Sarapan tradisional Bangkalan di pulau Madura mungkin banyak orang akan langsung terpikir nasi bebek Sinjay yang memang sudah sangat kondang. Namun, sesungguhnya, Bangkalan tidak cuma mempunyai bebek, ia juga punya sejumlah masakan untuk sarapan. Jika cukup punya waktu, pesan saja bebeknya untuk dibungkus dan dibawa pulang, sementara sarapannya coba yang lain.
Sarapan Tradisional Bangkalan
Bangkalan, kota yang berada di Pulau Madura tapi dapat dicapai dalam waktu satu jam dari Surabaya via Jembatan Suramadu ini, sesungguhnya mempunyai pilihan segudang menu sarapan.
Namun, dalam perjalanan singkat ke Madura dan Jawa Timur, saya menemukan satu titik yang menyajikan tiga menu pilihan khas. Selain lokasinya berdekatan, yakni di ujung Jalan KH Hasyim Asyari yang tidak jauh dari SMPN 2 Bangkalan, harganya juga tidak menguras kantong. Semua di bawah Rp 10 ribu. Ketiganya adalah nasi jagung, topak lodeh, dan tajin Sobih.
Ke tiganya bisa menjadi alternatif pilihan sebelum melanjutkan perjalanan ke Madura. Baik ke Pamekasan untuk berburu batik, atau sekedar jalan-jalan di seputar kota Bangkalan sebelum kembali ke Surabaya atau tujuan perjalanan lainnya di Jawa Timur.
Nasi Jagung Ikan Tongkol
Dalam bahasa daerah, orang Madu
ra menyebutnya nasek ampog. Jagung memang bahan makanan yang lekat dalam keseharian masyarakat Pulau Madura. Karena itu, tak mengherankan muncul olahan bernama nasi jagung. Menu olahan beras ini dicampur dengan jagung pipilan yang telah dikeringkan dan ditumbuk. Menu ini lahir karena kesulitan beras pada masa lalu, tapi kini tetap enak dinikmati karena menjadi sajian khas di pagi hari.
Dulu, nasi jagung diolah dengan lebih banyak beras dibanding jagung. Namun dalam perjalanan kali ini saya menemukan Ibu Astuti. Pedagang nasi jagung yang telah berjualan selama delapan tahun di ujung Jalan Hasyim Asyari tersebut menyebutkan menggunakan
1,5 kilogram beras dengan 1 kilogram jagung yang sudah dikeringkan.
Nasi jagung ditempatkan di wadah, bersebelahan dengan lauk pauk dan sayuran padanannya. Pagi itu, saya menemukan lauk berupa tongkol sengkeseng atau ikan tongkol yang ditumis dengan tomat, bawang merah, plus sayuran. Satu bungkus yang cukup mengenyangkan itu dia banderol hanya Rp 8.000. Ia berjualan sejak pukul 06.30. Biasanya, pukul 08.00 dagangannya sudah habis.
Meski tergolong tidak banyak lagi yang berjualan, nasi jagung masih bisa ditemukan di beberapa tempat. Astuti menyebutkan lokasi itu ada di Pasar Sorjen, Bangkalan.
Topak Lodeh Nan Gurih
Bersebelahan dengan penjual nasi jagung, saya menemukan ibu yang berjualan dengan menu khas lain, yakni topak lodeh. Rupanya makanan ini merupakan perpaduan potongan ketupat atau lontong dengan sayur lodeh. Uniknya, kuahnya dibuat kental dengan rasa gurih. Sehingga rasanya nikmat benar di lidah. Penjaja juga menjualnya dalam wadah bambu.
Selain berisi lontong atau ketupat, dalam wadah yang disekat daun pisang itu ada juga tambahan berupa jagung tumbuk, kerupuk kulit kuah lodeh, sayur pepaya muda berkuah kental karena menggunakan santan dan tepung beras,
serta parutan kelapa yang disangrai dengan irisan cabe merah. Ibu Sukarni, sang penjaja makanan ini, berjualan pukul 05.00-08.00. Harganya juga cukup irit untuk sarapan, yakni Rp 6.000. Jenis penganan ini juga bisa ditemukan di Pasar Senen, Bangkalan.
Si Manis Tajin Sobih
Bila ingin yang manis, pilihannya adalah tajin Sobih. Nama belakang dari tajin atau bubur itu adalah nama desa di Kecamatan Bangkalan. Nah, sebagian besar pedagang bubur Sobih di Bangkalan ternyata berasal dari desa itu. Saya mendapati Ibu Khoiriyah, salah seorang penjual bubur Sobih, di seberang pedagang topat lodeh dan nasi jagung. Berbekal bakul dari anyaman bambu, ia berjualan mulai pukul 05.00 hingga 10.00.
Tajin Sobih tak lain terbuat dari bubur sumsum dengan guyuran gula merah cair. Namun ada tiga panci kecil yang dipadu menjadi teman tajin Sobih dengan warna berbeda-beda, yakni bubur srintil dan bubur mutiara santan. Bungkus menu sarapan yang manis ini juga menggunakan daun pisang. Harganya per pincuk hanya Rp 3.000. Penjual menu ini tergolong banyak, dari yang nangkring sampai berkeliling.
agendaIndonesia
****