
3 Pantai di Karangasem, Bali, ini seakan tersembunyi dari jangkauan orang. Tapi sesungguhnya, ia menjadi oase bagi banyak wisatawan pecinta pantai.
3 Pantai di Karangasem
Melancong tak selalu berharap bertemu dengan suasana yang ramai, bahkan saat memilih Bali sebagai destinasi wisata. Saya lebih dulu mencari lokasi yang terbilang tenang. Hasilnya, ditemukan tiga pantai yang dibilang nyempil. Petunjuk jalan menuju pantai pun jarang. Paling tidak, itulah yang dialami ketika saya menelusuri Karangasem untuk mencari Virgin Beach.
Pantai yang terletak di Desa Perasi, Karangasem, ini tak cukup terkenal, termasuk oleh sopir sekaligus pemandu yang menemani saya. Ketut, pria asal Sanur, mengaku belum pernah menginjakkan kaki di Virgin Beach. Walhasil, setelah melewati Jalan Raya Candidasa menuju Jalan Raya Bugbug, yang kiri dan kanannya penuh pemandangan hijau, kendaraan dikendarai perlahan.
Papan nama cukup jelas bertuliskan Virgin Beach pun di depan mata. “Waktu saya lewat beberapa waktu lalu, rasanya tak ada plang pantai itu,” ucap Ketut. Saya tersenyum. Bisa jadi pantai ini memang tersembunyi. Dari jalan utama menuju Amlapura, kendaraan berbelok ke kanan, masuk ke Jalan Pantai Perasi, mengikuti anak panah. Pantai masih sekitar 2 kilometer. Setelah melalui jalan kampung, tibalah saya di area parkir. Saat kendaraan berhenti, giliran kaki pengunjung yang harus melangkah. Jalan menurun dan berbatu sepanjang 500 meter pun saya tapaki.

Saya menemukan jalan berujung gang sempit di antara dua kios. Suara debur ombak kian kencang terdengar. Mulanya tidak berharap menemui keindahan. Namun, begitu melayangkan pandangan ke pantai sepanjang 600 meter itu, senyum saya langsung melebar. Meski terbilang pendek, pantai itu benar-benar menggoda. Wow, pasirnya lembut dan putih. Gradasi warna airnya biru menantang tubuh menceburkan diri ke dalamnya. Warga setempat menyebutnya Pantai Pasir Putih. Karena berada di Desa Perasi, dikenal pula dengan Pantai Perasi.
Belasan kafe sederhana menjadi pilihan untuk melepas dahaga. Kursi-kursi menjadi tempat untuk berleha-leha. Saya berjalan menyusuri pantai. Ada deretan perahu nelayan di bagian ujung. Para nelayan pun menyediakan jasa untuk mengantar saya ke lokasi penyelaman atau snorkeling. Tak lama setelahnya, sebuah perahu dengan empat turis perempuan menepi. Puluhan turis asing, dibalut bikini dan busana santai, menerjang ombak. Seperti saya, mereka menelusuri pantai. Saat gelap, tak ada pilihan selain meninggalkan pantai. Tidak ada penerangan, terutama di jalan, karena kiri dan kanan tanah kosong. Hanya gerombolan sapi yang asik memamah biak.
Perjalanan pulang cukup menanjak, membuat saya terengah-engah. Tentu dua pantai lain tak saya kunjungi hari ini. Saya menuju ke Candidasa, menginap di sebuah hotel. Esok pagi giliran Blue Lagoon yang akan dicapai dengan perahu. Cuaca yang cerah di April membuat saya bisa langsung menatap langit biru dengan awan putih kala pagi. Blue Lagoon berada tak jauh dari Padang Bai. Bisa dicapai via darat, tapi bila menginap, ditempuh dengan perahu menjadi pilihan yang lebih tepat.
Saya tiba pukul 09.00 di teluk tersebut. Kapal hilir mudik di Padang Bai. Belum ada perahu datang membawa turis untuk snorkeling atau menyelam. Di depan tampak sebuah pantai yang juga pendek dan terlihat sepi. Tak jauh dari jungkung yang mengantar saya, ada sebuah area mengapung, lengkap dengan sejumlah permainan, di antaranya seluncuran yang langsung ke laut.
Tak lama, jungkung atau perahu kayu lain berdatangan. Perahu cepat pun tampaknya membawa turis-turis dari Cina. Rombongan orang itu menaiki area terapung. Sebagian meluncur dan menikmati air laut, sebagian melaju kencang dibawa banana boat dan jenis permainan lain. Sebagian lagi tampak mencoba mencermati ikan dengan snorkeling. Ramai lah pagi itu.
Tak terasa terik sinar mentari mulai terasa di kulit. Saatnya melepas keindahan di bawah laut dengan rangkaian bukit di sekeliling teluk. Masih ada satu pantai lagi hari ini yang akan disinggahi. Namun, saya memilih melalui jalur darat. Letaknya tak jauh dari Pelabuhan Padang Bai. Dari arah Candidasa, Blue Lagoon berada sebelum Pelabuhan Padang Bai, sementara Pantai Bias Tugel, yang menjadi sasaran selanjutnya, berada setelah pelabuhan tersebut.
Siang hari, saya meninggalkan Candidasa. Entahlah, kali ini adalah waktu yang tepat untuk kembali ke pantai. Bagaimana pun, paling asik menikmati pesisir saat pagi atau sore. Namun tak ada pilihan. Sebab, hari ini saya harus meninggalkan Pulau Dewata. Dari Candidasa, saya ke Padang Bai sebelum pintu pelabuhan kendaraan berbelok ke kanan, sebuah jalan kecil dengan beberapa homestay. Namanya Gang Mumbul.
Sekitar 600 meter, jalan kecil itu berujung di jalan yang diapit dua tembok. Terlihat deretan mobil di sisi kanan. Ruang parkir yang sempit membuat kendaraan yang keluar harus mundur. Gerbang itu dijaga beberapa pemuda setempat. Mereka menariki uang retribusi. Saya menembus panas di antara dua dinding tembok, menuruni tangga, hingga bertemu dengan lubang di dinding kiri. Di sinilah saya harus berbelok karena di ujung jalan tebing langsung ke samudera.
Berikutnya, saya harus menyusuri jalan setapak di antara pepohonan. Hingga kembali, saya disuguhi pantai pendek yang menawan. Panjang pantainya hanya sekitar 400 meter. Di situ pun hanya ada beberapa warung. Namun justru jadi pilihan sejumlah turis asing. Payung warna-warni menjadi tempat berteduh kala sinar surya menyengat kuat. Saya memilih duduk manis, sebab teriknya terlalu menyakiti kulit. Lain halnya dengan para pemilik kulit pucat yang terlihat asik bergumul dengan ombak. Mungkin lain kali saya harus datang lebih sore agar butiran pasir yang lembut bisa lebih lama merendam kaki.
Tak lengkap melaut tanpa mencicipi hidangan khasnya. Selepas Padang Bai, Ketut membawa saya singgah ke Lesehan Sari Baruna, tak jauh dari Goa Lawah, Klungkung, sebelum mengantarkan saya ke bandara. Satu paket sate ikan, sop ikan, dengan nasi seharga Rp 23 ribu pun melepas rasa lapar. Saya siap terbang ke Jakarta.
Dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Pilihan terbang ke Bali memang begitu banyak. Setiap maskapai nasional menawarkan beberapa kali penerbangan dalam sehari. Penerbangan dari negara tetangga pun langsung mencapai Bandara Ngurah Rai. Dari bandara, Anda bisa langsung mengarah ke Karangasem. Pilihannya bisa menginap di Padang Bai, Manggis, atau Candidasa.
Rita N./B. Rahmanita/Dok. TL