
Soto Pak Sholeh layak disebut sebagai salah satu spot kuliner, utamanya bagi pecinta soto, yang sayang untuk dilewatkan kala melancong ke Yogyakarta. Soto berbahan dasar daging sapi ini sudah 70 tahun lebih menjadi salah satu legenda kuliner kota pelajar tersebut.
Soto Pak Sholeh
Kedai bernama lengkap Soto Pak Sholeh Al Barokah ini sudah menahun jadi salah satu rekanan utama bagi warga Yogyakarta dalam khasanah kuliner soto mereka, terutama soto daging sapi. Saat jam makan siang, tempat ini jadi primadona dan selalu penuh pengunjung.
Saking melegendanya, banyak pula yang datang karena bernostalgia kala pulang kampung. Beberapa di antara pengunjung tersebut juga merupakan wisatawan yang mendengar cerita-cerita mengenai nikmatnya menyantap soto daging yang segar, empuk dan gurih tersebut.

Menilik dari namanya, kemudian diketahui bahwa usaha ini bermula dari seorang pria bernama Muhammad Sholeh yang sudah berprofesi sebagai pedagang soto sejak 1952. Waktu itu, ia masih kerap berjualan dengan berkeliling jalan kaki sambil memikul dagangannya.
Dari berjualan keliling, Sholeh lantas mampu perlahan-lahan membangun bisnis dan reputasi sebagai salah satu pedagang soto paling digandrungi warga kota gudeg itu. Hingga akhirnya ia dapat membuka sebuah kedai soto rumahan di kawasan Tegalrejo.
Kedai itulah yang kemudian menjadi cabang pusat soto Pak Sholeh. Sejak saat itu, kedai tersebut nyaris tak pernah sepi pengunjung. Bahkan pada akhir pekan dan hari libur, tak mengherankan bila pengunjung kedai tersebut kerap penuh membludak.
Sehingga pada 2003, dibuka pula cabang lainnya yang terletak di area stadion Kridosono. Hingga kini Soto Pak Sholeh memiliki delapan cabang yang selalu dipenuhi pengunjung.
Sepeninggal Sholeh yang menghadap sang Khalik pada 2004 silam, bisnis ini terus dijalankan oleh anak dan cucunya. Sampai sekarang, tak banyak yang berubah dari pilihan menu dan makanan yang disajikan, demi terus mempertahankan reputasi.

Sejatinya, secara isi dan tampilan soto daging racikan pak Sholeh tak terlalu berbeda dari soto daging kebanyakan. Tetapi yang menjadi beberapa alasan mengapa soto ini begitu disukai banyak pelanggannya adalah dagingnya yang sangat empuk serta rasanya yang gurih manis.
Untuk mencapai karakter daging sapi yang empuk tersebut, ada beberapa kriteria yang mereka miliki dalam memilih daging yang akan dimasak. Misalnya, daging sapi yang biasanya mereka gunakan adalah sapi yang diternakkan di Jawa.
Selain itu, mereka juga selalu memasak daging yang diambil dari penyalurnya pada hari itu juga. Pada dini hari, sebelum mereka memasak dan berjualan, daging sapi sudah dipilihkan dan diambil untuk kemudian dimasak.
Mereka juga hanya mengambil jatah daging yang akan habis dimasak pada hari itu juga, karena mereka tidak akan menyisakan daging lagi dan menyimpannya untuk esok hari. Itulah mengapa mereka kerap hanya berjualan hingga siang atau sore hari setelah ludes terjual.
Usut punya usut, ternyata itu merupakan salah satu metode yang digunakan demi menjaga kualitas soto yang mereka hidangkan. Menurut mereka, daging sapi yang fresh dari sejak disembelih akan lebih mudah dimasak hingga empuk, ketimbang yang disimpan di kulkas.
Tak hanya itu, mereka percaya bahwa daging sapi yang langsung dimasak menjadi soto setelah dipotong akan memberikan cita rasa tersendiri pada kuahnya. Konon, kalau daging sapi yang dimasak sudah disimpan dari hari sebelumnya, rasa soto menjadi cenderung hambar.
Metode inilah yang mampu menjadikan soto Pak Sholeh begitu mahsyur dan senantiasa dicari banyak pecinta kuliner hingga kini. Dagingnya yang begitu empuk saat disantap membuatnya nyaman untuk dikonsumsi siapapun.
Keunikan soto Pak Sholeh tak berhenti di situ. Sedikit berbeda dari soto kebanyakan yang cenderung memiliki paduan rasa antara gurih dan asin pada kuah kaldunya, soto Pak Sholeh disebut mempunyai perpaduan rasa gurih dan manis.

Perpaduan cita rasa ini diklaim karena menyesuaikan selera warga Yogyakarta pada umumnya yang memang punya kecenderungan lebih menyukai kuliner bercita rasa manis. Pada prosesnya, ini juga menjadi keunikan tersendiri bagi soto tersebut.
Dan tentunya daya tarik lainnya selayaknya hidangan soto, adalah harganya yang cukup terjangkau. Semangkok soto daging dihargai Rp 20 ribu, dengan pilihan teman makan seperti daging empal, olahan otak, paru, dan lidah yang dibacem, serta aneka kerupuk dan rempeyek.
Soto yang disajikan berisikan nasi, daging, taoge dan potongan kubis, meski bisa meminta soto dan nasi yang dipisah. Kalau dagingnya masih dirasa kurang, bisa meminta tambahan daging empal yang sudah dipotong-potong kecil.
Soto Pak Sholeh buka setiap hari dari jam 07.00 sampai sore, biasanya jam 15.00 atau jam 16.00. Tetapi perlu diperhatikan, sering kali karena begitu ramainya pengunjung dan mereka hanya memasak untuk porsi jualan hari itu, soto sudah habis sejak setelah jam makan siang.
Terkadang pula, dalam kondisi seperti saat bulan suci Ramadhan, kedai bisa buka hingga lepas waktu Maghrib untuk menerima pengunjung yang hendak berbuka puasa. Namun secara umum tetap disarankan untuk datang lebih awal, utamanya saat makan siang, agar tidak kehabisan.
Soto Pak Sholeh Al Barokah
Jl. Wiratama no. 84, Yogyakarta
Jl. Yos Sudarso no. 28, Parkir Stadion Kridosono, Yogyakarta
agendaIndonesia/audha alief praditra
*****