
Padat Karya BISA 2020 digelar di sejumlah desa wisata di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) selama empat hari. BISA yang dimaksud adalah Bersih, Indah, Sehat, dan Aman ini diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Padat Karya BISA 2020 di NTB
Guntur Sakti, perwakilan dari Deputi Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf mengatakan, gerakan ini dilaksanakan dengan sasaran para pelaku usaha pariwisata. Juga ekonomi kreatif. BISA merupakan gerakan padat karya untuk mengoptimalkan mereka dalam menangani dan meningkatkan kebersihan, keindahan, kesehatan, dan keamanan masyarakat di destinasi.
Inisiatif ini dilakukan ketika pelaku usaha pariwisata bersama masyarakat memasuki masa adaptasi kebiasaan baru pascapandemi COVID-19. “Kegiatan inisiatif yang berlangsung empat hari ini melibatkan peran aktif masyarakat,” kata Guntur di Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Kebersihan, kesehatan, dan keamanan akan menjadi faktor utama yang dibutuhkan wisatawan di masa adaptasi kebiasaan baru saat ini. Sehingga kesiapan destinasi beserta seluruh pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif di dalamnya harus benar-benar tercermin saat memasuki masa tersebut.
Kegiatan pertama berlangsung di Desa Wisata Tete Batu pada 24 hingga 25 Juli 2020 yang melibatkan sekitar 100 pekerja pariwisata dan ekonomi kreatif terdampak COVID-19. Bersama-sama, masyarakat dengan dukungan Pemerintah Provinsi NTB, Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, pihak kecamatan, Danramil serta perangkat desa, dan otoritas Taman Nasional Taman Gunung Rinjani melakukan aksi bersih-bersih.
Desa Wisata Tete Batu sebagai salah satu desa wisata tujuan favorit yang banyak dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara sebelum terjadinya pandemi COVID-19.
Selanjutnya gerakan BISA berlangsung di Desa Wisata Bonjeruk, Lombok Tengah yang merupakan desa wisata yang dikembangkan atas kerja sama antara pemerintah daerah Lombok dengan Airasia. Kegiatan yang juga melibatkan peran aktif masyarakat itu berlangsung di empat titik, meliputi batas Desa Bonjeruk hingga Desa Ubung, Presa, Ombak, dan Pusat Desa.
Kemenparekraf/Baparekraf mendedikasikan sejumlah alat penunjang kebersihan dan kesehatan di seluruh lokasi kegiatan. Menariknya, bantuan wastafel portable sarana cuci tangan yang biasanya diberikan dalam bentuk tangki air portable diganti dengan kendi atau masyarakat setempat menyebutnya bong.
“Hal ini sebagai salah satu upaya dari Kemenparekraf turut memberdayakan pekerja kreatif setempat,” kata Guntur.
Sementara itu, pada hari Minggu 26 Juli, kegiatan berlangsung di Kota Tua Ampenan, Mataram, yang juga didukung pemerintah setempat. Sekitar 100 pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Kota Mataram diajak untuk melakukan gerakan bersih-bersih di beberapa kawasan Kota Tua Ampenan seperti, Pondok Perasi, Pabean, serta Kota Tua.
Sebagai salah satu destinasi pariwisata, Kota Tua Ampenan, memiliki sejumlah potensi pariwisata mulai dari bangunan bersejarah, pantai, hingga kuliner.
Kemenparekraf berharap inisiatif ini tidak hanya berlangsung saat serenomialnya dilaksanakan, namun harus terus menjadi kebiasaan dan standar protokol kesehatan dalam menjalankan usahanya. Peran serta masyarakat juga diharapkan berlangsung berkelanjutan agar desa wisata di NTB ini bisa kembali bergairah. Demikian pula dengan industri kreatif pendukungnya.
“Pemilihan bong ini sebagai salah satu upaya dari pemerintah turut mendorong industri kreatif setempat,” kata Guntur.
Guntur berharap, rangkaian kegiatan ini tidak hanya sebagai bagian dari kegiatan padat karya, namun dapat menumbuhkan rasa peduli seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan ekonomi kreatif akan kebersihan, kesehatan, keamanan, dan keberlangsungan lingkungan. Dimana semua faktor tersebut menjadi perhatian utama wisatawan dalam berwisata di era adaptasi kebiasaan baru.
Pemerintah, menurut Guntur, saat ini juga telah menggulirkan program InDonesia Care. Ini merupakan kampanye nasional pariwisata sebagai simbol dari seluruh pemangku kepentingan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dan juga masyarakat. Program tersebut diharapkan menjadi bukti bahwa pemerintah sangat peduli akan pentingnya menerapkan protokol kebersihan, kesehatan, keamanan, dan keberlangsungan lingkungan.
Program Padat karya Bisa 2020 ini merupakan bagian dari upaya pemerintah, dalam hal ini Kementrian Pariwisata dan Pereknomian Kreatif mendorong bangkitnya kembali pariwisata Indonesia. Khususnya setelah hantaman pandemi Covid-19. Sejumlah inisiatif telah dilakukan pemerintah untuk mengembalikan gairah industri pariwisata dan ekonomi kreatif. pekan sebelumnya, misalnya, upaya seperti ini juga telah dilakukan di Bali. Sejumlah daerah akan terus menyusul.
****