. Misalnya, sebagian lapisan emas pada lidah api merupakan hibah dari Teuku Nyak Markam, seorang pengusaha dari Aceh.

Mulanya, Monumen Nassional hanya dibuka bagi rombongan karyawisata tertentu, misalnya siswa-siswi sekolah. Barulah setelah pembangunannya rampung, pada 12 Juli 1975 Monas diresmikan dan dibuka untuk umum oleh presiden Republik Indonesia saat itu, Soeharto.

Penyusunan Naskah Bung Karno Bung Hatta Munasprokgoid
Salah satu yang khas dari Monas adalah adanya diorama yang menggambarkan perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Foto: munasprok.go.id

Selain menjadi simbol kenegaraan, Monas juga memiliki beragam fungsi dan daya tarik bagi siapa saja yang datang berkunjung. Salah satunya adalah fungsi wisata edukasi lewat museum sejarah Indonesia yang terletak di bagian dalam monumen.

Di area museum ini, terdapat sekitar 51 diorama yang menggambarkan sejarah Indonesia dari masa ke masa. Pengunjung dapat mengamati sejarah dan perkembangan Indonesia dalam susunan diorama yang diatur secara kronologis di tiap periode, mengikuti arah jarum jam.

Selain itu, di area interior monumen ini terdapat pula Ruang Kemerdekaan, yang menjadi tempat disimpannya naskah asli Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, beserta bendera merah putih yang dikibarkan ketika Teks Proklamasi dibacakan pada 17 Agustus 1945.

Di ruangan ini juga terdapat detail-detail seperti lambang Garuda Pancasila berukuran besar yang terbuat dari perunggu berlapis emas dan berbobot 3,5 ton. Ada pula peta Indonesia yang terbuat dari emas, menunjukkan bentang dan kepulauan yang membentuk Indonesia.

Memasuki ruangan ini, pengunjung akan disambut dengan pemutaran rekaman suara Soekarno saat membacakan Teks Proklamasi, diiringi lagu Padamu Negeri. Ruangan amphitheatre ini juga berfungsi sebagai ruangan untuk mendoakan dan mengenang jasa pahlawan kemerdekaan.

Yang tak kalah menarik, pengunjung juga dapat naik ke area puncak monumen dengan menggunakan lift yang dapat mengangkut sekitar 10 orang. Sesampainya di atas, pengunjung dapat menikmati pemandangan kota Jakarta secara 360° di ketinggian 115 m.

Area pelataran puncak ini dapat menampung kurang lebih sekitar 50 orang. Sebagai tambahan fitur keselamatan dalam situasi dan kondisi tertentu, disediakan pula tangga darurat yang posisinya mengitari area jalur elevator.

Pengunjung Tugu Monas Jakarta Foto Antara
Masyarakat mengunjungi Monas. Foto: DOk. Antara

Di samping daya tarik wisata yang terdapat di dalam monumen, terdapat pula beberapa hal menarik di area luar Monas. Seperti misalnya deretan relief sejarah Indonesia yang berada di sekeliling halaman luar Monumen Nasional.

Relief tersebut menggambarkan beberapa peristiwa bersejarah di Indonesia, seperti masa kerajaan Singosari dan Majapahit, Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan, hingga sejarah modern Indonesia. Kesemuanya diatur secara kronologis mengikuti arah jarum jam.

Terdapat pula area taman, kolam dan hutan kota yang diperuntukkan bagi wisatawan dan warga sekitar untuk berkumpul, berolahraga atau sekedar bersantai. Di area taman ini, pengunjung dapat menemui beberapa kawanan rusa yang didatangkan dari Istana Bogor.

Dan yang tak kalah menarik, setiap malam akhir pekan area taman akan dibuka untuk umum dalam rangka pertunjukan atraksi air mancur. Dalam atraksi tersebut, air mancur akan bergerak seakan menari, diiringi lagu-lagu nasional dan daerah serta kilauan lampu tembak yang seirama.

Atraksi tersebut biasanya dilangsungkan dalam dua sesi, pada jam 19.30 dan jam 20.30. Dalam satu sesi, biasanya atraksi akan berlangsung kurang lebih sekitar 20 hingga 30 menit. Atraksi ini dapat ditonton siapapun tanpa dikenakan biaya.

Area Monas secara keseluruhan biasanya buka dari hari Selasa hingga Minggu, dan ditutup setiap hari Senin. Jam operasionalnya mulai dari jam 06.00 hingga jam 16.00, namun untuk bisa masuk ke dalam monumen, akan dibagi per sesi dari pagi, siang dan sore.

Untuk masuk ke dalam monumen dan berkeliling area museum dan Ruang Kemerdekaan, pengunjung akan dikenakan tiket masuk seharga Rp 5 ribu untuk orang dewasa, Rp 3 ribu untuk mahasiswa dan Rp 2 ribu untuk anak-anak.

Namun jika ingin mencoba naik hingga ke area puncak monumen, maka tiket terusannya menjadi Rp 15 ribu untuk dewasa, Rp 8 ribu untuk mahasiswa dan Rp 4 ribu untuk anak-anak. Tiket terusan ini sudah termasuk akses masuk ke museum dan Ruang Kemerdekaan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika berminat menyambangi Monas. Salah satunya, untuk membayar tiket masuk kini sudah menggunakan JakCard, kartu e-money yang juga bisa digunakan untuk membayar tarif angkutan umum, seperti TransJakarta.

Hal penting lainnya adalah kebijakan pengelola Monas yang mengatur pengunjung yang datang di pagi hari hanya bisa membeli tiket untuk sesi pagi saja, demikian pula bagi yang datang di siang dan sore hari hanya boleh membeli tiket untuk sesi tersebut.

Untuk info lebih lanjut dapat menghubungi (021) 3822255, atau mengunjungi akun Instagram resmi @monumen.nasional.

Monumen Nasional

Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat

agendaIndonesia

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi