Nusa Penida Bali, Ini 6 Tempat Wajib Dikunjungi

Tenun Rangrang adalah produk kerajinan dari masyarakat Nusa Penida, Bali,

Nusa Penida Bali semakin banyak dikunjungi wisatawan. Ikon berupa pantai dengan karang yang membentuk jari kelingking menjadi potret yang banyak diburu wisatawan.

Nusa Penida Bali

Nusa Penida sendiri adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah tenggara pulau Bali yang dipisahkan oleh Selat Badung dan masuk ke dalam Kabupaten Klungkung. Di dekat pulau ini terdapat juga pulau-pulau kecil lainnya, yaitu Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. Dua pulau ini relatif lebih dulu dikenal oleh wisatawan. Perairan pulau Nusa Penida terkenal dengan kawasan selamnya di antaranya terdapat di Crystal BayManta Point, Batu Meling, Batu Lumbung, Batu Abah, Toyapakeh, dan Malibu Point.

Pulau kecil tersebut saat ini praktis termasuk tempat wisata pantai atau laut yang masih alami di Bali. Untuk ke Nusa Penida saat ini makin mudah, karena semakin banyak paket tur ke sini dan adanya layanan fast boat ke pulau ini.

Cara paling umum ke Nusa Penida adalah dengan fastboat dari Pantai Sanur. Dari pantai ini ada fastboat yang berangkat tiap satu atau dua jam sekali. Tergantung perusahaan fastboat yang mengelola. Pantai Sanur bukan satu-satunya tempat memilih fastboat ke Nusa Penida, wisatawan juga bisa menumpang kapal cepat ini dari Tanjung Benoa.

Dari ke dua tempat di daratan pulau Bali, Wisatawan akan menyeberang menuju Pelabuhan Banjar Nyuh di Nusa Penida. Jika memilih jalan sendiri tanpa menggunakan jasa biro perjalanan, pengunjung bisa menyewa mobil atau sepeda motor di sekitar Banjar Nyuh. Ini perlu sebab di pulau ini tidak ada kendaraan umum yang bisa membawa ke sumlah spot wisata.

Lalu, apa saja yang paling menjadi primadona Nusa Penida? Berikut enam daerah wisata di Nusa Penida yang paling sering dikunjungi wisatawan.

Nusa Penida Bali, salah satu yang menjadi ikonnya adalah Pantai Kelingking, yang fotonya tersebar ke seluruh dunia.
Pantai Kelingking di Nusa Penida Bali, kini menjadi salah satu ikon wisata pulau Dewata. Foto: Unsplash

Pantai Kelingking

Pantai Kelingking atau Karang Dawa terletak di Desa Buga Mekar. Pantai ini bisa disebut ikonnya Nusa Penida. Hampir semua travel inflencer Indonesia pernah melakukan sesi pemotretan di sini. Lanskap utamanya berupa laut dan tebing karang. Salah satu tebing karang di Nusa Penida berbentuk seperti jari kelingking. Konon, sarat akan nilai historis. Untuk menuju Pantai Kelingking, wisatawan harus getol bertanya kepada warga sekitar. Sebab, lokasinya tak tertangkap baik oleh GPS. Wisatawan juga harus berhati-hati kalau membawa motor sendiri lantaran jalurnya rusak dan berkelok-kelok.

Broken Beach

Dari sejumlah pantai dengan karang bolong di Indonesia, Broken Beach atau Pantai Uug merupakan salah satu yang tereksotis. Potret pantai ini bila ditangkan menggunakan kamera udara tampak seperti sumur raksasa. Karang itu membentuk lingkaran yang besar dengan lubang menganga lebar di tengahnya. Di dalam lubang itu terdapat kolam air laut yang lebih mirip teluk. Broken Beach tak jauh-jauh amat dari Pantai Kelingking. Keduanya sama-sama berlokasi di Desa Bunga Mekar.

Nusa Penida Bali dengan salah satu ikonnya Angle's Billabong
Angel’s Billabong di Nusa Penida Bali. Foto: unsplash

Angel’s Billabong

Angel’s Billabong adalah pantai dengan karang yang membentuk koridor. Di tengah karang tersebut terdapat air laut dengan warna gradasi, yakni biru muda, biru tua, dan tosca. Berlokasi di Sakti, Nusa Penida, Angel’s Bilabong, 300 meter dari Brokeb Beach, pantai ini masuk daftar wajib kunjung. Apalagi buat penghobi renang. Airnya yang amat jernih membuat mereka ingin segeran menceburkan diri ke kolam alami itu.

Pantai Atuh

Pantai Atuh terdapat di Pejukutan, Nusa Penida. Pantai ini memiliki atmosfer yang sangat positif. Laut biru dengan gradasinya dapat langsung menyegarkan pikiran. Pantai Atuh hanya bisa dinikmati dari atas tebing. Dari sebrang tebing itu terdapat bukit-bukit kapur kecil yang wujudnya seperti lanskap di Raja Ampat.

Untuk menuju Pantai Atuh, wisatawan harus berjalan cukup jauh dari arah parkiran kendaraan. Jalurnya menurun dan cukup terjal. Namun perjalanannya tak akan terasa karena panorama sepanjang jalan cukup membikin berdecak kagum.

Pura Dalem Penataran

Nsua Penida tak cuma punya pantai. Tempat menarik lain yang bisa dikunjungi adalah pura. Salah satunya Pura Dalem Penataran. Pura tersebut berlokasi di Jalan Ped-Buyuk.

Suasana pura yang tergolong tertua itu kental dengan budaya Hindu-Bali yang khas. Bangunannya besar dan banyak memiliki ornamen. Pura Dalem cocok buat para turis yang doyan wisata kultur.

Nusa Penida Bali menjadi salah satu tujuan untuk diving dengan spotnya di Manta Point.
Manta Point sebagai salah satu tujuan diving di Nusa Penida Bali. Foto: Unsplash

Manta Point

Manta point sebenarnya merupakan titik untuk diving. Bisa ditempuh menggunakan spead boat dari dermaga Nusa Penida. Panorama bawah laut menjadi salah satu andalannya. Para penyelam di Manta Point dapat dengan jelas berenang dengan manta-manta atau pari raksasa. Bisa juga berenang bersama mereka.

Nah, kamu sudah mengepak koper atau ransel buat liburan ke Nusa Penida?

agendaIndonesia

*****

Dusun Bambu Lembang, Ecopark Di 2050 MDPL

Dusun Bambu Lembang punya danau kecil yang ikonik, Danau Purbasari

Dusun Bambu Lembang bukan spot destinasi baru bagi pecinta jalan-jalan. Begitupun, sejak dibuka pada 2014 lalu, tempat ini masih merupakan salah satu opsi destinasi wisata ketika berlibur ke Lembang di utara Bandung. Spot wisata bertemakan ecopark ini menawarkan beragam daya tarik tersendiri bagi para pengunjungnya.

Dusun Bambu Lembang

Dusun Bambu pada dasarnya merupakan sebuah lahan seluas 15 hektare, didominasi area outdoor yang ditata secara unik dan asri. Lokasi tempat ini tepatnya berada di kawasan kaki gunung Burangrang, dengan ketinggian 2.050 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Dengan hawa yang sejuk dan pemandangan alam yang indah, akan terasa menyenangkan untuk mengeksplorasi area dataran tinggi sebelah utara kota Paris van Java ini. Untuk dapat mengelilingi tempat ini, disediakan fasilitas seperti scooter, shuttle car dan sepeda elektrik.

Dusun Bambu Lembang menjadi pilihan liburan keluarga.
Penunjuk arah di kawasan Dusun Bambu Ecopark. Foto: Dok. agendaIndonesia

Di Dusun Bambu Lembang pengunjung dapat menemukan banyak titik-titik rekreasi yang menarik, misalnya Danau Purbasari. Di sini wisatwan bisa duduk-duduk di tepi danau, atau berkeliling danau dengan menggunakan sampan. Tarif untuk menyewa sampan ini dihargai Rp 25 ribu.

Terdapat pula Taman Arimbi yang merupakan sebuah taman berisi ragam bunga-bunga cantik yang begitu luas. Sebuah jalan setapak sepanjang sekitar empat kilometer membelah taman ini. Anda bisa menikmati jalan-jalan santai, bersepeda, atau berolahraga jogging di sini.

Lalu, ada juga Galeri Flora Indonesia yang memamerkan serta memperjualbelikan beragam jenis-jenis tumbuhan hias yang berasal dari segala penjuru tanah air. Sambil duduk-duduk menikmati pemandangan tanaman hias, pelancong bisa sambil minum teh atau kopi di tempat ini.

Dusun Bambu Lembang menawarkan kegiatan dalam dam luar ruang.
Galery Flora Indonesia di Dusun Bambu Lembang tempat menikmati tanaman hias. Foto: Dok. agendaIndonesia

Bagi pengunjung yang mencari ragam aktifitas fisik, Dusun Bambu Lembang juga memiliki area playground yang menyediakan berbagai wahana permainan. Beberapa di antaranya meliputi trampolin, climbing tower, sliding, panahan, ayunan dan jungkat-jungkit.

Untuk bisa masuk ke area playground wisatawan akan dikenakan tarif sebesar Rp 50 ribu. Setelah membayar, mereka akan mendapatkan akses bermain di berbagai wahana tersebut selama seharian penuh.

Tak hanya itu, Dusun Bambu Lembang juga menyediakan area outdoor Tegal Pangulinan yang luasnya 3.200 meter persegi. Lahan dengan rumput sintetis ini diperuntukkan bagi mereka yang ingin mengadakan acara seperti pernikahan, pameran, outbond dan lain sebagainya.

Tetapi mungkin yang menjadi daya tarik utama Dusun Bambu adalah pilihan restoran-restoran yang tersedia. Bertajuk outdoor dining resort, tempat ini juga ingin menawarkan pengalaman santap siang atau malam yang unik dan spesial.

Salah satunya adalah Purbasari Resto. Restoran ini terletak di area danau Purbasari, berupa saung-saung yang mengelilingi danau tersebut. Menu yang ditawarkan berkisar pada masakan seafood dan Sunda, seperti Nasi Liwet, Gurame Abon Telur, Tahu Lada dan sebagainya.

Saung tersebut biasanya dapat diisi sampai sekitar 10 orang. Di bawah saung tersebut terdapat semacam dermaga kecil untuk anda yang ingin naik sampan mengelilingi danau. Harga menu di restoran sini berkisar dari Rp 15 ribu hingga Rp 120 ribu.

Dusun Bambu Lembang Resto Burangrang
Burangrang Dapur Indonesia di Dusun Bambu Lembang. Foto: dok. agendaIndonesia

Di sekitar danau juga terdapat restoran lainnya, yaitu Burangrang Dapur Indonesia. Lokasinya berada sedikit di ketinggian, dengan pemandangan danau di bawahnya. Gaya arsitektur terlihat modern, elegan dan eco-friendly yang berpadu apik dengan pemandangan alam sekitar.

Di sini terdapat campuran menu Indonesia, Asian dan Western, seperti Bebek Crispy Thai Sauce, Tenderloin Wagyu, Iga Garang Asam, dan lainnya. Harga menu di restoran ini berkisar dari Rp 35 ribu hingga Rp 130 ribu.

Serta yang tak kalah spesial adalah Lembur Urang. Restoran ini berada di bagian yang lebih tinggi dari tempat ini, berupa saung-saung yang menghadap ke sawah. Uniknya, mereka menawarkan kuliner Bali seperti Ayam Betutu, Bebek Sambal Matah, Lawar dan lain lain.

Yang tak kalah menarik dan menjadi catatan, tempat ini awalnya lebih berfokus sebagai tempat rekreasi. Namun sejak pandemi COVID-19 Dusun Bambu sedikit dialihfungsikan dengan bertumpu pada restoran-restoran, serta beberapa wahana dan pusat kegiatan dikurangi.

Selain itu, jika dulunya untuk masuk pengunjung harus membeli tiket terlebih dulu, sekarang setiap pengunjung bisa langsung masuk secara gratis. Hanya perlu membayar karcis parkir bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi. Oya, parkir mobil terletak agak di bawah, dari tempat parkir ini ada kendaraan yang mondar-mandir mengantar ke venue yang diinginkan di Dusun Bambu Lembang itu.

Dusun Bambu Lembang Lutung Kasarung
Salah satu spot kecil di Dusun Bambu Lembang. Foto: agendaIndonesia

Meski demikian, Dusun Bambu tetap tak melupakan slogannya sebagai outdoor dining resort dengan menawarkan akomodasi penginapan Kampung Layung villa yang berkonsep pedesaan tradisional dan glamping alias glamour camping dengan fasilitas seperti listrik dan air pancuran.

Tarif sewa untuk villa pada hari biasa sekitar Rp 2,6 juta, sedangkan pada akhir pekan menjadi Rp 3,5 juta. Adapun harga sewa glamping pada hari biasa sekitar Rp 970 ribu, sedangkan pada akhir pekan menjadi Rp 1,15 juta.

Dusun Bambu Lembang buka setiap hari dari jam 10.00 hingga jam 18.00 untuk wahana permainannya dan jam 20.00 untuk restorannya. Untuk info lebih lanjut dapat menghubungi 082110006094 atau mengunjungi situs resmi dusunbambu.id serta akun Instagram resmi @dusun_bambu.

Dusun Bambu Family Leisure Park

Jl. Kolonel Masturi Km 11, Lembang, Bandung

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Wisata Virtual Jadi Alternatif Hindari Covid19

Dolan ke Borobudur juga bisa meniikmati sejumlah desa wisata, taman buah, juga tempat nongkrong.

Wisata virtual setengah tahun terakhir banyak dibicarakan di media massa selama pandemi Covid-19 ini. Memang berbeda jika wisatawan berkunjung langsung ke spot wisata yang dikehendakinya, namun di tengah kondisi yang tidak terlalu kondusif seperti saat ini, wisata virtual bisa menjadi alternatif.

Wisata Virtual

Ketika menghadapi pembatasan bepergian akibat wabah virus corona, orang-orang memutar otak untuk bisa bepergian tanpa menjejakkan kaki ke luar rumah, menghindari risiko tertular Covid-19. Untunglah kita saat ini hidup dalam zaman kemajuan teknologi.

Tur atau wisata virtual menjadi alternatif jalan-jalan yang aman, melepas rindu melancong yang belum sepenuhnya tuntas. Inovasi ini diadaptasi oleh tempat-tempat wisata, museum, juga pemandu wisata yang sepi tawaran kerja karena tidak ada turis yang datang ke tempat mereka.

Selama pandemi, banyak terselenggara wisata virtual, baik gratis maupun berbayar, untuk orang-orang yang sudah tak sabar ingin jalan-jalan. Berbeda dengan mencari-cari informasi atau video secara mandiri, ada pemandu yang bisa menjelaskan informasi menarik seputar tempat yang dikunjungi.

Tur virtual memang tak bisa menggantikan sensasi jalan-jalan langsung, tapi setidaknya bisa jadi icip-icip sambil menunggu situasi kembali aman untuk bepergian. Ini juga mempersiapkan wisatawan membuat rencana perjalanan kelak. Lalu apa saja yang bisa dikunjungi dengan wisata virtual ini?

Candi Borobudur

Ribuan turis Jepang “mampir” ke Candi Borobudur lewat tur virtual yang digelar PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero), Balai Konservasi Borobudur bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia Tokyo.

Para wisatawan menyaksikan keindahan candi yang megah melalui akun media sosial Instagram KBRI Tokyo. Meski tak datang langsung, wisatawan bisa menuntaskan rasa penasaran berkat informasi yang disediakan oleh pemandu wisata yang interaktif.

Pulau Bali

Pulau Dewata yang masyhur juga memberikan tur wisata virtual untuk turis asal Negeri Sakura selama pandemi. Desa Pejeng Kangin, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar memperlihatkan aktivitas warga di pedesaan untuk wisatawan Jepang.

Bersama pemandu wisata berbahasa Jepang, turis diajak jalan-jalan dari rumah warga, melintasi hamparan sawah, lalu melihat aktivitas para penenun kain tradisional.

wisata virtual dapat menjadi alternatif jalan-jalan ke sebuah spot wisata tanpa khawatir ketularan penyakit.
Candi Prambanan bisa dinikmati secara virtual dari rumah. Foto:ilustrasi-unsplash

Yogyakarta

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta membuat virtual tour 360 yang bisa diakses melalui kanal Youtube Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. Wisatawan bisa mengetahui gambaran terkini kondisi Yogyakarta khususnya fasilitas pendukung pariwisata seperti bandara, stasiun kereta api, akomodasi hotel, dan homestay.

Selain itu juga disajikan video yang menampilkan sejumlah destinasi wisata dan kuliner khas Yogyakarta, termasuk penerapan protokol kesehatan yang wajib diikuti wisatawan saat berkunjung.

Museum-museum

Museum di dalam negeri maupun mancanegara tidak berdiam diri ketika harus menutup akses pengunjung dalam rangka mengurangi risiko penyebaran virus corona. Di Indonesia, beberapa museum menyediakan layanan jalan-jalan virtual. Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sempat mengajak warganet mempelajari sejarah lewat tur virtual ke beberapa museum, seperti Museum Kebangkitan Bangsa, Museum Sumpah Pemuda, dan Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Luar Angkasa

Tak puas hanya ke pelosok Nusantara atau luar negeri, Wisata Kreatif Jakarta membuat jalan-jalan virtual ke antariksa. para pelancong bersiap ke luar angkasa dan “berkumpul” lewat aplikasi Zoom, mendengarkan penjelasan pemandu mengenai serba-serbi perjalanan luar angkasa.

Mereka diajak ke tempat peluncuran roket Badan Antariksa Amerika Serikat sampai isi pesawat yang dipakai para turis ke antariksa hingga mengenal astronaut perempuan Indonesia Pratiwi Sudarmono yang nyaris berangkat bila pesawat ulang-alik Challenger tidak mengalami kecelakaan.

Selain beberapa di atas, berikut sejumlah tempat yang bisa diakses untuk menikmati wisata virtual. Tempat-tempat seperti museum, konser musik klasik, hingga aktivitas satwa secara langsung bisa disaksikan dari rumah.

Indonesia Monumen Nasional (Monas)

https://artsandculture.google.com/entity/national-monument/m03q7hs

Museum Kepresidenan Balai Kirti

Museum Nasional Indonesia

https://artsandculture.google.com/partner/museum-nasional-indonesia

Museum Sumpah Pemuda

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/msp/

Museum Kebangkitan Nasional

http://muskitnas.net/

Museum Perumusan Naskah Proklamasi

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mpnp/

Museum Basuki Abdullah

http://museumbasoekiabdullah.or.id/

Museum Benteng Vredeburg

http://vredeburg.id/

Galeri Nasional

http://galeri-nasional.or.id/

Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran

https://artsandculture.google.com/partner/sangiran-early-man-museum?hl=id

Balai Konservasi Borobudur

https://artsandculture.google.com/entity/borobudur-temple-compounds/m0805zhg

http://borobudurvirtual.id/

Galeri Batik YBI

https://artsandculture.google.com/partner/galeri-batik-ybi

Yayasan Biennale Yogyakarta

https://artsandculture.google.com/partner/yayasan-biennale-yogyakarta

Agung Rai Museum of Art

https://artsandculture.google.com/partner/arma-museum

Museum Tekstil

https://artsandculture.google.com/streetview/museum-tekstil/fQHU6rG60eHGGw

Jogja Istimewa Unduh aplikasi “Jogja Istimewa” di Play Store atau App Store

8 Destinasi Wisata Yang Ramai Selama Pandemi

8 destinasi wisata disebut naik daun selama pandemi Covid-19 ini. Sejak pandemi COVID-19 dan kasusnya muncul di Indonesia sejak Maret 2020 lalu, masyarakat harus tetap berada di rumah. Seluruh kegiatan mereka pun terpaksa berhenti, termasuk pariwisata. Terutama ketika pemerintah menjalankan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang cukup ketat.

8 Destinasi Wisata

Situasi agak berubah ketika peraturan mulai dilonggarkan, dan terdapat sejumlah tempat yang dulunya kurang dilirik tanpa disadari menjadi bersinar. Selain, tentu saja satu-dua destinasi yang sudah unggul sejak dulu.

Pandemi menciptakan sebuah tren baru bagi masyarakat untuk berwisata, seperti wisata alam, staycation (diam saja di suatu tempat) dan roadtrip, yakni perjalanan via jalan darat –umumnya kendaraan pribadi, karena dianggap lebih aman. Beberapa destinasi wisata pun menjadi pilihan favorit selama masa pandemi untuk mereka yang butuh melepaskan penat atau rindu jalan-jalan.

Berikut adalah daftar destinasi wisata yang naik daun sepanjang 2020 versi kantor berita Antara.

Sentul Hill Trekking
Kegiatan mendaki di kawasan Sentul, Bogor, menjadi primadona bagi masyarakat yang rindu berpergian dan melakukan wisata alam. Melintasi jalan setapak yang naik turun, sawah, perbukitan, sungai, goa, dinding bebatuan dan berakhir berendam di curug dengan pemandangan air terjun sangat menggiurkan untuk pelancong.

Tak heran kegiatan trekking di Sentul begitu diminati selama pandemi. Di sini Anda bisa melakukan perjalanan sendiri atau menggunakan jasa pemandu wisata.

Jaraknya yang tak terlalu jauh dari Jakarta pun membuat wisata ini memiliki nilai plus. Belum lagi para selebritas yang kerap mengunggah kegiatan mereka saat melakukan trekking seperti Luna Maya, Dian Sastrowardoyo, Sigi Wimala, Vidi Aldiano, Sophia Latjuba, hingga Wulan Guritno. 

8 destinasi wisata salah satunya ke Puncak  di wilayah Bogor
Trekking di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat.



Curug dan goa di Sentul
Kawasan Sentul, Bogor ternyata memiliki tempat wisata alam yang masih sangat asri, beberapa di antaranya adalah Curug Leuwi Hejo, Curug Kencana, Curug Hordeng, Curug Ciburial dan Curug Kembar.

Untuk dapat mencapai tempat ini, tentu harus melakukan trekking terlebih dahulu. Trekking dengan perjalanan yang cukup berat ini pun akan terbayarkan saat melihat lanskap air terjun dan udaranya yang menyegarkan.

Ada juga Goa Agung Garunggung yang memiliki mulut goa menganga secara vertikal. Tempatnya memang tidak terlalu besar, namun pemandangannya membuat tempat ini menjadi salah satu primadona.

Gunung Pancar Bogor
Sebelum masa pandemi, Gunung Pancar, Sentul, Bogor sudah menjadi favorit masyarakat untuk berwisata singkat. Saat masa PSBB dilonggarkan, tempat yang menawarkan pemandangan hutan pinus ini pun menjadi pilihan utama untuk dikunjungi.

Selain trekking, pengunjung juga bisa menginap dengan mendirikan tenda yang sudah disediakan oleh pengelola. Liburan singkat dengan pemandangan alam pun bisa didapatkan untuk melepaskan penat selama PSBB.

Bagi yang memiliki anggaran lebih, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur juga menjadi primadona saat pandemi COVID-19. Belum lagi tiket murah yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan saat jalur kembali dibuka, masyarakat dan juga selebritas berbondong-bondong mengunjungi kawasan tersebut.

Tempat-tempat yang paling menjadi incaran para turis adalah Bukit Cinta untuk menyaksikan sunset, jelajah Pulau Kelor, menyaksikan komodo di Taman Nasional Komodo, berburu foto di bukit Pulau Padar hingga menikmati indahnya Air Terjun Cuanca Wulang.

8 destinasi wisata selama pandemi 2020 adalah satunya wisatawan melakukan perjalanan dengan model roadtrip.
Roadtrip, perjalanan melalui jalur darat dengan kendaraan pribadi menjadi pilihan wisata saat pandemi. Foto:ilustrasi-unsplash



Bali
Sejak pandemi COVID-19, tren terbaru ke Bali tidak lagi menggunakan pesawat terbang, melainkan lewat perjalanan darat. Banyak wisatawan yang berasal dari pulau Jawa berkunjung ke Bali dengan menggunakan mobil pribadi, karena dianggap lebih aman dan tidak berdekatan dengan orang lain di pesawat.

