Menikmati masa lalu Surabaya di malam hari di antaranya mengunjungi Kya-kya Surabaya.

Kya-kya Surabaya atau lebih dikenal sebagai lokasi wisata pecinan kya-kya akan dibuka kembali oleh Pemerintah Kota Surabaya. Pembukaannya akan dilakukan pada Ulang Tahun Republik Indoesia ke 77 pada 17 Agustus tahun ini.

Kya-kya Surabaya

Wisata Kya-kya di Jalan Kembang Jepun, sehingga terkadang disebut pula wisata Kembang Jepun, pertama kali diresmikan pada 31 Mei 2003. Pembangunan Kya-kya Surabaya awalnya diinisiasi Dahlan Iskan, yang saat ini mempin sebuh grup media di Surabaya. Dengan tujuan awal untuk membangun pusat jajanan (food court) terbesar di Indonesia. Khususnya di malam hari.


Sebagai kawasan pasar malam, Kya-kya Surabaya selalu ramai pengunjung saat itu. Jalan sepanjang 730 meter dan lebar 20 meter itu bisa menampung 200 pedagang, 2.000 kursi, dan sekitar 500 meja. Tidak hanya jajanan, di sana ada pula pedagang yang menjual pernak-pernik khas Tionghoa, hingga lapak ramalan jodoh, karier, dan kesehatan.

Kya-kya Surabaya menjadi salah satu destinasi kuliner malam di Surabaya pada 2003 hingga 2008.
Suasana malam hari saat Kya-kya Surabaya masih buka dulu. Foto: Milik Bappeko.Surabaya.Go.id


Karena dimaksudkan sebagai pusat wisata pecinan, di sana selalu ramai orang berwisata kuliner. Ada pedangan makanan halal dan, tentu saja, ada yang non-halal. Selain itu, ada pula pernak-pernik khas Cina, bahkan peramal-peramal Tionghoa. Lapak peramal ini kono selalu laris, karena banyak yang penasaran.

Sayangnya seiring waktu dan kontrak lokasi, Kya-kya Surabaya meredup setelah lima tahun beroperasi. Pada 2008, tempat ini pun tutup. Ada dua-tiga lokasi yang kemudian mencoba menjadi tempat wisata pecinan, namun Kya-kya memang sebuah fenomena buat ibukota Jawa Timur ini.

Kya-Kya Kembang Jepun ini adalah tempat yang dulunya sangat ramai sebagai pasar malam yang berada di kawasan pecinan di kota Surabaya. Di sepanjang jalan trotoar jalan kembang Jepun berdiri kios kios yang menjual berbagai makanan, baik makanan Tionghoa, maupun berbagai makanan lainnya. Kata “kya-kya” sendiri diambil dari dialek bahasa Tionghoa yang berarti jalan-jalan.

Kembang Jepun Surabaya, sebelum Kya-Kya Surabaya dibuka memang mempunyai akar sejarah yang sangat panjang, sepanjang perjalanan sejarah Surabaya. Banyak pedagang dari pihak asing yang berlabuh di lokasi sekitar Kembang Jepun.

Perjalanan sejarah seakan menorehkan Jalan Kembang Jepun segaris membujur dari timur ke barat kota. Lurus dengan sungai Kalimas, jalan Kembang Jepun lantas menjadi ikon Kota Surabaya yang silih berganti tampilan dengan membawa perannya.

Pada Zaman Belanda, pemerintahan colonial saat itu membagi wilayah ini menjadi dua Kawasan, yaitu Pecinan di selatan sungai Kalimas, dan Kawasan kampung Arab dan Melayu di Utara Sungai Kalimas. Ke dua Kawasan dibatasi oleh Jalan Kembang Jepun Bangsa Belanda sendiri tinggal di Barat Kalimas yang kemudian mendirikan komunitas “Eropa Kecil”.

DI era pemerintahan kolonial Belanda, Jalan Kembang Jepun dulunya disebut sebagai Handelstraat. Handel ini berarti perdagangan dan straat yang berarti jalan. Wilayah ini

kemudian tumbuh sangat dinamis.

Pada zaman pendudukan Jepang lah nama Kembang Jepun menjadi begitu terkenal. Nama Kembang Jepun identik dengan masa itu.

Ketika banyak serdadu Jepang, yang dipanggil warga lokal dengan sebutan Jepun memiliki teman-teman wanita (kembang) di sekitar daerah ini. Pada era di mana banyak pedagang Tionghoa menjadi bagian dari napas dinamika Kembang Jepun, sebuah gerbang kawasan yang bernuansa arsitektur Tionghoa pernah dibangun di depan jalan ini. Kemudian banyak fasilitas hiburan didirikan.

Letak Kembang Jepun atau yang pernah disebut sebagai Kya Kya Surabaya berada di samping Jembatan Merah. Ini tidak jauh dari Kawasan wisata Religius Makam Sunan Ampel.

Setelah sekitar 12 tahun redup, kini pemerintah Kota Surabaya mencoba menghidupkan kembali Kawasan wisata Pecinan ini. Ini seiring dengan pengembangan wisata Kota Tua Surabaya. Kya-kya Surabaya menjadi bagian dari rencana tersebut.

Bagian-bagian kecil yang ada di kawasan Kembang Jepun akan dicoba dioptimalkan, sehingga Agustus nanti bisa buka. Selain dilakukan penataan, kawasan hiburan Kya-Kya juga akan dilengkapi dengan kuliner khas Tionghoa serta hiburan seni dan budayanya. Pertunjukan yang disiapkan ini dikemas dengan konsep ala Pecinan.

Nantinya, akan tersedia alat transportasi becak untuk melayani para wisatawan. Pengunjung akan diantar untuk menikmati rute destinasi wisata malam di kawasan Kya-Kya hingga Kota Tua.

Dalam perencanaannya, nanti kan ada pula becak yang bisa melayani pengunjung rute destinasi wisata dari Kya-Kya ke Jalan Karet dan Jalan Gula. Jadi, selain street food juga ada kesenian yang kita tampilkan. Misalnya pertunjukan Barongsai, Liang-Liong dan musik ala chinese.

Kya-kya Surabaya akan terkoneksi dengan wisata kota tua Surabaya.
Ilustrasi Nasi empal. Foto: Dok. shutterstock

Untuk kuliner, saat ini di Kawasan Kembang Jepun masih ada jajanan seperti Bakwan Pak Di, atau ada pula Sate Gule Kambing Kembang Jepun. Atau jika mau jalan sedikit ke Jalan Kapasan, yang satu jalur dengan Kembang Jepun, ada pula Warung Asrep yang dikenal dengan Nasi Lodehnya atau Nasi Empalnya. Di daerah ini juga ada Rawon Greget.

Jadi jika Kya-kya Surabaya nanti dibuka lagi pada 17 Agustus 2022, jangan lupa agendakan wisata kulinermu ke tempat ini.

agendaIndonesia

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi