Brem Suling Gading meneruskan tradisi pengolahan makanan khas Madiun. Foto: dok iStock

Brem Suling Gading rasanya perlu masuk checklist Anda saat bepergian ke Madiun dan mencari oleh-oleh. Memang, ke Madiun kurang lengkap rasanya kalau tak mampir membeli brem, cemilan legendaris khas kota berjuluk kota Brem ini. Bisa dibilang, brem sudah jadi ikon oleh-oleh khas kota di tepi Barat provinsi Jawa Timur tersebut. Dan salah satu yang terkenal adalah brem cap Suling Gading.

Brem Suling Gading

Brem sendiri merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan yang dimasak hingga matang, sebelum kemudian dikeringkan. Sesudahnya, ketan diberi ragi dan dibiarkan mengendap selama sekitar sehari semalam, sebelum disimpan di tempat tertutup selama tujuh hari agar berfermentasi.

Brem Suling Gading menjadi merek yang paling dieknal sehingga banyak produk lain yang nama dan kemasannya menyerupainya.
Brem Suling Gading dikenal sebagai oleh-oleh khas Madiun. Foto: Istimewa

Ketan yang sudah berfermentasi kemudian diperas dengan alat khusus untuk diambil air sarinya. Air sari ketan tersebut lantas dimasak lagi sambil diberi pemanis rasa. Setelah matang, sari ketan dituang ke cetakan balok dan didinginkan. Balok-balok yang sudah padat dan dingin lalu dipotong lebih kecil lagi.

Setelah jadi, brem akan berbentuk padat dan cenderung kering. Tetapi, yang membuat brem unik adalah ketika dimakan ia justru mudah melebur di mulut. Ditambah dengan sensasi ‘dingin’ bercampur rasa manis dan asam yang unik, membuatnya jadi penganan oleh-oleh yang banyak dicari orang.

Merunut sejarahnya, brem disebut pertama kali dibuat di desa Bancong dan Kaliabu, Kabupaten Madiun. Makanan ini sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Pada saat itu, brem dibuat sebagai kudapan tradisional yang sederhana, tetapi lebih banyak dikonsumsi oleh kaum berada.

Dalam perkembangannya, sekitar tahun 1980-an, brem kemudian mulai dijajakan oleh pedagang asongan di tempat-tempat umum, seperti stasiun kereta api dan lain-lain. Brem dipotong-potong menjadi kecil seukuran permen agar mudah dibungkus dan dibawa. Dari sinilah, brem mulai populer sebagai penganan khas Madiun.

Uniknya, di Indonesia brem tidak hanya eksis sebagai makanan. Di kawasan Bali dan Nusa Tenggara, brem justru dikenal sebagai minuman. Bedanya, air sari ketan yang sudah berfermentasi tidak lagi diproses dan langsung disajikan sebagai minuman. Oleh karenanya, kadar alkoholnya masih tergolong cukup tinggi.

Kendati demikian, yang tak kalah menarik adalah ternyata mengonsumsi brem membawa keuntungan tersendiri. Rutin menyantap brem diklaim dapat membantu meningkatkan kadar hormon, mengurangi resiko penyakit jantung, memperlancar peredaran darah, menurunkan kadar kolesterol dan menetralisir kadar lemak yang berlebihan.

Selain itu, brem juga disebut berkhasiat menghaluskan wajah dan mencegah timbulnya jerawat. Semua manfaat brem ini membuatnya semakin jadi buruan konsumen.

Seiring dengan perkembangan zaman, brem kini hadir dalam berbagai jenis format dan rasa. Kalau dulu brem kebanyakan berbentuk balok atau kotak-kotak, kini brem bisa juga ditemukan dalam bentuk lempengan bundar atau potongan kecil layaknya permen.

Begitu pun dengan pilihan rasanya. Biasanya brem punya rasa asli manis bercampur asam, tetapi kini brem juga kerap dijual dengan berbagai pilihan rasa, misalnya coklat dan rasa buah-buahan seperti jeruk, strawberry, melon, anggur dan sebagainya.

Di Madiun, cukup mudah untuk menemukan toko-toko penjual brem. Banyak dari para penjual brem yang sudah turun temurun membuat dan menjual brem. Namun brem Suling Gading boleh jadi merupakan salah satu merek yang paling populer.

Cita rasa Brem Suling Gading memang begitu melegenda. Kualitasnya selalu dijaga dengan bahan baku seperti ketan yang terpilih dan terbaik. Maka maklum, banyak merek lain yang muncul dengan nama dan kemasan mirip. Tetapi Brem Suling Gading yang otentik selalu menambahkan embel-embel ‘asli’ di kemasannya.

Secara produk, Brem Suling Gading sendiri terbagi menjadi berbagai macam. Selain tentunya pilihan rasa, produk juga dibagi berdasarkan jumlah isinya. Dalam satu kemasan, ada yang berisi dua potong, tiga potong, empat potong dan lima potong. Tiap potong juga bisa berbeda-beda rasanya.

Namun yang perlu jadi catatan adalah bentuk potongannya yang juga berbeda-beda. Lazimnya, Brem Suling Gading memiliki bentuk persegi panjang. Tetapi ada yang bentuknya lebih memanjang, ada pula yang bentuknya lebih melebar. Selain itu, biasanya akan ada tester brem dengan berbagai rasa, jadi konsumen bisa menyeseuaikan pilihan rasa sesuai selera.

Oleh karenanya pula, harganya sangat beragam. Misal, harga satu kotak dengan isi tiga potong sekitar Rp 5 ribu. Lalu ada juga pilihan jumbo, isi lima potong dengan bentuk potongan melebar, dihargai sekitar Rp 15 ribu. Bahkan ada juga pilihan membeli satuan, yang sepotongnya hanya seharga Rp 1 ribu.

Begitu banyak jenis bentuk, ukuran dan jumlah brem dalam pilihan produk mereka, sehingga pembeli selalu punya opsi memilih produk yang lebih pas untuk masing-masing. Yang pasti, harganya tergolong murah dan ramah di kantong.

Lokasi toko cukup mudah ditemukan karena berada persis di pinggir jalan. Hanya saja, tidak adanya tempat parkir mungkin akan sedikit menyulitkan bila ingin mampir membeli, apalagi pada kondisi ramai seperti pada akhir pekan dan hari libur. Toko biasa buka setiap hari, dari jam 06.00 hingga 21.00.

Brem Cap Suling Gading

Jl. Sulawesi Nomor 43, Madiun

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi