Tip Top Medan, suasana Interiornya

Tip Top Medan tanpa sengaja kami temukan saat berkunjung ke ibu kota Sumatera Utara ini. Awalnya lucu, karena nama ini mirip dengan tempat es krim di Yogyakarta, sehingga tertarik mencobanya. Ia juga mirip Ragusa di Jakata Pusat, atau Oen di Semarang.

Tip Top Medan

Kami memilih duduk persis di depan kasir, Bakery & Cake Shop yang asyik ini. Restauran yang berlokasi macam di Jalan Ahmad Yani ini, terbilang langka. Hanya ada satu-dua di Indonesia. Atmosfir yang dibangun restoran ini sengaja mengambil setting tahun 40-an. Misalnya penggunaan mebel rotan dengan desain yang simple, tentu juga menempati bangunan lama, peninggalan masa lalu.

Lihatlah, beberapa pelayan pria wara-wiri mengenakan pakaian stelan putih-putih lengkap dengan peci hitam. Ini membangun ingatan kita pada Istana Negara, pada  pasukan pengibar bendera merah putih saat perayaan 17 Agustus.  Sedangkan yang perempuan dengan blus batik, dengan motif tradisional dengan sogan warna gelap.

Tip Top Medan Resto Heritage

Pada dindingnya  tersusun foto-foto suasana, adegan tahun 1930-an dalam berbagai ukuran. Di beranda, ada foto pemilik pertamanya. Tertera restoran bernama “Jangkie”, yang rupanya adalah nama  pemilik awal rumah makan ini. Dalam catatan di sana, terbaca bangunan itu didirikan pada 1929, nama tersebut memang yang digunakan untuk arena makan ini.

Menurut runutan sejarahnya, restoran mulanya berada di Jalan Pandu, baru kemudian pindah ke daerah Kesawan pada 1934 dan memilih nama Tip Top yang bermakna sempurna. Dulu, jalanan depan restoran merupakan pusat keramaian hingga meneer, mevrouw, plus mejuffrouw pun berkumpul menikmati sekaligus mengagumi seduhan kopi Sidikalang yang terkenal itu. Juga melahap es krim, kue-kue khas Belanda dan aneka hidangan mancanegara maupun lokal.

Tak lama, saya bisa merasakan dua hidangan istimewanya, huzaren salad dan ayam goreng somboy. Salad khas Belanda yang segar untuk pembuka, dan ayam gorengnya yang renyah dan gurih.  Sebelumnya saya menyantap es krim dengan rasa kopi yang kental. Keragaman memang disodorkan oleh kru dapur Tip Top. Bagi para tamu, ada beberapa pilihan menu ala Eropa seperti aneka steak dan aneka salad, selain juga penganan ringan seperti bitterballen, pancake gula merah, uitsmijter dan roti ham & keju serta roti daging bakar.

Turis dari Holand termasuk yang cukup banyak mampir kemari. Ada yang memang pernah pada 1930-an tinggal di Medan, dan ingin mengulang kenangan lama menikmati es krim dan kopi Sidikalang. Ada pula yang datang adalah anak-cucu dari opa-oma Belanda yang pernah bersentuhan dengan Tip Top di masa lampau. 

Di samping masakan Barat, juru masak Tip Top pun menawarkan hidangan khas Cina. Seperti steak ala Hong Kong, fu yong hai, kwetiau goreng dan tentunya ayam goreng somboy yang saya rasakan kerenyahannya. Tapi yang diunggulkan dan banyak dipesan pengunjung dari resto ini, tak lain adalah nasi goreng Tip Top Spesial.

Di salah satu sisi, ada ruang khusus untuk menu masakan Indonesia. Seperti gado-gado, ayam goreng, rendah, gulai ikan, kari kambing dan ayam panggang santan. Penataan seperti rumah makan padang, dengan dinding kaca dan sajian siap makan. Menurut Ferry Kelana, 71 tahun, pemiliknya sekarang, tak ada perubahan dari ruangan maupun menu di restoran ini.

Sebagai generasi ketiga, hubungan Ferry dengan Jangkie adalah keponakan-paman. Kini, ia bahkan sudah mengajarkan ke putra bungsunya untuk pengelolaan restoran ini. Ia mengaku akan berupaya mempertahankan seperti aslinya. Tak hanya menu yang sama tapi juga bahan-bahannya yang segar. “Kami juga tidak memberi tambahan seperti pengawet dan penambah rasa lainnya,” ujar pria yang akrab dipanggil Om Ferry ini.

Tak hanya bangunan, perabotan, pajangan yang menyebarkan cita rasa klasik, band yang beraksi setiap Rabu malam pun melantunkan tembang-tembang kuno. Paduan semuanya semakin “membawa” tamu ke masa silam.

Boks

Java Ice Cream & Ontbykoek

Tip Top Medan Ice Cream

Tak hanya hidangan berat yang membuat orang memiliki memori khusus di Tip Top. Es krim dan kue-kue khas Belanda pun yang dulu dicecap para meevrouw pun tetap dipertahankan. Bakery & Cake Shop bersebelahan dengan ruang khusus restoran. Di bagian belakang keduanya tersambung. Sore hari, ketika toko kue tutup, kue-kue bisa tetap tersaji di beranda restoran.

Keunikannya, es krim bahkan tetap disajikan dengan wadah yang sama, yakni gelas berkaki dari almunium.  Ferry menyebutkan ia masih menyimpan gelas-gelas alumunium peninggalan  pamannya itu dengan rapi. Hingga suguhan pun masih tetap seperti akhir 1930-an. Salah satu yang favorit adalah Java Ice Cream. Selain itu ada banyak pilihan es krim lain seperti Ystaart dengan tiga rasa.

Kue-kuenya di resto ini hasil panggangan tungku kayu bakar, yang biasa digunakan sejak 1934 pun. Tungku bata itu berukuran sekitar  4×5 meter dan sulit untuk diperbaiki atau mengalami perubahan. “Karena untuk mendinginkannya perlu waktu sebulan,” ujarnya Ferry sambil tersenyum. Namun toh panasnya bisa membuat olahan tetap seprima zaman lampau.

Datang, dan cobalah kue-kuenya yang khas; moorkop dan ontbykoek. Moorkop dengan lapisan cokelat di bagian atas dan di bagian dalam terdapat krim, memang tampak menggiurkan. Sedangkan ontbykoek adalah kue dengan rasa kayu manis yang lembut sehingga terasa menyegarkan. Dulu, kedua kue ini disantap para meneer untuk sarapan. “Nah karena kegemaran pada rempah ini yang membuat mereka (Belanda) datang ke negeri ini,” ujarnya. Resep kue ini memang tak hanya memerlukan kayu manis, tapi juga pala dan cengkeh. Selain keduanya, ada beberapa jenis tart, dalam ukuran kecil maupun untuk pesta ulang tahun.

Tip Top; Restaurant, Bakery & Cake Shop; Jl. Jend. A. Yani No 92 A-B; Medan

Rita N./ Toni H./Dok. TL

Yuk bagikan...

Rekomendasi