
Desa Lerep Ungaran, Jawa Tengah, bisa menjadi contoh memberdayakan masyarakat sekaligus memberi alternatif wisata untuk publik. Berwisata di desa wisata memang menyenangkan. Tak sekadar berlibur, namun sekaligus mengenal budaya dan ciri khas setiap desa yang dikunjungi.
Desa Lerep Ungaran
Setelah pandemi, ada kemungkinan wisatawan memilih destinasi kunjungan yang mengedepankan rasa aman, nyaman, bersih, dan sehat seiring keberlanjutan lingkungan.
Oleh karena itu, tak heran jika saat ini desa wisata menjadi salah satu program unggulan pemerintah. Selain sebagai alternatif tempat berwisata, ia juga sebagai penggerak dan kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.
Ada banyak desa wisata yang bisa dikunjungi, salah satunya Desa Lerep di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Desa wisata ini telah mendapatkan sertifikasi sebagai desa wisata berkelanjutan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf), tentu tidak heran jika Desa Lerep Ungaran menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan.

Salah satu keunikan yang ditawarkan Desa Lerep Ungaran adalah pasar kuliner jaman dulu, atau biasa dikenal sebagai Pasar Djadjanan Ndeso Tempo Doeloe Lerep yang telah ada sejak tiga tahun lalu.
Sesuai dengan namanya, “Pasar Jadul Lerep” menghadirkan makanan lokal tradisional, namun dengan konsep yang unik dan berbeda dengan pasar pada umumnya. Seperti apa itu?
Pasar yang berlokasi di Kompleks Embung Sebligo Desa Lerep ini seakan akan membawa pengunjung masuk ke zaman dahulu. Berbeda dengan pasar pada umumnya, penjual di Pasar Jadul Lerep Ungaran menggunakan kostum tradisional khas masyarakat Jawa
Seperti mengenakan atasan lurik berwarna cokelat atau hijau, dan dilengkapi dengan bawahan batik. Ada pula penjual yang menggunakan kebaya saat melayani pembeli.

Keunikan lain yang menambah kekhasan Pasar Lerep Ungaran adalah jadwal dibukanya pasar yang hanya pada Minggu Pon saja. Itu artinya, pasar ini hanya buka setiap 35 hari sekali, sesuai hari pasaran Jawa.
Dari sajian yang dijajakan di Pasar Lerep juga unik. Bahkan mungkin sulit kita temui di pasar biasa. Seperti pecel, bubur tumpang, krupuk gendar, nasi iriban, dawet nganten, bubur suwek, lodheh, serabi caonan, serta masih banyak makanan dan minuman yang memanjakan lidah sejak suapan pertama.
Menariknya, semua makan dan minuman yang dijual di Pasar Lerep menggunakan bahan-bahan organik. Selain itu, uang yang dipakai untuk bertransaksi menggunakan semacam koin dari kayu.
Untuk mendapatkannya, kita hanya perlu menukarkan uang kertas dengan koin yang disediakan di area pintu masuk Pasar Lerep. Setiap uang koin kayu yang disediakan nominalnya sama dengan nilai rupiah. Mulai dari pecahan Rp 1.000, Rp 5 ribu, hingga Rp 10 ribu.
Sama dengan transaksi bayar membayar pada umumnya, pengunjung juga akan mendapatkan uang kembalian dengan koin kayu. Jangan khawatir, jika uang koin kayu masih tersisa, kita bisa menukarkannya dengan uang Rupiah saat keluar dari pasar.
Desa Wisata Lerep mengembangkan konsep wisata berwawasan lingkungan. Salah satu keunggulan dari Pasar Lerep, yaitu meniadakan kemasan plastik.
Sebagai gantinya, warga Desa Lerep Ungaran menggunakan daun jati, daun pisang, daun aren, batok kelapa, anyaman bambu, atau mangkok dari tanah liat sebagai wadah makanan dan minuman. Bahkan, sendok yang digunakan pun menggunakan sendok kayu.
Untuk pelengkap, suasana kuliner dengan konsep zaman dulunya juga dilengkapi dengan iringan musik gamelan. Perpaduan iringan musik gamelan, makanan tradisional yang lezat, sekaligus pemandangan embung berlatar Gunung Ungaran pastinya memberikan pengalaman liburan yang berbeda dari biasanya.

Di pasar jajanan ndeso pengunjung betul-betul akan disuguhi gaya hidup yang go green. Berbagai makanan dan minuman tradisional berbahan serba alami, kemasan go green berupa pembungkus dari daun pisang serta daun jati dan anyaman daun kelapa hijau sebagai pengikat seperti tas.
Makanan dan minuman yang dijual di pasar jajanan ndeso sangat bervariasi jenisnya seperti sego iriban, sego jagung goreng, lontong sayur, soto, dawet brokohan, dawet nganten, ndok gluduk, cetil, gatot, tiwul, dan lain sebagainya. Ada pula nasi gudangan dan nasi gudeg a la Desa Lerep
Kepala Desa Lerep Sumariyadi menjelaskan bahwa pasar jajanan tradisional digelar untuk mendukung pengembangan desa wisata. Selain itu juga untuk memberdayakan perekonomian warga. “Selain ada homestay, warga juga berperan mendukung pengembangan desa wisata itu dengan membuat aneka kuliner tradisional seperti ini,” katanya.
Pihak pengelola desa wisata, menurutnya, memfasilitasi usaha ekonomi produktif warga dengan menggelar pasar jajanan tradisional setiap Minggu Pon.
agendaIndonesia/kemenparekraf
*****