Pasir Pantai Ngurbloat Kei Nomor 1 Lembutnya

Pasir Pantai Ngurbloat, untuk menujunya mendarat dulu di Airport Sadsuitubun di Langgur

Pasir Pantai Ngurbloat di Pulau Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, disebut-sebut sebagai nomor 1 di dunia lembutnya. Pantai Ngurbloat atau sering pula disebut sebagai Pantai Pasir Panjang yang lokasinya berada di pesisir Desa Ngilngof ini memang memiliki pasir sehalus bedak bayi. Jika itu dianggap hiperbola, warga setempat suka menyebut, “Sering dijuluki pasir selembut tepung,” kata Budhi Toffi, dari Dinas Pariwisata Maluku Tenggara.

Pasir Pantai Ngurbloat

Julukan tersebut benar-benar bukan alias yang hiperbola. Saat mengunjunginya Kepulauan Kei, dan merasakan langsung halusnya tekstur pasir di sana. Menginjakkan kaki di Pantai Ngurbloat, telapak serasa bersentuhan dengan tumpukan tepung. Tak terasa sedikit pun kepingan pecahan karang atau tekstur kasar seperti saat sedang menginjak kaki di pasir pantai-pantai lain.

Butiran-butirannya pun sangat kecil, bak bedak bayi. Lembutnya tekstur pasir Pantai Ngilngof membuat takjub wisatawan. “Kalau jalan di pantai kakinya enggak sakit,” tutur Paul, pelancong asal Jakarta.

Gaung pantai yang berjarak 12 kilometer dari Bandar Udara Karel Sadsuitubun di kota Langgur, ibukota Maluku Tenggara ini, tak cuma kesohor sebagai pantai dengan pasir yang lembut. Panjang bibir pantainya, yang membentang sejauh 3 kilometer, juga menyita perhatian. “Maka itu dinamakan Pantai Pasir Panjang, yang dalam bahasa lokal disebut Ngurbloat,” ucap Budhi.

Pantai Ngurbloat Kei Kecil
Pasir Pantai Ngurbloat yang terkenal lembut.

Pantai Ngurbloat menghadap langsung ke pulau-pulau kecil. Pulau-pulau itu tercatat dalam area Kawasan Sepuluh Pulau. Tak jauh dari kawasan, terdapat sejumlah spot menyelam atau diving. Salah satu spotnya hanya berjarak 600 meter dari bibir Pantai Ngurbloat. Spot tersebut memiliki tekstur dasar laut yang curam atau membentuk cliff .

Pantai Ngurbkoat kesohor setelah agenda wisata nasional, Festival Meti Kei, digelar di sini pada 2017. Untuk menuju Pantai Ngurbloat, wisatawan bisa menumpang angkutan umum dari Pasar Langgur. Tarifnya Rp 5.000 sekali jalan. Angkutan lokal itu berhenti tepat di jalan raya depan pantai.

Bisa juga menunggang travel dari Bandara Karel Sadsuitubun dengan tarif Rp 150 ribu. Bila wisatawan datang bergerombol ke Pantai Ngurbloat, Budhi menyarankan mereka menyewa mobil dengan harga berkisar Rp 600 ribu, sudah termasuk sopir dan bahan bakar minyak. Adapun tarif retribusi per mobil Rp 20 ribu, sedangkan motor Rp 5 ribu.

Namun berkunjung ke Pulau kei Kecil tak cuma pantai Ngurbloat. Ada atraksi lain, berenang di dalam gua. Ini yang terus ditawarkan pemerintah setempat sebagai salah satu atraksi untuk wisatawan. Adalah Gua Hawang atau Hawang Cave di Pulau Kei Kecil sebagai tempat untuk berenang di dalamnya. Gua yang berjarak 24 kilometer dari Bandar Udara (Bandara) Karel Sadsuitubun Langgur ini memiliki kolam air payau di dalamnya.

Kolam Gua Hawang berasal dari aliran mata air Evu yang arus airnya lantas bermuara di laut. Di gua ini, wisatawan bisa berenang bebas di antara stalaktit dan stalagmit. Konon, berenang di sini bisa awet muda. Airnya berkhasiat mengencangkan sel-sel wajah yang mengendur.

Dari jalan masuk menuju gua, kolam air payau itu tampak jelas. Airnya kebiruan seperti air laut. Juga bergradasi antara tosca, biru muda, dan biru tua. Saking jernihnya, dasar goa di beberapa sisi tampak jelas dari tepi kolam.

Di tengah gua, terdapat sebuah stalagmit yang menjulang tinggi bak tongkat bumi muncul dari permukaan. Stalagmit ini menjadi titik pemisah antara air dalam dan air dangkal. Air dalam berkedalaman sampai 3,5 meter. Sedangkan sisi dangkal hanya memiliki kedalaman 1,5 meter.

Kala masuk ke air, suhu kolam itu terasa sangat dingin. Namun segar. Bak berenang di laut yang jernih, tapi airnya tak asin. Di dinding-dinding gua, muncul tetesan air murni langsung dari stalaktit. Tetesan itu menimbulkan bunyi pung pung dan akan membuat sensasi berenang di alam liar makin seru.

Wisatawan yang berenang di Gua Hawang akan ditemani oleh anak-anak lokal. Mereka tak sungkan memandu turis untuk menyelam menyusuri dinding-dinding relief di gua tersebut.

Untuk menuju lokasi, perjalanan menuju Gua Hawang bisa ditempuh dengan menumpang angkutan umum dari Pasar Langgur dengan tujuan Desa Leguan. Angkutan tersebut akan melewati kawasan wisata Gua Hawang. Tarifnya Rp 7 ribu sekali jalan.

Selain wisata alamnya, saat melancong ke Pulau Kei jangan lupa berburu kuliner malam hari. Cobalah mencicipi olahan rica-rica ikan baronang dan sakuda. Dua ikan ini menjadi menu wajib yang pasti direkomendasikan warga lokal kepada para pelancong. Baronang dan sakuda ialah jenis ikan yang paling banyak dijumpai di perairan Kei. Kedua ikan ini memiliki daging yang tebal dengan rasa bawaan yang memang sudah gurih.

Baronang dan sakuda umumnya dimasak dengan campuran cabai keriting, bawang putih, bawang merah, dan kemiri, lantas dibakar. Bumbu rica-rica yang kuat, dipadu aroma bebakaran ikan yang wangi, berhasil membangkitkan selera makan. Apalagi ikan-ikan tersebut langsung dipasok dari nelayan setempat, yang sudah pasti segar.

Lezatnya ikan baronang dan sakuda rica-rica sukses membikin turis jatuh hati. Salah satunya Anggi, wisatawan asal Jakarta, yang ditemui di warung Forganza. “Enak banget. Juara. Ada sensasi manisnya. Mungkin karena ikannya adalah ikan segar,” tuturnya. Rasa rica-rica ikan baronang dan sakuda makin sedap terasa saat dikudap bersama sambal terasi. Terasinya pun didatangkan langsung dari Kepulauan Aru.

Untuk melengkapi santap malam, warga lokal biasanya menambahkan sayur bunga pepaya pada menu utamanya. Sayur ini menjadi pelengkap yang wajib ada, selain sambal terasi. “Makan ikan tanpa sayur bunga pepaya itu rasanya aneh,” kata seorang teman yang menemani jalan kali ini.

F. ROSANA

11 Spot Wisata Keren di Sulawesi Utara

Liburan di Likupang dengan pilihan pantai dan bukit

11 spot wisata keren di Sulawesi Utara mesti menjadi agenda liburan yang akan datang Anda. Sudah sejak lama provinsi ini menjadi salah satu destinasi tujuan para wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam yang tiada duanya. Baik itu menyelam, snorkeling, menikmati pantai hingga wisata rohani.

11 Spot Wisata Keren

Terlebih kini muncul nama baru yang digadang-gadang menarik perhatian wisatawan nusantara dan mancanegara, yakni Likupang. Promosi besar-besaran tentang Likupang mendorong sejumlah spot lain di Sulawesi Utara ikut naik daun. Jadi jika mengagendakan mampir ke provinsi ini, jelajahi 11 spot wisata keren berikut.

Likupang

Pilihan pertama saat ini sebagai salah satu dari 11 spot wisata keren di Sulawesi Utara tentu saja adalah Likupang. Di sini banyak pilihan menikamti alam, mulai dari snorkeling, diving, atau trekking ke sejumlah bukit seperti Bukit Pulisan dan Larata.

11 spot wisata keren di Sulawesi Utara, salah satunya Likupang sebagai destinasi wisata prioritas
Pantai di Likupang.

Likupang merupakan satu dari lima destinasi super prioritas pemerintah. Posisinya ada di Kabupaten Minahasa Utara. Selain digadang-gadang menjadi salah satu nirwana Indonesia setelah Bali, Likupang memang mempunyai banyak keindahan alam dan budaya yang menarik untuk dijelajahi.

Taman Laut Bunaken

Ini merupakan destinasi wisata unggulan di Sulawesi Utara yang menjadi Segitiga Terumbu Karang Dunia. Pada 2005, Taman Laut Bunaken telah dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO dan menjadi lokasi incaran penyelam dari seluruh dunia. Hingga saat ini Taman Laut Bunaken menjadi rumah lebih dari 3.000 jenis ikan, reptil, moluska, dan mamalia laut.

Pulau Manado Tua

Yang satu ini sama dengan Bunaken, termasuk spot wisata lama Sulawesi Utara. Sebagai destinasi wisata, Manado Tua memiliki beragam pantai yang menarik. Pantai-pantai itu misalnya Apang Datu, Apeng Gugu, Apeng Salah, dan Batu Layar.

Waktu terbaik mengunjungi pulau ini adalah saat nyare atau ketika air laut dalam kondisi surut. Pada saat itu pengunjung bisa menikmati gugusan terumbu karang di permukaan karang tanpa harus menyelam atau snorkeling.

Pulau Siladen

Pulau Siladen disebut-sebut sebagai surga para perenang, karena punya air laut yang tenang dan jernih. Destinasi wisata di Sulawesi Utara ini berlokasi di sebelah timur wisata Bunaken dan punya pemandangan bawah laut yang menakjubkan. Pengunjung dapat melihat biota laut dan terumbu karang di sini, bahkan tanpa harus menyelam terlalu dalam.

Pulau Mahoro

Pulau ini memeiliki pasir putih yang begitu bersih dengan air laut yang bening. Pemandangan ini semakin cantic karena dipadukan dengan jajaran bukit hijau yang membentang sepanjang pulau. Pulau Mahoro pernah menjadi lokasi pengambilan gambar reality show Korea Selatan: Law of The Jungle.

Pantai Malalayang

Lokasi pantai ini tak jauh dari pusat kota Manado sehingga sangat mudah untuk dijangkau. Salah satu daya tarik Pantai Malalayang adalah panorama matahari terbenamnya yang cantik. Dari pantai ini, wisatawan juga dapat melihat Bunaken dan Manado Tua di kejauhan.

Tak hanya pulau-pulau cantik, Sulawesi Utara juga memiliki spot-spot nonpantai sebagai bagian dari 11 spot wisata keren di provinsi ini.

Danau Linow

11 spot wisata keren di Sulawesi Utara dari pantai, pulau, danau hingga air terjun.
Danau Linow di Sulawesi Utara. Foto: Dok. shutterstock

Danau Linow memiliki keunikan berupa warna air danau yang bisa berubah-ubah. Biasanya ada 3 warna air danau yang muncul, yakni hijau, biru, dan kuning kecokelatan. Ketika pertama kali datang ke Danau Linow, bau belerang yang pekat akan langsung tercium. Konon bau ini muncul karena sisa letusan Gunung Mahawu ratusan tahun silam.

Air Terjun Kima Atas

Destinasi wisata di Sulawesi Utara satu ini bisa dibilang masih tersembunyi, karena terletak di antara hutan yang hijau nan asri sehingga masih sangat sepi pengunjung. Meski begitu, panorama air terjun setinggi 8 meter dari Air Terjun Kima Atas tetap menawan. Di lokasi ini, Pengunjung dapat berenang di kolam kecil yang terbentuk dari jatuhan Air Terjun Kima Atas.

Air Terjun Tinoor

Destinasi wisata di Sulawesi Utara berikut ini sering dijuluki sebagai surga tersembunyi di Minahasa. Pasalnya, di sini ada beberapa air terjun yang saling bertemu satu sama lain, sehingga tampak membentuk untaian benang putih nan halus. Ditambah lagi, lokasi Air Terjun Tinoor berada di kaki gunung sehingga membuat suasana di sekitar makin sejuk dan asri.

Air Terjun Tumimperas

Suara gemercik air yang merdu menjadi salah satu daya tarik Air Terjun Tumimperas. Sementara pesona utama dari destinasi wisata di Sulawesi Utara ini terletak pada airnya yang berwarna biru jernih. Air Terjun Tumimperas memiliki tinggi sekitar 52 meter dan dikelilingi oleh pepohonan hijau sehingga menambah kesejukannya.

Taman Hutan Raya Gunung Tumpa

Selain laut dan pantai, wistawan juga bisa melihat seluruh kota di Sulawesi Utara dari ketinggian. Ini bisa dilakukan jika berkunjung ke Taman Hutan Raya Gunung Tumpa. Berada di ketinggian 600 meter di atas permukaan laut, wisatawan dapat menikmati pemandangan Gunung Lokon, Gunung Klabat, dan Pulau Manado Tua dari lokasi tempat satu ini.

Itu 11 spot wisata keren di Sulawesi Utara. Masukkan dalam agendamu megunjungi tempat-tempat tersebut.

agendaIndonesia

*****

Nepal Van Java, Kaliangrik Di 1600 Mdpl

Nepal van Java di Dusun Butuh, Kaliangkrik Magelang menjadi salah satu pilihan wisata. Foto: shutterstock

Nepal van Java setahun belakangan ini sedang ramai dibicarakan di ranah industri pariwisata Indonesia. Ini karena keindahannya yang identik dengan pedesaan di Nepal, sehingga Dusun Butuh yang terletak di lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Magelang, menjadi omongan wisatawan domestik dan mancanegara.

Nepal Van Java

Dsun Butuh di Kaliangrik ini dikembangkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menjadi desa wisata. Pertimbangannya ada ribuan desa yang tersebar di seluruh Indonesia, sebagian besar memiliki potensi wisata dan ekonomi kreatif yang dapat dikembangkan.

Nepal van Java berlokasi di Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dusun Butuh merupakan dusun tertinggi di Kabupaten Magelang, yaitu dengan ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Oleh karena itu, saat wisatawa berkunjung akan merasakan udara yang bersih, asri, dan sejuk.

Pertanyaannya kemudian, mengapa dikenal dengan sebutan Nepal van Java? Julukan tersebut diberikan karena letak desa wisata ini yang berada di lereng Gunung Sumbing, dan rumah-rumah penduduknya terlihat bertumpuk khas perumahan di Nepal. Bahkan, saat cuaca sedang cerah kita bisa melihat langsung keindahan Gunung Sumbing yang menjadi latar belakang Dusun Butuh. Karena itu ia disebut Nepal van Java.

Nepal van Java disebut demikian karena suasananya layaknya pedesaan di Nepal.
DUsun Butuh di Kaliangkrik, Magelang, mendapat julukan Nepal van Java. Foto: shutterstock

Ada yang berpendapat, Dusun Butuh mengandalkan pemandangan yang instagramable saja. Betulkah demikian? Tunggu dulu, banyak hal bisa dilakukan saat berkunjung ke Dusun Butuh, atau ke Kaliangkrik dan sekitarnya.

Yang paling utama adalah jelajah kampung. Kita dapat berkeliling desa dan merasakan suasana Dusun Butuh yang asri dan ramah. Tak ada salahnya pula mengikuti aktivitas sehari-hari warga Dusun Butuh, yaitu bertani. Bercocok tanam atau memetik sayur sendiri di Dusun Butuh.

Nepal van Java juga memang dilengkapi berbagai spot yang Instagramable yang dapat kita gunakan untuk berfoto dan membagikannya di media sosial. Beberapa tempat tersebut ada di Gapura Dusun, Teras Nepal, Taman Depok, Teras Masjid, hingga Gapura Pendakian.

Setelah lelah melakukan jelajah kampung, tersedia pula kedai-kedai kopi menawarkan pemandangan indah 360 derajat. Termasuk jika mau menikmati sun rise yang indah, desa wisata Dusun Butuh terdapat beberapa homestay yang nyaman untuk jadi tempat beristirahat, sambil menunggu waktu matahari mulai menyingsing.

Beberapa homestay di antaranya adalah Bintang Homestay, ada pula Wanto Murah, Omah Biru, Shakyla, dan Amanah Homestay. Tarifnya aman di kantong, mulai dari Rp 130 ribu per malam. DI sekitarnya juga banyak tempat makan dan warung kopi.

Nepal Vam Java di Kaki Gunung Sumbing shutterstock
Suasana Dusun Butuh di Kaliangkrik. Foto: shutterstock

Untuk menuju ke Nepal van Java terdapat dua rute yang bisa kita pilih, yaitu melalui Yogyakarta dan Semarang. Bedanya, jika dari Yogyakarta kita membutuhkan waktu tempuh sekitar dua jam. Sedangkan jika dari Semarang dan menggunakan jalan tol, kita memerlukan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan.

Apabila sudah mulai memasuki Kota Magelang, ikuti jalur menuju Pasar Kaliangkrik, yang jaraknya sekitar 12 kilometer. Dari pasar tersebut wisatawan bisa mengikuti jalan hingga tiba di Sekolah Dasar Negeri Desa Temanggung.

Kemudian ambil kanan, dan naik sekitar 6 kilometer ke arah basecamp Sumbing melalui Dusun Butuh, Kaliangkrik. Nantinya kita bisa menemukan lokasi Nepal van Java, sekitar 400-500 meter sebelum basecamp Gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik.

Selain atraksi tersebut, wisatawan juga mengunjungi sejumlah tempat yang masih berada di Kecamatan Kaliangkrik. Misalnya saja main ke Silancur Highland.


Silancur Highland berlokasi di Desa Mangli, Kecamatan Kaliangkrik. Tepatnya di tenggara kaki Gunung Sumbing dan berada di ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl). Melalui tempat wisata tersebut, wisatawan bisa melihat deretan pegunungan indah yang membentang di sisi timur saat cuaca sedang cerah, mulai dari Gunung Merapi hingga Ungaran.

Mangli Sky View Di Sekiar Kaliangrik Pemda Kabupaten Magelang
Mangli Sky View di kawasan Kaliangkrik. Foto: DOk. Kabupaten Magelang


Di sisi barat, pengunjung akan disuguhi pemandangan Gunung Sumbing yang berdiri dengan megah di ketinggian 3.371 mdpl. Pemandangan matahari terbit saat pagi atau gemerlapnya lampu Kota Magelang ketika senja menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan Silancur Highland.

Wisatawan bisa pula berkemah di kawasan ini jika ingin menikmati pemandangan tersebut. Ada juga taman yang dipenuhi oleh bunga warna-warni yang bisa dijadikan sebagai spot yang Instagramable berlatar belakang pegunungan.


Masih di Desa Mangli, pengungnjung juga bisa berwisata menembus awan dengan berkunjung ke Mangli Sky View. Tempat ini berada di ketinggian 1.570 mdpl di sebelah timur Gunung Sumbing.

Hamparan awan di langit cerah merupakan panorama yang disajikan Mangli Sky View. Selama berada di sana, wisatawan bisa berkemah sambil menikmati pemandangan gunung Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, Tidar, Giyanti, Ungaran, dan Sumbing.


Spot lain yang bisa dikunjungi saat di seputaran Kaliangkrik adalah Curug Silawe di Dusun Kopeng, Desa Sutopati. Letaknya yang berada di kaki Gunung Sumbing tidak hanya membuat air curugnya dingin, udara di sekitarnya juga sangat sejuk. Air terjun ini memiliki ketinggian hingga 60 meter. Pepohonan yang mengelilinginya membuat suasan menjadi lebih asri dan tenang.

Sudah pernah main ke Nepal van Java? Jika belum ayo agendakan liburanmu ke tempat ini.

agendaIndonesia

*****


3 Nirwana Geopark Tanah Air

3 nirwana geopark, salah satunya di Geopark Ciletuh

3 Nirwana geoopark di Indonesia bisa menjadi pilihan untuk menghabiskan masa liburan. Tunggu, apa itu wisata geopark? Sederhana, ini jenis pariwisata berbasis alam.

3 Nirwana Geopark

Geopark atau Geological Park adalah wilayah dengan unsur geologi yang sangat kaya, di mana semua pihak wajib menjaga, menggunakan, dan mengembangkan seluruh warisan alam yang terkandung di dalamnya termasuk nilai-nilai dalam ekologi, arkeologi, sosiologi, dan seni dan budaya.

Indonesia memiliki sekitar 15 kawasan Geopark yang sangat menakjubkan, misalnya saja Ciletuh Pelabuhanratu, Sukabumi, di Jawa Barat; lalu ada Gunung Sewu di Yogyakarta; juga ada

Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat; Danau Toba Sumatera Utara, Gunung Batur Bali, , Merangin di Jambi, dan Banyuwangi Geopark di Jawa Timur. Kali ini kami pilihkan tiga di antaranya yang layak kunjung.

Geopark Ciletuh

Sukabumi, Jawa Barat punya primadona baru, Geopark Ciletuh. Kawasan ini menawarkan pantai, air terjun, hingga puncak gunung kapur dengan lanskap yang amat elok. Saat bertandang ke tanah Sunda tersebut, pengunjung akan disuguhi bentang alam berbentuk amfiteater raksasa. Tatanannya laksana tapal kuda. Dari puncak pegunungan, pengunjung dapat menyaksikan pemandangan yang langsung menghadap ke Samudera Hindia ini.

Ada banyak lokasi yang bisa dikunjungi kala bertandang ke sana. Perlu tiga hari untuk penjelajahan yang komplet. Bila cuma punya waktu sehari, pilihannya adalah Pantai Palangpang, Curug Cimarinjung, Curug Awang, Curug Sodong, dan Puncak Darma. Jangan lupa membawa ban serep untuk kendaraan karena jalan yang dilalui berupa bebatuan yang rumpil.

Awalnya, wilayah Geopark Ciletuh hanya mencakup tiga kecamatan di Sukabumi. Kini kawasan ini memiliki luas sekitar 128 ribu hektare dan mencakup 74 desa di delapan kecamatan, yakni Kecamatan Cisolok, Kecamatan Cikakak, Kota Pelabuhan Ratu, Kecamatan Simpenan, Kecamatan Waluran, Kecamatan Ciemas, Kecamatan Ciracap, dan Kecamatan Surade.

Geopark Ciletuh juga telah diakui UNESCO sebagai Global Geopark pada April 2018. Di dalamnya terdapat keanekaragaman hayati dan budaya, selain disebut di muka memiliki lanskap alam yang sangat istimewa. Alam yang natural dan asri juga menjadi daya tarik.

3 nirwana Geopark salah satunya di Gunung Sewu
3 nirwana geopark, slah satunya di Gunung Sewu, DI Yogyakarta.

Geopark Gunung Sewu

Jangan hanya berputar-putar di Malioboro kalau sedang menyambangi Kota Yogyakarta. Cobalah ke arah tenggara dan nikmati moleknya Gunung Sewu, wisata geopark kelas dunia yang diakui UNESCO sejak tahun 2015 lalu. Ada beragam kekayaan alam di sana, misalnya pantai, tebing, dan gunung purba. Namun, yang paling kondang adalah gua. Kawasan wisata yang berlokasi di Kabupaten Gunungkidul ini memiliki gua yang dalamnya mencapai 200 meter. Ada juga yang panjangnya 200 meter. Di dalamnya hidup beragam jenis ikan, serangga, kelelawar, bahkan krustasea.

Karakteristik guanya bermacam-macam. Ada yang kering, ada juga yang basah. Gua yang basah adalah gua yang di dalamnya terdapat sungai, dan cara menyusurinya dengan rafting. Salah satu gua basah yang terkenal bernama Pindul. Letaknya di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo.

Geopark Gunung Sewu memiliki luas hingga mencapai 1.802 kilometer persegi yang terbagi menjadi tiga geoarea, yaitu Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan. Itu artinya 3 kabupaten di dua provinsi: Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Masing-masing kawasan memiliki geosite, yakni Gunungkidul dengan 13 lokasi; Wonogiri dengan 7 lokasi; dan Pacitan dengan 13 lokasi. Total ada 33 lokasi geosite di Gunung Sewu. Dengan tiga kawasan tersebut, Geopark Gunung Sewu menjadi tempat wisata lengkap, mulai dari pantai di kawasan Gunungkidul, goa di pacitan, hingga industri kreatif masyarakatnya

Geopark Karst Maros-Pangkep

Secuil nirwana pegunungan karst juga bisa dijumpai di belahan timur Indonesia, Sulawesi Selatan. Orang-orang sering menyebutnya kawasan Maros-Pangkep. Kabarnya merupakan yang terbesar kedua di dunia setelah yang berada di Yunnan, Guizhou, dan Guangxi, Cina. Berbeda dengan karakter pegunungan karst di daerah lain yang berbentuk kerucut (conical hill), di Maros-Pangkep bentuknya menyerupai menara. Ada yang berdiri sendiri, ada pula yang kelompok. Deretannya pun tampak cadas dan teramat menantang.

Seperti kawasan karst pada umumnya, Geopark Maros-Pangkep juga dihiasi banyak gua. Gua-gua itu menyimpan kekayaan hayati yang tak ternilai. Selain itu, jejak kehidupan manusia prasejarah juga ditemukan di dalam sejumlah gua. Di sini juga ada bermacam-macam gua, di antaranya Gua Ara, Gua Awal, Gua Batu Ejaya, Gua Bola Batu, Gua Cadang, dan Gua Leang Balisao. Ada satwa endemis yang hidup di sekitarnya, yakni monyet hitam. Sebanyak 125 jenis kupu-kupu pun hidup di daerah tersebut.

Geopark Maros-Pangkep ditetapkan sebagai taman nasional geopark  di Indonesia sejak 24 November 2017. Status itu diberikan oleh Komite Nasional Geopark Indonesia pada Seminar Nasional Geopark Belitung. Kawasan karst di Maros-Pangkep luasnya mencapai 43 ribu hektare.

F. Rosana

8 Spot Mountain Bike Asyik Di Indonesia

8 spot mountain bike yang asyik di Indonesia. Foto: shutterstock

8 spot Mountain Bike berikut ini pasti sudah dikenal para pecinta gowes di gunung Indonesia. Semuanya merupakan tempat-tempat yang menantang, namun sekaligus memiliki pemandangan yang elok.

8 Spot Mountain Bike

Bersepeda gunung memang salah satu olahraga yang menjadi kegemaran sejumlah orang. Selain olahraganya menantang, baik yang model uphill maupun yang downhill, biasanya lokasi untuk kegiatan ini memiliki pemandangan alam yang indah. Jadi sambil berolahraga bisa sekaligus bertamasya.

Ada pula kegiatan bersepeda di gunung yang seru-seruan saja. Berkumpul Bersama teman-teman seraya seru-seruan olahraga, kadang dibarengi dengan suasana piknik. Berikut ini ada sejumlah trek untuk bersepeda gunung di Indonesia. Ada yang untuk pemula, ada yang untuk yang sudah advance. Beberapa bahkan pernah dipakai untuk standar kejuaraan nasional sepeda gunung, ini 8 spot mountain bike di Indonesia.

Cihuni, Tengerang, Banten

Bagi pecinta sepeda gunung yang tinggal di daerah, Tangerang dan sekitarnya, Banten, ada satu tempat mountain bike yang menarik untuk dikunjungi. Atau bahkan dicoba buat gowes, yakni trek Cihuni. Setiap trek di Kawasan ini memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda.

Misalnya, trek Cihuni Hill Park 1 yang terletak di sebuah bukit di Desa Cijantra atau familier dikenal dengan Gunung Batu. Meski jalurnya tergolong tidak terlalu panjang, namun bersepeda di Cihuni cukup menguras energi, karena treknya berliku dan penuh tanjakan serta turunan bersambung.

Namun, udara sejuk dan pemandangan indah bakal dapat menyegarkan tubuh sekaligus menghilangkan rasa lelah karena menelusuri trek.

Cisaruni, Garut, Jawa Barat

Ini menjadi salah satu trek mountain bike terbaik di Indonesia karena menyuguhkan keindahan pemandangan alam khas perkebunan teh yang menyegarkan mata. Begitupun, trek Cisaruni terkenal menantang dan memacu adrenalin.

Trek Cisaruni mencapai lebih dari 25-30 kilometer dengan medan yang unik. Berbagai variasi tanjakan dan turunan yang menantang.

Trek ini berada di antara Gunung Cikuray dan Gunung papandayan, dengan ketinggian hingga 1640 meter di atas permukaan laut (mdpl) bisa menjadi agenda berwisatamu. Bisa dikomninasikan dengan camping bermalam dan membuat api unggun.

Suasana dengan suhu 18-24 derajat, dengan pemandangan kebun teh membuat aktivitas bersepedamu di sini tak hanya ajang untuk menguji adrenalin saja. Jalur yang akan kamu tempuh cukup jauh dengan waktu 6-7 jam.

Cikole, Bandung

8 spot mountain bike yang asyik di Indonesia beberapa pernah dipakai untuk kejuaraan nasional, bahkan internasional.
Bersepeda di trek Cikole, salah satu dari 8 spot mountain bike di Indonesia. Foto: DOk. shutterstock

Tempat terbaik lainnya, salah satu dari 8 spot mountain bike berikutnya adalah Cikole di Kawasan Lembang, Bandung, Jawa Barat. Trek Cikole sering menjadi incaran para pecinta sepeda gunung karena memiliki jalur menantang.

Trek Cikole memiliki dua jalur sepeda favorit. Pertama adalah trek Downhill Mountain  yang dilengkapi berbagai rintangan. Kedua, trek All Mountain  yang didominasi tanah dan bebatuan kecil sepanjang 16,5 kilometer.

Membentang di sekitar Gunung Tangkuban Perahu dan melewati hutan pinus Cikole, trek mountin bike di sini pernah diperginakan sebagai tempat lomba pada PON 2015 dan menjadi trek Teras CAF 1st Series 2021 pada 2 dan 3 Oktober tahun lalu.

Wonogondang, Yogyakarta

Pilihan terbaik berikutnya untuk ber-mpountin bike di Indonesia adalah di Wonogondang, Yogyakarta. Ini tempatnya di Kawasan lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman. Wonogondang terkenal dengan trek sepeda gunungnya yang unik yang terbentuk karena proses alam.

Treknya menantang dengan pemandangan alam yang indah. Trek Wonogondang sudah sering dijadikan sebagai lokasi kejuaraan nasional maupun internasional sepeda gunung. Salah satunya ASEAN MTB Cup Seri II 2015.

Sidomukti, Semarang, Jawa Tengah

Salah satu lokasi bersepeda gunung yang tidak kalah menantang dari 8 spot mountain bike adalag Sidomukti, Semarang. Walaupun lintasan termasuk sangat pendek, hanya sekitar 1,5 kilometer, namun lintasas Sidomukti termasuk trek dengan obstacle yang sangat menantang.

Beberapa trek yang menantang dan mampu memacu adrenalin berupa jembatan, speed jump, rock garden, double jump, dan banyak lagi. Trek Sidomukti ini pernah menjadi venue Kejuaraan Nasional 76 Indonesia Downhill 2016.

Kaki Gunung Salak, Bogor

Lokasinya di tengah-tengah perkebunan sayur dan kebun teh di kaki Gunung Salak, trek sejauh 2,2 km bisa dicoba untuk berakhir pekan. Lahan luas bertanah merah dengan hamparan pegunungan ini sudah sering menjadi kunjungan para pesepeda untuk berolahraga ekstrem ini.

Cobalah sekali-kali datang pada akhir pekan. Para pecinta kegiatan alam akan bertemu dengan banyak pesepeda dan bergabung untuk melakukan trekking jalan.

Telaga Sarangan, Karanganyar, Jawa Tengah

Tidak perlu mendaki dengan menenteng sepeda sampai ke Puncak Gunung Lawu untuk merasakan tantangan downhill. Untuk menikmati salah satu dari 8 spot mountain bike terbaik ini cukup tuntun sepedamu sampai di jalanan menanjak hingga Telaga Sarangan. Lalu jajallah treknya..

Trekking jalur Sarangan pada kaki Gunung Lawu ini sudah tiga kali menjadi venue Kejurnas Indonesian Downhill secara berturut-turut pada 2013, 2014, dan 2015.

Gunung Tengah, Klungkung, Bali

Indonesia memiliki Gunung Tengah, Klungkung, Bali, yang bisa dikatakan hampir menyerupai trek di Meksiko yang disebut sebagai trek terbaik di dunia. Trek di Klungkung ini sangat asyik karena pemandangan dari gunung yang berhadapan langsung ke arah laut.

Sayangnya keindahan itu adalah sekelebat keindahan yang tak bisa dinikmati saat melakukan trekking di sini. Butuh konsentrasi tinggi untuk melakoni turunan sepanjang 1,2 kilometer dengan ketinggian 300 meter di atas permukaan laut. Pada 31 Oktober 2015, Gunung Tengah menjadi lokasi untuk perlombaan Asia Pacific Downhill Challenge 2015.

agendaIndonesia

*****

Pasar Kaki Langit Yogya, Wisata Sejak 2015

Pasar Kaki Langit Bantul Yogyakarta menawarkan wisata kuliner dan kesenian. Foto: dok. Kemenparekraf

Pasar Kaki Langit bukan jenis wisata peninggalan masa lalu di daerah Yogyakarta ini. Tempat ini merupakan pengembangan kreatifitas masyarakat di kawasan tersebut. Dinamakan wisata Pasar Kaki Langit karena letaknya berada di Desa Wisata Kaki Langit. Dirintis sejak 2015, warga setempat meyakini bahwa kaki diibaratkan sebagai langkah untuk terus maju.

Pasar Kaki Langit

Dikembangkan sebagai desa wisata, Kaki Langit termasuk salah satu dari 50 Desa Wisata Terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Penghargaan yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf).

Sebelumnya, pada 2017, desa ini menjadi salah satu kandidat Kampung Adat Terpopuler dalam Penghargaan Anugerah Pesona Indonesia 2017. Sementara Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021 adalah ajang pemberian penghargaan kepada desa wisata yang memiliki prestasi.

Di balik namanya, “Kaki Langit” sendiri memiliki makna yang sangat kuat. “Kaki” melambangkan langkah untuk maju ke depan, sedangkan “Langit” adalah ciptaan Tuhan yang tidak ada batasnya. Sehingga, makna di balik nama “Kaki Langit” menggambarkan tentang setiap langkah penduduk setempat yang terus maju untuk mencapai cita-cita dan setinggi langit.

Pasar Kaki Langit menjadi bagian dari Desa Wisata Kaki Langit.
Pasar Kaki Langit di Bantul, Yogyakarta. Foto: shutterstock

Pasar Kaki Langit yang berlokasi di Kecamatan Dlingo, Bantul, Yogyakarta ini memiliki banyak potensi dan dikelola dengan baik. Salah satunya adalah Pasar Seni Kaki Langit. Pasar ini sudah ada sejak Desember 2017, dan masih eksis hingga sekarang.

Meskipun namanya “pasar”, namun Pasar Seni Kaki Langit berbeda dengan pasar-pasar pada umumnya. Begitu tiba, wisatawan akan disambut banyak pedagang dengan menggunakan pakaian adat Jawa. Sehingga, saat mengunjungi Pasar Seni Kakilangit wisatawan akan langsung merasakan suasana tempoe doeloe yang rasanya Indonesia sekali.

Keunikan lain dari Pasar Kaki Langit terdapat pada metode pembayarannya. Di sini tidak menerima mata uang resmi, baik kertas maupun logam. Melainkan menggunakan kreweng, koin kayu khas Pasar Kakilangit yang dipakai untuk berbelanja.

Tidak perlu bingung, karena nominal yang tertera di koin kayu kreweng sesuai dengan nominal Rupiah yang umum digunakan. Misalnya koin angka “5” setara Rp 5 ribu, dan koin angka “10” setara dengan Rp 10 ribu.

Pengunjung harus menukarkan Rupiah dengan kreweng sebelum berbelanja di Pasar Kaki Langit. Setelah itu, wisatawan baru bisa menjajal berbagai kuliner jadul khas Pasar itu. Di antaranya gudeg manggar, thiwul, kicak, cemplon, lemet, sayur bobor, sayur jambu mete, sambal terong, sambal jenggot, mie lethek, pecek, dan berbagai kuliner jadul lainnya.

Pasar Kaki Langit juga menampilkan kesenian-kesenian tradisional.
Kesenian di Pasar Seni Kaki Langit. Foto: Dok. Kemenparekraf

Uniknya lagi, demi menjaga kelestarian alam, di sini tidak menggunakan plastik atau styrofoam, cara penyajian makan di Pasar Kakilangit sangat ramah lingkungan, yakni menggunakan perkakas tradisional, seperti mangkuk dari tempurung kelapa, piring dari anyaman rotan, alat makan dari bambu, hingga daun pisang untuk membungkus makanan yang dibawa pulang.

Bukan hanya sekadar mencicipi berbagai kuliner jadul yang khas saja, di Pasar Seni Kaki Langit wisatawan juga bisa menikmati kesenian khas Desa Wisata tersebut. Salah satu kesenian yang khas adalah Gejog Lesung yang dimainkan oleh ibu-ibu Desa Wisata Kakilangit dengan pakaian lurik.

Gejog Lesung adalah penampilan memukulkan alu, semacam tongkat dari kayu, ke dalam lesung, alat menumbuk padi yang berbentuk seperti perahu. Karena dipukul secara beriringan, bertemunya alu dan lesung menghasilkan suara berirama yang asyik ketika didengar.

Gejog Lesung Kaki Langit Kemenparekraf
Gejok Lesung yang dimainkan ibu-ibu setempat. Foto: Kemenparekraf

Selain Gejog Lesung, masih ada berbagai pertunjukan seni dan budaya yang tidak kalah menarik. Seperti Cokean, Tarian Budi Astuti, Tarian Gambyong, hingga Karawitan yang kerap dipentaskan di Pasar Seni ini setiap Sabtu dan Minggu.

Pasar Seni Kaki Langit juga dilengkapi dengan berbagai permainan tradisional anak-anak yang mungkin sudah jarang ditemui, seperti gangsing, miniatur mobil dari kayu, hingga ketapel. Kemudian, wisatawan juga bisa mencoba membuat jamu tradisional di Pasar Kakilangit. Sebagai oleh-oleh, wisatawan juga bisa membeli produk ekonomi kreatif hasil karya masyarakat sekitar.

Selain ada Pasar Kaki Langit, di Desa Wisata ini wisatawan juga bisa melakukan berbagai aktivitas seru lainnya. Seperti berkeliling Desa Wisata Kakilangit menggunakan jeep. Atau jika ingin menginap bisa mengunjungi “Atap Langit” yang menyediakan homestay dengan limasan dan joglo khas Yogyakarta.

Kemudian, ada pula “Langit Terjal” tempat yang cocok bagi pecinta wisata adrenalin yang menantang, dan “Langit Ilalang” untuk wisata outbound atau jelajah alam. Menaik kan? Ayo agendakan bermain ke Desa Wisata Kaki Langit, Bantul.

agendaIndonesia

*****

Petualangan Di Tangkahan Dengan Fauna Seberat 2700 Kilo

Petualangan di Tangkahan dengan Naik Gajah

Petualangan di Tangkahan dengan fauna seberat 2700 kilogram bisa menjadi semacam perjalanan safari ala Indonesia. Bermain dengan gajah, dan tubing di tengah hutan.

Petualangan Di Tangkahan

Gajah sudah benar-benar ada di depan mata. Ehmmm… bukan di seberang lautan seperti peribahasa. Dengan berat sekitar 2.700 kilogram, gajah itu terlihat begitu jelas. Sekelompok hewan dengan kuping lebar itu tengah mengunyah rumput di halaman kantor Conservation Response Unit di Tangkahan, Langkat, Sumatera Utara.

Seketika lupa perjalanan kemarin sore selama tiga jam dengan jarak 98 kilometer dari Medan. Perjalanan yang meletihkan, sekaligus penuh kebingungan. Bagaimana tidak, ada jalur panjang di tengah kebun kelapa sawit dengan debu beterbangan. Sejenak tak ingat pula, malam penuh kegelapan di homestay Bamboo River. Belum lagi suara-suara binatang di hutan yang begitu nyaring. Salah satunya mungkin orangutan atau monyet ekor panjang.

Area untuk konservasi gajah itu memang sudah dikembangkan menjadi Kawasan Ekowisata Tangkahan. Berada di salah satu sisi Taman Nasional Gunung Leuseur, ada banyak aktivitas yang bisa dijalani. Pagi hari, memandikan gajah tentunya bisa jadi pilihan. Setelah menyeberangi jembatan gantung di atas Sungai Batang Serangan, saya bergabung dengan para mahout atau pelatih gajah. Ada tujuh gajah yang dimandikan pagi itu. Kelompok gajah yang digunakan untuk patroli hutan tersebut mempunyai jadwal mandi dua kali, pukul 08.00 dan pukul 16.00.

Bukan hal yang mudah membawa hewan superberat itu dari kantor Conservation Response Unit turun ke sungai. Namun, manakala sudah masuk ke air, suara kecipak air terdengar tak berhenti-henti. Para mahout membersihkan badan gajah dengan sikat hingga bersih. Bahkan hingga menguras kotorannya dari bagian dubur di tepian sungai hingga tak mengotori sungai. Sungai menjadi sumber air bagi masyarakat Desa Sei Serdan dan Namo Sialang yang tinggal di sekitar Sungai Batang Serangan dan Buluh.

petualangan di Tangkahan dengan Gajah gajah

Saya merasakan keriangan bermain air, hingga tak lama saatnya para gajah yang tengah menyemburkan air itu harus beranjak. Giliran saya mencoba menaiki salah satunya dan membawanya ke tempatnya berkumpul sebelum melakukan patroli. Wooow, saya terguncang-guncang perlahan. Perjalanan singkat yang menyenangkan.

Berikutnya, giliran turis-turis asing yang ikut berkeliling hutan dengan para mahout. Mereka memilih tur dengan gajah. Ada paket pendek hanya sekitar satu hingga tiga jam. Ada pula hingga menginap di hutan yang berlangsung tiga hari. Saya lebih memilih trekking setengah hari di dalam hutan. Seusai sarapan, perjalanan ditemani dua pemandu pun dimulai. Kedua pemuda setempat itu membawa ban dalam untuk tubing untuk perjalanan pulang.

Saya tak membayangkan perjalanan yang akan dilalui. Jadilah semua yang ditemui menjadi sederet kejutan. Jalan perlahan menanjak, kemudian menyeberangi sungai, melalui pohon-pohon karet, sejumlah tanaman obat, bertemu dengan babi, dikelilingi pacet yang menyelip di antara jari-jari kaki, juga menempel di tengkuk. Hmmm… yang terakhir ini malah baru saya temukan setelah kembali dari perjalanan.

Terbanyak tentunya hewan kecil itu mendekam di sekitar jari-jari kaki, seakan minta diajak menjelajah sisi lain taman nasional ini. Bagian lain yang menjadikan perjalanan kali ini sebuah petualangan tentu saja masuk ke gua kelelawar. Di sepanjang gua, saya harus berjalan dengan berjongkok. Gua terasa lembap, dan ada aroma khas begitu kuat tercium. Hewan malam itu tergantung di langit-langit gua. Penyusuran berakhir setelah saya menemukan sebersit cahaya yang kemudian membesar. Saya keluar dari gua dan dihadapkan pada sebuah sungai. Luar biasa!

Setelah hilang rasa kaget sekaligus heran, saya turun ke sungai. Ajakan berendam di air panas di seberang sungai tak saya tolak. Rupanya di seberang ada gua kecil yang memiliki mata air panas. Setelah rasa air dingin, saya langsung merasakan kehangatan. Duduk manis di air hangat yang jernih, saya benar-benar menikmatinya. Tak lama, sang pemandu memanggil, ban-ban sudah tersambung. Barang pun sudah dikemas dan dibalut plastik. Saatnya mengalun mengikuti aliran sungai. Kupu-kupu warna-warni di tepi sungai hinggap sejenak di tangan, dan suara burung nan nyaring seperti ingin mengucapkan selamat jalan.

Tak perlu lagi melangkah menyusuri bukit. Bokong saya benamkan di tengah ban, sementara kedua kaki di luar menahan badan. Saatnya meluncur, wrrr… dinginnya air sungai mulai merendam sebagian badan. Sungai cukup lebar, antara 8-10 meter, tapi tak membuat saya cemas karena arusnya tergolong tenang. Apalagi semakin jauh mengalun, sungai semakin datar. Aha, rupanya aksi tubing saya berakhir di tempat pemandian gajah tadi pagi.

Sang pemandu menarik ban ke tepian, saya pun segera turun. Lalu melangkah ke warung untuk mengisi perut. Menjelang sore, saatnya kembali ke penginapan untuk membasuh badan yang penuh keringat, juga kotoran kelelawar, tanah, dan tentu saja pacet yang menempel di tengkuk. l

Dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta

Penerbangan yang harus diambil tentunya menuju Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Ada banyak maskapai yang melayani rute dengan penerbangan 2 jam 20 menit ini, seperti Garuda Indonesia, Citilink, Batik Air, Lion Air, dan Sriwijaya Air. Kemudian, lanjutkan dengan perjalanan darat sekitar empat jam atau berjarak 143 kilometer dari Kualanamu menuju pusat konservasi gajah di Tangkahan, Langkat.

Catatan Kecil

1. Konservasi Gajah. Berjarak sekitar98-100 kilometer dari Medan,kawasan ekowisata Tangkahan ini merupakan tempat konservasi gajah. Karena itu, saat datang, pengunjung harus lapor terlebih dulu ke Visitor Center. Kawasan Ekowisata Tangkahan dikelola Lembaga Pariwisata Tangkahan.

2. Homestay sederhana. Tidak ada akomodasi mewah di sini. Kebanyakan berupa homestay sederhana dengan tarif Rp 100-350 ribu per malam. Baik akomodasi maupun paket tur dikelola masyarakat di bawah Community Tour Operator.

3. Bermalam. Bukan liburan yang bisa dilakoni dalam waktu singkat. Jadi Anda tentu saja harus bermalam, luangkan setidaknya dua hari semalam.

4. Perlengkapan. Berada di lingkungan hutan, siapkan losion antinyamuk, jas hujan, dan sepatu yang nyaman untuk berjalan kaki.

Aktivitas

1. Trekking. Menyusuri bukit, masuk ke gua kelelawar, menuju air terjun, hingga tubing. Bisa pilih paket pendek sekitar dua jam hingga perjalanan setengah hari selama tujuh jam.

2. Menginap di Gua Kambing. Tersedia juga paket trekking dengan menginap di Gua Kambing.

3. Tur gajah. Menaiki gajah menuju sisi hutan terdekat hingga bermalam dan tiba di Bukit Lawang, Bahorok, di sisi lain taman nasional ini. Bukit Lawang merupakan konservasi orangutan. Paket dari tiga jam hingga tiga hari.

Rita N./Toni H/Dok TL

Banda Neira Maluku, 500 Tahun Sejarah Kita

Banda Neira Maluku merukan surga di timur Indonesia. Foto: shuttertock

Banda Neira Maluku ratusan tahun menjadi saksi dan lokasi sejarah perebutan kekuasaan bangsa-bangsa Eropa di Asia. Bangsa Inggris, Belanda, dan Portugis, juga Jepang saling sikut untuk menguasai kepulauan ini. Itu bahkan berlangsung sejak 1529.

Banda Neira Maluku

Banda Neira merupakan salah satu dari sepuluh pulau vulkanik di Kepulauan Banda, Provinsi Maluku. Di balik keindahan alamnya, Banda Neira Maluku pernah menjadi daerah penghasil rempah pala satu-satunya di dunia. Sekitar 500 tahun lalu, nilai segenggam pala setara dengan segenggam emas.

Karena itu Banda Neira menjadi tempat pertama di nusantara yang dikuasai Belanda sebelum Batavia. Dan, seperti disebut di muka, Banda Neira Maluku sempat menjadi wilayah yang diperebutkan Inggris, Belanda, hingga warga lokal untuk mempertahankan wilayah.

Banda Neira Maluku menjadi perebutan bangsa-bangsa Eropa karena pala.
Istana Mini di Banda Neira Maluku. Foto: Dok. Kemendikbud

Akibatnya pada 1609 terjadilah perang yang melibatkan warga lokal yang dibantu Inggris untuk melawan Belanda. Pertikaian antara Belanda dan Inggris tidak kunjung berhenti. Bahkan saat akhirnya terjadilah pertukaran Pulau Run di Kepulauan Banda Neira yang ketika itu dikuasai Inggris, dengan Nieuw Amsterdam atau Pulau Manhattan di New York, Amerika Serikat milik Belanda. Ini semua demi memonopoli pala.

Di sisi lain sejarahnya, Banda Neira juga pernah menjadi tempat pengasingan sejumlah tokoh pergerakan Indonesia seperti Bung Hatta, Sutan Syahrir, Cipto Manukusumo, juga Iwa Kusumasumantri yang dilakukan oleh Belanda pada 1936. Sebelum akhirnya dua di antaranya Hatta dan Syahrir dipindahkan ke Rumah Pengasingan Hatta-Syahrir di Sukabumi pada 1 Februari 1942 untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Sungguh fakta sejarah yang menarik mengiringi keindahan Banda Neira. Lantas, bagaimana dengan keindahan alamnya? Digadang-gadang destinasi wisata Banda Neira Maluku merupakan surga di timur Indonesia sebagai kawasan yang menjanjikan.

Keindahan alam Banda Neira tidak perlu diragukan lagi. Sebagai surga di timur Indonesia, Banda Neira memiliki pemandangan alam eksotis dan masih terjaga hingga sekarang.

Tak hanya keindahan laut yang berkilauan mengelilingi setiap sudut Banda Neira. Namun juga terumbu karang dan kekayaan bawah laut, yang membuat Banda Neira menjadi tempat menyelam yang diakui secara internasional.

Belum lagi dengan adanya peninggalan situs bersejarah yang akan membawa kita mengenal lebih dalam keindahan Banda Neira sebagai daerah yang pernah diperebutkan bangsa Eropa.

Pulau Hatta

Terletak di ujung timur Kepulauan Banda, Pulau Hatta sebelumnya bernama Pulau Rozengain. Memiliki hamparan pasir putih yang terbentang luas dengan ombak yang tidak terlalu besar adalah keunggulannya.

Salah satu spot terbaik di Pulau Hatta ada di Kampung Lama. Daya tarik tempat wisata ini adalah taman laut yang indah, pantai yang bersih, hingga adat istiadat yang masih terjaga dengan baik.

Keindahan bawah laut adalah juaranya, karena terdapat berbagai jenis ikan dan terumbu karang yang masih terjaga. Satu lagi yang tak kalah menarik, Pulau Hatta sangat cocok untuk penikmat senja.

Pulau Pisang

Selanjutnya adalah Pulau Pisang, atau juga dikenal dengan Pulau Syahrir. Nama lain tersebut diberikan karena Pulau Pisang sering dikunjungi oleh Perdana Menteri pertama Indonesia tersebut.

Hanya perlu waktu sekitar 30 menit perjalanan dari Pulau Neira, kita bisa langsung menikmati keindahan keindahan alam di Pulau Pisang yang juga menjadi surga para penyelam. Di bawah laut Pulau Pisang kita bisa bertemu gerombolan ikan dan biota laut yang indah di kedalaman rata-rata 18-25 meter.

Banda Neira Maluku pernah menjadi tempat pembuangan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia.
Lanskap Banda Neira antara gunung dan lautan biru, perpaduan yang luar biasa. Foto: shutterstock

Gunung Api Banda

Bukan di laut, spot wisata di Banda Neira Maluku selanjutnya adalah Gunung Api Banda. Gunung dengan nama asli Gunung Ganapus ini memiliki ketinggian 656 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Jika tertarik, puncak Gunung Ganapus bisa dicapai dalam waktu 3-4 jam saja. Jangan khawatir, saat tiba di puncak Gunung Ganapus rasa lelah akan langsung terbayar dengan melihat keindahan Banda Neira dari ketinggian yang dikelilingi hamparan hijau yang luas.

Bahkan di sini juga menjadi rumah bagi 23 jenis burung endemik. Menariknya, Gunung Ganapus juga memiliki spot menyelam yang cantik dan diakui dunia, yaitu Magma Flow.

Lava Flow

Berbeda dengan kedua pulau sebelumnya, Lava Flow memiliki pasir hitam dan terumbu karang yang diselingi oleh sisa-sisa reruntuhan Gunung Api Banda.

Jauh dari kata mengerikan, justru bekas letusan gunung berapi ini menghasilkan vegetasi bawah laut tumbuh dengan subur, rimbun, dan indah. Salah satu biota laut penghuni perairan Lava Flow adalah Lion Fish. Bahkan spot ini sering disebut sebagai “Temple of Lion Fish”

Uniknya, karena gunungnya masih aktif, maka sesekali ada uap panas yang merembes dari sela pasir hitam yang pekat. Bahkan, saat berenang air laut terasa lebih hangat dibandingkan biasanya.

Benteng Belgica Banda Neira
Dari Benteng Belgica orang bisa memantau kedatangan orang dan kapal dari laut. Foto: dok. shutterstock

Benteng Belgica

Tidak hanya pemandangan alam, Banda Neira juga menyimpan nilai sejarah penting bagi Indonesia. Terdapat situs sejarah Benteng Belgica yang menjadi ikon Banda Neira.

Bangunan berbentuk pentagonal ini ada di ketinggian 30 mdpl. Siapa sangka, ternyata bangunan yang berlokasi di Bukit Tabaleku Naira Tenggara, Pulau Neira, Maluku ini merupakan buatan bangsa Portugis pada abad ke-16.

agendaIndonesia/kemenparekraf-berbagai sumber

*****

Desa Tegallalang Bali, 11 Undakan Sawah

Desa Tegallalang Bali radoslav bali unsplash

Desa Tegallalang Bali di Gianyar, makin digemari orang setelah Ubud yang makin ‘sesak’. Desa ini sejatinya tak jauh dari Ubud, dengan pemandangan utama tanah persawahan tumpuk, terasering. Secara bercanda kami suka menyebut paling tidak ada 11 undakan sawah. Ia bertumpuk dengan bentuk yang tak berbentuk. Mengikuti kontur tanah, perbukitan dan lembah desa tersebut.

Desa Tegallalang Bali

Ubud masih diselimuti embun. Masih terlalu pagi untuk tiba di daerah sejuk ini. Apalagi nila langsung melaju ke DesaTegallalang, Kabupaten Gianyar. Dari Denpasar, daerah tersebut dapat dicapai dalam 1,5 jam berkendara. Sedangkan dari Ubud hanya 25 menit. Di Desa Tegallalang Bali, Anda  akan melihat keindahan undakan padi di depan mata. Berada di seberang kafe-kafe yang berjajar di tebing, pesawahan menjadi suguhan khas di desa ini.

Desa Tegallalang Bali menjadi tempat untuk menikmati alam.
Wisatawan menikmati alam yang masih asri. Foto: DOk Unspalash

Dalam beberapa tahun terakhir, turis lokal dan asing berbondong-bondong datang. Karena terlalu pagi, gerai-gerai suvenir dan oleh-oleh yang berjajar di sepanjang Jalan Raya Tegallalang masih tutup. Demikian juga dengan kafe-kafenya.

Tapi justru dalam keheningan, saya benar-benar bisa mencecap suasana khas pedesaan. Sayangnya, saya datang di masa yang kurang tepat. Padi belum lama dipanen. Walhasil, persawahan benar-benar kosong. Say hanya menemukan seorang ibu yang tengah mengambil rumput untuk ternaknya. “Sebenarnya, kalau sawah seperti ini, di sebelah sana juga ada. cuma lebih jauh dan kedalaman,” ujarnya sembari menunjuk ke arah yang berlawanan dengan Ubud. Saya hanya tersenyum. memang soal sawah dengan terasering indah, Bali sebenarnya memiliki pilihan berlimpah.

Setelah menghirup udara segar, menyusuri pematang sawah, mencermati seorang petani tua yang memeriksa sudut-sudut persawahan, saya pun meninggalkannya dan berniat suatu saat akan datang kembali. Ternyata kesempatan kedua itu datang tak lama kemudian. Kali ini saya singgah siang menjelang sore. Tidak terasa keheningan seperti yang dirasakan sebelumnya. Kios-kios memamerkan kain warna-warni, juga beragam suvenir. Jalanan pun terasa sesak. Sejumlah mobil dan bus diparkir di tepi jalan. Kali ini saya malah merasa enggan turun.

Desa Tegallalang Bali
Desa Tegallalang Bali seperti ruang untuk meyegarkan. Foto: Dok unsplash

Untung pepadian seperti memanggil-manggil. Saya pun turun dari kendaraan dan berbaur dengan turis lain. Masih terasa terik mentari di tengah embusan angin sejuk. Berada di ketinggian 600 meter di atas permukaan laut, Desa Tegallalang Bali memang menawarkan hawa segar. Kini deretan kafe  terlihat membuka diri kepada tamu. Tersedia pula kursi kayu biasa hingga kursi rotan dengan bantalan empuk yang bikin orang bisa duduk santai dan nyaman. Kebanyakan kafe didesain menggunakan bahan alam, seperti bambu atau kayu dan atap-atap dari daun-daun ilalang, termasuk kamar kecil yang menggunakan bebatuan.

Secangkir kopi khas lokal bisa menjadi pilihan untuk teman menikmati sawah berterasering indah di berbagai sisi lembah. Semilir angin kembali  bertiup. Saya kini tak lagi turun ke bawah dan menapaki pematang sawah. Cukup duduk manis, mencoba tak peduli kelompok wisatawan lain agar bisa menyimak udara sejuk dan pemandangan yang hijau.  Bila ingin minuman segar, ada air kelapa langsung dari tempatnya. Bisa jadi dari pohon-pohon kelapa yang tumbuh di antara pematang sawah.

Semakin sore rupanya semakin ramai. Terasa asik ternyata ketika udara tidak terlalu terik. Cuma, saya merasa saatnya bangkit. Sebelum kembali ke kendaraan, ada yang menarik di deretan kios itu: hasil pahatan khas Bali. Rupanya itu merupakan hasil karya para seniman desa kecil yang tak jauh dari Tegallalang, yaitu Dusun Pakudui. Di sana, orang-orang dikenal sebagai seniman pembuat pahatan Garuda, meski yang dipajang di gerai-gerai seni itu beragam bentukan, mulai hewan, kursi dan meja, hingga ornamen lainnya.

Tegallalang rupanya dulu dikenal sebagai padang ilalang nan luas. Nama desa itu berasal dari kata ‘kucara jenggala’ yang terdiri atas tiga kata ‘kuca, ra, jenggala. Kuca berarti padang ilalang, ra bermakna luas, dan jenggala berarti tegalan. Daerah ini bisa menjadi bagian perjalanan Anda bila ke Ubud maupun ke destinasi wisata Kintamani. Tentu merupakan kenikmatan sendiri menatap undakan sawah dengan lambaian daun kelapa di beberapa titik di sela perjalanan panjang keliling Pulau Dewata. l

Rita N./Dok. TL

3 Keindahan Pangandaran Yang Tersembunyi

3 keindahan pangandaran yang tersembunyi, salah satunya ombak untuk surfing

3 keindahan tersembungi di Pangandaran, Jawa Barat. Pasir Putih, Batu Karas, dan Madasari, tiga pilihan pantai bak surga dunia. Perlu diagendakan bagi yang menyenangi wisata bahari.

3 Keindahan Pangandaran

Setelah menapaki puluhan anak tangga, akhirnya saya tiba di puncak tanjung. Warga setempat menyebut daratan yang menjorok ke laut ini sebagai jojontor. Dari atas ketinggian ini saya menyaksikan hamparan Pantai Pasir Putih, Pangandaran, Jawa Barat, nan menawan. Tak salah jika AsiaRooms, perusahaan penyedia layanan reservasi hotel yang bermarkas di Singapura dan Thailand, menobatkannya sebagai pantai terbaik di Pulau Jawa.

Sesuai dengan namanya, pasir pantai ini putih bak pualam. Birunya Samudra Hindia yang membentang luas dengan gradasi hijau muda sebelum menyentuh bibir pantai yang berpasir putih bagaikan lukisan mahakarya Sang Pencipta. Langit biru dengan beberapa gumpalan mega semakin melengkapi pantai tersembunyi ini.

Decak kagum tak hanya meluncur dari mulut saya. Sepasang suami-istri, yang rupanya sedari tadi mengikuti jejak saya, juga tak kalah seru. “Wah, apike,” kata si istri dalam bahasa Jawa yang berarti bagus. Ia lantas meminta sang suami memotret dirinya dengan latar belakang keindahan alam itu.

Bahkan ia langsung menyambut tawaran saya untuk membantu memotret mereka berdua. “Kayak prewedding yo,” ujarnya lagi tak bisa menyembunyikan kebahagiaan setelah melihat hasil jepretan ponsel pintar miliknya. Senangnya bisa ikut membahagiakan pasangan asal Cilacap itu. Ternyata bahagia itu sederhana.

Enggan rasanya meninggalkan keindahan alam ini sesegera mungkin. Selain berselonjor dan menikmati keindahan dari bibir pantai, pengunjung biasanya snorkeling untuk melihat cantiknya terumbu karang di bawah laut. Anak-anak kecil terlihat asyik bermain pasir membentuk bangunan dan menggali lubang. Sedangkan bagi yang berpasangan, berjalan berdua menyusuri pantai sembari bergandengan tangan serasa dunia milik berdua. Betapa indah dan damainya surga dunia ini.

Untuk dapat mencapai pantai ini, pengunjung bisa menyewa perahu atau melewati Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Saya memutuskan pilihan terakhir untuk sekadar membuka kenangan lama. Tak ada yang berubah setelah sekian tahun berlalu. Wisma tempat saya menginap pun masih ada, tapi sudah sedikit berbeda bentuk. Tampaknya sudah direnovasi. Masih segar dalam ingatan saat saya remaja bermain bola di bibir pantai kala pagi menjemput. Monyet-monyet hanya bisa menyaksikan keceriaan kami dari balik pepohonan. Kaki saya terus melangkah meninggalkan kenangan lama dan membuka kenangan baru di Pantai Pasir Putih.

3 keindahan Pangandaran yang tersembunyi

Soal keindahan dan kedamaian, Pantai Batu Karas tak kalah dengan Pantai Pasir Putih. Letaknya sekitar 45 menit waktu tempuh dari pintu gerbang Pangandaran. Sepanjang Jalan Raya Cijulang, mata saya disuguhi pemandangan yang meneduhkan berupa aliran air berwarna hijau toska dari aliran Sungai Cijulang di kiri jalan.

Setelah melewati jembatan dan tiba di pertigaan, kendaraan yang saya tumpangi berbelok ke kiri untuk memasuki kawasan pantai ini. Jalanannya mirip jalan perdesaan. Di sisi kiri-kanan, berderet rumah warga. Sepintas tak terlihat seperti memasuki kawasan pantai. Terasa lebih hening. Namun siapa sangka, setibanya di ujung jalan, terbentang pantai yang luas. Saya seakan menemukan pantai tersembunyi. Sebuah pantai yang relatif lebih sunyi ketimbang Pantai Pasir Putih yang saya lihat sebelumnya.

Beberapa kali terlihat turis pria asing bertelanjang dada bermotor sembari membawa papan selancar. Sedangkan di tengah laut, ada sekitar 10 peselancar asing dan lokal yang sedang menanti datangnya ombak besar. Ketika ombak datang, mereka berusaha mengejarnya lalu berdiri di atas papan selancar, berupaya menaklukkan gulungannya. Begitu asyik.

Pantai Batu Karas memang dikenal sebagai incaran turis asing peselancar. Hal itu diakui Hanna, turis asal Australia. Mahasiswa University of Western Australia yang saya temui di pinggir pantai itu bahkan mengatakan Batu Karas lebih indah daripada Bali. “Ombaknya sangat cocok untuk peselancar pemula seperti saya,” ucap Hanna yang berencana menghabiskan 10 hari di Batu Karas sebelum kembali ke negaranya.

Hanna setali tiga uang dengan Joao Piedro. Turis asal Portugal yang sudah sepekan tinggal di Batu Karas ini pun mengakui keindahan Batu Karas. “It’s great,” katanya. Meski berasal dari negara berbeda, keduanya seakan sepakat jika Batu Karas merupakan pantai tersembunyi dengan versi surga dunia mereka masing-masing sebagai peselancar.

Tak jauh dari Batu Karas, masih ada satu pantai tersembunyi lagi. Pantai Madasari, namanya. Pantai yang tepatnya berada di Desa Masawah, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, ini memang belum diketahui banyak wisatawan. Dari Batu Karas sebenarnya pengunjung bisa langsung menuju Madasari jika jembatan yang sedang dibangun sudah terhubung.

Terpaksa, saya pun harus kembali ke luar ke Jalan Raya Cijulang lebih dulu dan mencapai Jalan Raya Cimerak. Dari jalan raya ini, kendaraan yang saya tumpangi kembali berbelok ke kiri, melewati persawahan dan perbukitan. Setelah melewati jalan desa sepanjang 8 kilometer, akhirnya saya memasuki kawasan pantai. Di sepanjang jalan berjejer pohon pandan liar dan pohon ketapang.

Mata saya tertumbuk pada deretan batu karang berukuran besar di pantai dan laut. Namanya pun unik. Ada Gedogan, Sebrotan, Leuit, Legok Gandu, Cariuk, Bale Kambang, Bancen, dan Pandan Nyampai. Saya melakukan trekking menyusuri Pandan Nyampai. Saya melewati jalan menanjak dengan anak tangga alami yang hanya dipagari bambu sederhana sebagai pengaman itu. Setibanya di puncak Pandan Nyampai, gambaran tentang batu karang yang tandus sirna. Saya menemukan banyak pepohonan di tempat ini. Di atas ketinggian ini pula, saya menyaksikan lekukan Pantai Madasari. Pantai perawan yang tersembunyi. l

Dari Bandara Halim Perdanakusuma

Jika memilih lewat udara, Anda harus berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma. Penerbangan hanya membutuhkan waktu tempuh sekitar 1 jam dengan menggunakan pesawat Susi Air sebelum tiba di Bandara Nusawiru, Pangandaran. Dalam satu hari, rute Jakarta-Pangandaran dilayani satu kali penerbangan. Untuk transportasi lokal menuju obyek wisata, bisa melalui darat dengan menyewa kendaraan. Pilihan lain dapat menggunakan kendaraan pribadi sekitar 8 jam perjalanan dengan jarak lebih-kurang 358 kilometer melalui rute Bandung-Tasikmalaya-Banjar-Pangandaran.

Andry T/Prima M/Dok.TL