Jember Jawa Timur tidak cuma identik dengan suwar-suwir. ,Kota ini juga punya sederet alternatif buah tangan lain yang menarik untuk dibawa pulang.
Jember Jawa Timur
Jember menyandang segudang julukan. Mulai dari yang agak bercanda karena banyaknya polisi tidur di jalanan sehingga ada yang memberi nama Kota 1.000 Polisi Tidur, Kota Tapal Kuda, Kota 1.000 Bukit, Kota Tembakau, Kota Karnaval, hingga Kota Suwar-Suwir. Julukan itu amat mungkin berangkat dari sudut pandang si pemberi julukan.
Namun, jika saja si pemberi sebutan tersebut mengambil dari sudut pandang oleh-oleh, mungkin dia akan menjuluki kota di Jawa Timur ini sebagai Kota 1.000 Oleh-oleh. Ya, bisa saja begitu. Karena Jember punya beragam buah tangan yang bisa dibawa pulang para pelancong. Apa saja itu?
Suwar-suwir
Rasanya kurang afdal jika tidak memasukkan penganan ini sebagai oleh-oleh khas Jember. Namun bagi orang awam yang belum pernah makan penganan khas Jember ini pasti akan bertanya-tanya jenis makanan apa ini? Bentuknya kotak-kotak kecil memanjang menyerupai kotak balok mini. Warna pun beraneka ragam, dari hijau, cokelat, putih, hingga merah.
Oleh-oleh khas Jember ini sekilas mirip dodol, tapi strukturnya lebih padat. Hanya, saat digigit begitu lembut dan lumer di lidah. Rasanya legit, manis, dan bercampur kecut. Selintas seperti sedang mencicipi tape. Oleh-oleh ini dibuat dari bahan tape, gula, dan tepung. Kemudian, dijemur matahari supaya kering dan tahan lama. Penganan ini cocok dijadikan teman camilan minum teh. Harganya ialah Rp 15 -20 ribu per kotak.
Prima Rasa; Jalan H.O.S. Cokroaminoto No 6; Jember
Opak Gulung
Banyak nama yang diberikan untuk jajanan ringan tradisional Indonesia ini. Ada yang menamakannya opak gambir, kue semprong, atau opak gulung. Kendati berbeda, semuanya memiliki karakteristik yang sama, yaitu renyah saat dikunyah. Camilan ini dibuat dari tepung tapioka, gula, telur, wijen, dan santan. Semua bahan dibuat adonan, kemudian dipanggang di atas api.
Bentuk umum yang sering dijumpai di pasaran adalah digulung atau dilipat menjadi empat dan ada juga yang berbentuk kipas. Di Jember, pelengkap sajian yang biasanya hadir pada saat Lebaran itu akrab dinamai opak gulung. Per bungkus dikenai harga Rp 27 ribu.
Depot Jawa Timur; Jalan Gatot Subroto No 8; Jember
Tas Batik
Batik Jember mungkin tak setenar batik Solo atau batik Yogyakarta. Meski begitu, batik kota ini tak kalah menarik. Dikenal memiliki corak yang khas, yakni motif daun tembakau. Dipilih corak tersebut karena Jember merupakan salah satu kota penghasil tembakau terbesar di Indonesia.
Selain dijual dalam bentuk lembaran kain, batik Jember sudah banyak yang dijadikan tas atau kemeja pria. Kain batik Jember dipasarkan mulai Rp 135 ribu sampai Rp 1 juta. Sedangkan untuk kemeja pria dijual seharga Rp 187 ribu. Lain halnya dengan tas batik yang dijual dari harga Rp 85 ribu.
Toko Primadona; Jalan Trunojo No 137; Jember
Terasi Udang
Rasanya kurang lengkap jika kita mengunjungi Jember, tapi tidak membeli terasi. Maklum saja, kota ini memang dikenal sebagai salah satu kota penghasil terasi. Jenis penyedap masakan ini diolah di Puger—daerah penghasil udang terbaik di kota ini. Terasi dari daerah ini terkenal berkualitas tinggi dan beraroma harum. Bahkan konon sudah terkenal hingga ke Belanda.
Saking banyaknya merek dan ukuran yang dijual terkadang membuat kita justru bingung memilihnya. Apalagi semua produknya mengklaim berasal dari Puger. Karena itu, jangan segan bertanya kepada penjual atau meminta rekomendasi kepada teman yang sudah pernah mencicipinya. Namun yang pasti harganya mulai dari Rp 10 ribu.
Prima Rasa
Jalan H.O.S. Cokroaminoto No 6; Jember
Proll tape, cake tradisional di Jember, Jawa Timur, yang berbahan baku dari tape singkong. Foto: dok. shutterstock
Proll Tape
Pelancong yang ingin membawa oleh-oleh khas Jember mungkin bisa memilih proll tape sebagai alternatif. Kue yang terbuat dari tepung terigu, tape singkong, susu, mentega, dan telur ini rasanya hampir seperti cake, tapi aroma rasa tapenya sangat terasa. Dibubuhi tambahan yang beragam, dari keju, kismis, hingga cokelat.
Proll tape dapat dengan mudah ditemukan di toko oleh-oleh yang berada di sepanjang Jalan Gajah Mada dan Jalan Trunojoyo. Biasanya dikemas dalam kardus dari berbagai merek, antara lain, Purnama Jati dan Anis. Harganya adalah Rp 19 ribu untuk ukuran kecil dan Rp 23 ribu untuk ukuran besar.
Sambal ala Belitung, ada yang berbahan ikan laut, terbentuklah rusip, calok, belacan. Selain itu ada pula yang berbahan tauco.
Sambal ala Belitung
Belitung tak hanya menjadi destinasi untuk menikmati pantai dengan batuan yang mengagumkan. Atau jejak-jejak kisah Laskar Pelangi seperti di layar lebar. Karena sebagaian wilayahnya berupa laut, turis akan menemukan oleh-oleh dengan bahan utama ikan laut yang bisa menjadi hidangan khas di meja makan. Meski ada juga yang terbuat dari kedelai. Beberapa nama tergolong unik, beberapa juga dibuat di daerah lain. Umumnya bisa menjadi diolah kembali dengan bahan lain yang membuat rasa hidangan menjadi lebih sedap, tapi rasanya mantap jika dijadikan sambal. Bisa ditemukan di pasar tradisional seperti pasar tradisional Hatta yang terletak di Jalan Hayati Maklum, Tanjung Pandan. Di pasar ini, dari ikan segar hingga olahannya terbesar di beragai kios. Adapun ragam bumbu sambal itu seperti di bawah ini.
Rusip dari Ikan Bilis
Bisa jadi bagi turis dari luar Belitung, baru mendengar nama yang satu ini. Rusip tak lain ikan teri atau masyarakat Belitung menyebutkan bilis yang diolah dengan cara fermentasi. Ikan bilis terlebih dulu dicuci, dibuang kepala dan kotorannya lalu ditiriskan. Setelah benar-benar kering diberi garam, dengan cara diremas-remas. Disimpan dalam wadah tertutup selama sehari. Kemudian beri gula merah yang sudah dicairkan.
Simpan lagi dalam wadah tertutup selama seminggu. Jika telah menghasilkan aroma khas dan agak sedikit asam, tandanya rusip sudah siap dikonsumsi. Anda bisa langsung menjadikan sambal yang dilengkapi dengan lalapan. Ada pula sambal rusip yang diolah terlebih dulu dengan menambahkan bawang merah, serai dan cabe rawit plus jeruk kunci khas pulau ini juga. Sajian ini tergolong penggugah selera makan bagi warga setempat. Selain itu, rusip bisa juga menjadi bumbu dalam berbagai olahan, seperti sajian ikan. Rasa kuah ikan pun kian maknyus dengan tambahan rusip. Di toko oleh-oleh maupun pasar tradisional bisa ditemukan dalam botol plastik ukuran 200 ml seharga Rp 25 ribu.
Calok dari Udang Mini
Banyak dipajang di toko-toko oleh-oleh ataupun di pasar, yang satu ini juga menjadi hidangan khas di meja makan. Sama-sama diberi wadah botol transparan, hanya calok terlihat muncul dalam warna kemerahan karena terbuat dari udang kecil yang masih segar atau warga setempat menyebutkan udang cencalo alias rebon. Proses pembuatannya kurang lebih sama dengan rusip. Udang terlebih dulu dicuci bersih kemudian dibubuhi garam yang berfungsi sebagai pengawet.
Calok sama halnya dengan rusip membikin selera makan meningkat. Dipadu dengan nasi ditambahkan lalapan seperti mentimun, tomat atau sayuran lain. Harga per botol dengan ukuran minuman 200 ml sekitar Rp 35 ribu.
Sambal Ala Belitung mempunya bahan yang bermacam-macam, semuanya bisa dijadikan oleh-oleh. Foto: Rita N.-TL
Belacan Sijok
Terasi menjadi hasil olahan yang banyak ditemukan di daerah pesisir, demikian juga di provinsi Bangka Belitung. Di Kepulauan ini, terasi yang bisa diolah menjadi sambal atau menjadi penyedap berbagai sajian tersebut bisa dengan mudah ditemukan di toko oleh-oleh atau yang lebih beragam di pasar. Saya menemukan terasi dari Belitung maupun Bangka di toko oleh-oleh. Di Belitung yang terkenal terasi dari Desa Sijok dalam kemasan anyaman pandan.
Namun karena saya kemudian saya berbelanja di pasar, saya menemukan potongan besar terasi dalam warna khas keunguan. Olahan dari rebon segar itu tinggal dipotong-potong sesuai keinginan pembeli. Rasanya memang cukup tajam dan sedikit kasar ketimbang terasi yang telah dikemas rapih.
Bila tak mau repot, Anda pun bisa membeli sambal terasi yang siap saji. Sudah dilengkapi dengan cabe merah sehingga botol sambal ini terlihat merah menggoda. Per botol pada kisaran 25 ribu. Bisa ditemukan di toko oleh-oleh maupun di pasar.
Tauco Keledai Utuh
Seperti halnya terasi, tauco juga tak hanya dikenal dari satu daerah. Di Jawa Barat tauco Cianjur, tapi ada pula tauco Pekalongan, dan kemudian Medan dan Kalimantan. Di Belitung pun, tauco menjadi salah satu pilihan untuk olahan sambal atau dipadu dengan bahan makanan lain. Hanya terlihat berbeda dari tauco umumnya, meski Anda hanya melihatnya sekilas. Pada umumnya tauco, kedelai sudah tidak terlihat bentuk utuhnya alias sudah hancur, paling hanya beberapa potongan kecil yang tampak. Berbeda dengan tauco Belitung, kacang kedelai terlihat utuh dan warnanya tidak cokelat tua melainkan kekuningan.
Dalam pengolahannya sambal tauco dibuat encer dengan ditambahi bawang putih, cabe rawit, jeruk songkit, dan gula pasir. Tak hanya dipadu dengan nasi tapi juga menjadi sambal paduan untuk otak-otak. Tauco ini bisa ditemukan di pasar dan toko oleh-oleh, per botol pada kisaran Rp 25-30 ribu. l
Oleh-oleh Pontianak ternyata cukup beragam, meskipun mungkin variannya belum sebanyak daerah-daerah yang sudah menjadi pusat-pusat pariwisata di Indonesia, seperti Bali, Yogya, atau Medan. Tapi cukup mudah untuk memilih barang atau makanan sebagai buah tangan sepulang dari ibu kota Kalimantan Barat ini.
Oleh-oleh Pontianak
Kita tahu semua, tidak banyak kota di dunia yang dilintasi garis maya khatulistiwa atau garis equator. Garis Lintang 0 derajad sebagai lintasan matahari. Beruntung Indonesia punya Pontianak, di Kalimantan Barat. Dalam dua kali setahun, di kota ini terjadi fenomena alam yang disebut kulminasi—kondisi yang menyebabkan sebuah benda kehilangan bayangan karena menyatu dengan obyeknya. Ini karena matahari betul-betul tepat berada di atas kota ini. Lucu kan, kita kehilangan bayang-bayang kita sendiri?
Keunikan tersebut menjadi daya tarik bagi turis lokal ataupun mancanegara. Saat pulang, para wisatawan itu biasanya ingin membawa buah tangan yang khas. Umumnya berupa miniatur Tugu Khatulistiwa sebagai bukti pernah berada di kota di titik lintang 0 derajad. Kalaupun bukan itu, pasti orang ingin membawa makanan kecil atau makanan khas setempat. Apa saja pilihan yang ada di kota ini? Berikut alternatif yang bisa dipilih.
Oleh-oleh Pontianak salah satunya berupa miniatur tugu katulistiwa). Foto: ilustrasi/TL/Aditia
Miniatur Tugu
Rasanya belum sah berkunjung ke Pontianak jika tidak membeli miniatur Tugu Khatulistiwa sebagai cendera mata. Suvenir yang satu ini memang unik. Sebab, menyimpan kisah yang menarik dari terjadinya sebuah fenomena alam. Bentuknya yang indah pun membuatnya cocok dijadikan dekorasi ruang tamu.
Miniatur yang dibingkai dalam kaca semakin menjadi indah dengan adanya pemasangan hiasan lampu. Ada yang terdiri atas dua lampu dan lima lampu. Bahkan ada pula miniatur Tugu Khatulistiwa yang dapat berputar pada porosnya. Harganya bergantung pada besar-kecilnya ukuran. Miniatur terkecil dihargai Rp 25 ribu dan terbesar Rp 500 ribu.
Sapta Pesona Khatulistiwa; Jalan Khatulistiwa; Pontianak, Kalimantan Barat; Buka pukul 09.00-17.00
Lidah Buaya Segar
Aloe vera atau yang lebih dikenal dengan nama lidah buaya identik sebagai oleh-oleh khas Pontianak. Bahkan tak jauh dari pusat kota dibangun kawasan agrowisata yang dikenal dengan nama Aloe Vera Center. Di sepanjang jalan menuju pusat lidah buaya tersebut berjajar warung atau toko yang menjual berbagai olahan lidah buaya. Dari tepung, dodol, kerupuk, hingga minuman.
Nah, minuman sari lidah buaya ini cukup digemari karena rasanya manis dan menyegarkan. Apalagi bila dinikmati dalam keadaan dingin. Potongan daging lidah buayanya empuk dan tidak berserat. Uniknya, para pengolahnya bisa menghilangkan lendir yang biasa melekat pada daging lidah buaya. Harga per baloknya hanya Rp 10 ribu dengan isi lima bungkus kecil.
Sun Vera; Jalan Budi Utomo A6 No. 3; Pontianak, Kalimantan Barat; Buka pukul 07.00-17.00
Dodol Pink
Semua daerah di Indonesia rasanya memiliki dodol. Kue tradisional Nusantara yang populer ini hampir bisa dijumpai di setiap daerah dengan berbagai nama, bentuk, dan rasa. Di Sumatera Barat, dodol dinamai gelamai. Sedangkan di Riau terkenal dengan nama lempuk. Adapun di Jawa Tengah dikenal dengan nama jenang. Lain lagi di Jawa Barat, tapi ada yang terkenal, yakni dodol Garut.
Di Pontianak sendiri namanya tetap dodol. Tapi dengan embel-embel: kelapa Segedong. Penambahan embel-embel kelapa dan Segedong tak lepas dari bahan yang digunakan dan asal pembuatannya. Disebut dodol kelapa karena menggunakan bahan dari kelapa. Adapun disebut Segedong karena tempat itu merupakan daerah pembuat dodol. Jika biasanya dodol berwarna cokelat, warna dodol kelapa Segedong ini justru merah muda alias pink. Harganya hanya Rp 10 ribu per bungkus.
Pondok Pengkang Peniti; Jalan Raya Peniti Luar Km 30; Pontianak, Kalimantan Barat; Buka pukul 06.00-24.00
Kelegitan Lempok
Mirip-mirip dengan dodol, Pontianak juga terkenal dengan lempok. Oleh-oleh khas Pontianak ini banyak dijual di pusat oleh-oleh di kota ini. Sebagian besar wisatawan yang pernah mampir ke Pontianak pasti membeli lempok durian Pontianak. Sensasi kelegitan lempok dan rasa duriannya yang dahsyat pasti membuat kangen bagi yang sudah merasakannya. Satu bungkusnya dijual beragam. Salah satu toko, yang menjual lempok durian seharga Rp 35 ribu per bungkus dengan isi 10 bungkus kecil, saya sambangi.
Toko Asia; Jalan Pattimura No. 12; Pontianak, Kalimantan Barat; Buka pukul 06.30-21.00
Kopi Pontianak
Jika berkunjung ke satu daerah hampir dipastikan kita dapat menemukan kopi dengan mudah. Begitu pula di Pontianak. Ada satu produsen kopi yang populer di Kota Khatulistiwa itu. Tokonya terlihat seperti bangunan lama. Begitu pula dengan lemari penyimpan atau meja yang digunakan sama kunonya.
Namun yang menarik adalah kopi yang dijualnya. Aroma kopi ini sebetulnya biasa saja. Justru cenderung lembut. Tetapi cukup tebal. Kopi ini rasanya cocok untuk peminum yang tidak mementingkan aroma, tapi mementingkan ketebalan dan kekentalan kopi. Tersedia dalam berbagai kemasan. Mulai ukuran 100 gram sampai dengan satu kilogram. Yang ukuran ½ kilogram dihargai Rp 28 ribu.
