Ini daia 8 kuliner tradisional sedap di Malang. Foto: shutterstock

Ini adalah 8 kuliner tradisional sedap di Malang yang bisa jadi rekomendasi bagi wisatawan yang hendak berlibur ke kota berjuluk Paris of East Java ini. Malang selama ini dikenal sebagai lokasi liburan keluarga dengan berbagai macam destinasi wisatanya, seperti Museum Angkut, Jatim Park, dan sebagainya. Namun, Malang juga memiliki sejumlah destinasi kuliner hits nan legendaris yang tak kalah menarik. Bahkan, beberapa di antaranya sudah berusia sekitar satu abad. Ini 8 kuliner tradisional sedap di Malang.

8 Kuliner Tradisional Sedap di Malang

8 kuliner tradisional sedap di Malang ada di banyak lokasi di kota ini.
Alun-alun Tugu Malang, bisa jadi untuk memulai menikmati 8 kuliner tradisional sedap di Malang. Foto: shutterstock
  1. Pecel Kawi Hj. Musilah

Salah satu destinasi dari 8 kuliner sedap di Malang adalah Pecel Kawi Hj. Musilah, yang berada di jalan Kawi Atas nomor 43b. Kedai nasi pecel yang sudah berdiri sejak 1975 ini bertahun-tahun begitu melegenda dan sudah menjadi favorit banyak warga lokal dan wisatawan pecinta kuliner. Tak jarang, pada waktu makan siang kedai ini dipenuhi pengunjung hingga harus mengantre.

Nasi pecel yang dijajakan di sini tergolong unik karena cenderung menyesuaikan dengan selera lidah orang Jawa Timur. Dalam artian, bumbu pecel yang digunakan memiliki cita rasa lebih gurih dan pedas, ketimbang nasi pecel di wilayah Jawa Tengah yang biasanya memiliki rasa bumbu pecel yang lebih manis.

Pecel Kawi Kota Malang shutterstock
Pecel Kawi kota Malang menjadi salah satu dari 8 kuliner tradisional sedap di Malang. Foto: shutterstock

Bumbu pecel yang digunakan juga cenderung lebih pekat dan kental, dengan aroma kencur yang menambah keunikannya. Dan yang juga menarik, pengunjung bisa memesan bumbu pecel berdasarkan tingkat kepedasannya sesuai selera, sehingga pengunjung yang tidak terlalu tahan atau suka pedas tak perlu khawatir akan kepedasan.

Selain itu, harga seporsi nasi pecel yang dihargai Rp 17,5 ribu juga tergolong cukup ekonomis. Di dalamnya, terdapat isian sayur-sayuran seperti taoge, kacang panjang, kangkung dan kembang turi yang kemudian dilumuri bumbu pecel. Tak ketinggalan, tempe dan rempeyek juga hadir sebagai pelengkap.

Selebihnya, pengunjung juga dapat memesan tambahan lauk-lauk lainnya, seperti daging empal, dadar jagung alias bakwan jagung, telur bacem, telur asin, sate buntel, sate komoh atau sate sapi dengan potongan daging yang besar, dan lain lain. Beberapa pilihan minumannya pun juga menarik, seperti es timun, es buah kawista, jus buah naga, dan sebagainya.

Terdapat pula menu makanan lain yang banyak digemari pengunjung, seperti nasi rawon, nasi lodeh, serta nasi campur yang merupakan nasi dengan isian lauk ayam bumbu cabe, mie goreng, oseng kentang, serta sayur buncis dan pare. Dengan ragam menu menarik tersebut, tak heran kedai yang buka dari jam 06.30 hingga 18.00 ini selalu ramai oleh pengunjung, bahkan sejak pagi.

  • Bakso President

Kuliner legendaris Malang lainnya adalah Bakso President, yang terletak di jalan Batanghari nomor 5. Lokasinya terbilang cukup unik karena bersebelahan langsung dengan rel kereta api. Kedai bakso Malang ini sudah eksis sejak 1977, dan bahkan disebut-sebut sebagai salah satu pelopor maraknya hidangan bakso Malang saat ini.

Usut punya usut, kedai bakso ini awalnya merupakan usaha bakso pikulan. Seiring waktu, banyaknya pelanggan membuat usaha ini kemudian beralih menggunakan gerobak dorong, dan pada prosesnya terus berkembang dan semakin banyak penggemarnya, sampai pada akhirnya bisa berjualan menggunakan bangunan sendiri.

Uniknya, bangunan tersebut berada di dekat sebuah gedung yang dulunya merupakan bioskop bernama President, sebelum kemudian kini beralih fungsi menjadi sebuah penginapan bernama Hotel Savana. Alhasil, oleh pelanggan setianya kedai bakso ini kadung dikenal sebagai ‘Bakso President’, hingga sekarang. Kini ini satu dari 8 kuliner tradisional sedap di Malang.

Dan seperti halnya bakso Malang yang banyak dikenal sekarang, banyak jenis bakso serta isian lainnya yang bisa dipilih. Dari baksonya saja, terdapat bermacam jenis seperti bakso kecil, bakso besar, bakso urat, bakso goreng, bakso tulang muda, bakso telur dan bakso bakar. Kemudian pilihan isiannya meliputi siomay goreng, siomay basah, ati ampela, paru, urat bakar dan tahu.

Pengunjung bisa memilih jenis bakso, isiannya serta jumlahnya sesuai selera, atau memilih paket-paket yang terdiri dari beragam kombinasi bakso serta isiannya. Mulai dari paket bakso kecil isi 5 buah, sampai campur komplit dengan semua jenis bakso dan isian. Paket campur komplit ini bahkan kerap dipesan untuk dimakan berdua, lantaran porsinya sangat banyak untuk dimakan sendirian.

Harga bakso dan isiannya secara satuan berkisar dari Rp 2 ribu hingga Rp 10 ribu, sementara untuk pilihan paketnya mulai dari Rp 15 ribu sampai Rp 34 ribu. Kalau ingin mencoba sesuatu yang berbeda, bakso bakar bisa juga dipesan dan dimakan dengan bumbu kacang. Ragam pilihan menu tersebut menjadikannya tempat favorit warga dan wisatawan untuk bersantap ringan, menikmati sore hingga malam sambil melihat kereta-kereta yang melintas.

  • Depot Hok Lay

Selain bakso, kuliner lainnya yang bisa dibilang cukup identik dengan Malang adalah cwie mie dan menjadi salah satu dari 8 kuliner tradisional sedap di Malang. Cwie mie sejatinya serupa dengan mie ayam pada umumnya. Perbedaannya, ia disajikan dengan daging ayam yang sudah dicincang halus, serta irisan daun selada. Sebagai pelengkap, ia kemudian ditaburi dengan daun bawang dan bawang goreng.

8 kuliner tradisional sedap di Malang salah satunya adalah Cwie Mie
Cwie Mie Malang adalah salah satu dari 8 kuliner tradisional sedap di Malang. Foto: shutterstock

Cita rasa asin dan gurih yang otentik dari cwie mie membuatnya selalu diburu pecinta kuliner saat berwisata di Malang. Pun, tak sulit mencari kedai cwie mie di kota apel ini, serta banyak dari mereka yang kerap direkomendasikan. Dari beberapa di antaranya, Depot Hok Lay yang terletak di jalan KH. Ahmad Dahlan nomor 10 adalah salah satu yang cukup mencolok.

Yang menarik dari kedai cwie mie ini adalah nuansa retro yang kental, lewat bangunannya yang sudah ada sejak 1946. Masuk ke dalam, terlihat jejeran ubin, meja dan kursi yang masih original membawa suasana kembali ke Malang tempo dulu. Jejeran foto dan pajangan yang menghiasi dinding seakan bercerita tentang sejarah kedai yang namanya secara dialek Hokkian kurang lebih berarti ‘hoki datang’.

Seperti kedainya yang terkesan sederhana, menu yang ditawarkan Depot Hok Lay juga terbilang tak neko-neko. Karena ternyata, tempat ini dulunya memang lebih diperuntukkan sebagai kedai es manisan. Belakangan, mereka juga menawarkan beberapa menu makanan pendamping, seperti cwie mie-nya yang legendaris.

Cwie mie Depot Hok Lay terkenal dengan tekstur mie buatan homemade yang cenderung halus dan tipis, serta daging ayam gilingnya yang gurih. Cwie mie kemudian disajikan dengan pangsit goreng sebagai teman makan. Kalau kurang, pengunjung juga bisa memesan tambahan pangsit goreng secara terpisah.

Selain cwie mie, ada pula beberapa menu makanan lain yang banyak digemari pengunjung. Seperti lo mie, pangsit kuah, nasi bakmoy, serta lumpia yang sudah dimodifikasi dengan resep sendiri. Menurut mereka, lumpia ala Semarang biasanya cenderung bercita rasa manis, sedangkan lumpia buatan mereka lebih asin dan gurih, menyesuaikan lidah orang Jawa Timur.

Terkenal dengan ragam menu makanan resep keluarga turun temurun, tak membuat mereka lupa dengan jati diri mereka sebagai penjaja es manisan. Menu es manisan nan segar seperti es campur, es limun, es lidah buaya, es cincau, es susu kedelai dan es puding manalagi menjadi beberapa menu unggulan di kedai ini.