Kelebihan roadtrip menuju Bali ini, wisatawan juga bisa mampir ke destinasi wisata lain seperti Surabaya dan juga Banyuwangi sebelum akhirnya menyeberang Pulau Bali.

Banyuwangi
Untuk yang tidak memiliki banyak waktu menyeberang ke Bali, Banyuwangi adalah pilihan favorit-nya selama pandemi COVID-19. Biasanya wisatawan akan menginap di Hotel Ketapang Indah yang menyajikan panorama Pulau Bali di kejauhan.

Ada beberapa wisatawan yang memilih untuk diam di hotel karena pemandangannya dirasa sudah cukup Indah, tapi ada juga sebagian yang memilih untuk mengeksplorasi wilayah Banyuwangi dengan mendatangi tempat-tempat seperti Kawah Ijen, Jawatan Benculuk, Taman Nasional Baluran, Bangsring Underwater hingga Puncak Sejati, Gunung Rawung. 

Bandung
Alasan utama Bandung menjadi tujuan utama selama pandemi adalah dekat dengan Jakarta. Buat yang ingin menginap atau sekadar perjalanan-pulang pergi untuk menikmati kulinernya serta mendapat suasana baru, Bandung masih menjadi primadona warga Jakarta.

Puncak
Sejak PSBB dilonggarkan, banyak orang yang berkunjung ke puncak untuk melepas penat. Liburan singkat dan mendapat udara segar setelah berbulan-bulan di dalam rumah, membuat puncak tempat idaman masyarakat bahkan bisa dicapai hanya dengan menggunakan motor

agendaIndonesia

Desa Batuan Bali, 1 Relik Sejarah Kuno

Desa Batuan Bali adalah gambaran kehidupan masyarakat Bali sejak zaman dulu.

Desa Batuan Bali merupakan tempat yang tepat bagi pelancong yang ingin melihat dan memahami lebih dekat tentang sejarah dan budaya tradisional masyarakat Bali. Desa yang berada di Kabupaten Gianyar itu hingga kini masih menyimpan beberapa potongan adat dan budaya Bali tempo dulu.

Desa Batuan Bali

Desa ini sejak dulu kala memang sudah identik dengan karya seni dan budayanya. Salah satu bukti kuatnya dapat ditemui dari beberapa peninggalan bangunan candi serta pahatannya yang terdapat di Pura Puseh, salah satu pura tertua di Bali yang usianya sudah sekitar 1.000 tahun.

Ini terdokumentasikan dalam sebuah prasasti yang berada di dalam pura tersebut. Prasasti itu diyakini dibuat pada awal tahun 1020-an, yang memberi gambaran kehidupan dan sistem sosial masyarakat di desa tersebut pada masa itu.

Artefak di utaraPura Puseh Desa Batuan Kemendikbud
Sejumlah artefak di Pura Puseh Desa Batuan Bali. Foto: Dok. Kemendikbud

Diceritakan bahwa desa tersebut awalnya bernama Baturan. Di desa ini terdapat penduduk yang sebagian besar berprofesi dalam bidang seni budaya, seperti citrakara (pelukis), undagi (pengrajin kayu) dan sulpika (pemahat patung).

Disebutkan pula, salah satu alasan utama warga desa ini menekuni seni budaya tersebut adalah sebagai simbol yadnya, yaitu keikhlasan berkarya wujud bersyukur kepada Sang Pencipta. Semangat ini jugalah yang membuat banyak warga desa Batuan Bali masih berkesenian hingga kini.

Salah satu kesenian desa Batuan Bali yang paling terkenal adalah lukisannya. Lukisan dari desa Batuan dikenal memiliki gaya abstrak yang inspirasinya datang dari cerita rakyat, cerita mistis serta mitos sehari-hari yang kadang digambarkan dalam lukisan tentang penyihir atau monster.

Lukisan yang dibuat juga biasanya terlihat ramai dengan detail-detail, yang sering kali berhubungan dengan kisah kehidupan warga sehari-harinya. Begitu detailnya lukisan ini, ia akan terlihat begitu memenuhi kanvas.

Desa Batuan Bali salah satunya dikenal karena karya-karya lukisannya.
Ilustrasi lukisan seniman Bali. Foto: Dok. shutterstock

Dan salah satu ciri khas lukisan desa Batuan Bali adalah dominannya warna hitam dan putih yang menimbulkan kesan kelam dan mencekam. Seni melukis di desa ini disebut telah populer sejak 930-an dan menjadi salah satu seni lukisan Bali paling mahsyur.

Kini pengunjung bisa menemui beberapa galeri-galeri pelukis di desa Batuan. Beragam lukisan dipajang dan bahkan beberapa di antaranya dijual. Harganya pun cukup mahal, paling tidak bisa mencapai jutaan, bahkan puluhan juta rupiah.

Kalau tak punya budget untuk membeli lukisan, ada souvenir seperti cangkang telur yang dilukis ala desa Batuan Bali. Ada yang menggunakan cangkang telur ayam, bebek atau bahkan burung unta asli, ada juga yang hanya tiruan dari kayu. Harganya pun lebih terjangkau, mulai dari Rp 50 ribu.

Desa batuan Bali juga terkenal karena lukisan pada cangkang telur.
Lukisan pada cangkang telur. Foto: dok Tempo dari gettyimage

Selain seni melukis, warga desa Batuan Bali juga merupakan pekerja seni lainnya, seperti memahat patung, mengukir kayu, menenun, dan membuat topeng. Beberapa lainnya juga masih melestarikan budaya tari tradisional.

Salah satu tari tradisional yang identik dengan desa Batuan adalah Tari Gambuh. Seni tari ini kabarnya sudah eksis sejak abad ke-15, yang menggabungkan elemen-elemen seperti tarian, nyanyian, akting dan drama, serta elemen seni visual lainnya.

Tari Gambuh biasanya berisi atraksi tari dengan drama lakon, diiringi oleh seperangkat gamelan yang dinamai gamelan pegambuhan. Tarian ini biasanya dilakukan pada Odalan, salah satu hari raya di Bali yang dirayakan sekitar enam bulan sekali.

Odalan pada dasarnya merupakan perayaan dimana masyarakat Hindu di Bali memohon kepada para dewa agar turun ke Bumi dan memberi rahmatnya kepada Bali dan warganya. Caranya, mereka melakukan beragam ritual dan kesenian tradisional, seperti Tari Gambuh.

Selain itu, Tari Gambuh biasanya juga dilakukan pada festival perayaan bulan purnama, atau di acara-acara seperti pernikahan di desa Batuan Bali. Anda bisa menyaksikan atraksi tari ini kala mereka tampil di sekitar kawasan Pura Puseh.

Rumah-rumah tradisional di sekitar desa ini juga merupakan daya tarik turis lainnya. Rumah tradisional ini bercirikan atap yang terbuat dari rumput ilalang, serta pintu depan berukuran kecil dengan daun pintu yang terbuat dari tanah liat.

Arsitektur rumah tradisional seperti ini menjadi keunikan tersendiri yang tak anda lihat di tempat lainnya. Maka tak jarang beberapa orang melakukan sesi foto seperti pre-wedding dan sebagainya dengan menggunakan latar rumah tradisional ini.

Kurang afdol pula kalau tidak masuk berkeliling di Pura Puseh. Pura yang hingga kini masih digunakan untuk warga setempat sembahyang ini memiliki beragam ornamen ukiran khas Bali, dengan lukisan-lukisan yang menceritakan berbagai lakon cerita rakyat bernapaskan Hindu.

Di Pura Puseh juga pengunjung bisa melihat prosesi sembahyang umat Hindu, serta beragam upacara adat dan keagamaan. Pergelaran tari tradisional seperti Tari Gambus dan sebagainya juga biasa diadakan di sekitar wilayah pura tersebut.

Untuk bisa masuk ke dalam pura, pengunjung akan dikenakan tiket masuk seharga Rp 10 ribu. Selain itu, anda juga diminta untuk menggunakan kain dan menggunakannya dengan cara dililit di pinggang, bagaikan sarung. Kain ini dipakai selama berkunjung ke pura sampai selesai.

Yang perlu diingat, setiap pengunjung diminta untuk tidak menyentuh ukiran, lukisan atau benda-benda yang berkaitan dengan prosesi sembahyang di pura ini. Pengunjung juga diminta berhati-hati untuk tidak melangkahi sesembahan di sekitar area pura.

Di desa ini, pengunjung juga bisa belajar seni melukis, mengukir dan memahat ala desa Batuan. Hanya perlu membayar Rp 100-150 ribu untuk short course. Beragam pilihan guest house sebagai fasilitas penginapan juga tersedia.

Untuk info lebih lanjut bisa menghubungi via email di desabatuan@gmail.com, atau mengunjungi akun Twitter resmi @BatuanDesa serta akun Instagram resmi @desa.batuan.

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Punthuk Setumbu, Keindahan Borobudur Jam 5 Pagi

Punthuk Setumbu adalah sebuah pilihan menikmati ufuk fajar 2021 nanti. Melihat matahari pertama di tahun itu muncul di belakang Candi Borobudur pastilah menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Punthuk Setumbu

Awalnya, Punthuk Setumbu, yang terletak di Dusun Kerahan, Desa Karangrejo, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa tengah, hanyalah perbukitan biasa dengan ladang milik masyarakat setempat. Tempat ini menjadi terkenal saat seorang fotografer mengabadikan pemandangan sekitar kawasan ini dan menayangkannya. Pemandangan yang diabadikan itu adalah Candi Borobudur dengan latar belakang matahari terbit.

Namanya makin “mendunia” ketika film Ada Apa Dengan Cinta?2 diputar. Salah satu adegan dalam film tersebut dilakukan di tempat tersebut. Semakin hari, kawasan perbukitan ini semakin ramai oleh pengunjung. Dan hingga saat ini dibuka untuk umum sebagai objek wisata.

Tujuan utama wisatawan datang ke Punthuk Setumbu tentu saja untuk mengambil foto matahari terbit. Tak heran, mereka rela datang di pagi buta supaya tidak terlewat momen tersebut.

Punthuk Setumbu berasal dari bahasa Jawa yang memiliki makna punthuk sebagai gundukan atau perbukitan. Sedangkan setumbu sendiri artinya adalah tumbu atau lebih tepatnya tempat nasi yang terbuat dari anyaman bambu. Jadi nama punthuk setumbu memiliki arti bukit yang bentuknya mirip tempat nasi yang terbuat dari anyaman.

AgendaIndonesia berkesempatan mampir ke tempat ini sekitar empat tahun lalu. Beberapa saat setelah film yang dibintangi Dian Sanstrowardoyo dan Nicolas Saputra itu tayang dan kebetulan ada liputan ke Yogyakarta.

Saat liputan harus terhenti, karena jadwal satu narasumber sedikit mundur karena sedang keluar kota. Apa yang harus dikerjakan? Berpikir cepat, teman fotografer yang menemani mengusulkan mengambil gambar matahari terbit di Punthuk Setumbu.

Diskusinya kemudian, apakah kami berangkat dari Yogya pada pagi-pagi buta, atau memilih menginap di seputaran Borobudur? Kami memilih yang pertama supaya bisa meninggalkan barang-barang di penginapan di Yogya daripada menggotongnya mondar-mandir.

Namun berangkat dari Yogya itu artinya kami harus bangun pagi lewat tengah malam lantas bergegas menembus gelap menuju Muntilan lalu belok ke barat arah Borobudur. Bukan waktu yang nyaman melakukan perjalanan. Terutama karena harus menyetir mobil.

Untungnya perjalanan pagi itu lumayan asyik. Keluar dari hotel jam menunjukkan pukul dua dini hari. Jalanan praktis sepi. Jalur Yogyakarta-Magelang yang biasanya sesak di pagi hingga siang hari, ketika itu nyaris kosong. Jarak dari kota Yogya ke Borobudur sejauh sekitar 40 kilometer yang biasanya ditempuh 1,5 jam, pagi itu cuma dilalap dalam waktu sekitar 35 menit. Itupun dengan kecepatan yang cukup santai.

Pukul 2.35 menit kami sampai di depan Pasar Borobudur. Pasar tradisional yang berjarak sekitar satu kilometer dari candi. Masih cukup sepi, hanya beberapa orang menurunkan dagangan. Kepada mereka kami bertanya soal arah menuju Punthuk Setumbu.

Dari pasar sesungguhnya tak terlalu jauh. Hanya sekitar 2-3 kilometer dan jalanan beraspal halus. Setidaknya ketika itu. Kami sempat berpikir cari kopi dulu di sekitar pasar. Namun para pedagang menyarankan langsung naik saja. Mereka juga menyebut ada warung kopi di titik awal naik.

Kami mengikuti saran tersebut sambil berpikir kemungkinan lokasinya yang sepi dan gelap. Ternyata kami keliru. Menjelang sampai di dekat jalan naik jalanan tampak ramai. Banyak mobil, dari mobil kecil hingga minibus, berjajar parkir. Di bagian lain puluhan sepeda motor juga terparkir cukup rapi. Suasana cukup ramai, dan yang jelas cukup terang.

Loket retribusi naik Punthuk Setumbu ada di dekat warung makan. Satu orang lokal dikenai Rp 20 ribu.

Pukul 3.30-an sejumlah portir meminta kami mulai mendaki. Mendaki? Ya, untuk ke Punthuk Setumbu kami harus menaiki tangga memutari bukit setinggi 400-an meter. Ada deretan anak tangga yang dibagi dalam tiga stage. Di tiap akhir stage ada bordes untuk berhenti sejenak ambil nafas. Di sana biasanya ada portir yang menjaga dan memberi cahaya dari senter. Bersama kami ada sekitar 20-an pengunjung.

Punthuk Setumbu, sebuah bukit di barat candi Borobudur. Sebuah tempat untuk menyaksikan matahari terbit dengan pemandangan Borobudur.
Pengunjung Punthuk Setumbu mengabadikan matahari terbit dengan latar depan candi Borobudur.

Hampir setengah jam berjalan, kami sampai puncak. Ini lebih mencengangkan lagi. Ternyata di puncak hampir mirip pasar malam. Ada sekitar 200-an orang di sana. Masing-masing telah mengambil posisi. Duduk atau berdiri. Entah siapa yang mengatur, tapi posisinya seperti orang duduk di ampitheater. Agak melengkung menatap ke satu arah.

Cukup banyak yang membawa kamera cukup serius (baca: dengan tripod dan lensa tele). Saat itu doa semua orang sama: tidak ada mendung dan matahari muncul dengan ceria.

Dan doa kami semua terwujud. Sekitar 27 menit setelah adzan subuh mengema di lembah, sebaris warna jingga muncul di cakrawala. Menit demi menit matahari beringsut naik. Hingga pada satu ketinggian, secara dramatis siluet Borobudur muncul dari balik kabut pagi dengan cahaya matahari menyorotinya. Luar biasa.

Dan drama itu berlangsung sekitar 30-an menit. Selesai selepas pukul 5 pagi. Maka perlahan para penikmat matahari terbit itu turun bukit.

Teman fotografer menyebut pengalaman itu sebagai cara lain menikmati candi Borobudur. Ia mungkin benar, saya seperti melihat Borobudur yang ‘baru’. Yang berbeda dengan saat masa kanak-kanak dulu.

Ayo, jangan lupa agendakan perjalananmu ke Magelang dan nikmati pesona elok dari perbukitan menoreh. Serta menikmati opera Borobudur di saat fajar menyingsing.

Waktu terbaik untuk datang ke kawasan ini pada adalah saat musim kemarau, yakni mulai Juli hingga Agustus. Pada saat itu, matahari kemungkinan besar tak terhalang awan atau mendung.

agendaIndonesia

****

Pulau Weh, Mengunjungi Indonesia di Titik 0

Dari Sabang hingga Takengon bisa dilakukan dalam waktu 5 hari.

Pulau Weh atau pulau We mungkin banyak anak milenial yang kurang mengetahuinya. Tapi kalau kita menyebut satu-satunya kota di atas pulau ini, yakni Sabang, mungkin mereka akan segera tahu, ini pulau paling barat dari Indonesia.

Pulau Weh

Orang Indonesia biasanya memang lebih mengerti Sabang daripada pulau Weh. Sabang adalah simbol ujung barat dari deret kepulauan Nusantara, dengan simbol ujung timurnya di Merauke. Ya, bila Indonesia diibaratkan sebuah deret aritmatika, Sabang dan pulau Weh adalah bilangan paling awal, bilangan 0.