Kopi Obor; Jalan Tanjung Pura No. 21; Pontianak, Kalimantan Barat; Buka pukul 08.00-15.30
Inia da 6 sentra batik favorit alau berkunjung ke Pekalongan, Jawa Tengah. Rasanya kurang afdol jika main ke kota ini tidak sekalian mencari atau setidaknya melihat-lihat produk batik khas kota batik ini. Sejak dulu, Pekalongan memang sangat identik dengan batik, yang kini industrinya tak hanya mahsyur di level nasional, namun juga sudah merambah level internasional.
6 Sentra Batik Favorit Pekalongan
Menariknya, kultur batik di Pekalongan punya perbedaan cukup mendasar dibandingkan dengan kota-kota seperti Yogyakarta dan Solo. Batik Pekalongan cenderung lebih berani pada kreasinya, dengan motif yang lebih variatif dan lebih terang. Ini disebabkan karena Pekalongan juga merupakan kota pelabuhan yang besar di Jawa Tengah, di mana dulu pengaruh budaya asing dari Tiongkok, India, Jepang dan sebagainya bisa masuk.
Pekalongan Kota Batik Dunia. Foto: Ada 6 sentra batik favorit di kota ini. Dok. DPMPTSP Kota Pekalongan.
Masuknya pengaruh tersebut membuat batik Pekalongan lebih casual, dibanding batik Solo atau Yogyakarta yang masih banyak terpengaruh adat dan filosofi Keraton. Dan kreatifitas ini tidak berhenti pada keragaman motif saja. Contohnya batik pagi sore, salah satu inovasi dimana ada dua motif batik yang berbeda dalam satu kain. Sehingga, batik bisa digunakan dalam dua kesempatan berbeda dengan dua motif berbeda.
Bahkan, kini terdapat pula Museum Batik Pekalongan yang tidak hanya menjadi tempat edukasi dan destinasi wisata, tetapi juga sebagai pusat riset dan pengembangan kultur serta ilmu membatik. Selain itu, terdapat 6sentra batik favorit yang menjajakan beragam produk batik yang otentik dan menarik untuk diboyong sebagai oleh-oleh, seperti berikut ini.
Pasar Grosir Batik Setono
Tempat belanja batik di Pekalongan yang paling ramai dan favorit adalah Pasar Grosir Batik Setono, yang juga adalah salah satu sentra perdagangan batik di kota ini. Berdiri pada 15 Desember 1941, kemunculan pasar ini dipicu oleh kecenderungan bahwa produk hasil industri batik Pekalongan lebih banyak dikirim dan dijual di kota-kota lain.
Maka dari itu, didirikanlah pasar ini di sebuah bangunan yang dulunya merupakan pabrik tekstil, untuk menampung pengusaha batik kecil dan menengah agar bisa langsung menjajakan produknya. Di sisi lain, konsumen juga lebih dimudahkan dalam mencari produk batik, utamanya mereka yang memang datang ke Pekalongan untuk membeli batik.
Terhitung ada sekitar 550 toko yang berada di salah satu dari 6 sentra batik favorit pasar yang buka setiap hari dari jam 08.00 hingga 21.00 ini. Mayoritas dari mereka adalah penjual kain dan pakaian siap pakai batik, namun ada juga yang menjual aksesoris atau kerajinan tangan bertemakan batik. Lokasinya yang berada di jalan Dr. Sutomo nomor 1-2 juga terhitung strategis, karena langsung berhadapan dengan ruas jalan akses menuju tol Trans Jawa rute Pemalang-Batang.
Untuk produk pakaian sendiri beragam dari kemeja, blouse, celana, daster, sarung, mukena dan lain lain. Harganya bergantung pada jenis kain yang digunakan. Misalnya, kemeja dengan bahan katun harganya berkisar dari Rp 25 ribu sampai 35 ribu. Sementara yang menggunakan bahan lebih premium seperti sutra, harganya bisa di kisaran ratusan ribu, bahkan jutaan.
^ sentra batik favorit di pekalongan. Museum Batik Pekalongan. Foto: Dok Wikimedia Common
International Batik Center
Sentra perdagangan batik lainnya dari 6 sentra batik favorit di Pekalongan yang menjadi rekanan bagi wisatawan yang berburu batik adalah International Batik Center, atau yang biasa dipanggil dengan singkatan IBC. IBC merupakan sebuah kompleks terpadu yang menyatukan kegiatan perdagangan, eksibisi serta edukasi tentang batik, khususnya batik Pekalongan.
Berlokasi di jalan Ahmad Yani nomor 573, IBC menawarkan beberapa fasilitas di samping fungsinya sebagai sentra jual beli batik. Seperti misalnya area galeri yang menampilkan beragam koleksi batik, dari yang tradisional sampai yang kontemporer. Karya-karya pengrajin batik lokal juga ditampilkan di sini.
Terdapat pula area workshop, dimana pengunjung dapat menonton atau ikut belajar langsung tentang teknik membatik, mulai dari pewarnaan hingga mencanting. Lewat fasilitas dan kegiatan tersebut, IBC aktif menjalin hubungan dengan berbagai lembaga dan komunitas seni budaya internasional, dalam upaya meningkatkan kesadaran dan membuka peluang pasar bagi batik Pekalongan di level global.
Meski demikian, tak perlu khawatir dengan harga produk-produknya. Harga produk batik di sini masih tetap tergolong bersahabat, seperti daster yang berkisar dari Rp 35 ribu, atau kemeja yang harganya sekitar Rp 50 ribu. Berada di jalur rute Pantura, ia juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti food court dan area parkir yang luas.
Kampung Batik Kauman
Pekalongan juga dikenal dengan beberapa kampungnya yang warganya berbudi daya batik. Contohnya adalah Kampung Batik Kauman, di mana kampung ini disinyalir sudah eksis sejak abad 19 silam. Ini terlihat pada nuansa arsitektur yang tampak banyak terpengaruh oleh gaya arsitektur Eropa, Tiongkok dan Arab tempo dulu. Ini adalah satu dari 6 sentra batik favorit.
Sebagai salah satu kampung yang pertama muncul di wilayah Pekalongan, banyak dari warganya yang kemudian juga berprofesi sebagai pengrajin batik. Dan yang menarik, jika menilik dari ragam motifnya, beberapa produk batik mereka juga turut terpengaruh oleh seni dan budaya dari wilayah-wilayah pendatang tersebut.
Seperti batik encim yang merupakan hasil leburan budaya lokal dan Tiongkok, atau batik jlamprang yang mengambil inspirasi dari budaya Arab dan India. Produk-produk tersebut kemudian menjadi ciri khas dari pengrajin batik di Kauman, yang diresmikan sebagai kampung batik pada 2007.
Hingga kini, terdapat puluhan showroom dan workshop milik warga setempat yang sehari-harinya menerima pengunjung dan memproduksi beragam produk dari batik, seperti kain, kemeja, sarung, serta aksesoris seperti tas dan dompet. Produk-produk tersebut sudah dipasarkan tidak hanya di taraf nasional saja, tapi juga internasional.
Berlokasi di jalan Hayam Wuruk, tidak jauh dari alun-alun kota Pekalongan, terdapat sebuah gapura di depan jalan masuk sebagai penanda, sehingga tidak terlalu sulit untuk mencari lokasinya. Selain berbelanja batik, suasana di sekitar kampung yang terlihat tua nan antik juga menjadi spot menarik untuk berfoto.
Kampung Batik Pesindon
Kampung batik lainnya sebagai satu dari 6 sentra batik favorit di Pekalongan yang tak kalah menarik untuk dikunjungi adalah Kampung Batik Pesindon. Lokasinya tak jauh dari Kampung Batik Kauman, dapat diakses lewat jalan Hayam Wuruk, dan terletak di tepi kali Pekalongan. Kampung ini ditetapkan sebagai kampung batik sejak 2020.
Disebut-sebut bahwa kampung ini mayoritas berisi warga pengrajin batik dan peternak ayam. Industri rumahan pengrajin batik di sini sudah ada sejak sekitar 1950-an. Kini, kurang lebih terdapat sekitar 33 showroom yang setiap harinya memproduksi batik dan melayani pengunjung.
Pengunjung dapat menyaksikan langsung proses produksi batik di berbagai studio batik yang berada di hampir tiap sudut gang kampung tersebut. Baik batik tulis maupun batik cap dapat ditemukan di sini, dengan varian produk batik meliputi kain, kemeja, syal, tas serta aksesoris lainnnya.
Terdapat pula workshop yang menawarkan kelas singkat dalam teknik dan proses pembuatan batik. Satu keunikan lainnya, karena di kampung ini terdapat banyak gang, maka di sekitar area kampung akan ditemui penanda arah ke masing-masing showroom dan workshop pengrajin batik, sehingga tak perlu khawatir tersesat.
Salah satu motif batik Pekalongan. Foto shutterstock
Qonita Batik Boutique
Kalau ingin mencari produk batik di Pekalongan yang lebih premium dan fashionable, Qonita Batik Boutique jadi salah satu rekomendasi. Merek batik Pekalongan yang sudah eksis sejak 1995 ini berfokus pada produk batik siap pakai, dengan gaya yang modern dan penggunaan bahan yang premium, utamanya sutra.
Semisal gaun sutra yang kisaran harganya dari Rp 2,25 juta hingga 3 juta, blouse yang harganya berkisar dari Rp 190 ribu sampai 260 ribu, serta produk-produk lain seperti kemeja sutra, daster, mukena, hingga sprei. Harga produk-produk tersebut bergantung dari bahan serta jenis batiknya, baik batik tulis maupun cap.
Meski harganya premium, namun kualitasnya sudah teruji. Bahkan mereka sudah rajin menampilkan beragam kreasi mereka di acara-acara fashion week nasional. Jika tertarik berkunjung, Qonita Batik Boutique berlokasi di jalan Gajah Mada nomor 49, dan buka setiap hari dari jam 08.00 sampai 21.00.
Batik Unggul Jaya
Merek batik Pekalongan lainnya yang terbilang cukup populer adalah Batik Unggul Jaya. Terletak di jalan Angkatan 45 nomor 39, Batik Unggul Jaya juga berfokus pada produk batik siap pakai dengan bahan katun berkualitas yang lembut dan adem dipakai, namun dengan harga yang cukup terjangkau.
Masuk ke dalam toko, pengunjung akan disambut dengan puluhan pegawai yang siap membantu memilihkan produk yang diinginkan, dengan deretan produk batik yang dipamerkan, berjejer dari luar hingga ke dalam. Pengunjung dapat berkeliling melihat-lihat dan memilih beragam jenis produk dengan banyak pilihan motif.
Produk-produk tersebut meliputi kemeja, gamis, blouse, blazer, kaftan, celana, rok, daster, dan sebagainya. Bahkan mereka juga menyediakan produk-produk spesifik tertentu untuk memenuhi kebutuhan konsumen, seperti pakaian ukuran jumbo atau big size, serta pakaian untuk ibu menyusui.
Harga produk-produk tersebut pun terbilang cukup reasonable. Kemeja misalnya, dihargai Rp 80 ribu untuk lengan pendek dan Rp 95 ribu untuk lengan panjang. Atau daster yang harganya mulai dari Rp 70 ribu hingga 77,5 ribu. Bagi yang tertarik berkunjung dan melihat sendiri keragaman produknya, Batik Unggul Jaya buka setiap hari dari jam 08.00 hingga 18.00.
Lempok Pontianak sejak lama menjadi salah satu oleh-oleh wajib jika berkunjung ke ibu kota Kalimantan Barat itu. Mirip dengan lempok Medan, namun tetap memiliki kekhasannya sendiri. Namun berbeda dengan lempok Bangkok yang cenderung lembut atau lembek, dodol berbahan durian dari Khatulistiwa ini lebih kering namun legit.
Lempok Pontianak
Secara wujud fisik, lempok Pontianak terlihat agak mirip dengan dodol yang bertekstur lembut dan empuk. Maklum, di beberapa daerah di Indonesia orang juga dapat menemukan varian dodol rasa durian, termasuk di kota dodol, Garut.
Tetapi ada perbedaan cukup signifikan antara dodol dan lempok durian. Kalau dodol biasanya dibuat dengan tepung beras ketan dengan tambahan elemen lainnya untuk menambah rasa, lempok durian 100 persen terbuat dari daging buah durian yang dimasak.
Daging buah durian tersebut dimasak dengan api yang tidak terlalu besar. Sambil dimasak, daging buah tersebut dicampur dengan gula aren dan garam. Setelah dicampur, kemudian diaduk selama kurang lebih tiga sampai empat jam.
Durian bahan utama lempok Pontianak.
Setelah selesai proses pengadukan ia menjadi adonan yang kental dan berwarna cenderung gelap. Adonan tersebut didinginkan hingga menjadi padat, dan lempok durian pun siap untuk disajikan. Bisa langsung dibungkus untuk dijual, atau langsung dipotong-potong untuk dihidangkan.
Lempok durian sudah pasti memiliki aroma serta rasa khas durian yang masih terasa cukup kuat. Tetapi tambahan gula aren yang manis dan legit membuatnya bercita rasa cukup unik dan berbeda. Apalagi dengan teksturnya yang terasa lembut di mulut.
Resep kudapan tradisional ini disinyalir banyak dipengaruhi dari budaya dan khazanah kuliner Melayu. Penganan berjenis serupa juga dapat ditemukan di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
Sejarah munculnya lempok Pontianak ini diyakini para pembuatnya karena stok durian yang begitu melimpah setiap panen, yang biasanya terjadi kurang lebih dua tahun sekali. Situasi tersebut membuat orang-orang mulai tergerak untuk mengolah durian agar mudah dikonsumsi, sehingga tidak sia-sia dan membusuk.
Buah yang kerap dijuluki ‘si raja buah’ tersebut memang lazimnya tumbuh di wilayah tropis. Umumnya ia ditemukan pada area hutan di Sumatera, Kalimantan dan beberapa daerah lain di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand.
Di Pontianak, pembuatan lempok ini cepat berkembang karena tidak membutuhkan modal besar. Ketersediaan durian yang begitu melimpah saat panen membuat harganya menjadi murah saat dijual. Terlebih, lempok durian sendiri tidak membutuhkan banyak bahan baku lainnya.
Meskipun tak banyak yang tahu kapan resepnya ditemukan, namun lempok Pontianak disebut mulai umum diperdagangkan sejak akhir tahun 70-an. Di Kalimantan awalnya penganan ini dapat ditemukan di daerah seperti Samarinda dan Pontianak.
Kalimantan menjadi salah satu sentra penghasil durian di Indonesia. Foto: unsplash
Di Kalimantan sesungguhnya pusat budidaya durian ada di Kalimantan Tengah. Utamanya terletak di daerah-daerah seperti Kabupaten Katingan, Murung Raya, Sukamara, Pulang Pisau, dan Barito Utara. Setiap panen mereka mampu menghasilkan hingga ribuan ton durian.
Jumlah hasil panen yang melimpah tersebut membuat daerah seperti Pontianak turut kebagian kiriman buahnya. Ditambah produk durian asli Kalimantan Barat dari Batang Tarang, Punggur, dan Bengkayang, jadilah stok yang melimpah. Karenanya, kota di titik lintan 0 derajad ini menjadi sentra produksi dan penjualan lempok durian.
Biasanya, langkah awal dalam proses produksi adalah seleksi durian yang dikirim ke rumah produksi, sebelum mulai diolah. Buah-buah yang tidak terpilih kemudian akan langsung dijual untuk umum. Pemilihan buah untuk dagangan langsung dan bahan biasanya brpusat di Pasar Dahlia, Pontianak.
Hal ini sebagai salah satu langkah untuk memastikan lempok durian yang diproduksi senantiasa dalam kualitas yang terbaik. Mengingat durian yang dipanen umumnya datang dari daerah pedalaman, selalu ada risiko beberapa di antaranya sudah kurang segar untuk diolah.
Setelah dipilih, buah-buah tersebut kemudian dikupas dan daging buahnya dipisahkan dari bijinya. Dibutuhkan sekitar satu kilogram daging buah durian setiap kali masak, sehingga akan ada beberapa tenaga kerja yang bertugas untuk mengaduk adonannya hingga jadi.
Setelah jadi, akan ada pula pekerja yang memastikan bahwa tak ada biji yang tertinggal saat dimasak. Kemudian adonan yang telah dingin dibersihkan lagi sebelum dibungkus, atau dipotong lagi sebelum dibungkus.
Satu bungkus lempok Pontianak berukuran satu kilogram biasanya dihargai sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu. Dalam satu bungkus satu kilogram tersebut biasanya terdiri atas dua potong lempok durian seberat 500 gram.
Yang perlu dicatat, lempok durian Pontianak umumnya tidak menggunakan bahan pengawet tambahan. Justru, penggunaan gula aren dalam pembuatannya disebut tak hanya menambah cita rasa, namun juga menjadi bahan pengawet secara alami.
Lazimnya, lempok durian dapat bertahan di dalam suhu ruangan sampai sekitar satu bulan. Kalau diletakkan di dalam kulkas, maka dapat bertahan sampai kurang lebih tiga bulan. Bisa dikatakan, lempok mampu awet dalam waktu yang cukup lama dan cocok sebagai oleh-oleh.
Ditambah lagi, bahan baku serta proses pembuatannya yang alami membuatnya menjadi penganan tradisional yang sehat bagi tubuh. Durian dikenal dengan kandungan mineral, protein, karbohidrat, folat, atrium, kalsium, zat besi, serta vitamin B1, B2 dan C. Mengonsumsi lempok durian dapat berkhasiat meningkatkan energi, menghindari anemia dan menguatkan bagian tubuh seperti otot, tulang, gigi dan syaraf.
Lempok durian Pontianak mudah didapatkan di toko-toko oleh-oleh atau bahkan di tempat-tempat penjualan durian. Ia tersedia sepanjang tahun, jadi jangan lupa bawa lempok durian kalau jalan-jalan ke Pontianak.
ini 4 tempat belanja batik Jambi, daerah ini juga memiliki kultur batik yang cukup kuat. Disinyalir, budaya batik di Jambi sudah ada sejak era Kerajaan Melayu, yang berpusat di wilayah Jambi. Batik dianggap sebagai pakaian adat yang biasa dikenakan oleh kalangan kerajaan dan bangsawan. Bahkan corak batik tersebut juga kerap terlihat pada ornamen rumah adat Jambi, kajang lako.
Museum Menara Gentala Arasy di Jambi, dari sini bisa ke 4 tempat belnja asyik batik. Foto: dok, bans.jambiprov.go.id
4 Tempat Belanja Asyik Batik
Secara umum, batik Jambi banyak terinspirasi dari lingkungan alam dan makhluk hidup, utamanya flora dan fauna. Pewarnaannya pun bergantung pada bahan alami yang lazim ditemukan di wilayah Jambi, seperti pohon secang yang kayunya cenderung berwarna kuning kemerahan. Bagi yang sedang melancong ke Jambi dan tertarik membeli batik Jambi untuk oleh-oleh, ini adalah 4 tempat belanja batik yang ramai dikunjungi wisatawan.
Batik Jambi Berkah
Salah satu dari 4 tempat belanja asyik batik Jambi yang terhitung cukup legendaris adalah Batik Jambi Berkah, yang terletak di jalan Sumantri Brojonegoro nomor 50-54. Berkah, yang menurut mereka merupakan akronim dari “bersama keluarga akan harmonis” memang merupakan usaha keluarga yang memiliki spesialisasi sebagai fashion designer yang sudah berbisnis batik sejak 1987.
Toko ini secara umum berfokus kepada produk fashion batik yang siap pakai, seperti kemeja, jaket bomber, blouse, mukena dan sebagainya. Produk-produk mereka tergolong stylish dan memadukan motif batik tradisional dengan pakaian bergaya masa kini, sehingga peminatnya tidak hanya kalangan konsumen domestik, namun juga mancanegara.
Meski demikian, mereka juga tetap menyediakan produk kain batik dengan beragam motif klasik khas Jambi seperti Biji Kopi, Durian Pecah, Biji Timun, Daun Keladi dan Angso Duo. Motif-motif tersebut tersedia baik dalam format batik tulis maupun batik cap. Untuk kain batik tulis dihargai Rp 875 ribu, sementara kain batik cap harganya Rp 200 ribu.
Mereka bahkan telah memamerkan produk-produk pakaian pria dan wanita mereka dalam berbagai gelaran fashion show baik di dalam maupun luar negeri. Sehingga toko yang buka setiap hari dari jam 08.00 sampai 21.00 itu menjadi pilihan tepat untuk berbelanja batik Jambi yang otentik dan berkualitas teruji.
Ini 4 tempat belanja asyik batik di Jambi. Foto: Dok. tokopedia
Sanggar Batik Selaras Pinang Masak
Sanggar Batik Selaras Pinang Masak adalah toko kerajinan batik Jambi yang terbilang unik, karena arsitekturnya yang mengikuti gaya rumah adat kajang lako. Nuansa di dalamnya pun juga terkesan tradisional dengan penggunaan perabotan antik. Lokasinya berada di jalan KH. Ibrahim, yang berdekatan dengan sungai Batanghari.
Area tersebut, yang dikenal sebagai Desa Mudung Laut, memang dikenal sebagai sentra pengrajin batik Jambi. Banyak sanggar pengrajin batik di desa tersebut yang hingga kini terus eksis memproduksi kain dan produk pakaian batik. Sanggar Batik Selaras Pinang Masak yang didirikan pada 1995 merupakan salah satu sanggar terbesar di sana.
Ada beberapa produk batik yang dapat ditemukan di sini, mulai dari kemeja, kain songket, syal hingga kain bahan. Produk seperti kemeja dihargai Rp 250 ribu, kain songket Rp 365 ribu dan syal Rp 30 ribu. Adapun kain bahan rentang harganya dari Rp 130 ribu hingga 300 ribu, tergantung dari jenis motifnya.
Tak hanya itu, di sanggar ini hampir setiap harinya juga terdapat demo proses pembuatan batik secara tradisional, yang dapat ditonton oleh pengunjung secara langsung. Sebagai catatan, Sanggar Batik Selaras Pinang Masak buka setiap Senin sampai Sabtu dari jam 09.00 hingga 16.00, serta tutup setiap hari Minggu.
Rumah Batik Azmiah
Toko dan pengrajin batik Jambi lainnya yang legendaris adalah Rumah Batik Azmiah, yang sudah berjualan batik sejak 1985. Berlokasi di jalan KH. Hasan Anang, ini salah satu 4 tempat belanja asyik batik ini juga dikenal dengan produk batiknya yang didominasi warna kemerahan, yang sebenarnya juga merupakan salah satu ciri khas batik Jambi.
Mereka juga dikenal sebagai pengrajin produk batik premium, karena mayoritas produk mereka adalah batik tulis yang butuh waktu pengerjaan antara 1 hingga 2,5 bulan. Meskipun belakangan mereka juga menawarkan produk batik yang mengombinasikan teknik batik tulis dengan teknik baru yang mereka sebut batik tulis digital, atau batik yang dicanting secara digital, alih-alih dicetak atau dicap.
Lini produk mereka juga kebanyakan berfokus pada kain bahan, sarung serta tengkuluk, yakni penutup kepala sejenis hijab tradisional yang populer di Jambi. Menurut adat di sana, pemakaian tengkuluk selain merujuk kepada syariat Islam untuk menutup kepala wanita, juga sebagai penanda status; bagian ujung tengkuluk yang menjuntai ke kanan pertanda sudah menikah, sedangkan kalau ke kiri berarti belum menikah atau sedang single.
Maka jangan heran kalau harga produk mereka juga merefleksikan positioning mereka sebagai pengrajin produk batik premium, yang kisarannya mulai dari Rp 500 ribu hingga 6 juta. Namun dengan kualitas produk yang sudah diakui pada level lokal, nasional dan internasional, tak ada salahnya mampir berkunjung ke toko yang buka setiap hari dari jam 08.00 sampai 17.00.
4 Tempat belanja asyik batik di Jambi. Gunung Kerinci salah satu inspirasi motif batik Jambi. Foto: dok unsplash
Batik Jambi Ria Lestari
Satu lagi toko batik Jambi yang jadi rekanan adalah Batik Jambi Ria Lestari, yang berada di jalan Sultan Agung Simpang Pulai nomor 5. Buka setiap hari dari jam 09.00 hingga 18.00, toko ini juga sudah berjualan batik selama sekitar 20 tahun lamanya, dengan produk-produk seperti kemeja, selendang, sarung dan kain bahan.
Yang unik, toko ini juga menerima pesanan kain maupun kemeja batik. Pemesan dapat memilih motif yang ingin dipakai, pemakaian untuk seragam atau individu, serta jenis kain yang dipakai, baik itu katun, sutra, semi sutra dan santung. Harga pun bervariasi, semisal untuk kain harganya mulai dari Rp 95 ribu hingga 165 ribu, sementara untuk kemeja Rp 180 ribu sampai 230 ribu.
Ini adalah 3 toko oleh-oleh keren kala berkunjung ke kota Tasikmalaya. Kota yang dikenal sebagai kota santri itu terletak di wilayah selatan Jawa Barat. Ia dikenal sebagai salah satu pusat keagamaan di provinsi tersebut, serta sarat akan kebudayaannya yang khas, tak terkecuali ragam penganan ringan tradisionalnya yang bisa menjadi oleh-oleh menarik.
Curug Dengdeng, kalau ke sini jangan lupa mampir ke 3 toko oleh-oleh keren di Tasikmalaya. Foto: disparbud.jabarprov
3 Toko Oleh-oleh Keren di Tasikmalaya
Ladu Tasik Campernik
Salah satu kudapan ringan yang identik dengan Tasikmalaya adalah kue ladu. Ladu adalah penganan bercita rasa manis yang terbuat dari beras ketan hitam, gula aren, dan parutan kelapa. Secara penampilan dan bentuknya, ia terlihat agak mirip seperti dodol Garut, melonjong seperti tabung dan bertekstur lembut.
Ladu biasanya disajikan kalau ada acara tertentu, misalnya ketika perayaan hari raya Idul Fitri. Meski demikian, ia juga nikmat sebagai cemilan saat minum teh atau kopi. Ia termasuk penganan ringan yang populer di Tasikmalaya dan beberapa daerah di Jawa Barat lainnya, namun tak mudah untuk menemukannya di banyak tempat lain, menjadikannya pilihan oleh-oleh khas yang sayang untuk dilewatkan.
Satu dari 3 toko oleh-oleh keren penjual ladu yang paling populer dan ramai dikunjungi di Tasikmalaya adalah Ladu Tasik Campernik. Saat ini ada dua cabang yang tersedia, yakni di jalan A.H. Nasution nomor 172, serta di jalan Yudanegara nomor 55. Kedua toko tersebut buka setiap harinya dari jam 08.00 sampai 19.00.
Secara mendasar, ada tiga paket yang ditawarkan kepada konsumen, yaitu paket Premium Box, Simple Box dan Family Box. Rinciannya, Premium Box yang berisi 10 buah ladu dengan harga Rp 22,5 ribu, Simple Box yang berisi 15 buah ladu dengan harga Rp 31,5 ribu, serta Family Box yang berisi 24 buah ladu dengan harga Rp 46 ribu.
Radja Sale
Penganan ringan tradisional lainnya yang terkenal di Tasikmalaya adalah sale pisang. Sale pisang merupakan kudapan yang terbuat dari irisan pisang yang diasapkan dan dikeringkan. Teknik ini dilakukan untuk mengurangi kadar air di dalam pisang, sehingga pisang tersebut lebih tahan lama untuk dikonsumsi.
Pisang Sale khas Tasikmalaya yang bisa diperoleh di 3 toko oleh-oleh keren. Foto: shutterstock
Secara umum ada dua cara penyajian sale pisang, yakni sale pisang basah yang langsung disajikan setelah proses pembuatan, atau digoreng terlebih dulu dengan dibaluri tepung terigu agar terasa lebih garing. Keduanya dapat ditemukan di 3 toko oleh-oleh keren di sekitaran Tasikmalaya, seperti misal yang populer adalah Radja Sale.
Berlokasi di jalan R.E. Martadinata nomor 30, Radja Sale buka setiap hari dari jam 08.30 hingga 21.00. Tokonya berukuran agak kecil dengan produk dagangan dipajang berjejeran rapat, sehingga harus sedikit berhati-hati dan bersabar manakala toko sedang ramai pengunjung, khususnya pada akhir pekan maupun hari libur.
Produk andalannya tentu saja sale pisang, yang tersedia dalam beberapa bentuk, seperti oval yang pipih, lidah yang memanjang, atau gulung yang berukuran kecil. Sementara varian rasanya terdiri dari original dan pilihan rasa seperti wijen, keju, kacang dan susu. Semuanya dibungkus dalam kemasan berbobot 250 gram dan 500 gram.
Harganya bervariasi, mulai dari Rp 14 ribu sampai 35,5 ribu, tergantung dari pilihan rasa serta bobot kemasannya. Selain itu, terdapat pula produk seperti keripik pisang dengan varian bawang, madu dan mocca dengan harga Rp 14 ribu untuk kemasan 250 gram dan Rp 29 ribu untuk yang 500 gram. Adapun sale pisang basah tersedia dalam kemasan 250 gram seharga Rp 22,5 ribu dan 300 gram seharga 27 ribu.
Sentral Kue Aci Sinar Berkat
Kue aci juga termasuk salah satu kudapan yang populer di Tasikmalaya. Kue kering ini dikenal dengan cita rasa manis nan legit, serta karakternya yang renyah di luarnya, namun ketika masuk ke dalam mulut menjadi lumer dan lembut. Aci sendiri merupakan istilah bahasa Sunda bagi tepung tapioka, yang menjadi bahan dasar pembuatan kue kering tersebut.
Kue Aci atau kue sagu khas Tasikmalaya. Foto: IG kuekeringtasik
Di beberapa daerah di Jawa Barat sendiri, aci kerap digunakan untuk membuat beragam jenis penganan ringan tradisional, seperti cilok, cireng dan tentunya kue aci, yang di tempat lain juga dikenal sebagai kue sagu. Di Tasikmalaya, toko penjaja kue aci yang terbilang kondang dan legendaris adalah Sentra Kue Aci Sinar Berkat.
Di toko yang sudah eksis lebih dari 20 tahun ini, terdapat berbagai macam varian kue aci yang dapat dipilih. Mulai dari vanilla, coklat, jahe, mocca, lemon, keju, kopi ginseng hingga susu spesial. Semua varian rasa tersedia dalam pilihan kemasan 250 gram dan 500 gram, yang kisaran harganya mulai dari Rp 19 ribu sampai 52 ribu.
Selain itu, toko yang terletak di jalan R.E. Martadinata nomor 4 itu juga menyediakan berbagai jenis produk oleh-oleh lainnya, seperti opak ketan, opak singkong kecimpring, keripik ubi ungu, keripik sukun, rengginang terasi, comring alias oncom garing, dorokdok atau kerupuk kulit sapi, dan sebagainya. Toko ini buka setiap hari dari jam 08.00 hingga 21.00.
Getuk goreng Haji Tohirin bisa jadi adalah jawaban kebanyakan orang Banyumas ketika ditanya soal kuliner asli kota mereka. Tak mengherankan, karena kudapan tradisional ini sudah eksis sejak 1918, dan hingga kini toko-tokonya masih menjamur di kota ini.
Getuk Goreng Haji Tohirin
Sebagai sebuah kabupaten, Banyumas punya ciri khas sendiri yang membuatnya unik. Terletak di bagian barat provinsi Jawa Tengah, kabupaten ini punya beberapa daya tarik bagi turis, seperti Baturraden dan gunung Slamet yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah.
Secara budaya tradisional mereka juga punya keunikan tersendiri dari wilayah lainnya di Jawa Tengah. Kebanyakan dari adat dan seni budaya tersebut bahkan disebut sebagai Banyumasan, karena kekhasannya dan keunikannya dengan daerah tersebut.
Misalnya, seni budaya seperti salawatan Jawa, kuda lumping Ebeg, alat musik calung dan bongkel, batik ala Banyumasan, hingga yang paling identik dan dikenal banyak orang adalah bahasa Jawa bergaya Banyumasan. Bahasa yang juga kerap disebut dengan istilah ngapak.
Dan bila dilihat dari sisi khazanah kulinernya pun, Banyumas tak kalah menariknya. Cukup banyak kuliner tradisional yang terlahir di sini, seperti tempe mendoan, sroto alias soto ala Banyumas, hingga tentunya getuk goreng yang begitu khas dan unik.
Kelahiran getuk goreng tersebut tak lepas dari andil pencetusnya, Sanpirngad, yang dulunya merupakan penjaja nasi rames dengan beragam sayur dan lauk pauk. Salah satu pilihan di antara sayur dan lauk pauk tersebut adalah getuk singkong.
Getuk singkong sendiri bukanlah makanan yang asing bagi warga Banyumas. Sejak dulu, sawah-sawah yang berada di area ini kerap ditanami singkong, lantaran singkong sering digunakan sebagai makanan pengganti nasi.
Awalnya, usaha yang ia dirikan bersama istrinya Sayem itu hanya diminati segelintir orang, dan terkadang setelah warung tutup masih ada sisa-sisa makanan yang belum ludes terjual. Singkong tersebut adalah salah satu yang kerap masih tersisa dan kurang disukai pelanggan.
Karena merasa sayang dengan sisa makanan yang belum habis itu, Sanpirngad kemudian mulai mencoba mengolah ulang beberapa makanan tersebut. Misalnya, sisa-sisa getuk singkong ia olah kembali dengan cara ditumbuk dan dicampur dengan gula merah dan parutan kelapa.
Getuk goreng Haji Tohirin biasanya dikemas dalam besek dari bambu. Foto: tokped
Setelah pengolahan ulang tersebut, munculah kudapan baru yang sebetulnya terasa nikmat dan ketika dijajakan lumayan disukai pelanggan. Namun karena warungnya sendiri masih sepi pengunjung, makanan tersebut jadi ikut-ikutan bersisa dan tak cukup laris pula.
Sanpirngad lagi-lagi mencoba memutar otak agar dagangannya tersebut dapat laris manis dan membawa lebih banyak pengunjung yang datang. Akhirnya, olahan getuk yang masih tersisa itu ia goreng agar awet dan bisa dicoba untuk dijual kembali esok harinya.
Siapa sangka, percobaannya yang kesekian tersebut mampu membawa peruntungan baru yang mengubah hidupnya. Getuk goreng buatannya justru diminati pelanggannya, bahkan perlahan-lahan menuai popularitas lewat obrolan warga dari mulut ke mulut.
Sejak saat itu, banyak pengunjung yang datang ke warungnya khusus untuk mencoba getuk gorengnya. Saking terkenalnya, oleh pelanggannya getuk tersebut juga sempat disebut getuk kamal, karena saat itu warungnya berada di bawah pohon kamal.
Mulai dari kemunculannya di sekitaran tahun 1918, getuk goreng terus menjadi salah satu kuliner primadona Banyumas. Usaha tersebut lantas dijalankan pula oleh anak dan menantunya. Salah satu di antaranya adalah Tohirin, menantu laki-lakinya.
Selepas berpulangnya Sanpirngad pada 1967, Tohirin terpilih untuk mengambil alih usaha dan meneruskannya. Di bawah pengelolaannya, bisnis semakin maju pesat dan getuk goreng semakin dikenal luas, tak hanya oleh warga setempat tetapi juga bagi kalangan turis.
Warung nasi rames berwujud gubuk semi permanen tersebut diubah menjadi bangunan kios permanen. Usahanya kemudian berfokus pada getuk goreng saja, agar dapat memenuhi banyaknya permintaan konsumen sekaligus mempertahankan konsistensi kualitas makanan.
Terlebih lagi, ia melihat pergeseran pola konsumen getuk goreng saat itu. Kalau sebelumnya pelanggannya merupakan warga lokal yang sekedar mencari kudapan, kini banyak pula yang datang untuk membeli getuk goreng sebagai oleh-oleh.
Hingga kini, bangunan tersebut masih berdiri menerima pengunjung lokal dan pendatang, dengan plang bertuliskan ‘Getuk Goreng H. Tohirin Asli’ alias Getuk Goreng Haji Tohirin. Penggunaan kata ‘asli’ di sini menjadi penting, seiring persaingan yang makin ketat dengan munculnya gerai getuk goreng lainnya.
Toko-toko oleh-oleh memajang nama getuk goreng dan Asli. Foto: kemendikbud Jawa Tengah
Kendati demikian, getuk goreng dagangannya boleh berbangga hati karena memang menjadi pionir bagi getuk goreng lainnya. Dan berkat otentisitasnya itu pula, kios getuk gorengnya tak pernah sepi pengunjung.
Kini, bisnis dijalankan oleh anak-anak dan cucunya, serta sudah memiliki kurang lebih sekitar 10 cabang yang tersebar di seputaran Banyumas. Kebanyakan kios-kios cabang tersebut bernuansa jingga, agar membedakan dengan kios aslinya yang bernuansa hijau.
Kalau datang ke kios yang asli getuk goreng Haji Tohirin, pengunjung masih bisa melihat proses pembuatannya secara langsung. Pertama, singkong dikukus terlebih dulu dengan metode tradisional, menggunakan dandang serta kayu bakar.
Singkong yang sudah dikukus langsung ditumbuk dan diolah dengan gula merah dan parutan kelapa menggunakan lumpang, kemudian digoreng sampai matang. Pendekatan tradisional ini adalah upaya agar cita rasa otentik getuk goreng dapat terjaga,
Getuk goreng yang sudah matang tersebut lantas dipotong-potong, kemudian langsung dikemas dan disajikan kepada pengunjung. Biasanya pengunjung punya dua pilihan kemasan, dengan ukuran ½ kg dan 1 kg yang masing-masing harganya Rp 21 ribu dan Rp 39 ribu.
Umumnya, rasa getuk goreng Haji Tohirin yang original merupakan perpaduan dari gurih dan manis. Tetapi kini konsumen juga bisa mendapatkan berbagai pilihan rasa lainnya, seperti rasa coklat, nanas, durian dan nangka. Yang jelas, semua pilihan rasa tidak menggunakan pengawet.
Pengunjung bisa memilih khusus satu pilihan rasa, atau campuran semua pilihan rasa. Kemasannya berupa besek dengan masing-masing pilihan ukurannya. Meskipun tidak mengguanakan pengawet, getuk goreng diklaim dapat bertahan sampai sepuluh hari.
Seiring dengan pergeseran bisnisnya, kios getuk goreng Haji Tohirin kini juga berfokus sebagai sentra oleh-oleh tradisional. Di sini dapat ditemukan juga aneka kudapan tradisional lainnya seperti nopia, keripik tempe, klanting, olahan buah carica, dan lain sebagainya.
Getuk goreng Haji Tohirin buka dari jam 09.00 sampai jam 21.00. Karena kios aslinya kerap ramai pengunjung, khususnya pada akhir pekan dan hari libur, maka tak ada salahnya pula sesekali mampir ke cabang-cabangnya, yang terkadang juga buka sedikit lebih awal.
Sate bandeng menjadi salah satu makanan yang paling sering diburu untuk dimakan di tempat dan menjadi oleh-oleh dari perjalanan ke Serang, Provinsi Banten. Kuliner ini menjadi alternatif bagi pecinta bandeng, selain model presto khas Juwana, Jawa Tengah.
Sate Bandeng
Sate bandeng sepertinya kisah sederhana, cerita tentang makanan yang tumbuh di suatu daerah. Namun nyatanya tak demikian. Masakan ini memiliki jejak sejarah yang panjang. Dimulai pada abad 16.
Adalah Sultan Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten, yang menjadi titik awal lahirnya sate Banten. Tentu, bukan ia yang menciptakan, namun berkat permintaannya ke dapur kraton-lah, sate ini ‘tercipta’.
Sultan Maulana sendiri adalah salah seorang putera dari Syarif Hidayatullah, raja atau sunan di Kasunanan Cirebon. Pada saatnya, Sunan Syarif Hidayatullah bergelar Sunan Gunung Jati, salah satu dari Wali Sanga, saat menyebarkan ajaran agama Islam di Jawa Barat.
Maulana, sebagai putera Sunan Syarif Hidayatullah, ikut membantu Kesultanan Demak ketika menyerang Sunda Kelapa. Dari sana, ia memperluas kekuasaan Kasunanan Cirebon ke arah barat, dan kemudian menjadi Sultan atau Sunan ketika Banten menjadi kerajaan sendiri. Maulana Hasanuddin memerintah Banten dari 1522 hingga 1570.
Sebagai daerah pesisir, Banten memiliki hasil laut dan perairan yang cukup melimpah. Salah satunya bandeng. Namun ikan jenis yang satu ini punya banyak sekali duri. Dari yang besar hingga yang sangat halus. Ini menjadi soal tersendiri bagi dapur istana jika menyajikan masakan berbahan bandeng. Konon cukup sering anggota keluarga Kesultanan yang punya masalah dengan duri bandeng ini.
Juru masak kerajaan pun kebingungan. Di satu sisi, keluarga kesultanan menyukai masakan berbahan bandeng, namun di sisi lain Sultan tidak menyukai jika keluarganya mengalami masalah dengan duri. Sang juru masak pun pun memutar otak untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan duri yang tertanam di daging bandeng.
Berbagai cara pun dicoba sang juru masak. Sampai suatu ketika ia mendapatkan cara untuk mengeluarkan duri dari badan ikan. Rupanya, sang juru masak memukul-mukul badan ikan hingga dagingnya hancur dan terpisah dari kulitnya. Daging yang telah hancur itu kemudian dikeluarkan dengan cara mencabut tulang dari bagian insangnya atau bawah kepala. Hal tersebut untuk membuang duri-duri halus yang terkandung dalam ikan.
Daging ikan yang ikut keluar kemudian dicampur dengan santan dan bumbu rempah tertentu. Setelah itu, melihat kulit ikan yang masih utuh, daging yang telah berbumbu itu dimasukan lagi ke dalamnya. Kulit ikan bandeng yang keras membuat ikan terlihat seperti utuh kembali. Setelah itu ikan pun dibakar. Untuk menguatkan bentuk ikan, dipakailah bilah bambu untuk tusukan atau pegangan ketika membakarnya. Tusukan bambu inilah yang kemudian menyebutnya sebagai sate bandeng.
Selamatlah sang juru masak. Masakan bandeng bisa dinikmati keluarga kerajaan, dan mereka aman dari duri. Masakan ini bahkan kemudian menjadi andalan bagi kesultanan ketika menjamu tamu-tamunya. Bertahun-tahun kemudian sate bandeng pun keluar tembok istana dan menjadi makanan khas masyarakat Banten.
Saat ini sate bandeng telah tumbuh menjadi industri rumahan di Serang yang berkembang dengan pesat. Ada puluhan toko atau kedai yang menyajikan olahan ikan ini yang dapat dikonsumsi secara langsung di tempat atau untuk dibawa pulang sebagai buah tangan. Biasanya sate ini akan dibuat pada hari yang sama dan harus habis saat itu juga karena tidak tidak memakai pengawet.
Untuk dapat menikmati sate bandeng, saat ini sudah banyak tempat yang menjualnya di Serang, Banten. Pengunjung dari luar kota ini, bahkan dapat menemuinya begitu keluar dari tol Jakarta-Serang. Ada deretan toko oleh-oleh yang menjualnya. Tetapi, jika ada yang penasaran dan ingin membelinya langsung di tempat produksinya, ada tiga produsen sate bandeng yang terkenal di Serang.
Sate Bandeng Hj. Maryam
Sate bandeng yang dulu dikelola Hj. Maryam ini termasuk legenda di Serang karena sudah mulai memproduksinya sejak 1970. Saat ini, pengelola dari sate bandeng ini adalah cucu dari ibu Hj. Maryam dan anaknya. Semua resep yang dipakai sejak dahulu tetap sama dan tidak berubah.
Pusat pembuatannya cukup dekat dengan alun-alun kota Serang, yakni di Jalan Ki Uju Nomor 63, Kaujon Tengah, Kecamatan Serang. Di tempat ini pengunjung bisa memilih dua rasa sate bandeng, yang pedas atau yang manis. Mereka buka mulai dari jam 7 pagi hingga 10 malam.
Sate Bandeng Bu Amenah
Sate Bandeng Bu Amenah lebih banyak dipasarkan secara daring atau online. Sate yang ditawarkan Bu Amenah ini memiliki cita rasa yang nikmat dan antiduri halus. Sate produksi tempat ini bisa tahan selama satu atau dua hari kalau berada di luar kulkas dan satu atau dua minggu kalau di dalam kulkas sebelum digoreng.
Jika tidak ingin memesan online dan ingin datang langsung, lokasi pembuatan sate bandeng Bu Amenah ada di Jalan Syabulu KM 1, Lingkungan Dalung Nomor 11, Kecamatan Cipokok Jaya. Ia buka dari jam 7 pagi hingga 9 malam.
Sate Bandeng Ibu Aliyah
Ini adalah pilihan sate bandeng lainnya. Tempat produksinya di Jalan Lopang Gede III nomor 7, Kecamatan Serang. Tempat ini buka dari jam 8 pagi hingga jam 8 malam.
Sate Bandeng Kang Agus
Sate Bandeng Kang Agus juga oleh-oleh yang banyak dicari wisatawan yang berkunjung ke Serang. Sayangnya lokasi dari tempat oleh-oleh ini sering berpindah. Agar bisa mendapatkan sate bandeng buatan Kang Agus, wisatawan bisanya membeli secara online dan akan diantar oleh kurir ke penginapan atau tempat yang disepakati.
Sudah pernah menikmati sate bandeng khas Banten? Ayo agendakan kuliner sate bandeng ini kapan-kapan….
Kopi Bajawa Flores telah disebut-sebut sebagai salah satu jenis kopi Arabica terbaik di dunia. Kenikmatan serta keunikannya telah tersohor sampai ke mancanegara, bahkan sampai belahan dunia barat seperti Eropa dan Amerika.
Kopi Bajawa Flores
Flores telah puluhan tahun dikenal sebagai lokasi budidaya sekaligus penyumbang ekspor kopi terbesar di Indonesia. Di kawasan perairan selatan Nusa Tenggara Timur ini terdapat dua jenis kopi yang cukup dikenal luas di kalangan pecinta kopi, yaitu Manggarai dan Bajawa.
Bajawa dinamai demikian karena perkebunannya terletak di kawasan kecamatan Bajawa. Konon nama ini berasal dari bahasa setempat yang terdiri dari dua kata, yaitu ‘bha’ yang berarti lembah dan ‘jawa’ yang berarti sejahtera.
Lokasinya memang berada di area dataran tinggi yang diapit oleh dua gunung berapi, Inerie dan Abulobo. Ketinggian tempat ini rata-rata berkisar antara 1.000 hingga 1.550 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanah di sekitar area ini merupakan tanah andosol vulkanik yang amat subur.
Buah kopi Arabika mulai matang di pohon. Foto: Dok, Unsplash
Budidaya kopi berjenis Arabica ini mulai digalakkan oleh pemerintah sejak tahun 1977. Awalnya, mereka menggunakan bibit kopi dari Jember, Jawa Timur. Karena lokasinya yang sesuai dan hasilnya bagus, maka perkebunan kopi ini terus dikembangkan hingga kini.
Kopi Arabica sendiri merupakan salah satu varian kopi yang populer, sekitar 60 persen dari populasi kopi di dunia. Dulunya populer karena merupakan salah satu komoditas utama pedagang dari Arab di abad ke-12. Mereka pun turut mempopulerkan minuman dan cara penyeduhan kopi ini.
Dalam khasanah kopi, Arabica terbilang jenis kopi yang paling spesial dan bernilai tinggi dari jenis kopi lainnya. Hal ini disebabkan oleh karakteristiknya yang unik antara satu jenis kopi Arabica dengan yang lainnya, tergantung dari tempat serta cara pembudidayannya.
Beberapa keunikannya meliputi jenis aroma serta cita rasanya yang berbeda-beda namun cenderung kuat. Kadar kafein di dalamnya pun tergolong rendah, sehingga cocok bagi anda yang menghindari kafein berlebih.
Kopi Arabica pada umumnya direkomendasikan untuk dibudidayakan pada daerah dataran tinggi yang sejuk. Dengan suhu rata-rata 15 sampai 25 derajat Celsius, ditambah tanah vulkanik di sekitar area pegunungan, membuat Flores begitu cocok untuk membudidayakan kopi ini.
Lokasi yang subur dan sejuk, ditambah curah hujan yang cukup tinggi, serta teknik budidaya kopi yang organik tanpa menggunakan pestisida, menjadikan hasil perkebunan kopi tersebut memiliki kualitas yang tinggi, dengan rasa yang unik pula.
Tingkat kapasitas produksi di perkebunan tersebut pun tergolong tinggi, bisa mencapai empat hingga lima kilogram dalam satu pohon. Terlebih pohon kopi di sini termasuk cepat tumbuh dan produktif menghasilkan kopi.
Kendati demikian, nyatanya harga kopi ini di pasaran bisa dibilang relatif lebih mahal dibanding jenis kopi lokal lainnya. Aroma serta rasanya yang unik memang menjadi daya tarik dan nilai jual yang begitu kuat bagi para penggemar kopi.
Lazimnya, beberapa ciri kesamaan dari berbagai jenis varian kopi Arabica adalah aromanya yang kuat, rasanya yang cenderung pahit, dengan body (kekentalan) yang tinggi. Selain itu, tingkat keasaman kopi jenis ini juga tergolong cukup tinggi dibandingkan varian kopi lainnya.
Kopi Bajawa Flores pada umumnya memiliki aroma karamel dan nutty yang amat kuat, dipadu dengan bau mirip tembakau yang unik dan jarang ditemui di jenis kopi lainnya. Selain itu, ia juga mempunyai tingkat body yang cukup tinggi.
Manual brew kopi arabika bajawa banyak disukai para penikmat kopi. Foto: ilustrasi unpslash
Namun, berbeda dari kopi Arabica pada umumnya, kopi Bajawa Flores juga dikenal dengan tingkat keasaman sedang/medium. Rasanya pun cenderung dominan manis, dengan perpaduan cita rasa caramel, macadamia,hazelnut, hingga herbal yang menambah sensasi spicy.
Sehingga meskipun kopi Bajawa Flores tetap memiliki karakteristik seperti kental dan aroma yang kuat, tetapi ia diklaim lebih bersahabat dengan lambung karena tak terlalu asam. Kopi ini juga cocok bagi anda yang tak terlalu suka dengan kopi pahit.
Karakteristik yang unik tersebut dihasilkan oleh metode budidaya kopi Flores yang tradisional. Pupuk yang digunakan selalu berjenis organik, serta mereka tidak menggunakan pestisida atau bahan kimia apapun.
Setiap pohon kopi juga diberi pelindung agar terhindar dari sinar matahari yang berlebih, serta curah hujan tinggi yang dapat beresiko membuat rontok. Biji kopinya, yang berwarna cenderung hijau keabu-abuan, juga diseleksi agar mendapatkan hasil yang terbaik.
Ini berkaitan erat dengan kepercayaan serta tradisi masyarakat di kawasan Bajawa tersebut. Mereka meyakini bahwa kekayaan alam serta hasilnya merupakan rahmat dari arwah leluhur mereka, sehingga penting untuk senantiasa merawat dan menjaganya.
Kopi Bajawa Flores dalam sebuah pameran. Foto milik AntaraFoto
Setelah dipanen, kopi Bajawa kemudian bisa diolah basah atau digiling kering. Walaupun secara alami kopi ini sudah memiliki rasa yang begitu unik dan khas, tetapi pada perkembangannya kemudian kopi ini juga kerap diracik dengan gaya house blend dengan cita rasa yang berbeda.
Produk ini sekarang menjadi salah satu andalan oleh-oleh kika berkunjung ke Flores khususnya, atau Nusa Tenggara Timur pada umumnya.