
Museum UGM atau Museum Universitas Gadjah Mada di kawasan Bulaksumur, Yogyakarta, mungkin nyaris luput dari pantauan wisatawan Indonesia. Bisa jadi karena museum belum merupakan spot destinasi wisata yang digandrungi para pelancong. Bisa pula karena spot ini masih belum banyak yang mengetahuinya.
Museum UGM
Padahal, Museum UGM sudah berdiri dan terbuka untuk umum sejak 2013. Hampir sepuluh tahun. Ada sejumlah atraksi di dalam museum ini yang menarik. Mulai dari sejarah berdirinya salah satu universitas terbesar dan tertua di Indonesia ini, hingga satu spot kecil tentang mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Indonesia sangat lekat dalam ingatan mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Sebab ia pernah menikmati masa kecilnya di negeri ini. Kenangan akan jejak-jejak Obama itu terbingkai di beberapa tempat. Misalnya sebuah sekolah dasar di kawasan Menteng, Jakarta. Atau, sebuah rumah di kawasan perumahan dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Salah satu tempat yang mengabadikan kenangan masa kecilnya adalah Museum Universitas Gadjah Mada (UGM) di Bulak Sumur, Yogyakarta. Eks perumahan dosen pergutuan tinggi negeri itu yang kini disulap menjadi ruang edukasi. Salah satunya dulu merupakan tempat tinggal paman tiri Obama, Profesor Iman Sutiknjo.
“Dulu, ketika libur sekolah, Obama sering menginap di sini,” kata Uun, edukator Museum UGM, saat ditemui di Yogyakarta. Ia lalu mengantarkan sejumlah tamu menuju sebuah ruangan khusus yang dinamai Ruang Obama.
Ruang yang lebih mirip kamar berukuran 3×4 meter itu seperti mesin waktu. Aura masa lampau alias tempo dulu begitu terasa. Apalagi di dalam kamar ini berisi barang-barang kuno, seperti tempat tidur kayu, kasur ukuran single, meja dan kursi belajar, serta kumpulan foto masa kecil sang mantan presiden.
Konon, kamar itulah yang sering ditinggali Obama selama ia berlibur di kota pelajar. Sebuah ruangan yang sempat disinggahi seorang tokoh dunia.
Museum UGM tak cuma mematri kenangan masa kecil Obama. Ruangan untuk mengenang Prof. Dr. Sardjito juga dihadirkan di dalamnya. Dr Sardjito adalah rektor pertama UGM sekaligus ilmuwan pertama yang menciptakan obat calcusol. Calcusol terkenal sampai sekarang sebagai obat penyembuh batu ginjal berharga murah.
Di Ruangan Sardjito, tertampil benda-benda peninggalannya. Seperti radio lawas, cangkir, mesin ketik, dan meja-kursi. Ada juga patung Sardjito memakai setelan jas yang lengkap di tengah ruangan. Di sampingnya, tergantung toga dan pakaian doktornya.
Di samping ruang khusus Sardjito, ada ruangan luas yang menyimpan benda-benda ilmiah karya para mahasiswa. Ada pula di dalam Museum UGM itu tempat khusus untuk mengenal perjalanan UGM dari masa dibangun sampai kini.
Pendirian Museum UGM sendiri berangkat dari pertimbangan bahwa Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah universitas negeri tertua dan terbesar di Indonesia. Dalam sejarah pendiriannya, UGM tidak terlepas dari peran para tokoh pejuang dan pendiri bangsa dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia.

Berbagai tokoh pejuang perang kemerdekaan telah berjasa melahirkan Universitas Gadjah Mada. Maka tidak heran bila Universitas Gadjah Mada dikatakan sebagai Universitas perjuangan dan berkerakyatan.
Di samping itu, UGM juga menjadi media transformatif dalam bidang keilmuan, kemasyarakatan, dan kebangsaan. Dengan peran yang dimiliki oleh UGM tersebut telah mendekatkan diri dengan masyarakat karena telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam perjalanan perjuangan kemerdekaan.
Dokumentasi yang melimpah tentang sumbangsih UGM baik dalam pengabdian masyarakat, pendidikan, dan penelitian perlu dikenalkan, dikelola, dan dibudidayakan supaya tetap terpelihara. Selain itu, dengan dokumentasi di dalam bentuk museum ini masyarakat bisa mengenal lebih dekat lagi melalui rekam jejak UGM dan sumbangsihnya dari masa ke masa.
Museum UGM menempati dua lahan eks perumahan dosen. Museum UGM terletak di Kompleks Bulaksumur, tepatnya di rumah yang berada di Blok D6 dan D7 di Kompleks Bulaksumur. Bulaksumur sendiri adalah kompleks UGM yang berada di sisi Timur Jalan Kaliurang.
Sebelum menjadi museum, kedua rumah ini merupakan tempat tinggal dua orang guru besar Universitas Gadjah Mada. Rumah D6 pernah ditinggali oleh Prof. Kardono Darmojuwono, seorang dekan Fakultas Geografi UGM. Sedangkan rumah D7 pernah ditinggali Prof. Drs. Iman Soetiknjo, seorang dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.
Museum ini mulai dibuka untuk umum pada 2013. Para wisatawan umumnya datang saat libur lebaran atau akhir tahun. Jumlah pengunjung pada tanggal merah mencapai 100 orang per hari. Tak ada retribusi untuk masuk museum.
Jadi, meskipun bukan alumni universitas ini, tak ada salahnya mengagendakan kunjungan ke Museum UGM sekali-sekali.
agendaIndonesia
*****