
Jalinan 3000 ketak Nyurbaya, Lombok Barat, setiap tiga bulan dikirim ke negeri matahari terbit. Ketak adalah sejenis tanaman paku-pakuan yang lebih halus dari rotan. Di tangan-tangan trampil warga Nyurbaya hasilnya adalah produk-produk kerajinan yang modis.
Jalinan 3000 Ketak Nyurbaya
Sudah siang sebenarnya, tapi saya merasa masih menikmati suasana khas pagi. Maklum dalam perjalanan dari Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat, ke Lombok Barat terus-terusan diiringi rintik hujan. Saat memasuki daerah perbukitan, mata dibikin segar oleh pepohonan tinggi dan kehijauan di mana-mana.
Perjalanan tidak terlalu lama. Sekitar 30 menit sudah melewati Pura Lingsar dan 10 menit kemudian sudah tiba di Dusun Nyurbaya Gawah, Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat. Saya tidak disambut oleh deretan toko-toko berisi hasil kerajinan ketak—sejenis tanaman paku-pakuan—yang menjadi ciri khas dusun ini. Tanaman ini dikenal dengan nama paku hata atau Lygodium circinnatum. Mirip dengan rotan, tapi ukurannya lebih kecil, sehingga lebih halus.
Yang ada malahan keranjang-keranjang bambu berisi rambutan dan manggis di pinggir jalan. Tampilannya masih segar karena baru dipetik dari pohon. Berada di lingkungan yang asri, dusun ini tak hanya memiliki penduduk dengan jari-jari yang menyulap ketak menjadi hiasan rumah, perabot, atau aksesori. Tapi juga sebagian warganya bekerja sebagai petani dan hasilnya berupa buah-buah yang menggoda selera seperti yang saya temukan.
Namun, buah-buahan bukan tujuan utama saya mengunjungi dusun ini. Kendaraan terus melaju hingga rodanya berhenti tepat di sebuah toko yang dipenuhi beragam produk dari ketak. Sebuah papan nama bertuliskan Mawar Art Shop di bagian depannya. Saya langsung bisa mengintip aneka wadah, tempat tisu, tatakan gelas, nampan, hingga aneka tas yang cantik. Dalam warna cokelat muda maupun cokelat tua. Ada yang murni berbahan ketak. Ada pula yang sudah dipadu dengan material lain seperti kayu dan kain. Hari itu Mawa—sang pemilik—tengah mengikuti pameran di luar negeri. Saya menemukan Suhartono—sang suami—yang menjadi mitra usahanya.
Tokonya lebih besar dibanding toko sebelahnya. Rupanya memang jumlah toko kerajinan ketak sudah menurun. Tinggal dua toko, yakni milik Mawar dan suaminya, serta di sebelahnya ada toko yang tak lain dari kakaknya Mawar. Suhartono menyebutkan sang istri memang benar-benar menangani masalah pemasaran dan produksi. Tak mengherankan bermunculan permintaan dari luar negeri. “Terutama Jepang, produknya biasanya tas-tas perempuan,” ujarnya. Pengiriman ke Negeri Sakura ini rutin dilakukan dengan total 3.000 buah per tiga bulan sekali. Beberapa kali memang Mawar, menurut Suhartono, mengikuti pameran di Jepang selain di Korea Selatan.
Suhartono dan istrinya memang tidak mengerjakan sendiri produknya. Mereka menampung hasil karya dari para perajin yang ada di sekitar toko. Siang itu, saya hanya menemukan satu perajin setelah menyusuri perkampungan. Rupanya, saya datang tepat acara Mauludan digelar di rumah-rumah, sehingga sebagian warga bepergian untuk memenuhi undangan acara yang umumnya di daerah ini dilakukan di rumah-rumah.

Sang perajin mengatakan bahwa dirinya membuat produk tergantung pada jumlah ketak yang dimiliki. Ia memang membeli bahan mentah ketak dan kemudian menjalinnya. Kalau hanya bisa membeli dalam jumlah kecil, ia pun hanya membuat produk mini seperti tatakan gelas saja—tempat perhiasan mini. Bila membuat produk besar, ia pun bisa membuat nampan atau wadah lainnya. Harga jual pun beragam atau tergantung pada ukurannya. Yang termurah ialah tatakan gelas yang dibuat bulat atau segi empat berdiameter 10 sentimeter umumnya per buah Rp 6 ribu. Ukuran 30×40 sentimeter yang biasanya digunakan untuk alas piring dipatok pada kisaran Rp 50 ribu.
Dusun Nyurbaya bukan satu-satunya kampung perajin ketak di Pulau Lombok. Anda bisa juga menemukannya para perajin anyaman ketak di Desa Beleka, Praya, Lombok Tengah. Dari Mataram jaraknya sekitar 57 km. Hanya, para perajin di desa tersebut juga mengerjakan kerajinan rotan. Baik ketak maupun rotan memang menggunakan teknik yang sama, yakni anyaman. Produknya juga beragam, dari aneka wadah untuk kebutuhan rumah tangga hingga hiasan dan tas untuk kaum hawa.
agendaIndonesia/Rita N./TL
*****