Yangko Kotagede oleh-oleh yang sudah diproduksi sebagai oleh-oleh sejak 1921. Foto shutterstock

Yangko Kotagede bagi sebagian orang mungkin kalah popular dibandingkan bakpia. Tapi, kudapan tradisional khas Kotagede, Yogyakarta, ini bisa jadi alternatif bagi yang mencari oleh-oleh selain bakpia, gudeg dan lain lain.

Yangko Kotagede

Yangko Kotagede merupakan makanan cemilan yang terbuat dari ketan. Di dalamnya diberi isian berupa kacang yang dicincang. Sedang bagian luarnya dibalut tepung dan gula, memberi sensasi manis dan gurih di https://www.jogjakota.go.id/mulut.

Umumnya yangko secara fisik berbentuk kotak-kotak dan padat, namun terasa kenyal. Pada perkembangannya, cemilan ini kemudian dimodifikasi menggunakan beragam jenis isian dan pemanis rasa agar dapat menarik selera konsumen masa kini.

Yangko Kotagede konon sudah ada sejak zaman Pangeran Dipenogoro. Dibawa untuk bekal perang.
Jalanan di Kotagede, Yogyakarta. Foto: DOk, Unspalsh

Sejarah kemunculan makanan ini bisa ditarik hingga ke masa kerajaan Mataram Islam, yang kebetulan berpusat di Kotagede pada kala itu. Di masa itu penganan ini lebih populer sebagai kudapan raja, kaum bangsawan dan priyayi.

Nama yangko sendiri konon berasal dari kata ‘kiangko’ dari bahasa Mandarin, karena resepnya disinyalir dibawa orang-orang dari Tiongkok yang datang ke Indonesia saat itu. Mulut orang Jawa yang sulit melafalkannya kemudian menyingkatnya menjadi yangko. Ada pula anekdot yang menyebut nama ini adalah  singkatan dari ‘tiyang Kotagede’, bahasa Jawa dari ‘orang Kotagede’.

Kala itu, tidak semua orang yang bisa menikmatinya, karena dianggap makanan mahal. Walau demikian, nyatanya yangko menjadi penganan favorit Pangeran Diponegoro yang selalu dibawa kala bergerilya memimpin perang.  Alasannya, ia termasuk makanan yang awet dan tahan lama.

Selepas era tersebut, resep yangko masih dipertahankan oleh segelintir orang, salah satunya oleh Muhammad Alif serta ayahnya yang akrab dipanggil mbah Ireng. Sejak tahun 1921, mereka mulai membuat dan menjual produksinya sendiri.

Pada 1939, raja Kasunanan Surakarta Sri Susuhunan Pakubuwono X mangkat. Kala itu, salah satu prosesi pemakamannya dilakukan di masjid Kotagede. Momen itu dimanfaatkan sang ayah dan anak untuk turut menyediakan konsumsi dengan membawakan makanan produknya pada acara tersebut.

Ternyata, kerabat keraton yang hadir menyukai penganan buatan mereka, dan mulai turut mempopulerkannya. Sejak saat itu, nama penganan ini mulai terangkat sebagai kudapan tradisional di kalangan masyarakat luas, serta sebagai oleh-oleh bagi wisatawan.

Hingga kini, usaha mereka pun terus dilanjutkan oleh Suprapto, cucu dan cicit mereka dengan menggunakan merek Yangko Pak Prapto. Merek tersebut pun jadi salah satu yang paling legendaris dan tersohor saat ini.

Proses pembuatan yangko Kotagede bermula dari beras ketan yang dikukus dan kemudian dikeringkan. Setelahnya, ketan lalu digiling dan disangrai (dimasak tanpa menggunakan minyak). Setelah itu digiling kembali sampai berupa tepung halus agar dapat dibuat adonan.

Yangko Kotagede saat ini sudah dengan bangak variasi rasa dan isi. Originalnya berisi kacang tanah yang dirajang.
Adonan yangko yang belum dipotong-potong. Foto: dok. shutterstock

Adonan tersebut lantas dicampur dengan pemanis rasa tertentu, air gula, serta isiannya. Adonan yang telah tercampur kemudian dimasak lagi, sebelum didinginkan, dibentuk kotak-kotak dengan ukuran kurang lebih sekitar 2 x 2 cm dan ditaburi tepung agar tidak lengket.

