Candi gedong Songo moto moto sc unsplash

Keindahan Ungaran lebih terasa dinikmati dari ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Menikmati gumpalan awan dan mengejar matahari di dua tempat berbeda.

Keindahan Ungaran

Angin pegunungan bersilir-silir menerpa tubuh. Embusan dinginnya perlahan  mulai menusuki tulang. Namun gumpalan awan kental bak lautan di kaki Gunung Ungaran, Semarang, Jawa Tengah, berhasil mengalihkan perhatian. Bentangannya yang bergumpal-gumpal terhampar alami dan memancarkan pesona keindahan. Apalagi saat mentari pagi sudah hadir menyapa, cahayanya menerobos gumpalan awan dan menyembulkan bias jingga. Wow!

Momen seperti itu memang hanya dapat dinikmati menjelang matahari terbit, tepatnya sebelum matahari memecahkan gumpalan-gumpalan awan yang melayang. Terbayar sudah upaya saya dinihari tadi agar dapat berada di negeri di atas awan ini. Meski saya harus bergegas meninggalkan Kota Semarang jauh sebelum matahari menampakkan batang hidungnya dan ayam jago berkokok.

Mungkin akan makin lengkap rasanya jika secangkir minuman dan penganan hangat turut menemani. Namun sayang warung-warung di area parkir Wisata Alam Sidomukti belum ada yang buka. Dapat dimaklumi karena hari masih terbilang pagi buta. Sepi dan sunyi. Hanya kicau burung dan tonggeret yang terdengar.

Keindahan Ungaran dari ketinggian 1200 meter

Decak kagum tiada berkesudahan. Saya makin memahami betapa kecilnya anak manusia dibanding kemegahan alam ciptaan Sang Khalik. Tak terasa, momen indah itu begitu cepat berlalu. Matahari mulai meninggi. Gumpalan awan pun perlahan melayang dan terpisah satu sama lain. Kini, pemandangan telah berganti, tak kalah indah. Tampak rindangnya pepohonan, lembah yang curam, dan jurang yang memisahkan punggung gunung.

Menurut Fauzy, sopir yang mengantar saya, kawasan Umbul Sidomukti memang telah menjadi wisata alternatif di Bandungan, di samping wisata Candi Gedong Songo dan Bandungan. Salah satu objek yang menarik adalah kolam renang dengan dinding bebatuan alami berbentuk terasering.

Berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, ketiga kolam renang itu diapit jurang di kedua sisinya. Kolam renang terletak menonjol di tepi lereng sehingga siapapun yang sedang berendam dapat menyaksikan pemandangan luas dari kejauhan, awan berarak serta hamparan lembah dataran rendah Kota Ambarawa, Rawapening, dan sekitarnya.

Uniknya lagi, sumber utama air kolam berasal dari mata air di tengah kolam renang paling atas. Airnya jernih, sejuk, dan terasa menyegarkan saat saya menyentuhnya. Jika kolam bagian atas sudah penuh, air akan jatuh ke kolam di bawahnya. Begitu seterusnya hingga mencapai kolam ketiga yang berada paling bawah. Sementara, jika air kolam ketiga sudah penuh, air akan dibiarkan jatuh, mengalir ke kali.

Selain kolam renang, Umbul Sidomukti sebenarnya juga dijadikan sarana outbound. Permainannya terkesan menantang karena terdapat dua pilihan trek, yakni marine bridge di lembah dan rappelling menuruni lembah di sisi kolam. Sementara permainan flying fox memiliki lintasan sekitar110 meter dan menyeberangi lembah di antara dua lereng bukit.

Jalan mencapai lokasi kawasan ini memang berliku dan naik-turun. Jalan pun tidak terlalu lebar. Saat berpapasan, mobil harus saling mengalah, bergantian. Syukur, waktu dan jarak tempuh tidak terlalu lama untuk tiba di Umbul Sidomukti, Desa Sidomukti, Bandungan, Semarang. Hanya sekitar 36 kilometer dari Kota Semarang.

Matahari makin meninggi. Sebenarnya saya masih ingin berlama-lama di tempat ini. Namun keindahan Brown Canyon, yang belakangan populer di Semarang, terus membayangi. Ya, saya harus bergegas. Kini, giliran mengejar matahari tenggelam di Brown Canyon.

Ada banyak rute untuk bisa sampai ke Brown Canyon, seperti lewat Pasar Meteseh via Tembalang dan Kedungmundu atau Rumah Sakit Umum Daerah Klipang. Namun yang perlu diperhatikan adalah kendaraan yang ditumpangi. Sebaiknya, gunakan kendaraan roda empat yang memiliki ground clearance yang lumayan tinggi. Sebab, kontur jalan menuju lokasi ini merupakan jalan pedesaan yang jauh dari kata mulus dan cenderung bergelombang.

Setelah melewati jalan bergelombang yang sempat membuat badan terguncang, akhirnya saya tiba di lokasi. Namun sebelumnya, beberapa warga setempat memungut karcis masuk. Maklum saja, tempat ini memang bukanlah obyek wisata yang dikelola resmi oleh pemerintah daerah atau dinas pariwisata setempat.

Lokasi ini awalnya hanya berupa bukit dan dijadikan proyek galian C untuk ditambang pasir, tanah urug, dan batu padas. Lambat laun, akibat penggalian tersebut, terbentuklah tebing-tebing karena tidak semua bukit menjadi area proyek galian.

Karena bentuknya yang unik, Brown Canyon sering dijadikan latar belakang pemotretan. Tekstur tebingnya unik dan lubang-lubang bekas galian yang telah menampung air hujan menambah kesan eksotis. Banyak pengunjung yang berfoto mengabadikan diri sore itu untuk diunggah ke media sosial atau sekadar menuntaskan rasa penasaran. Sumiyati, misalnya. Perempuan setengah baya asal Jakarta itu mengaku tertarik mengunjungi Brown Canyon setelah menyaksikan tayangan di salah satu televisi swasta.

Karena masih bersifat obyek wisata dadakan, jangan berharap pengunjung mendapati fasilitas seperti toilet, tempat istirahat, atau tempat ibadah di lokasi ini. Yang ada hanya warung kaget yang didirikan oleh warga setempat. Seorang pemilik warung mengungkapkan jika tambang itu sebetulnya sudah ditinggalkan. Tapi, tak semua lahan habis digali. Misalnya, ada dua lahan yang dibiarkan begitu saja sehingga terkesan membentuk bukit ukuran mini. Posisinya berdekatan. Menurutnya, para penggali tidak berani memapas bukit itu karena terdapat makam keramat di atasnya.

Terlepas benar atau tidak, setidaknya kisah itu menjadi mitos yang makin menambah daya tarik Brown Canyon. Kisah itu asyik didengarkan sembari menikmati kopi panas dan sepotong pisang goreng yang masih hangat. Dari kejauhan, mentari mulai jatuh. Bulat merah bagai kuning telur ayam terselip di antara dua bukit mungil. Awan kelabu sempat menutupinya, lalu pergi lagi hingga sang mentari benar-benar tenggelam di ufuk barat. l

Boks

Dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta

Pilih penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Semarang, Jawa Tengah. Waktu tempuh hanya 50 menit. Lanjutkan perjalanan lewat darat sekitar 36 kilometer atau sekitar 1,5 jam karena lalu lintas ramai. Tidak ada bus umum untuk mencapai Umbul Sidomukti atau Brown Canyon. Pastikan Anda menggunakan kendaraan sewa.

Andry T. /N. Dian/Dok. TL/unsplash

Yuk bagikan...

Rekomendasi