Karena itu mengunjungi titik 0 Indonesia, yang ditandai dengan tugu Kilometer 0, tentu menjadi cerita yang seru. Apalagi jika wisatawan bisa mendapatkan sertifikat” Kilometer 0” yang ditandatangani Walikota Sabang.

Tugu Kilometer 0 itu lokasinya kurang lebih 29 kilomter dari pusat kota Sabang, dengan waktu tempuh ksekitar 1,5 jam dengan kendaraan bermotor. Tugu setinggi 20 meter itu berwarna krem dan merah muda dengan lambang Garuda yang sedang menggengam angka 0 di puncaknya.

Pulau Weh sendiri berada di ujung utara pulau Sumatera dan menjadi bagian dari Daerah Istimewa Aceh. Ia terbentuk akibat letusan gunung berapi pada zaman pleistosen, letusan yang menyebabkan daratan Weh terpisah dari daratan Sumatera. Pulau ini terletak di Laut Andaman.

Karena terbentuk karena letusan gunung berapi, menyebabkan masih banyak ditemukan batuan-batuan vulkani di pulau ini. Ini juga berpengaruh pada kesuburan tanahnya. Sebagian tutupan hutan hijau yang masih utuh dapat dijumpai di bagian barat pulau ini. Dan, meskipun hanya kecil dengan luas sekitar 120-an kilometer persegi, pulau Weh memiliki banyak pegunungan. Puncak tertinggi pulau ini adalah sebuah gunung berapi fumarolik dengan tinggi 617 meter

Pulau ini terbentang sepanjang 15 kilometer. Dari Banda Aceh, jarak Sabang sekitar 32 kilometer. Menuju Sabang bukan hal sulit, ini bisa dicapai dengan perjalanan laut dari Banda Aceh. Ada dua jenis kapal yang bisa mengantar ke Sabang, pertama kapal cepat yang menempuh perjalanan selama 30 menit harga tiketnya Rp 60 ribu per orang. Pengunjung juga bisa memilih kapal reguler, hanya saja waktu tempuhnya lebih lama, yakni sekitar dua jam. Harganya tiketnya lebih murah, yakni Rp 23 ribu per orang.

Sejumlah teman menyarankan, tidak ada salahnya jika memilih kapal yang lebih lambat. Sebab, kadang jika beruntung penumpang kapal reguler ini mendapatkan tontonan menarik. Selain disuguhi pemandangan laut yang indah, dalam perjalanan penumpang bisa melihat lumba-lumba berlompatan di permukaan laut, mereka seakan mengiringi perjalanan itu.

Terdapat empat pulau kecil yang mengelilingi Pulau Weh, yakni Pulau Klah, Rubiah, Seulako, dan pulau Rondo. Di antara keempatnya, Rubiah yang paling terkenal sebagai tempat pariwisata menyelam karena terumbu karangnya yang indah.

Pulau Rubiah berada di teluk di muka kota Sabang. Konon namanya diambil dari nama seorang perempuan, Cut Nyak Rubiah, yang makamnya ditemukan di pulau tersebut. Akses menuju pulau Rubiah adalah melalui Pantai Iboih atau yang nama lokalnya Teupin Layeu di kota Sabang. Waktu tempuh menuju Rubiah sekitar 5-10 menit dengan perahu motor dari Iboih.

Perairan di seputar pantai Iboih dan pulau Rubiah memang diperuntukkan untuk pariwisata. Penangkapan ikan secara masif dilarang di perairan ini, karena dianggap dapat merusak terumbu karang. Perairan bawah air di kawasan ini konon disebut-sebut sebagai salah satu yang terbaik di Sumatera.

Jika tidak berminat menyelam, pengunjung bisa snorkling dan mengamati kecantikan laut dari permukaan. Ada banyak menjumpai kumpulan ikan (schooling fish) yang berenang di seputaran terumbu karang. Biaya menyewa peralatan snorkling di Iboih atau Rubiah sekitar Rp 40 ribu. Sedang tarif untuk satu kali menyelam Rp 400 ribu.

Bilapun tak ingin menyeberang ke Rubiah, pengunjung bisa menikmati pantai Iboih atau pantai Teupin Layee. Suasana pantainya asri dengan panorama yang indah. Warung makan, toko pakaian, dan kedai kopi mudah ditemukan di sini. Wisatawan pun bisa menikmati ikan hias dan terumbu karang dengan menggunakan perahu kaca di seputar pantai.

Pilihan wisata lain adalah pantai Anoi Itam di sisi selatan Pulau Weh, butuh waktu sekitar 30 menit dari Sabang dengan motor motor. Keistimewaan pantai ini pada pasirnya yang hitam. Dalam bahasa Aceh, Anoi Itam berarti pasir hitam. Salah satu hal menarik di pantai ini adalah adanya Benteng Anoi Itam. Benteng ini adalah salah satu tempat yang menjadi pertahanan serdadu Jepang saat mereka masuk Sabang. 

Dari benteng tersebut, wisatawan juga bisa melihat hamparan laut berwarna biru kehijauan yang memukau. Di titik ini, wisatawan juga bisa melakukan pemotretan dengan latar Gunung Seulawah Agam yang menjulang kokoh di kejauhan di daratan Aceh.

Tapi terlepas dari apapun yang memang asyik itu, berkunjung ke titik Kilometer 0 Indonesia adalah pengalaman yang luar biasa. Ayo agendakan kunjunganmu ke tempat ini.

agendaIndonesia

*****

Damar Langit Bogor, Makan Nginap 1 Tempat

Damar Langit Bogor baru berumur setahun namun sudah menjadi pilihan liburan kekinian.

Damar Langit Bogor atau tepatnya Damar Langit Dining and Resort adalah salah satu alternatif spot wisata dan liburan kekinian di kawasan Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Menjual daya tarik seperti pemandangan indah nan asri serta iklim yang sejuk, tempat dengan konsep open space ini tengah naik daun dan ramai dikunjungi.

Damar Langit Bogor

Baru mulai berdiri dan beroperasi sejak 19 Juni 2021 lalu, tempat ini mendapat sambutan positif dan sedang populer bagi wisatawan yang memilih berlibur di area Bogor dan Puncak. Dari Bogor, jarak tempuh menuju tempat ini dengan mobil atau motor sekitar satu jam.

Utamanya tempat ini diperuntukkan bagi mereka yang ingin bersantai menikmati alam sambil bersantap siang atau malam bersama keluarga, teman dan orang-orang terdekat. Atau bagi mereka yang ingin mencari suasana berbeda dengan spot berfoto yang indah.

Damar Langit Bogor memiliki pemandangan dua gunung, Gunung Salak dan Pangrango
Salah satu alasan memilih tempat ini adalah pemandangannya yang luar biasa. Foto: DOk. Damar Langit

Pemandangan alam di sini memang menjadi nilai plus utama dari tempat ini. Di sini anda dapat menikmati panorama dua gunung, yakni gunung Salak dan Gede Pangrango yang dikelilingi area perbukitan yang menghampar hijau, dan kelip cahaya kota Bogor yang menghiasi di malam hari.

Anda bisa menikmati pemandangan serta suasana asri tersebut dalam tiga pilihan area, yaitu indoor, semi outdoor dan outdoor. Biasanya, kebanyakan pengunjung lebih menyukai area outdoor, di mana tersedia beberapa tempat lesehan di tengah lahan rumput hijau.

Terdapat pula fasilitas kolam renang bagi yang ingin menikmati nuansa alam yang sejuk sambil berenang. Kolam renang ini terbuka untuk umum dan untuk dapat masuk pengunjung akan dikenakan tarif tiket sebesar Rp 50 ribu.

Damar Langit Bogor juga menawarkan beragam jenis makanan dan minuman untuk disantap sambil bersantai. Dari masakan lokal Indonesia seperti ayam Taliwang hingga menu-menu mancanegara seperti seafood tom yum dan chicken quesadilla tersedia di sini.

Damar Langit Bogor minuman
Salah satu minuman unggulan di Damar Langit Bogor. Foto: dok. Damar Langit

Namun perlu dicatat bahwa harga makanan di sini tergolong agak premium, yang berkisar antara Rp 35 ribu hingga Rp 200 ribu. Pilihan minumannya pun dihargai sekitar Rp 35 ribu hingga Rp 50 ribu, dengan pilihan seperti fresh juice, fruity ginger tea dan kopi kacang hijau.

Sebagai spot wisata kekinian, Damar Langit Bogor juga menyediakan fasilitas staycation berupa glamping alias glamour camping yang belakangan tengah marak. Nama glamping sendiri merujuk pada kegiatan pelesir mirip berkemah yang dilakukan dengan fasilitas lebih memadai.

Alih-alih menggunakan kemah, di tempat ini disediakan beberapa dome yang sudah dilengkapi dengan fasilitas seperti TV, kamar mandi dengan pancuran, kulkas, wi-fi dan sebagainya. Untuk menuju dome ini, pengunjung perlu membawa mobil atau dengan fasilitas shuttle car yang disediakan.

Tarif dome-dome tersebut dihargai Rp 1,5 juta per malam pada saat weekdays dan Rp 1,8 juta per malam kala weekend. Cocok bagi anda yang ingin menikmati pengalaman serasa berkemah tapi tanpa perlu merasakan kesulitan serta keterbatasan yang lazimnya dialami saat berkemah.

Atau kalau anda hanya membutuhkan fasilitas staycation seperti pada umumnya, Damar Langit Bogor juga menyediakan beberapa vila-vila. Setiap vila dapat menampung setidaknya empat orang, plus satu orang dengan tambahan extra bed.

Selain itu, vila-vila tersebut juga dilengkapi teras yang cukup besar dan nyaman untuk menikmati pemandangan. Tarif sewa vila ini harganya Rp 3,5 juta per malam ketika weekdays dan Rp 4 juta per malam pada weekend.

Yang perlu dicatat, jika anda menginap baik di dome maupun vila, anda akan mendapatkan akses khusus untuk ke kolam renang secara gratis. Anda juga dapat memesan menu-menu makanan dan minuman yang akan diantarkan ke dome atau vila tempat anda menginap.

Sebagai info, menu sarapan tersedia dari jam 07.00 sampai 11.00, sedangkan menu makan siang mulai dari jam 12.00 hingga jam 15.00. Adapun menu untuk makan malam disediakan dari jam 18.00 sampai jam 23.00.

Detail lainnya, tarif seperti tiket masuk kolam renang berlaku untuk usia 17 tahun ke atas. Yang juga tak boleh dilupakan, setiap penginapan baik dome maupun vila adalah penginapan bebas rokok, tetapi disediakan area khusus untuk merokok.

Lain dari itu, akses menuju tempat ini dapat dilalui oleh mobil maupun motor, dengan fasilitas tempat parkir juga tersedia. Namun jalur yang dilalui tergolong agak sempit dan cukup curam, sehingga pengunjung perlu berhati-hati, terlebih saat weekend atau hari libur yang lebih padat.

Damar Langit Dining and Resort buka setiap hari dari jam 10.00 hingga 21.00 pada weekdays dan dari jam 10.00 hingga 22.00 saat weekend. Untuk info lebih lanjut dapat menghubungi (0251) 8295404, (0251) 8260424, atau kunjungi situs resmi www.damar-langit.com dan laman Instagram resmi @damarlangitresort.

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Mengejar Awan Mahameru di Atas 3676 Meter

Mengejar awal mahameru sebagai atap jawa sungguh bukan perjalanan mudah.

Mengejar awan Mahameru adalah impian para petualang alam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Selain curam, medannya juga berpasir yang membuat setiap selangkah mendaki, kaki malah bisa merosot mundur lima langkah.

Mengejar Awan Mahameru

Perjalanan ini sendiri sudah jauh saya lakukan. Bahkan sebelum masa pandemi, namun tetap saja menarik buat saya kenang. Saya ingat, saat itu hampir menjelang tengah malam saat sampai di pos Kalimati. Hawa dingin sudah menyerbu badan bahkan saat sebelum sampai pos ini. 

Sambil duduk di atas sebuah batu, berulangkali saya mencoba merapatkan jaket yang menempel di tubuh. Tapi nyaris tak ada gunanya. Di ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut menuju puncak Semeru, sia-sia saja melawan dinginnya udara yang mendekati nol derajat.

Mengejar awan Mahameru adalah impian para penjelajah alam di tanah Jawa.
Danau Ranukumbolo, tempat para pendaki biasa mendirikan tenda untuk bermalam sebelum menuju puncak Semeru. Foto: Dok. Unsplash


Mencoba mencari hangat, saya berjalan berkeliling. Mendekati sekelompok orang yang tengah duduk mengelilingi api unggun kecil. Mereka penduduk sekitar Semeru yang biasa menawarkan jasa porter. “Kapan akan berangkat muncak?” tanya salah seorang dari mereka. “Tengah malam nanti, pak,” ujar saya.


“Berjalan saja, jangan pikirkan akan sampai atau tidak. Jika berjalan terus, tidak terasa nanti sampai di atas,” ujar laki-laki setengah baya tadi seakan memberi tip sekaligus menguatkan semangat.


Semeru, merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Gunung yang sudah banyak diimpikan para pendaki.

Untuk saya sendiri, angan-angan mengejar awan Mahameru di ketinggian 3.676 mdpl sudah ada sejak remaja, meski saya bukan pendaki. Dan kesempatan itu pun akhirnya datang. Dengan menumpang kereta Matarmaja saya menuju Malang dari Jakarta. Selanjutnya bersama 16 teman menumpang jeep hingga pos Ranu Pane, desa terakhir untuk menuju Semeru. 


Malam itu di Kalimati, berarti tinggal sekitar tiga kilometer menuju puncak. Tapi perjuangan justru baru dimulai. Medan yang akan kami tapaki selanjutnya, selain curam, adalah medan berpasir. Satu langkah mendaki, kaki bisa merosot lima langkah.


Tepat pukul 12 malam rombongan memulai perjalanan menuju puncak. Di tengah kegelapan, kami merayapi sela pepohonan dengan penerangan dari headlamp. Semakin tinggi mendaki, saya semakin sulit bernapas. Hidung terasa nyeri ketika menghirup udara. Kepala saya pening. Tampaknya asupan oksigen yang kurang lancar mulai mempengaruhi peredaran darah di kepala.


Saya tetap berjalan. Pikiran saat itu masih normal untuk mengatakan, saya harus terus berjalan. Saya tidak mau menyerah. Apalagi, di sekitar pos Arcopodo, kami menjumpai beberapa batu nisan yang dibuat untuk menandai pendaki yang meninggal saat pendakian. Sambil melangkah, doa semakin deras terucap dalam hati.


Lepas dari pos Kelik, kami mulai menapaki pasir. Meski kondisi gelap gulita, saya dapat merasakan pasir raksasa Mahameru berdiri tegak di depan kami. Saya menyesal tidak menggunakan geiter sebagai penutup kaki. Pasir dan kerikil masuk ke dalam sepatu dan sampai di bawah tapak kaki. Menginjak kerikil-kerikil membuat saya melangkah dengan rasa nyeri. Berulangkali saya melepas sepatu dan mengeluarkan kerikil.

Mengejar awan Mahameru yang berada di ketinggian 3676 di atas permukaan laut.
Puncak Semeru terlihat di kejauhan. Foto: Dok. unsplash


Hampir fajar. Rombongan sudah berpencar. Saya menoleh ke belakang. Masih ada dua teman. “Ayoo semangaaat…,” teriak seseorang.  Saya masih berada di tengah pasir, saat rona merah matahari dari bawah awan menyajikan pemandangan yang sangat indah. Di Jakarta, matahari terbit sering saya anggap hal biasa. Tapi sini, setiap kejadian alam adalah keajaiban. Terduduk di pasir, saya merasa beruntung dapat menikmati kuasa-Nya.


Hari telah pagi. Suasana hampir terang. Puncak Semeru belum juga terlihat. Saya melangkah dengan sisa-sisa napas. Tenggorokan terasa kering. Persediaan minum sudah habis pula. Seorang pendaki yang berjalan mendahului saya, mencoba memberi semangat. “Puncak sebentar lagi, paling 50 meter,” ujarnya tanpa ditanya.

Duh, bahkan 5 meter menanjak di pasir yang miring sangat jauh berbeda dengan di permukaan datar. Jangankan berjalan, mencari pijakan di pasir saja, kaki harus meraba agar tidak merosot ke bawah lagi.


Di tepian pasir, beberapa pendaki tergolek tidur. Saya mencoba merebahkan diri di pasir Semeru. Luar biasa, lebih nikmat dibanding ketika di spring bed mahal. Kantuk menyerang, hampir saya tertidur. O.. tidak! Saya segera bangkit. Saya bergegas, khawatir kehabisan waktu, karena setelah pukul 9.00 pendaki tidak bisa menuju puncak. Semua harus turun. Angin yang mungkin membawa asap beracun dari kawah Semeru akan bergerak ke jalur pendakian.


Tubuh saya benar-benar lemas, 10 meter menjelang puncak. Dari atas sekelompok pendaki berjalan turun. “Sini, mana tongkatnya, saya tarik,” dia berteriak. Saya mengangsurkan trekking pole saya. Ia menarik tongkat yang saya genggam hingga tubuh saya terangkat naik. Teman di belakangnya melanjutkan menarik tongkat saya.


Saya seperti mendapat semangat baru. Saya tahu, puncak hanya beberapa langkah lagi. Satu…dua…tiga. Hopla!! Dengan sisa tenaga saya mencapai tanah datar Semeru. Saya tersungkur dan meneteskan air mata, tidak percaya akhirnya mencapai harapan mengejar awan Mahameru. 
Saya bangkit menatap hamparan abu-abu puncak Semeru. Melangkahkan kaki mengitari puncak dengan buncahan rasa yang sulit saya definisikan. Semalaman bergelut dengan pasir dan bebatuan Mahameru, inilah akhir perjalanan. Puncak Mahameru dikelilingi kepingan awan. Saya seperti berada di negeri atas awan puncak tanah Jawa.

agendaIndonedia/TL/Ika C/Rita

*****

Wisata Ke Batam, 15 Kilometer Dari Singapura

Wisata Ke Batam Jembatan Balerang

Wisata ke Batam pada masanya pernah begitu popular bagi banyak orang Indonesia. Maklum, hingga 31 Desember 2010, orang Indonesia yang hendak bepergian ke luar negeri dulu harus membayar fiskal sebesar Rp 1 juta. Dan, jika berangkat dari Batam, untuk perjalanan satu hari biaya itu bisa dipangkas separuhnya.

Wisata Ke Batam

Soal jalan-jalan dengan menghemat biaya fiskal adalah cerita masa lalu. Kini Batam terus berbenah menjadi spot wisata yang mandiri. Makin banyak pengunjung yang memang mau menikmati Batam itu sendiri. Tentu, tak menutup kemungkinan ada saja ada pengunjung yang selain main ke pulau ini seraya melirik ke negeri Singa. Maklum, jarak antara ke dua pulau ini cuma 15 kilometer. Dengan kapal fery, jarak ini biasanya ditempuh 40-45 menit.

Batam adalah kota sekaligus pulau yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau. Sebagai kota, Batam adalah kota terbesar di provinsi ini. Wilayah Kota Batam terdiri dari Pulau batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang dan pulau-pulau kecil lainnya di kawasanSelat Singapura dan selat Malaka. Pulau Batam, Rempang, dan Galang kini terkoneksi oleh Jembatan Barelang yang sekaligus menjadi ikon kota ini.

Ketika dibangun pada tahun 1970-an oleh Otorita Batam, saat ini bernama BP Batam, kota ini hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk. Dalam tempo 40 tahunan penduduk Batam bertumbuh hingga 158 kali lipat. Jumlah penduduk mencapai 1.150.000 jiwa pada sensus 2012.

Kota ini sejatinya terus dikembangkan menjadi kawasan wisata terpadu yang cukup lengkap. Selain memiliki sejulah spot alam yang menarik, punya petilasan sejarah, dan tak kalah penting ia juga dikembangkan untuk wisata belanja. Batam merupakan bagian dari kawasan khusus perdagangan bebas Batam-Bintan-Karimun (BBK).

Untuk ke Batam tentu saja paling mudah menggunakan penerbangan dari Jakarta. Ada banyak jadwal penerbangan ke kota ini, tinggal disesuaikan dengan acara yang disusun selama di Batam.

Jika melakukan perjalanan ke Batam untuk liburan, pulau ini memiliki koleksi pantai yang indah dan beragam. Wisatawan bisa memilih, pemandangan gugusan pulau, Singapura, atau Jembatan Barelang yang megah itu. Salah satu pantai yang memiliki potensi wisata bahari adalah Pantai Tanjung Pinggir.

Pantai ini berada di kawasan Sekupang, Kota Batam. Bila tak sedang musim kabut asap, gedung-gedung di Singapura terlihat jelas, bahkan Marina Bay Sands sekalipun. Tanjungpinggir dikepung bebatuan, namun pantainya yang kecoklatan masih sangat leluasa untuk digunakan bermain atau berjalan-jalan di pinggirnya.

Ada pula Pantai Nongsa yang memiliki pemandangan sangat cantik dan banyak dikunjungi wisatawan karena keindahan pantai dengan pasir putihnya. Pantai ini terletak di Kecamatan Nongsa, hanya sekitar 10 menit jika ditempuh dari bandara. Banyak wisatawan yang datang ke tempat wisata ini untuk menikmati keindahan lautnya, mereka juga dapat menginap di hotel sekitar pantai.

Pilihan kunjungan lainnya adalah ke kampung Vietnam di Pulau Galang. Tempatnya sekitar 50 kilometer dari Kota Batam dengan waktu perjalanan sekitar 1,5 jam. Kampung Vietnam merupakan bekas kamp pengungsian warga Vietnam pada saat Perang Vietnam berlangsung atau setelah berakhir di akahir 60-an hingga 70-an.

Di Kampung Vietnam ada gereja tua, vihara, barak pengungsian, penjara hingga patung Buddha tidur. Beberapa bangunan memang banyak yang telah menjadi puing-puing, seperti rumah sakit dan penjara. Semua bangunan tersebut menjadi saksi bisu tentang kehidupan para pengungsi di masa lalu.

Secara historis Indonesia pernah punya pengalaman ikut menangani pengungsi dari Vietnam atau yang kerap dijuluki sebagai manusia perahu. Pemerintah Indonesia saat itu memilih Pulau Galang untuk menampung para manusia perahu tersebut.

Pemerintah Indonesia mengizinkan mereka mengungsi ke tempat tersebut untuk sementara waktu hingga perang saudara di Vietnam reda. Setelah terjadi  perdamaian di Vietnam, para pengungsi mulai kembali ke negaranya dan membiarkan tempat tersebut kosong. Hingga saat ini tempat itu menjadi tempat wisata yang unik karena ada sebuah desa yang tidak berpenghuni namun memiliki suasana yang tidak lazim di Indonesia.

Wisata Ke Batam Ocarina

Pilihan selanjutnya, terutama bagi mereka yang memiliki anak kecil adalah bermain ke Ocarina. Orang Jakarta barang kali memiliki Taman Impian Jaya  Ancol, nah kalau orang Batam punya yang namanya Ocarina, yaitu wahana permainan seluas sekitar 40 hektare yang dibuka pada 2008. Tempat ini sekarang menjadi wisata hiburan paling populer bagi masyarakat Batam dan sekitarnya.

Dengan lokasi berada di pinggir pantai, bisa dimanfaatkan pengunjung untuk keperluan liburan keluarga. Pada hari libur tempat ini banyak dikunjungi oleh masyarakat baik lokal maupun luar daerah.

Wisata lain yang menarik adalah belanja. Pada masanya, banyak orang dari luar Batam yang pergi ke sini untuk berbelanja barang-barang impor, khususnya barang elektroni. Harganya memang relatif miring. Saat ini, dengan makin terbukanya perdagangan dan transaksi daring, harga murah menjadi relatif. Namun jika ada yang ingin mencoba peruntungan, bisa main ke Batam City Square, Panbil Mall, Nagoya Hill, atau Pasar Aviari. Yang terakhir ini banyak menjual barang bekas dengan kondisi bagus eks negara tetangga.

Jadi, kapan punya agenda main ke Batam?

agendaIndonesia

*****