Bahkan, salah satu menu minuman original mereka yang tak ditemui di tempat lain adalah es fosco, yakni minuman yang terbuat dari susu sapi murni yang diolah dengan coklat. Minuman kemudian dikemas ke dalam botol minuman soda. Rasanya terbilang unik, mirip seperti minuman kekinian salted caramel ice chocolate yang terasa manis bercampur asin.

Harga makanan dan minumannya tergolong moderat dan tak begitu mahal. Harga makanannya berkisar dari Rp 28 ribu sampai 34 ribu, sementara range harga minuman mulai dari Rp 5 ribu hingga 20 ribu. Sebagai catatan, kedai ini punya dua jam buka sehari-harinya, dari jam 09.00 sampai 13.30 pada siang hari, serta jam 17.00 hingga 19.30 saat sore. Kedai juga tutup setiap hari Selasa.

  • Warung Sate Gebug

Kuliner yang satu ini usianya sudah satu abad lebih. Usaha kedai sate ini sudah eksis sejak 1920 silam. Bahkan, bangunannya sudah berusia lebih tua lagi, karena sebelumnya bangunan tersebut dimiliki orang Belanda dan dipergunakan sebagai toko es batu. Setelahnya, bangunan itu dibeli untuk dipakai berjualan sate.

Sate yang dijajakan pun terbilang unik. Gebug dalam bahasa Jawa bermakna dipukul, dan ini merujuk kepada proses pembuatan sate ini, dimana potongan daging sapi yang sudah dibumbui rempah-rempah kemudian dipukul-pukul sebelum dibakar. Teknik tersebut disinyalir membuat daging menjadi lebih empuk dan bumbunya terasa lebih meresap.

Sate kemudian disajikan dengan sepiring nasi dan bumbu sambal kecap. Sebagai teman makan, disediakan pula tempe goreng dan tempe mendol, alias olahan tempe yang diulek dan dibuat adonan, bercampur dengan cabe, kencur, bawang merah, ketumbar, garam, gula dan jeruk purut. Setelah berfermentasi selama 1-2 jam, adonan kemudian digoreng dan disajikan.

Kalau ingin tambahan kuah, tersedia juga menu-menu seperti sop, soto dan rawon. Harga seporsi sate berkisar dari, Rp 30 ribu sampai 35 ribu, tergantung dari pilihan sate dengan bagian daging berlemak atau tanpa lemak. Adapun menu sop, soto dan rawon semuanya dihargai Rp 25 ribu.

Yang menarik, kedai sate yang buka dari jam 08.00 hingga 16.30 ini tergolong agak kecil. Dari tepi jalan Jenderal Basuki Rahmat, posisinya agak sedikit masuk ke dalam. Bagian eksterior serta interior bangunan juga tidak banyak berubah dari zaman pendudukan Belanda dulu, sehingga kini ditetapkan sebagai cagar budaya. Perlu diingat pula, bahwa Warung Sate Gebug selalu tutup pada hari Jumat dari hari besar Islam.

  • Warung Lama Haji Ridwan

Satu lagi destinasi 8 kuliner tradisional sedap di Malang yang tahun ini telah genap berusia seabad. Warung Lama Haji Ridwan diketahui sudah berjualan di area Pasar Besar Malang sejak 1925, hanya sekitar setahun setelah pasar tersebut resmi berdiri dan beroperasi. Bahkan, disebut-sebut bahwa warung ini aslinya sudah berjualan dengan gerobakan di area tersebut dari 1914, sebelum kompleks Pasar Besar dibangun.

Di warung berwujud kios kecil ini, pengunjung akan mendapatkan pilihan menu-menu masakan rumahan yang murah meriah. Beberapa di antaranya meliputi nasi rawon, nasi campur, nasi kari ayam, nasi soto daging dan sate komoh. Sebagai teman makan, disediakan juga lauk seperti telur asin, tempe goreng, tempe mendol dan perkedel.

Nasi campur menjadi salah satu menu yang paling digemari pelanggannya. Dalam seporsi nasi campur, pengunjung akan mendapatkan nasi dengan lauk tahu dan telur bumbu Bali, krengsengan daging, kering tempe, serta sayur wortel. Sate komoh yang dagingnya besar nan empuk, dengan lumuran bumbu Bali juga menjadi favorit.

Dan yang pasti, dengan porsinya yang mengenyangkan, harganya pun cukup enteng di kantong. Harga makanan di warung ini berkisar dari Rp 20 ribu hingga 25 ribu. Buka dari jam 08.00 sampai 16.00, warung yang berada di area lantai dasar ini jadi alternatif menarik untuk santap siang atau brunch.

agendaIndonesia/audha alief praditra

—–

Yuk bagikan...

Rekomendasi