Maskapai Batik Air melakukan penernangan ke dua kota di Australia. Keberangkatan dari Bali.

3 strategi wisata dongkrak penjualan coba didorong Kementrian Pariwisata dan Perkenomian Kreatif untuk mendorong tumbuhnya kembali industri pariwisata di Indonesia. Kementerian, misalnya, berupaya melengkapi dan menyempurnakan fasilitas destinasi wisata di Bali.

3 Strategi Wisata: Bali Rebound

Salah satu strategi yang dilakukan untuk mendorong bangkitnya kembali industri pariwisata tanah air adalah program Bali Rebound. Ini dilakukan untuk menyambut wisatawan di masa adaptasi kebiasaan baru.

Pengenalan Bali Rebound

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Kemenparekraf Hari Santosa Sungkari mengatakan program Bali Rebound merupakan inisiasi dari Kemenparekaf untuk membangun kembali pariwisata di Bali. “Keunikan Bali masih menjadi daya tarik utama pariwisata Indonesia,” katanya di Badung, Bali, 15 Juli 2020 lalu.

Program Bali Rebound diselenggarakan di empat kawasan destinasi favorit di Badung, Bali, antara lain Nusa Dua, Pantai Kuta, Pantai Pandawa, hingga Uluwatu. Untuk kawasan Nusa Dua, acara tersebut dilakukan di Water Blow, Art Bali, Bali Collection Shopping Center, pantai Bengiat dan Pantai Samuh.

Program ini memberikan dampak positif secara menyeluruh. Lokasinya memang berada di Badung, tapi sudah sangat mewakili pariwisata Pulau Dewata. Semua elemen pariwisata bersatu dan memberikan dukungan penuh. “Kami juga memberi dukungan berupa penyempurnaan fasilitas dan amenitas di destinasi,” kata Hari.

Penerapan Protokoler Kesehatan

Bali Protokol Kesehatan
Pengenalan protokol kesehatan wisata dalam Bali Rebound. Doc. Kemenparekraf

Kemenparekraf memberikan pendampingan mulai dari persiapan hingga pembukaan kembali destinasi wisata di Bali.Untuk menguatkan program Sapta Pesona dan Revitalisasi Amenitasnya, Kemenparekraf memberikan berbagai fasilitas di antaranya alat pendukung kebersihan, kesehatan, dan keamanan berupa wastafel, sapu pantai, tempat sampah, thermo gun, disinfektan, pemasangan signage atau rambu Sapta Pesona dan papan informasi. Khusus destinasi Pantai Kuta, Kemenpaekraf membangun prototype renovasi toilet bersih. 

Selain dukungan cleanliness, health, safety, and environmental sustainability (CHSE), Kemenparekraf juga melakukan Gerakan Bersih Pantai atau Kawasan di daerah Nusa Dua, pantai Bengiat, Pantai Samuh, Pantai Pandawa, Pantai Kuta, dan Kawasan Uluwatu.  

Hari menambahkan program bersih-bersih destinasi menjadi hal yang sangat penting. Semua elemen harus dipastikan bagus dan memberikan jaminan kenyamanan secara menyeluruh. Unsur kebersihan, kesehatan, dan keamanan harus terpenuhi secara maksimal. “Apalagi, sekarang sudah masuk fase normal baru dengan standar protokol kesehatan yang wajib dipenuhi,” ujar Hari.

Menuju Zona Hijau Destinasi Wisata

Aktivitas tersebut diikuti oleh 400 para pelaku usaha parekraf. Partisipan yang ikut bergabung antara lain Kepala Dinas Pariwisata Badung, Pengelola Daya Tarik Wisata, Jero Bandesa Desa, Camat Kuta Selatan, Kapolsek Kuta Selatan, Danramil, Lurah Benoa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Benoa, hingga Paguyuban Pedagang Pantai Bengiat dan Samuh.

Direktur Pengembangan Destinasi Regional II, Wawan Gunawan, mengatakan inovasi harus dilakukan pada setiap destinasi dan penyempurnaan infrastruktur yang mengacu pada protokol kesehatan harus diprioritaskan. Agar destinasi wisata menjadi zona hijau, sehingga wisatawan akan merasa aman dari COVID-19. Kepercayaan wisatawan akan berdampak pada meningkatnya kunjungan destinasi wisata.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, I Putu Astawa, menambahkan infrastruktur sesuai standar protokol kesehatan sangat penting untuk mengembalikan dan meningkatkan kepercayaan pasar. Dengan begitu, perekonomian masyarakat di Bali bisa segera pulih melalui aktivitas pariwisata.

3 Strategi Wisata: Pemasaran Secara Online

SelainBali Rebound, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifjuga mendorong para pelaku UMKM di Tanah Air untuk memasarkan produknya secara online melalui platform e-commerce.

#BeliKreatifLokal

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo, saat menghadiri dialog “Indonesia Bicara” di Jakarta, 16 Juli 2020, mengatakan bahwa digitalisasi UMKM harus terus digalakkan. Kementrian, katanya, melakukan ini melalui program #BeliKReatifLokal yang telah diluncurkan sejak Juni 2020.

Hingga saat ini, menurut Angela, telah terkurasi 500 pelaku ekonomi kreatif untuk difasilitasi oleh kementrian soal pendaftaran HAKI (Hak Kekayaan Intelektual). “Kami fasilitasi untuk masuk ke online, dan kami juga memberikan pendampingan-pendampingan promosi,” katanya.

Angela menjelaskan, program ini bertujuan untuk membantu para pelaku usaha UMKM yang terdampak pandemi COVID-19 untuk memasarkan produknya di platform digital. Mengingat terbatasnya interaksi jual beli secara fisik di tengah pandemi.

“UMKM Indonesia harus bisa berinovasi dan kita bangga terhadap produk lokal dan saya yakin produk lokal bisa merajai pasar,” ungkap Angela.

Tiga Subsektor UMKM

Angela menuturkan, bahwa program ini menyasar tiga subsektor UMKM, yaitu kriya, fashion, dan kuliner, terutama yang berada di Jabodetabek.

“Kami memilih di zona merah khususnya Jabodetabek. Karena kami melihat itu sangat terhambat produktivitas secara fisik jadi itu yang kami fasilitasi terlebih dahulu,” katanya.

Hal senada disampaikan Staf Khusus Bidang Kebijakan Digital dan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi, yang mengatakan, pemasaran produk UMKM lewat platform digital memungkinkan pengusaha dapat memperluas distribusi produknya tanpa harus melakukan kontak fisik.

“Ini bisa menghadirkan peluang distribusi baru bagi para pengusaha UMKM, yaitu melalui metode secara digital,” ujar Dedy.

3 Strategi Wisata: Promosi Kreatif

Pada kesempatan lain, Plt. Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf Frans Teguh mengatakan, para pelaku ekraf perlu mendapatkan pengetahuan tentang tips dan trik dalam mempromosikan produk atau jasa.

Dalam virtual talk show “Reklame” Rembug Kreatif Periklanan Menuju Adaptasi Kebiasaan Baru, di Jakarta, 16 Juli 2020, ia menjelaskan, ini bisa melalui berbagai teknik periklanan, mulai dari foto, video hingga pengemasan suatu produk. “Para pelaku usaha dan pelaku ekraf harus tetap produktif dan tetap berkarya di masa adaptasi kebiasaan baru,” katanya.

Saat virtual talk show “Reklame” Rembug Kreatif Periklanan Menuju Adaptasi Kebiasaan Baru hadir pula Ketua Asosiasi P3I Janoe Arijanto, Fotografer profesional dan Asesor Fotografi Denny Herliyanso, Ceo & Founder Panenmaya Group Pikukuh Tutuko, Pelukis dan Desainer Interior Andri Wintarso, serta Rita Dwi Kartika Utami sebagai moderator, dan diikuti sebanyak 274 peserta. 

Mengubah Proses Pemasaran

Ketua Asosiasi P3I Janoe Arijanto menjelaskan, pandemi COVID-19 mengubah banyak hal dalam proses pemasaran produk. Mulai dari cara mengakses informasi suatu produk atau merek, flow decision making, sampai  model distribusi. Nantinya akan selalu ada titik–titik Customer Experience yang baru atau sesuatu yang perlu mendapatkan perhatian lebih dalam lingkaran proses pemasaran. 

“Untuk itu, perlu penerapan beberapa skenario perencanaan komunikasi dalam merespon ketidakpastian. Baik dari  pemilihan media maupun flow komunikasi produk yang akan diiklankan,” katanya.

Kemudahan Era Digital

Fotografer Denny Herliyanso lalu menjelaskan, di era digital ini, banyak kemudahan diperoleh oleh semua orang. Siapapun bisa menjadi ‘jurnalis’ maupun ‘fotografer’. Bahkan hanya dengan bermodalkan ponsel atau kamera saku, tanpa harus memakai kamera profesional. 

Gadget yang dilengkapi dengan teknologi canggih saat ini, juga sudah bisa menyampaikan foto-foto indah sebagai salah satu cara membranding diri. Sebab, fotografi adalah seni melukis dengan cahaya, yang ‘membungkus’ visi, misi, inspirasi, dan spirit seseorang. Begitupun, ia mengingatkan, “Untuk membuat foto yang bagus dan menarik tetap diperlukan suatu konsep yang baik,” katanya.

****

Yuk bagikan...

Rekomendasi