
House of Danar Hadi menjadi salah satu saksi perjalanan batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia. Ratusan koleksinya menjadi referensi dari begitu beragamnya jenis, motif, dan latar tradisi dari batik. Ia juga menjadi saksi perjalanan sejarah klasik bangsa ini.
House of Danar Hadi
Mungkin sekitar 500 koleksi batik yang dipajang di House of Danar Hadi ini seakan ‘hanya’ menunjukkan kecintaan Santosa Doellah pada batik. Santosa adalah pemilik batik Danar Hadi, salah satu merek batik terkemuka di Indonesia. Namun, jika ingin belajar tentang batik, tempat ini bisa menjadi titik awalnya.
Satu kota di Indonesia yang tak bisa dipisahkan dari batik adalah Solo. Ketika berkunjung ke kota di Jawa Tengah ini, cobalah untuk menyempatkan diri untuk mengunjungi museum yang menyimpan sejarah batik dan pembuatannya dalam ragam koleksi milik H. Santosa Doellah, yakni House of Danar Hadi.

Nama butik sekaligus museum batik yang terletak di Jalan Slamet Riyadi ini sesungguhnya gabungan nama istri dan mertua Santosa, Danar dan Hadi. Nam pertama adalah nama istri sang pemilik, Danarsih. Sedangkan Hadi dari nama mertuanya, Hadipriyono.
Solo memang saksi cikal bakal lahirnya Batik Danar Hadi. Ia berawal dari kecintaan Santosa Doellah pada batik, ia mengumpulkan 10 ribu jenis batik dan sekitar 500 di antaranya dipajang di museum ini.
Dengan membayar Rp 25 ribu, pengunjung akan mendapatkan seorang pemandu yang akan membantu menyusuri seluruh galeri dalam museum ini. Sebelas galeri menyimpan beragam jenis batik dari berbagai era dan daerah, proses pembuatan batik, dan koleksi batik mahakarya Santosa Doellah.
Di galeri pertama, ada batik Belanda yang dibuat pada masa penjajahan kolonial. Batiknya berwarna cerah dengan motif-motif dongeng Grimm bersaudara. Ada batik dengan motif si kerudung merah dan serigala serta batik bermotif rumah kue Hansel dan Gretel.
Di ruangan kedua, ada batik dari dua keraton Mataram, yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Di sini orang bisa belajar membedakan batik gaya Kraton Yogya dan Kraton Solo.
Kadang untuk nama motif yang sama, ada perbedaaan pewarnaan. Atau, motif yang sama ternyata penggunaannya bisa untuk momen yang berbeda. DI tempat ini Pengunjung juga bisa belajar cara penggunaan kain batik ala kasunanan (Solo) atau kasultanan (Yogya).
Batik keraton Solo umumnya didominasi oleh warna hitam, cokelat, dan biru tua yang biasanya sekaligus menunjukkan strata kebangsawanan pemakainya. Batik keraton memiliki beragam ukuran dan motif yang masing-masing memiliki fungsi dan filosofi tersendiri. Museum ini juga menyimpan motif batik tertua, yakni batik kawung.

Pada galeri selanjutnya, pengunjung akan diperkenalkan pula pada batik yang mendapat pengaruh tradisi India. Motif ini pertama kali dibawa oleh para pedagang Gujarat pada abad 16.
Ada pula batik yang mendapat pengaruh keraton dan Jepang yang dinamai Jawa Hokokai. Ada cerita unik soal munculnya batik yang mirip motif kraton namun dengan pewarnaan atau gaya yang sedikit perbeda. Konon ini terjadi karena masyarakat biasa di Jepang atau negara Asia lainnya, seperti saudagar dan petani, yang tertarik ingin memiliki kain batik layaknya keluarga kraton Jawa, sehingga mereka membuatnya dengan warna yang lebih terang dan motif yang lebih sederhana. Ini untuk membedakannya dengan batik keraton.
Batik-batik tersebut sedikit banyak juga dipengaruhi oleh pola-pola dari negara mereka, misalnya Negeri Tirai Bambu. Batik Cina memiliki warna yang lembut, seperti merah muda, oranye, atau hijau muda dengan motif gerigi yang khas.
Soal pewarnaan ini, di antara galeri-galeri itu juga ada galeri yang memberikan gambaran soal pilihan warna dan dari unsur pewarnaan itu diambil. Warna sogan –coklat khas batik, misalnya diambil dari dedaunan dan akar-akaran. Sementara warna lain juga diambil dari bahan-bahan alami lainnya.
Di galeri pembuatan batik House of Danar Hadi, pengunjung dapat mempelajari delapan tahapan pembuatan batik dari kain mori polos, klowongan, tembokan, wedelan, kerokan, biron, sogan hingga kemudian menjadi batik. Dalam stoples-stoples kaca disimpan tanaman-tanaman, bahan kimia, dan ragam jenis lilin yang digunakan untuk batik tulis tradisional.
Batik kontemporer hadir dari rancangan-rancangan desainer Indonesia, seperti Soemihardjo, Bambang Oetoro, dan Guruh Soekarno Putra. Batik ini memiliki motif yang lebih unik, seperti motif Pancasila dan motif api Reformasi.
Di galeri terakhir, Santoso Doellah menyimpan batik tulis dengan motif paling rumit dan paling indah. Motif tersebut ia anggap tidak akan bisa ditiru atau dibuat kembali. Salah satu batik unik tersebut adalah Batik Tiga Negeri. Disebut demikian karena batik ini dibuat di tiga tempat yang berbeda untuk setiap warnanya. Warna merah dibuat di Lasem, biru di Pekalongan, dan cokelat di Solo.
Selain menjelajahi isi museum, pengunjung bisa melengkapi wisata dengan berbelanja produk-produk Batik Danar Hadi. Pintu ke luar museum terhubung langsung dengan ruangan toko batik. Batik Danar Hadi kini telah menuai kesuksesan dan ketenaran melalui 17 gerainya yang tersebar di kota-kota di Indonesia. Bukan hanya koleksi batiknya saja yang luar biasa, tapi juga museum ini dilengkapi dengan arsitektur mewah dan klasik dengan lampu gantung, lukisan, dan cermin berpigura emas.
Pernah mampir ke House of Danar Hadi? Jika belum, cobalah agendakan untuk mengunjunginya jika sedang berada di Solo.
agendaIndonesia/TL-Yolanda/Suryo
*****