Makanan ini kemudian dikemas menggunakan kertas minyak dan ditaruh di dalam kotak. Satu kotak yang dijual di toko biasanya berisi 20 hingga 30 buah. Seperti dijelaskan di atas, yangko tergolong penganan yang cukup tahan lama, dengan ketahanan paling tidak sampai 15 hari dalam suhu ruangan, dan lebih lama lagi jika disimpan di kulkas.

Beberapa hal yang membuat penganan ini digemari adalah cita rasanya yang manis nan legit bercampur gurih, serta teksturnya yang walaupun padat tapi kenyal saat dikunyah. Selain itu, aromanya yang khas juga harum dan menggugah selera.

Yangko Kotagede yang asli biasanya berwarna abu-abu kecoklatan pekat dengan rasa kacang di dalamnya. Tetapi dewasa ini ia juga dibuat warna warni dengan berbagai rasa lain seperti coklat, nanas, nangka, durian, strawberry, cocopandan, frambozen dan sebagainya.

Sekarang oleh-oleh ini cukup mudah ditemui di sekeliling pusat oleh-oleh Yogyakarta, terutama tentunya di Kotagede. Ambil contoh Toko Roti Ngudi Roso misalnya. Toko penganan oleh-oleh tersebut didirikan oleh Harjo Soekarto, salah seorang kerabat Muhammad Alif.

Toko Ngudi Roso saat ini memproduksi dan menjual penganan oleh-oleh seperti roti jahe, wajik, ukel, sagon dan lainnya, termasuk yangko. Hanya berjarak 500 meter dari Pasar Kotagede, toko itu sudah lebih dari 50 tahun menjajakan penganan khas Kotagede itu.

Dengan resep yang sudah turun temurun dalam keluarga pengusaha tersebut, hingga kini makanan ini masih jadi salah satu jualan utama mereka. Kendati sekarang bersaing dengan merek-merek baru lain, buatan mereka yang sekotak dijual Rp 18 ribu rupiah masih banyak pelanggan setianya.

Selain Kotagede, yangko juga kini diproduksi di lokasi-lokasi lain, seperti misalnya di Banguntapan, Kabupaten Bantul. Di kawasan selatan Yogyakarta ini, ada beberapa merek produksi rumahan seperti Yangko Bu Cip dan Yangko Mawar Sari.

Bisnis rumahan ini pun sudah berjalan lebih dari 30 tahun. Mengikuti perkembangan jaman, yangko buatan mereka juga tersedia dalam aneka rasa dan dihargai sekitar Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu. Biasanya, produk-produk tersebut dijual di pasar-pasar seperti Pasar Godean, Pasar Pleret, Pasar Beringharjo dan lain lain.

Bahkan merek-merek yang sudah dikenal membuat produk penganan oleh-oleh lain juga ikut menawarkan produk yangko. Kencana, misalnya, merek penganan oleh-oleh yang lebih dikenal dengan bakpianya, kini juga menjajakan makanan Kotagede itu.

Serta tentu merk yang paling ikonik adalah Yangko Pak Prapto. Sekarang mereka berpusat produksi dan toko di kawasan Umbulharjo. Usaha kini dijalankan oleh kedua anak Suprapto, Gatot dan Galuh, generasi ke empat dalam keluarga tersebut. Sekotak Yangko Pak Prapto isi 30 harganya mulai dari Rp 19 ribu.

Demikian banyaknya pilihan, maka rasanya yangko Kotagede perlu jadi alternatif bagi wisatawan yang mencari oleh-oleh penganan Kota Pelajar tersebut. Kudapan tradisional unik dan sarat sejarah yang sayang untuk dilewatkan.

Toko-toko Penjual Yangko

Yangko Pak Prapto: Jl. Pramuka no. 82, Umbulharjo, Yogyakarta

Telp. (0274) 380757

Toko Roti Ngudi Roso: Jl. Masjid Besar no. 9, Kotagede, Yogyakarta

Telp. (0274) 380700

Yangko Bu Cip: Jl. Balong Kidul, Banguntapan, Bantul

Telp. 088802735413

Bakpia dan Yangko Kencana:

Jl. C. Simanjuntak no. 41B, Terban, Yogyakarta

Telp. (0274) 551445

Jl. Laksda Adisucipto no. 17, Sleman, Yogyakarta

Telp. 08122937575

Jl. Wates km. 6, Gamping, Yogyakarta

Telp. 089687815758

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi