Mutiara Lombok, Salah 1 Yang Terbaik

Mutiara Lombok kabarnya merupakan salah satu yang teraik di dunia. Foto: shutterstock

Mutiara Lombok adalah salah satu yang diminta menjadi oleh-oleh jika ada kerabat atau sahabat liburan ke Nusa Tenggara Barat, khususnya Pulau Lombok. Tahukah Anda bahwa mutiara Lombok diakui sebagai salah satu jenis mutiara paling indah di dunia? Budidaya lokal satu ini telah berhasil menarik perhatian begitu banyak peminat tak hanya dari dalam, namun juga luar negeri.

Mutiara Lombok

Sejak lama, mutiara dianggap sebagai simbol kemurnian dan kesempurnaan. Dari peradaban Roma hingga Hindu kuno, memiliki atau menggunakan barang yang terbuat dari mutiara punya nilai gengsi tersendiri.

Selain keindahan wujudnya, ia tergolong barang mahal karena tak mudah menemukannya. Di masa lalu, para pencari mutiara bertaruh nyawa menyelam hingga ke dasar laut mencari kerang-kerang. Itu dilakukan dengan minimnya teknologi dan perlengkapan penunjang.

Oleh karena itu, bagi pemiliknya, mutiara lebih banyak digunakan untuk acara dan keperluan spesial, atau bagi golongan tertentu. Misalnya perhiasan bagi kaum kerajaan dan bangsawan, atau perhiasan yang digunakan pada adat pernikahan Hindu kuno.

Mutiara sendiri terbuat dari proses alami kerang yang memiliki sistem pertahanan diri dari partikel-partikel mikro yang masuk ke dalam tubuh (cangkang) mereka, misalnya pasir, plankton dan lain-lain. Caranya, kerang akan mengeluarkan cairan yang mengandung kalsium karbonat, yang kemudian akan menyelimuti partikel tersebut hingga berkristalisasi.

Mutiara Lombok saat ini lebih banyak hasil budidaya, baik di darat dan di air laut. Keduanya merupakan mutiara yang bagus.

Proses itu dapat berlangsung lama, bahkan hingga bertahun-tahun. Itulah sebabnya, seekor kerang biasanya hanya dapat membuat sebutir mutiara. Bahkan dari setiap seribu kerang, mungkin hanya hitungan jari saja yang dapat ditemukan dengan mutiara.

Oleh sebab itu, orang kemudian membudidayakan mutiara dengan cara memasukkan partikel mikro tersebut secara sengaja ke dalam kerang, agar ia dapat membuahkan mutiara. Dengan demikian, proses dapat dipersingkat dan probabilitas panen mutiara menjadi lebih besar.

Dari situ, mutiara kemudian dibedakan menjadi mutiara jenis laut dan air tawar. Jenis laut biasanya lebih jarang ditemukan, dan kerang biasanya hanya membuat satu butir saja. Proses terbuatnya pun bisa hingga bertahun-tahun. Maka populasinya jarang dan jika dijual harganya mahal.

Sedangkan jenis air tawar biasanya punya jangka waktu panen yang lebih singkat. Selain itu, kerang bisa memproduksi mutiara lebih dari satu. Populasinya pun lebih banyak dan harganya lebih murah.

Mutiara jenis laut secara asalnya terbagi lagi menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah mutiara laut Tahiti, yang terdapat di perairan pulau Tahiti dan French Polynesia. Kemudian ada juga mutiara laut Akoya, yang terdapat di area perairan Jepang.

Terakhir adalah mutiara laut selatan, yang kebanyakan berada di kawasan perairan Asia Pasifik seperti Filipina, Australia dan Indonesia, termasuk di Lombok. Selain Lombok, lokasi budidaya lainnya meliputi Sumbawa dan Papua.

Di Lombok, budidaya mutiara dilakukan baik di laut maupun air tawar. Kendati jenis laut rata-rata berkualitas lebih bagus dan lebih mahal, secara umum mutiara Lombok dikenal dengan butirannya yang berukuran besar dan kilaunya yang khas. Inilah alasan mengapa mutiara Lombok dianggap sebagai salah satu yang terbaik di dunia.

Ciri khas lainnya adalah warnanya secara alami. Jenis air tawar biasanya berwarna alami putih, merah muda dan ungu. Sedangkan jenis laut memiliki warna alami putih, emas, silver, dan kadang-kadang hitam.

Mutiara Lombok kemudian dijual sebagai perhiasan, atau dijual per butiran. Misal, jenis air tawar biasanya dihargai sekitar Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu per butir. Sedang jenis laut bisa mencapai Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu. Biasanya mutiara dijual butiran berdasarkan bobot per gramnya.

Harga jual per butirannya juga tergantung dari grade mutiara tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, seperti luster (kilau), shape (bentuk), surface (permukaan), size (ukuran) dan nacre (lapisan warna).

Dari situ, grading biasanya dibagi menjadi beberapa kategori, dari yang terbaik sampai yang kurang baik. Misalnya, grade AAA punya kilau bagus, bentuk sempurna, tingkat cacat permukaannya maksimal 10 persen.

Kemudian grade AA berkilau sedang, bentuk hamper sempurna dan tingkat cacat permukaannya maksimal 25 persen. Dan di bawahnya ada grade A dengan kilau rendah, bentuk kurang sempurna dan tingkat cacat permukaan maksimal 50 persen.

Selain itu, tentu mutiara juga dijual sebagai beragam jenis perhiasan, seperti kalung, gelang, cincin, bros dan lain-lain. Harganya pun beragam, dari kisaran Rp 200-250 ribu hingga jutaan, bahkan puluhan juta rupiah.

Yang perlu dicatat, saat ini penting untuk mengetahui ciri-ciri utama mutiara yang asli. Hal ini disebabkan makin maraknya mutiara imitasi yang terbuat dari plastik, kaca atau keramik yang beredar di pasaran.

Ada beberapa cara untuk mengecek keaslian mutiara. Contohnya, mutiara asli jika disentuh awalnya akan terasa dingin. Barang imitasi tidak terasa demikian, bahkan sudah cenderung hangat sejak pertama disentuh.

Cara lainnya, jika digosok atau dikikis mutiara yang asli akan terasa berpasir, yang palsu hanya akan terasa licin dan halus. Yang asli juga akan memiliki bobot yang lebih berat dan variatif per butirnya. Kilau dan refleksi cahayanya pun lebih alami ketimbang yang palsu.

Bagi yang berminat, penting untuk memperhatikan ciri-ciri tersebut agar tak tertipu produk palsu. Mutiara Lombok juga biasanya disertakan dengan sertifikat resmi dari asosiasi penjual mutiara Lombok.

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Yangko Kotagede, Kisah Oleh-oleh 101 Tahun

Yangko Kotagede oleh-oleh yang sudah diproduksi sebagai oleh-oleh sejak 1921. Foto shutterstock

Yangko Kotagede bagi sebagian orang mungkin kalah popular dibandingkan bakpia. Tapi, kudapan tradisional khas Kotagede, Yogyakarta, ini bisa jadi alternatif bagi yang mencari oleh-oleh selain bakpia, gudeg dan lain lain.

Yangko Kotagede

Yangko Kotagede merupakan makanan cemilan yang terbuat dari ketan. Di dalamnya diberi isian berupa kacang yang dicincang. Sedang bagian luarnya dibalut tepung dan gula, memberi sensasi manis dan gurih di https://www.jogjakota.go.id/mulut.

Umumnya yangko secara fisik berbentuk kotak-kotak dan padat, namun terasa kenyal. Pada perkembangannya, cemilan ini kemudian dimodifikasi menggunakan beragam jenis isian dan pemanis rasa agar dapat menarik selera konsumen masa kini.

Yangko Kotagede konon sudah ada sejak zaman Pangeran Dipenogoro. Dibawa untuk bekal perang.
Jalanan di Kotagede, Yogyakarta. Foto: DOk, Unspalsh

Sejarah kemunculan makanan ini bisa ditarik hingga ke masa kerajaan Mataram Islam, yang kebetulan berpusat di Kotagede pada kala itu. Di masa itu penganan ini lebih populer sebagai kudapan raja, kaum bangsawan dan priyayi.

Nama yangko sendiri konon berasal dari kata ‘kiangko’ dari bahasa Mandarin, karena resepnya disinyalir dibawa orang-orang dari Tiongkok yang datang ke Indonesia saat itu. Mulut orang Jawa yang sulit melafalkannya kemudian menyingkatnya menjadi yangko. Ada pula anekdot yang menyebut nama ini adalah  singkatan dari ‘tiyang Kotagede’, bahasa Jawa dari ‘orang Kotagede’.

Kala itu, tidak semua orang yang bisa menikmatinya, karena dianggap makanan mahal. Walau demikian, nyatanya yangko menjadi penganan favorit Pangeran Diponegoro yang selalu dibawa kala bergerilya memimpin perang.  Alasannya, ia termasuk makanan yang awet dan tahan lama.

Selepas era tersebut, resep yangko masih dipertahankan oleh segelintir orang, salah satunya oleh Muhammad Alif serta ayahnya yang akrab dipanggil mbah Ireng. Sejak tahun 1921, mereka mulai membuat dan menjual produksinya sendiri.

Pada 1939, raja Kasunanan Surakarta Sri Susuhunan Pakubuwono X mangkat. Kala itu, salah satu prosesi pemakamannya dilakukan di masjid Kotagede. Momen itu dimanfaatkan sang ayah dan anak untuk turut menyediakan konsumsi dengan membawakan makanan produknya pada acara tersebut.

Ternyata, kerabat keraton yang hadir menyukai penganan buatan mereka, dan mulai turut mempopulerkannya. Sejak saat itu, nama penganan ini mulai terangkat sebagai kudapan tradisional di kalangan masyarakat luas, serta sebagai oleh-oleh bagi wisatawan.

Hingga kini, usaha mereka pun terus dilanjutkan oleh Suprapto, cucu dan cicit mereka dengan menggunakan merek Yangko Pak Prapto. Merek tersebut pun jadi salah satu yang paling legendaris dan tersohor saat ini.

Proses pembuatan yangko Kotagede bermula dari beras ketan yang dikukus dan kemudian dikeringkan. Setelahnya, ketan lalu digiling dan disangrai (dimasak tanpa menggunakan minyak). Setelah itu digiling kembali sampai berupa tepung halus agar dapat dibuat adonan.

Yangko Kotagede saat ini sudah dengan bangak variasi rasa dan isi. Originalnya berisi kacang tanah yang dirajang.
Adonan yangko yang belum dipotong-potong. Foto: dok. shutterstock

Adonan tersebut lantas dicampur dengan pemanis rasa tertentu, air gula, serta isiannya. Adonan yang telah tercampur kemudian dimasak lagi, sebelum didinginkan, dibentuk kotak-kotak dengan ukuran kurang lebih sekitar 2 x 2 cm dan ditaburi tepung agar tidak lengket.

Makanan ini kemudian dikemas menggunakan kertas minyak dan ditaruh di dalam kotak. Satu kotak yang dijual di toko biasanya berisi 20 hingga 30 buah. Seperti dijelaskan di atas, yangko tergolong penganan yang cukup tahan lama, dengan ketahanan paling tidak sampai 15 hari dalam suhu ruangan, dan lebih lama lagi jika disimpan di kulkas.

Beberapa hal yang membuat penganan ini digemari adalah cita rasanya yang manis nan legit bercampur gurih, serta teksturnya yang walaupun padat tapi kenyal saat dikunyah. Selain itu, aromanya yang khas juga harum dan menggugah selera.

Yangko Kotagede yang asli biasanya berwarna abu-abu kecoklatan pekat dengan rasa kacang di dalamnya. Tetapi dewasa ini ia juga dibuat warna warni dengan berbagai rasa lain seperti coklat, nanas, nangka, durian, strawberry, cocopandan, frambozen dan sebagainya.

Sekarang oleh-oleh ini cukup mudah ditemui di sekeliling pusat oleh-oleh Yogyakarta, terutama tentunya di Kotagede. Ambil contoh Toko Roti Ngudi Roso misalnya. Toko penganan oleh-oleh tersebut didirikan oleh Harjo Soekarto, salah seorang kerabat Muhammad Alif.

Toko Ngudi Roso saat ini memproduksi dan menjual penganan oleh-oleh seperti roti jahe, wajik, ukel, sagon dan lainnya, termasuk yangko. Hanya berjarak 500 meter dari Pasar Kotagede, toko itu sudah lebih dari 50 tahun menjajakan penganan khas Kotagede itu.

Dengan resep yang sudah turun temurun dalam keluarga pengusaha tersebut, hingga kini makanan ini masih jadi salah satu jualan utama mereka. Kendati sekarang bersaing dengan merek-merek baru lain, buatan mereka yang sekotak dijual Rp 18 ribu rupiah masih banyak pelanggan setianya.

Selain Kotagede, yangko juga kini diproduksi di lokasi-lokasi lain, seperti misalnya di Banguntapan, Kabupaten Bantul. Di kawasan selatan Yogyakarta ini, ada beberapa merek produksi rumahan seperti Yangko Bu Cip dan Yangko Mawar Sari.

Bisnis rumahan ini pun sudah berjalan lebih dari 30 tahun. Mengikuti perkembangan jaman, yangko buatan mereka juga tersedia dalam aneka rasa dan dihargai sekitar Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu. Biasanya, produk-produk tersebut dijual di pasar-pasar seperti Pasar Godean, Pasar Pleret, Pasar Beringharjo dan lain lain.

Bahkan merek-merek yang sudah dikenal membuat produk penganan oleh-oleh lain juga ikut menawarkan produk yangko. Kencana, misalnya, merek penganan oleh-oleh yang lebih dikenal dengan bakpianya, kini juga menjajakan makanan Kotagede itu.

Serta tentu merk yang paling ikonik adalah Yangko Pak Prapto. Sekarang mereka berpusat produksi dan toko di kawasan Umbulharjo. Usaha kini dijalankan oleh kedua anak Suprapto, Gatot dan Galuh, generasi ke empat dalam keluarga tersebut. Sekotak Yangko Pak Prapto isi 30 harganya mulai dari Rp 19 ribu.

Demikian banyaknya pilihan, maka rasanya yangko Kotagede perlu jadi alternatif bagi wisatawan yang mencari oleh-oleh penganan Kota Pelajar tersebut. Kudapan tradisional unik dan sarat sejarah yang sayang untuk dilewatkan.

Toko-toko Penjual Yangko

Yangko Pak Prapto: Jl. Pramuka no. 82, Umbulharjo, Yogyakarta

Telp. (0274) 380757

Toko Roti Ngudi Roso: Jl. Masjid Besar no. 9, Kotagede, Yogyakarta

Telp. (0274) 380700

Yangko Bu Cip: Jl. Balong Kidul, Banguntapan, Bantul

Telp. 088802735413

Bakpia dan Yangko Kencana:

Jl. C. Simanjuntak no. 41B, Terban, Yogyakarta

Telp. (0274) 551445

Jl. Laksda Adisucipto no. 17, Sleman, Yogyakarta

Telp. 08122937575

Jl. Wates km. 6, Gamping, Yogyakarta

Telp. 089687815758

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Brem Suling Gading, 1 Cemilan Khas Madiun

Brem Suling Gading meneruskan tradisi pengolahan makanan khas Madiun. Foto: dok iStock

Brem Suling Gading rasanya perlu masuk checklist Anda saat bepergian ke Madiun dan mencari oleh-oleh. Memang, ke Madiun kurang lengkap rasanya kalau tak mampir membeli brem, cemilan legendaris khas kota berjuluk kota Brem ini. Bisa dibilang, brem sudah jadi ikon oleh-oleh khas kota di tepi Barat provinsi Jawa Timur tersebut. Dan salah satu yang terkenal adalah brem cap Suling Gading.

Brem Suling Gading

Brem sendiri merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan yang dimasak hingga matang, sebelum kemudian dikeringkan. Sesudahnya, ketan diberi ragi dan dibiarkan mengendap selama sekitar sehari semalam, sebelum disimpan di tempat tertutup selama tujuh hari agar berfermentasi.

Brem Suling Gading menjadi merek yang paling dieknal sehingga banyak produk lain yang nama dan kemasannya menyerupainya.
Brem Suling Gading dikenal sebagai oleh-oleh khas Madiun. Foto: Istimewa

Ketan yang sudah berfermentasi kemudian diperas dengan alat khusus untuk diambil air sarinya. Air sari ketan tersebut lantas dimasak lagi sambil diberi pemanis rasa. Setelah matang, sari ketan dituang ke cetakan balok dan didinginkan. Balok-balok yang sudah padat dan dingin lalu dipotong lebih kecil lagi.

Setelah jadi, brem akan berbentuk padat dan cenderung kering. Tetapi, yang membuat brem unik adalah ketika dimakan ia justru mudah melebur di mulut. Ditambah dengan sensasi ‘dingin’ bercampur rasa manis dan asam yang unik, membuatnya jadi penganan oleh-oleh yang banyak dicari orang.

Merunut sejarahnya, brem disebut pertama kali dibuat di desa Bancong dan Kaliabu, Kabupaten Madiun. Makanan ini sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Pada saat itu, brem dibuat sebagai kudapan tradisional yang sederhana, tetapi lebih banyak dikonsumsi oleh kaum berada.

Dalam perkembangannya, sekitar tahun 1980-an, brem kemudian mulai dijajakan oleh pedagang asongan di tempat-tempat umum, seperti stasiun kereta api dan lain-lain. Brem dipotong-potong menjadi kecil seukuran permen agar mudah dibungkus dan dibawa. Dari sinilah, brem mulai populer sebagai penganan khas Madiun.

Uniknya, di Indonesia brem tidak hanya eksis sebagai makanan. Di kawasan Bali dan Nusa Tenggara, brem justru dikenal sebagai minuman. Bedanya, air sari ketan yang sudah berfermentasi tidak lagi diproses dan langsung disajikan sebagai minuman. Oleh karenanya, kadar alkoholnya masih tergolong cukup tinggi.

Kendati demikian, yang tak kalah menarik adalah ternyata mengonsumsi brem membawa keuntungan tersendiri. Rutin menyantap brem diklaim dapat membantu meningkatkan kadar hormon, mengurangi resiko penyakit jantung, memperlancar peredaran darah, menurunkan kadar kolesterol dan menetralisir kadar lemak yang berlebihan.

Selain itu, brem juga disebut berkhasiat menghaluskan wajah dan mencegah timbulnya jerawat. Semua manfaat brem ini membuatnya semakin jadi buruan konsumen.

Seiring dengan perkembangan zaman, brem kini hadir dalam berbagai jenis format dan rasa. Kalau dulu brem kebanyakan berbentuk balok atau kotak-kotak, kini brem bisa juga ditemukan dalam bentuk lempengan bundar atau potongan kecil layaknya permen.

Begitu pun dengan pilihan rasanya. Biasanya brem punya rasa asli manis bercampur asam, tetapi kini brem juga kerap dijual dengan berbagai pilihan rasa, misalnya coklat dan rasa buah-buahan seperti jeruk, strawberry, melon, anggur dan sebagainya.

Di Madiun, cukup mudah untuk menemukan toko-toko penjual brem. Banyak dari para penjual brem yang sudah turun temurun membuat dan menjual brem. Namun brem Suling Gading boleh jadi merupakan salah satu merek yang paling populer.

Cita rasa Brem Suling Gading memang begitu melegenda. Kualitasnya selalu dijaga dengan bahan baku seperti ketan yang terpilih dan terbaik. Maka maklum, banyak merek lain yang muncul dengan nama dan kemasan mirip. Tetapi Brem Suling Gading yang otentik selalu menambahkan embel-embel ‘asli’ di kemasannya.

Secara produk, Brem Suling Gading sendiri terbagi menjadi berbagai macam. Selain tentunya pilihan rasa, produk juga dibagi berdasarkan jumlah isinya. Dalam satu kemasan, ada yang berisi dua potong, tiga potong, empat potong dan lima potong. Tiap potong juga bisa berbeda-beda rasanya.

Namun yang perlu jadi catatan adalah bentuk potongannya yang juga berbeda-beda. Lazimnya, Brem Suling Gading memiliki bentuk persegi panjang. Tetapi ada yang bentuknya lebih memanjang, ada pula yang bentuknya lebih melebar. Selain itu, biasanya akan ada tester brem dengan berbagai rasa, jadi konsumen bisa menyeseuaikan pilihan rasa sesuai selera.

Oleh karenanya pula, harganya sangat beragam. Misal, harga satu kotak dengan isi tiga potong sekitar Rp 5 ribu. Lalu ada juga pilihan jumbo, isi lima potong dengan bentuk potongan melebar, dihargai sekitar Rp 15 ribu. Bahkan ada juga pilihan membeli satuan, yang sepotongnya hanya seharga Rp 1 ribu.

Begitu banyak jenis bentuk, ukuran dan jumlah brem dalam pilihan produk mereka, sehingga pembeli selalu punya opsi memilih produk yang lebih pas untuk masing-masing. Yang pasti, harganya tergolong murah dan ramah di kantong.

Lokasi toko cukup mudah ditemukan karena berada persis di pinggir jalan. Hanya saja, tidak adanya tempat parkir mungkin akan sedikit menyulitkan bila ingin mampir membeli, apalagi pada kondisi ramai seperti pada akhir pekan dan hari libur. Toko biasa buka setiap hari, dari jam 06.00 hingga 21.00.

Brem Cap Suling Gading

Jl. Sulawesi Nomor 43, Madiun

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Oleh-oleh Manado, Ini 7 Yang Enaknya Khas

Cakalang Fufu di Minahasa

Oleh-oleh Manado ada banyak, namun yang senantiasa menjadi semacam keharusan untuk dibawa ada tujuh. Umumnya makanan. Mulai dari makanan kecil hingga lauk untuk makan besar. Ada yang awet hingga berbulan, ada pula yang harus segera disantap atau secepatnya disimpan di lemari pendingin.

Oleh-oleh Manado

Umumnya oleh-oleh Manado berbahan dari alam, entah dari perkebunan yang banyak tersebar di daerah itu, seperti kelapa atau kenari. Ada pula yang olahan dari hasil laut. Semuanya enak.

Sebagian produknya sudah banyak yang dijual bahkan hingga di luar daerah. Toko daring jumlahnya tak sedikit yang menawarkan oleh-oleh Manado. Tapi rasanya tak lengkap jika jalan-jalan ke ibukota Sulawesi Utara itu, tak membawa buah tangan dari sana. Berikut mungkin bisa menjadi pertimbangan untuk memilihnya.

Oleh-oleh Manado yang khas umumnya merupakan hasil perkebunan atau perikanan setempat.
Klappertart Kenari manisnya selalu menggoda. Foto: shutterstock

Klappertaart

Klappertaart merupakan salah satu oleh-oleh Manado yang sering menjadi buah tangan untuk dibawa ke daerah asal. Kudapan ini banyak diproduksi masyarakat Manado untuk dikonsumsi sendiri atau dijual.

Banyak tempat yang menjual klappertaar. Beberapa di antaranya terkenal di kalangan masyarakat terutama para agen travel hingga orang pemerintahan. Christine Klappertaart merupakan toko di mana sebagian besar yang dijual adalah berbagai varian klappertart. Merek ini juga menjadi salah satu merek atau toko klappertaart yang terkenal di Manado.

Satu hal yang harus diingat jika ingin membawanya pulang, makanan ini karena jenis kudapan basah punya waktu kesegaran yang terbatas. Jadi perhitungkan jika ingin membawanya.


Bagea Kenari

Bagea merupakan kue kering yang terbuat dari sagu. Kue sejenis sebenarnya banyak bisa ditemui di Indonesia wilayah timur lain, seperti di Sulawesi Tengah, Maluku dan Maluku Utara. Namun, jika sampai Manado, ini layak dibawa.

Yang membedakan bagea Manado dengan daerah tetangganya adalah campuran dan pembungkusnya. Penganan sagu asal Manado ini mempunyai ciri khas bercampur kenari. Kue ini terbungkus dengan daun sagu kering.

Teksturnya juga sedikit lebih lembut jika membandingkannya dengan bagea tanpa pembungkus yang berasal dari daerah lain. Sulawesi Utara yang merupakan daerah penghasil kenari, masyarakatnya sering menggunakan biji kenari dalam olahan berbagai makanan.

Dodol Amurang

Selama ini orang mungkin mengenal dodol, sebagai oleh-oleh khas Garut, Jawa Barat, yang dibungkus kecil-kecil menggunakan kertas. Dodol ternyata juga sudah dikenal lama di Manado, Sulawesi Utara, yang biasa dikenal dengan sebutan Dodol Amurang. 

Dodol Amurang merupakan makanan tradisional yang khas dari Manado yang berasal dari daerah Amurang, Minahasa Selatan, yang juga disebut dodol kenari. 

Dodol Amurang rasanya enak seperti jenang di pulau Jawa dengan warna coklat. Dibuat dari bahan alami yaitu gula aren, beras ketan yang dihaluskan, dan minyak kelapa murni. Semuanya itu haruslah dimasak di atas api yang sangat panas.

Dalam pembuatan Dodol Amurang terkadang ditaburi kenari atau kacang sehingga menambah aroma dan kelezatan serta membuat siapapun yang memakannya tak ingin berhenti mengunyah.

Kacang Kawangkoan

Salah satu tempat yang indah alamnya adalah daerah Kawangkoan yang masuk di kawasan Tomohon, Minahasa. Jika melakukan perjalanan menuju Tomohon terus ke Gunung Lokon, pengunjung akan melewati daerah kecamatan Kawangkoan.

Di sepanjang jalan di daerah ini ada banyak kebun-kebun kacang tanah. Banyak kedai yang berjualan kacang, baik kacang yang masih mentah, maupun kacang yang sudah disangrai (digoreng tanpa minyak).

Kacang Kawangkoan ini lebih khasnya lagi adalah diolah dengan disangrai. Masyarakat lokal mengenalnya dengan sebutan kacang tore. Caranya adalah mereka menyangrainya sekitar 45 menit dalam wajan besar dengan menggunakan bantuan pasir gunung.

Dalam proses sangrai ini, akan ada gerakan memutar dan membolak-balikkan kacang di antara pasir, tidak boleh berhenti. Mereka harus terus mengaduknya. Karena jika tidak, kacang akan gosong.

Ada beberapa macam kacang Kawangkoan, yang pertama biji kacang yang berwarna merah dan yang ke dua yang berwarna putih. Keunikan berikutnya adalah bentuk kacangnya yang seperti batik dengan ukuran kacang yang besar-besar.

Halua Kenari Indonesia Kaya
Halua kenari yang khas kacang kenari yang gurih dalam balutan gula aren yang manis. Foto: Milik Indonesia Kaya

Halua Kenari

Pilihan lain oleh-oleh Manado yang bisa di bawa pulang dari provinsi yang terkenal dengan Taman Laut Bunaken ini adalah halua kenari. Selain memiliki citarasa manis, kudapan ini juga menyehatkan.

Sesuai namanya, halua kenari dibuat menggunakan bahan utama kacang kenari yang tumbuh subur di Sulawesi Utara. Kacang ini dibungkus dengan gula merah yang telah dilebur kemudian dilapisi ke dalam kacang. Di Jawa Tengah makanan ini mungkin mirip ampyang. Bedanya amyang memakai kacang tanah.

Sambal Roa

Sambal roa ini memiliki banyak penggemar karena terbuat dari ikan roa asap yang dihaluskan. Ikan roa merupakan ikan laut jenis ikan terbang yang bisa ditemui di perairan laut Utara pulau Sulawesi hingga Kepulauan Maluku. Sebutan lain dari ikan ini adalah ikan gepe, ikan gelafea, dan ikan julung-julung.

Sambal Roa Rica Raja
Sambal Roa dalam kemasan siap menjadi oleh-oleh Manado. Foto: milik Ricaraja

Sambal ini biasanya disantap bersama dengan bubur Manado, pisang goreng, singkong goreng, hingga tahu goreng. Kenikmatan sambal yang terbuat dari bumbu yang khas membuat para pecinta sambal sering ketagihan saat menyantapnya.

Cakalang Fufu

Cakalang fufu adalah ikan asap khas Sulawesi Utara. Makanan ini banyak digemari oleh penduduk lokal maupun wisatawan domestik. Bagi wisatawan yang tengah jalan-jalan ke Manado, tidak ada salahnya menjadikan cakalang fufu sebagai oleh-oleh Manado.


Penampilan cakalang fufu seperti halnya ikan asap. Ikan dibelah dan dijepit. Bahan pembuatan cakalang fufu berasal dari ikan cakalang Proses pembuatan cakalang fufu dimulai dengan ikan dibersihkan serta dihilangkan sisik dan jeroannya. Daging ikan cakalang dibelah dua dan dijepit dengan bambu serta dibaluri dengan garam dan soda.


Ikan cakalang diasap di atas batok kelapa yang sudah dibakar sebelumnya. Panas dalam pengasapan harus merata hingga ikan matang dan kering. Proses pengasapan cukup lama, sekitar empat jam dan dua jam untuk pendinginan. Proses ini dilakukan hingga daging ikan berubah warna menjadi kemerahan dan teksturnya sedikit empuk, kering, serta tidak berair.

agendaIndonesia/audha alief P.

*****

Kayu Putih Rejeki Jaya, 1 Hangat Makassar

Kayu putih Rejeki Jaya menjadi alternatif pilihan oleh-oleh jika berkunjung ke Makassar. Foto: DOk. shutterstock

Kayu putih Rejeki Jaya atau lengkapnya minyak kayu putih Rejeki Jaya Revina adalah salah satu oleh-oleh khas dari Makassar. Produk minyak gosok tradisional ini belakangan mulai banyak dilirik orang. Selain sebagai oleh-oleh juga sebagai opsi di antara produk sejenis dari beberapa produsen besar.

Kayu Putih Rejeki Jaya

Minyak kayu putih sendiri secara turun temurun menjadi salah satu produk kesehatan yang kerap dicari konsumen tanah air. Hal ini dikarenakan budaya masyarakat Indonesia yang gemar menggunakan minyak gosok, diantaranya seperti minyak kayu putih, untuk membantu meredakan masalah kesehatan tubuh seperti masuk angin, gatal-gatal, pegal linu dan lain lain.

Kayu putih Rejeki Jaya dioleh dari pulau Namlea, Maluku, dan menjado oleh-oleh khas Makassar.
Minyak Kayu putih Rejeki Jaya khas kota Makassar. Foto: Dok. tokopedia

Yang unik, minyak kayu putih Rejeki Jaya ini merupakan minyak kayu putih yang dibuat secara tradisional. Bahan baku dan proses penyulingannya berada di Pulau Buru, Kepulauan Maluku. Pulau ini memang dikenal sebagai sentra produksi minyak kayu putih terbesar di Indonesia, yang berpusat di kota Namlea, kawasan bagian timur pulau Buru. Sejak dulu, daerah ini sudah banyak ditumbuhi pohon kayu putih.

Pohon kayu putih dinamai demikian karena warna batang pohonnya yang cenderung putih. Biasanya ia tumbuh setinggi kira-kira lima meter, dan daunnya sepanjang jari orang dewasa. Dalam proses pembuatan minyak kayu putih, daun-daun yang dipilih biasanya berumur minimal enam bulan dipanen setiap dua minggu sekali, biasanya hingga puluhan kilogram per panen.

Daun-daun kayu putih hasil panen tersebut kemudian direbus dan disuling selama kurang lebih enam hingga tujuh jam. Ketel yang digunakan untuk merebus ditutup rapat dan uap dialirkan lewat pipa ke ketel pendinginan.

Uap tersebut lantas terkondensasi dan menjadi minyak dan air yang terpisah. Minyaknya kemudian diambil menjadi minyak kayu putih seperti yang kita kenal.

Dalam sehari, proses ini bisa dilakukan dua hingga tiga kali. Semua detail dan proses penyulingan tersebut, termasuk material alat yang digunakan seperti ketel beserta pipa, saringan serta penutupnya. Bahkan besar api di tungku yang digunakan, sudah menjadi resep yang diturunkan sejak sebelum jaman penjajahan Belanda.

Tetapi yang membuat minyak kayu putih buatan pulau Buru spesial dan unik dibanding produk minyak kayu putih lainnya adalah kemurniannya yang tidak dicampur apapun. Ia juga dikenal dengan karakternya yang secara alami berwarna hijau, punya aroma harum yang kuat dan jika digunakan di kulit terasa lebih hangat dibanding minyak kayu putih lainnya. Bahkan minyaknya bisa juga dikonsumsi dengan air sebagai obat herbal.

Kebanyakan dari minyak kayu putih buatan pulau Buru ini kemudian dikirim keluar daerah untuk dijual dengan berbagai merek tertentu, seperti misalnya di Ambon. Namun UD. Rejeki Jaya, yang berpusat di Makassar, melihat peluang bisnis mengemas minyak kayu putih sebagai produk oleh-oleh.

Maka kemudian mereka kini ikut mendistribusikan minyak kayu putih pulau Buru untuk kemudian dikemas dan dijual menjadi produk sendiri, layaknya produk lokal. Bahkan bisa dikatakan merek Rejeki Jaya dan Revina merupakan merek minyak kayu putih pulau Buru yang paling dikenal saat ini.

Kayu Putih Rejeki Jaya menjadi alternatif oleh-oleh yang mencerminkan kehangatan keluarga Indonesia.
Kayu putih sejak lama diandalkan untuk kesehatan. Foto: Dok. shutterstock

Ada beberapa jenis dan varian yang ditawarkan kayu putih Rejeki Jaya dan Revina ini. Yang pertama dari jenis minyaknya, di mana produk dibedakan menjadi minyak kayu putih jenis standar dan minyak kayu putih jenis super. Yang membedakan antara kedua produk tersebut adalah minyak jenis super yang diklaim lebih hangat dibanding jenis standar.

Lebih lanjut, untuk membedakan kemasan kedua produk tersebut, merek Rejeki Jaya digunakan pada produk minyak kayu putih standar. Ia dengan menggunakan label dan kotak berwarna hijau. Sementara merek Revina digunakan pada produk minyak kayu putih super dengan label dan kotak berwarna biru.

Selain itu, minyak kayu putih Rejeki Jaya dan Revina juga dibedakan dari ukurannya. Biasanya, produk dijual menggunakan botol kaca atau plastik yang disimpan dalam kotak. Ukurannya beragam dari 30 ml, 60 ml, 140 ml, 270 ml dan 330 ml. Untuk yang berukuran kecil seperti 30 ml dan 60 ml menggunakan botol plastik, sedangkan ukuran sedang hingga besar seperti 140 ml, 270 ml dan 330 ml menggunakan botol kaca.

Harga minyak kayu putih Rejeki Jaya dan Revina juga dibedakan dari ukurannya. Untuk yang berukuran 30 ml dijual Rp 40 ribu, botol 60 ml sekitar Rp 65 ribu hingga 70 ribu, botol 140 ml seharga Rp 150 ribu, botol 270 ml berkisar Rp 225 ribu hingga 395 ribu, dan botol 330 ml mulai dari Rp 265 ribu sampai Rp 450 ribu. Untuk merek Revina minyak kayu putih super, harganya sedikit lebih mahal.

Belakangan, selain produk minyak kayu putih, mereka juga menyediakan produk minyak telon untuk bayi dan anak-anak yang juga bermerk Revina. Dengan ukuran botol 140 ml dan 270 ml, masing-masing dihargai Rp 100 ribu dan Rp 185 ribu. Semakin menambah pilihan bagi anda yang mencari oleh-oleh sekaligus alternatif minyak gosok tradisional.

Minyak Kayu Putih Rejeki Jaya dan Revina

Jl. Taman Sudiang Indah, Citra Sudiang Estate Blok D2/49, Makassar

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Getuk Trio Magelang, Manis 5 Lapis

Getuk Trio Magelang menjadi oleh-oleh khas kota di lereng Bukit Tidar ini.

Getuk Trio Magelang senantiasa tampil unik dan manis dalam lima lapis dan tiga warna khasnya. Aslinya ini adalah ragam jenis getuk lindri. Makanan tradisional berbahan dasar singkong ini sudah umum dikenal sebagai salah satu penganan dan oleh-oleh khas kota Magelang dan telah lama menjadi bagian penting dari budaya warga kota sejuta bunga ini.

Getuk Trio Magelang

Getuk umumnya terbuat dari singkong yang direbus dan dihaluskan dengan cara digiling atau ditumbuk, kemudian diberi gula dan pewarna makanan. Terkadang getuk juga diberi tambahan parutan kelapa sebagai pelengkap. Konon makanan ini tercipta pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1940-an.

Getuk Trio Magelang kemasannya tak pernah berubah sejak puluhan tahun lalu.
Getuk Trio Magelang terdiri dari lima lapis yang manis. Foto: Dok. Getuk Trio

Kala itu, bahan pangan pokok seperti beras sangat langka dan tidak terjangkau oleh masyarakat kelas bawah. Kemudian sebagai substitusi beras, banyak warga Magelang yang membuat, membeli dan mengonsumsi getuk, karena saat itu singkong lebih murah dan mudah ditemui.

Cerita Getuk Trio sendiri dimulai pada 1958. Hendra Samadhana, sang pendiri, sebelumnya bekerja sebagai pemilik bengkel. Namun melihat popularitas getuk sebagai penganan khas warga Magelang, Jawa Tengah, yang terus naik, terbersit niatnya untuk membuat produk getuk yang tak hanya diminati kalangan kelas bawah, tapi juga menengah ke atas.

Lantas bersama istrinya, Setiawati, ia mulai berkreasi membuat getuk yang unik dan spesial dari getuk lain yang sudah ada. Menggunakan perkakas dan komponen yang ada di bengkel, ia membuat mesin penggiling singkong agar hasilnya getuk bisa lebih halus dan lembut.

Selain itu, Hendra dan Setiawati  juga memberikan satu ciri khas pada getuk buatannya: tiga warna berbeda berupa coklat, putih dan merah muda. Ciri ini pula yang terus dipertahankan hingga kini.

Pemilihan ciri khas tiga warna tersebut bukan tanpa sebab. Ketiga warna itu melambangkan ketiga anak mereka, serta usaha bengkel dan toko kelontong milik keluarga mereka yang kebetulan sama-sama bernamakan ‘Trio’. Dari situlah pula nama Getuk Trio lahir.

Mulanya, sang istri menjajakan getuknya kepada orang tua teman anak-anaknya di sekolah. Mulai mendapat respon bagus dan minat yang tinggi, Getuk Trio mulai dititipkan lewat beberapa toko roti di Magelang. Secara kebetulan, salah satu toko roti tersebut merupakan langganan dari Akademi Militer (Akmil) Magelang, sehingga getuk mereka pun mulai populer di kalangan Akmil, utamanya jika sedang ada perhelatan tertentu.

Pada 1960, Ratu Thailand pada saat itu, Ratu Sirikit, tengah melakukan kunjungan ke Akmil. Toko roti tersebut pun seperti biasanya didaulat untuk menyediakan konsumsi makanan pada acara mereka.

Salah satu makanan yang dihidangkan adalah Getuk Trio, dan ketika Ratu Sirikit mencobanya, ia berdecak kagum dan mengaku sangat menyukai penganan tersebut. Sampai-sampai, Getuk Trio Magelang pernah dijuluki ‘getuk Sirikit’ kala itu.

Publisitas tersebut mengangkat pamor produk Hendra itu sebagai salah satu getuk terpopuler di Magelang. Lebih hebatnya lagi, getuk lainnya secara umum juga ikut terangkat kodratnya dari pengganti makanan pokok warga kelas bawah menjadi kudapan masyarakat menengah ke atas. Getuk tak lagi hanya identik sebagai makanan ‘murahan’ dan mulai diminati banyak kalangan, bahkan semakin banyak merek-merek baru penjual getuk bermunculan.

Menghadapi persaingan yang semakin marak, Getuk Trio Magelang dapat terus bertahan sampai sekarang dengan kualitasnya yang selalu terjaga. Beberapa upaya mempertahankan kualitas tersebut terlihat dari pemilihan singkong yang digunakan selalu berumur maksimal satu tahun. Selain itu, singkong yang digunakan juga khusus jenis Singkong Kinanti yang diklaim punya cita rasa manis secara alami.

Satu hal yang juga perlu diperhatikan, khususnya bagi yang ingin membeli untuk oleh-oleh, Getuk Trio tidak menggunakan bahan pengawet, agar tidak mengganggu cita rasa aslinya. Karena itu orang harus maklum jika makanan ini biasanya hanya awet sekitar dua sampai tiga hari.

Sangat dianjurkan untuk dikonsumsi segera atau dibawa dalam perjalanan tak lebih dari sehari. Ini juga membuat pengiriman ke luar kota dan terlebih ke luar negeri menjadi agak sulit. Pada kemasan, bisanya tertempel tanggal produksinya. Alias tanggal saat dijual. Mereka selalu mengingatkan getuknya harus habis sebisa mungkin 24 jam setelah pembelian.

Saat ini, bisnis Getuk Trio dijalankan oleh sang anak, Herry Wiyanto, selepas wafatnya sang ayah. Sentra penjualannya kini terdapat di Jalan Mataram, Magelang, dengan satu cabang di Jalan Tentara Pelajar. Selain itu, mereka juga masih menjaga kemitraan dengan toko roti dan penganan lainnya seperti toko Mekar; toko Sari Rasa; toko Lezat; toko Endang Jaya; toko Barokah Agung; toko 88; toko Tape Ketan Muntilan, dan beberapa lainnya.

Getuk Trio biasanya dikemas dalam kotak karton, dengan harga bergantung dari berapa isi di dalamnya. Kotaknya sendiri masih berdesain sama dari ketika dulu produk ini mulai dijual untuk umum. Alasannya demi melestarikan jati diri dan sejarahnya sebagai salah satu merk top getuk Magelang. Yang cukup umum dibeli oleh konsumen adalah satu kotak isi 12 atau 16 buah yang harganya sekitar Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu.

Berita baiknya, toko-toko resmi Getuk Trio kini juga menjadi pusat oleh-oleh dan turut menjajakan berbagai jenis penganan lainnya, seperti wajik, tape ketan, ledre pisang, roti jahe, dan lain lainnya. Semakin memudahkan bagi wisatawan yang sedang mencari oleh-oleh, bisa langsung datang dan mendapatkan segala macam produk penganan di satu tempat.

Toko di Jalan Mataram buka dari jam 08.00 hingga jam 17.30, sementara cabang Jalan Tentara Pelajar buka dari jam 08.30 sampai jam 18.00. Dalam seminggu, mereka selalu buka kecuali pada hari Selasa. Untuk pemesanan atau info lebih lanjut dapat menghubungi mereka, atau mengunjungi situs resmi getuktrio.co.id dan laman Instagram resmi @getuktrio58.

Getuk Trio Magelang

Jl. Mataram no. 47, telp. (0293) 363536

Jl. Tentara Pelajar no. 58, telp. (0293) 364538

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Geplak Bantul, Warisan Budaya Sejak 2018

Geplak Bantul kudapan yang menjadi warisan budaya tak benda Yogyakarta. Foto: shutterstock

Geplak Bantul sejak lama menjadi oleh-oleh tradisional dari Yogyakarta. Kudapan ini memang dikenal sebagai salah satu kudapan khas masyarakat kota pelajar itu.

Geplak Bantul

Begitupun, sesungguhnya geplak ternyata juga dimiliki masyarakat Betawi. Belum ada catatan sejarah adakah kaitan antara geplak Bantul dan geplak Betawi. Rasa ke duanya mirip-mirip karena menggunakan bahan yang sama.

Yang membedakan ke duanya adalah, geplak Betawi hanya berasal dari gula tebu dan warnanya biasanya hanya putih keabu-abuan. Kudapan ini pun tak muncul setiap hari, biasanya muncul pada saat ada pernikahan di antara masyarakat Betawi.

Geplak, makanan yang lebih dikenal dari Bantul terbuat dari parutan kelapa dan gula pasir atau gula jawa. Rasanya sudah pasti manis. Cemilan ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.

Geplak Bantul lahir karena daerah itu kaya dengan kelapa dan tanaman tebu.
Geplak dulunya dikemas dengan besek. Foto: shutterstock

Dikutip dari laporan di liputan6.com, disebutkan bahwa dalam naskah Mustikarasa yang ditemukan pada 1967, geplak ini terkait erat dengan Pangeran Pekik, adik ipar Sultan Agung Mataram. Geplak sebagai makanan kreasi dari kelapa disebutkan satu kali dalam Serat Centhini VI.

Jadi ceritanya dalam serat itu, berisi tentang pengembaraan Syech Amongraga, salah satu dari tiga putra-putri Sunan Giri. Dalam perjalanan spiritual setelah mengalami kekalahan dari Pangeran Pekik. Kudapan ini disebut-sebut disajikan sebagai hidangan dalam pernikahan kerajaan Mataram Islam pada ketika itu.

Naskah tersebut juga menyebutkan geplak Bantul sebagai kudapan yang dapat ditemukan di banyak tempat di Yogyakarta beserta cara membuatnya. Khususnya di Bantul.

Secara geografis, wilayah Bantul berada di dataran rendah, sehingga daerah ini sangat cocok untuk tanaman kelapa. Pada saat itu pun lahan di daerah Bantul lebih banyak ditanami Tebu.

Ada sekitar enam pabrik gula yang ada di daerah Bantul saat itu, tapi saat ini hanya satu saja yang masih beroperasi, yaitu pabrik gula Madukismo. Ini merupakan sebuah pabrik gula terbesar di Asia Tenggara pada awal Republik Indonesia ini berdiri.

Karena melimpahnya bahan baku kelapa dan tebu, sehingga terciptalah geplak khas Bantul-Jogja. Pada zaman dahulu masyarakat setempat menjadikan geplak sebagai makanan utama pengganti beras. Pada saat paceklik, warga biasa mengonsumsi geplak sebagai makanan pokok.

Geplak Srihardono Bantul
Tampilan lain geplak yang diserut daging kelapanya. Foto : Pemda Bantul

Waktu berjalan, kini geplak Bantul lebih dikenal sebagai makanan kecil sekaligus oleh-oleh khas Bantul dan Jogja. Produksinya juga semakin banyak. Hal tersebut karena banyaknya bahan pembuat geplak, yaitu daging kelapa serta berlimpahnya lahan tebu yang diolah untuk menjadi gula.

Pada mulanya, geplak Bantul hanya dapat dibuat menggunakan gerabah yang berasal dari Kasongan. Tempat ini hingga sekarang merupakan penghasil gerabah di Yogyakarta.

Namun, karena gerabah yang digunakan dalam suhu tinggi hanya mampu bertahan empat hari, kemudian diganti menggunakan kenceng. Kenceng yang dipilih pun bukan sembarangan, yakni berasal dari tembaga yang diproduksi di Kotagede, Yogyakarta.

Dalam perkembangannnya kemudian, makanan khas Bantul tersebut lebih terkenal sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta dengan rasa manis. Konon rasanya lebih nikmat dan lezat ketika menikmati geplak selagi masih panas.

Pada masa awalnya, geplak Bantul hanya memiliki dua warna, yaitu jika menggunakan gula pasir warna geplak akan putih dan jika menggunakan gula jawa maka warnanya akan coklat. Namun sekarang telah banyak variasinya warna antara lain, merah, kuning, coklat, hijau, dan putih.

Geplak Bantul telah mengalami banyak perubahan, sejak pertama dibuat pada abad ke-19 hingga 1960. Pada tahun itu, geplak Srintil disebut-sebut sebagai yang masih autentik dan sama persis dengan kudapan Kerajaan Mataram Islam pada saat itu. Namun, kini geplak Srintil hampir tak lagi dapat dijumpai. Warnanya yang kurang menarik dan kurang variasi membuat geplak autentik ini berangsur-angsur hilang.

Begitupun masyarakat Bantul terus memproduksi geplak. Produksi kelapa dan gula yang melimpah membuat ketika menjadi kudapan gula dan kelapa tersebut mempunyai nilai tambah. Terlebih lagi pembuatannya termasuk sederhana.

Toko Geplak Kelurahan Balbaplang Bantul
Toko Geplak Mbok Tumpuk di Palbaplang, Bantul. Foto: dok. Kelurahan Palbaplang Bantul

Bahan-bahannya terdiri dari tepung ketan, kelapa parut, gula pasir, minyak cengkeh, air putih, dan garam. Untuk membuat geplak diperlukan peralatan berupa baskom (untuk membuat adonan), parutan kelapa, mangkok, panci untuk memasak, sothil untuk mengaduk, cetakan geplak, kompor atau onglo arang, dan tampah atau nyiru yang dipergunakan untuk mengangin-anginkan geplak ketika sudah matang.

Saat ini kabarnya gula yang dipakai bukan lagi gula lokal Madukismo, satu-satunya pabrik gula yang masih tersisa di Bantul. Yang dipakai hanya gula tebu yang warnanya putih bersih. Pasalnya, kalau gula tebunya berwarna kelabu, warna geplaknya pun ikut menjadi kelabu. Sebagai makanan menjadi kurang menarik meskipun enaknya sama saja.

Sesuai perkembangan zaman, kini rasa dari geplak pun tidak hanya gurih dan manis namun sudah bervariasi. Rasanya ada yang durian, strawberi, coklat, juga lainnya. Geplak Bantul sangat mudah mudah diperoleh di pusat kota Bantul, pusat oleh-oleh di kota Jogja, terminal, dan di pasar-pasar.

Meski tampak sederhana, soal rasa tak perlu diragukan. Rasa manis dan legit geplak dapat membuat ketagihan. Geplak ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Yogyakarta pada 2018.

agendaIndonesia/berbagai sumber

*****

Bolu Meranti Medan, Oleh-Oleh Sejak 2000

Bolu Meranti Medan mengubah diri dari bekal sekolah menjadi oleh-oleh khas Medan,

Bolu Meranti Medan sudah menjadi salah satu pilihan utama buah tangan jika berkunjung ke ibukota Sumatera Utara. Ia menjadi alternatif oleh-oleh, selain bika Ambon, duren kupas atau pancake durian Medan, atau kopi Sidikalang.

Bolu Meranti Medan

Makanan ini termasuk yang meroket selama 20-an tahun terakhir sebagai buah tangan. Bisa jadi penganan ini yang menginspirasi munculnya roti atau cake artis yang sempat menjadi trend 3-4 tahun lalu. Bedanya, jika trend cake artis memadam, Bolu Meranti justru terus tumbuh.

Lucunya bolu Meranti pada awalnya justru tidak pernah dimaksudkan menjadi makanan oleh-oleh. Ai Ling, founder sekaligus produsen bolu ini, hanyalah seorang ibu rumah tangga yang gemar memasak dan berkreasi di dapur. Awalnya kegemarannya membuat kue dan roti juga hanya untuk bekal sekolah anak-anaknya.

Tak disangka, dari kegemarannya tersebut ia menemukan resep bolu gulung yang begitu digemari keluarganya, bahkan kemudian tetangganya juga senang. Mereka kemudian kerap memesan bolu gulung buatannya.

Bolu Meranti Medan kini memiliki 3 gerai di Medan.
Karyawan Bolu Meranti di gerai mereka. Foto: Dok. Bolu Meranti

Melihat hal tersebut, pada awal 2000-an ia akhirnya tergugah untuk mencoba menjajakan bolu gulungnya tersebut. Pertama ia menitipkan di salah satu saudaranya yang punya usaha di Jalan Meranti, Medan. Dari sinilah kelak kemudian lahir nama bolu gulung Meranti.

Mungkin memang karena produknya enak dan pas di lidah banyak orang, tak butuh waktu lama, pembeli pun semakin banyak berdatangan. Bolu Meranti mulai popular, awalnya di kalangan konsumen lokal di Medan. Belakangan ada yang membawanya keluar kota dan membuat nama bolu ini kian popular.

Permintaan yang semakin meningkat drastis dan antrian di toko Jalan Meranti kerap membludak, membuat Ai Ling memutuskan membuka gerai baru di Jalan Kruing pada 2005. Toko inilah yang akhirnya kini menjadi gerai pusat sekaligus pusat produksi.

Sebuah bisnis yang awalnya hanya industri rumah tangga lambat laun berkembang semakin besar. Mereka melayani bukan saja konsumen lokal, tetapi juga luar kota bahkan di luar negari. Hingga kini, bisnis terus dikelola Ai Ling bersama empat anaknya yang ikut membantu mengurusi manajemen produksi, keuangan dan penjualan bolu Meranti.

Selain gerai pusat di Jalan Kruing, terdapat dua cabang lainnya dan produk juga didistribusikan ke kios oleh-oleh di bandara Kuala Namu. Ini untuk menjangkau wisatawan lebih mudah.

Kalau sekarang pengunjung Medan ditanya apa oleh-oleh khas kota ini? Mungkin sebagian besar akan menjawab bolu gulung Meranti. Boleh dibilang, bolu ini sekarang sudah menjadi ikon tersendiri dalam khasanah kuliner dan oleh-oleh khas Medan. Ia ibarat bakpia jika di Yogya.

Bolu Meranti sendiri sebenarnya merupakan bolu gulung dengan berbagai pilihan rasa seperti blueberry, strawberry, coklat, keju, mocca, nanas, cappuccino hingga abon. Terkadang, bolu juga bisa ditambahkan topping seperti keju, meses atau kacang.

Terlepas dari berbagai pilihan rasa dan topping tersebut, satu karakteristik yang membuat bolu Meranti spesial adalah kue bolunya yang tebal dan bertekstur lembut dan creamy. Cita rasa butter berkualitas tingginya terasa dominan. Ciri khas inilah yang membuatnya menjadi penganan primadona Medan dan diburu banyak orang, bahkan hingga ke manca negara, seperti Singapura, Malaysia, Jepang dan Tiongkok.

Secara umum, harga bolu Meranti Medan berkisar antara Rp 80 ribu hingga Rp 90 ribu, tergantung dari pilihan rasanya. Bila ingin ditambah dengan topping, harganya menjadi Rp 90 ribu  hingga Rp 105 ribu.

Bolu Meranti Medan semakin berkembang dan memiliki aneka pilihan makanan yang bisa menjadi oleh-oleh Medan.
Bolu Meranti dengan empat pilihan rasa dalam satu tempat. Foto: Dok. Bolu Meranti

Tersedia juga paket 3 atau 4 bolu gulung yang dijual di kisaran harga Rp 95 ribu hingga Rp 115 ribu. Memang harganya tergolong premium, tetapi harus diakui sebanding dengan kualitas kue bolunya yang menggunakan bahan-bahan baku berkualitas tinggi.

Sebagai catatan, bolu ini disebut mampu tahan hingga tiga hari di luar lemari pendingin, selebihnya perlu dimasukkan ke kulkas agar lebih awet. Setelah diletakkan dalam kulkas pun, bolu juga diklaim masih akan tetap lembut dan tak mengeras.

Kini gerai-gerai Bolu Meranti Medan tidak hanya menjajakan bolu gulung saja, mereka juga mulai menjajakan beberapa produk penganan khas Medan lain seperti Bika Ambon, Pancake Durian hingga beragam jenis kue lapis, seperti lapis legit hingga lapis keju.

Bolu Meranti semakin menancapkan diri sebagai one stop shopping bagi wisatawan yang mencari oleh-oleh. Ini pun sejalan dengan visi mereka yang menginginkan setiap pelancong yang pulang dari Medan membawa kardus oleh-oleh dengan gambar dari slogan mereka “Jangan Tinggalkan Medan Tanpa Membawa Bolu Meranti”.

Semua gerai mereka buka setiap hari, dengan gerai utama Jalan Kruing buka dari jam 07.00, sementara dua gerai lainnya buka dari jam 10.00. Sementara semua gerai tutup pukul 20.00.

Bolu Meranti;

Gerai Pusat: Jl. Kruing Simpang Razak no. 7C, Medan

Cabang Sisimangaraja: Jl. Sisimangaraja no. 19B, Medan

Cabang Ringroad: Jl. Ringroad no. 16, Komplek OCBC, Medan

agendaIndonesia/audha Alief P

*****

Oleh-oleh dari Jambi, 5 Yang Legit Dan Keren

Ini 4 tempat belanja asyik batik di Jambi. Gunung Kerinci salah satu inspirasi motif batik.

Oleh-oleh dari Jambi masih jarang didengar, sebab daerah ini pun masih jarang dilirik para traveler. Padahal daerah ini punya segudang potensi buah tangan sebagai bawaan perjalanan ke sini, mulai dari batik, rambutan, lempok durian, kopi, hingga pempek.

Oleh-oleh Dari Jambioleh-oleh dari jambi

Jambi lebih dikenal dengan Gunung dan Danau Kerinci, yang terdapat di wilayah Kabupaten Kerinci. Kota Jambi sebenarnya menyimpan potensi wisata yang menarik, di antaranya Sungai Batanghari, tempat orang bisa menyaksikan keindahan mentari terbit di ufuk timur ataupun tenggelam di sisi barat.

Di sisi sungai terpanjang di Sumatera itu terdapat suatu kawasan asli penduduk Jambi. Orang Jambi menyebutnya Sekoja, yang merupakan singkatan dari Seberang Kota Jambi. Letaknya memang berseberangan dengan Kota Jambi karena terpisahkan sungai. Saat meninggalkan kota ini, sebagian besar pengunjung Kota Jambi juga biasanya membawa oleh-oleh yang tak terlupakan. Ada batik Jambi, rambutan goreng, lempok durian, kopi AAA, dan Pempek Selamat. Tertarik?

Warna Alami Batik Jambi

Masyarakat Sekoja kental dengan berbagai tradisi dan budaya. Salah satunya membuat batik khas Jambi. Warna khas pada batik Jambi adalah merah, kuning, dan biru. Sebagian besar pewarna diambil dari bahan-bahan alami, yaitu campuran ragam kayu dan tumbuhan yang ada di Jambi, seperti getah kayu lambato, buah kayu bulian, daun pandan, kayu tinggi, dan kayu sepang.

Motifnya juga unik, di antaranya corak kaca piring, candi muara jambi, bulan sabit, awan berarak, angso duo bersayap mahkota, bunga teratai, durian kecil, batanghari, kapal sanggat, kuwaw berhias, dan buah manggis. Di Jambi, batik biasanya berbentuk sarung dan selendang. Karena itu, dijual dalam ukuran per dua meter.

Di Sekoja terdapat beberapa sanggar batik. Pengunjung dapat melihat pembuatan batik dan bahkan terlibat langsung dalam proses itu. Bila ada yang menawan hati, pengunjung bisa membelinya pula. Selain di Sekoja, sentra kerajinan batik ada di daerah Simpang Pulai dan Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk. Mengenai harganya, batik berbahan katun rata-rata Rp 70-180 ribu per dua meter, sedangkan yang dari sutera Rp 250-350 ribu per dua meter. Untuk produk batik siap pakai, dijual dengan harga mulai Rp 150 ribu.

Kreasi Batik Asmah; Jalan H Somad No. 41; Olak Kemang

Rambutan Goreng Rasa Kurma

Buah rambutan biasanya dikonsumsi dalam keadaan segar. Selain dimakan langsung, ada yang dikemas dalam kaleng dan sebagai manisan. Proses pengolahan seperti ini membuat buah rambutan bisa dinikmati kapan saja, hingga di luar musimnya.

Selain diolah menjadi buah kaleng atau manisan, ternyata rambutan dapat menjadi camilan yang cukup unik. Di Jambi, rambutan disulap menjadi rambutan goreng. Untuk membuatnya, rambutan yang telah dikupas diolah sedemikian rupa sampai kering. Rambutan yang sudah kering kemudian digoreng dalam baluran tepung terigu yang telah dicampur dengan sedikit garam. Rasanya manis seperti kurma.

Gedung Dekranasda; Jalan Jenderal Sudirman; Jambi

Oleh-oleh dari Jambi teryata cukup banyak macamnya, mulai dari batik hingga makanan lempok durian yang legit.
Lempok durian Jambi, salah satu oleh-oleh dari daerah ini. Foto: Dok TL/Aditia N.

Lempok Durian nan Legit

Rasanya belum puas jika menginjakkan kaki ke Pulau Sumatera tapi belum mencicipi kelegitan lempok durian. Lempok adalah penganan sejenis dodol yang terbuat dari buah durian. Pembuatan lempok dilakukan secara turun-temurun dan terbilang masih sangat tradisional.

Lempok durian pun menjadi oleh-oleh yang populer di Jambi, terutama bagi pencinta buah berkulit keras dan tajam tersebut. Cara pengolahan lempok di masing-masing daerah sebetulnya sama. Yang berbeda adalah teknik membungkusnya. Di Jambi, lempok dibungkus dengan plastik transparan. Harganya bervariasi.

Gedung Dekranasda; Jalan Jenderal Sudirman; Jambi

Oleh-oleh dari Jambi bisa dibawa untuk kenang-kenangan perjalanan ke daerah ini. Salah satunya kopi.
Kopi susu yang bisa dinikmati di tempat, juga tersedia kopi bubuk dalam kemasan sebagai oleh-oleh. Foto: Dok. Unsplash

Aroma Khas Kopi AAA

Kedai kopi mudah ditemui di perempatan Jalan Hayam Wuruk, Jambi. Kebanyakan kedai ini sangat sederhana, tapi selalu ramai oleh pengunjung, khususnya kaum pria. Ada beberapa jenis minuman kopi yang dijual di sana, yakni kopi murni, kopi susu, dan kopi telur.

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat semua sajian itu adalah kopi bubuk cap AAA. Kabarnya, kopi produksi PT Nego itu telah diracik secara turun-temurun dari beberapa generasi sejak 1966 hingga sekarang. Warna kopi AAA hitam pekat, rasanya lebih pahit. Aroma harum kopi ini hampir selalui dijumpai di toko, warung, atau kedai kopi.

Toko Kopi Sari Rasa; Jalan Hayam Wuruk; Jambi

Pempek Spesial

Makanan berbahan baku tepung kanji dan gilingan ikan tenggiri ini memang dikenal sebagai hidangan khas Palembang. Namun bukan berarti pempek tak tersedia di Kota Jambi. Di dekat Bandara Sultan Thaha terdapat restoran Pempek Selamat, yang terkenal.

Biasanya, sebelum meninggalkan Kota Jambi, para wisatawan menyempatkan membeli pempek mentah untuk digoreng setiba di rumah nanti. Pempek mentah itu ditaburi tepung agar tidak lengket satu sama lain dan dikemas dalam dus khusus. Terdapat berbagai pilihan pempek dalam satu paket, seperti kapal selam, lenggang, kulit, bulat, dan adaan. Harga per paket untuk dibawa pulang adalah mulai dari Rp 100 ribu.

Restoran Pempek Selamat; Jalan Soekarno-Hatta 8; Jambi

Andry T./Aditia N./TL/agendaIndonesia

*****

Kopi Indonesia, 6 Yang Pahitnya Lezat

Kopi Indonesia semakin menjadi primadona kulinari dan oleh-oleh dari negeri ini. Foto: shutterstock

Kopi Indonesia menjadi salah satu produk yang terus mengalami kemajuan sangat pesat dan kian digemari para peminumnya. Baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ini tentu saja karena kepopuleran kopi Indonesia terus meningkat setiap harinya.

Kopi Indonesia

Berdasar Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, konsumsi kopi nasional pada 2016 mencapai sekitar 249.800 ton, dan tumbuh menjadi 314.400 pada 2018. Pada 2021 konsumsi kopi diperkirakan mencapai 370 ribu ton.

Meningkatnya jumlah konsumsi kopi nasional tentunya dibarengi dengan tingkat produksi kopi di dalam negeri. Berdasarkan data BPS 2019, Indonesia berhasil memproduksi kopi sebanyak 742 ribu ton. Dari total keseluruhan kopi Indonesia tersebut, wilayah Sumatera Selatan masih menjadi lumbung kopi terbesar di Indonesia. Provinsi ini berhasil memproduksi kopi sebanyak 184.168 ton, atau hampir setara dengan 25 persen produksi kopi nasional pada 2018. Di tahun yang sama nilai ekspor kopi nusantara berhasil mencapai Rp 9,5 triliun.

Tak hanya itu, kopi Indonesia juga mendapatkan apresiasi pecinta kopi secara global. Indonesia berhasil menjadi produsen biji kopi terbesar ke-4 di dunia (2019). Dengan jumlah rata-rata kopi nusantara yang dihasilkan adalah sekitar 742 ribu ton. Menariknya, pertumbuhan ekspor kopi nusantara terus berlanjut pada periode Januari hingga April 2020 sebesar 1,34 persen, menjadi 158.780 ton, jika dibandingkan periode yang sama pada 2019.

Kopi Indonesia diproduksi dari Sumatera hingga Papua.
Buah kopi sedang dipetik. Foto: shutterstock

Melihat geliat produksi kopi Indonesia, budaya kopi atau ngopi semakin menjadi primadona industri kuliner tanah air. Trend ekonomi yang sedang tumbuh pesat di kota-kota besar hingga kota Kecamatan saat ini adalah menjamurnya kedai kopi.

Kini semakin banyak orang yang memilih ngumpul dan kongkow di kedai-kedai kopi. Itu belum lagi dengan semakin banyak orang yang memilih menyeduh dengan cara manual brew sendiri di rumah.

Di balik banyaknya kedai kopi di Indonesia, ada satu hal yang menarik, yaitu kopi-kopi Indonesia dari kebun-kebun di pelosok nusantara tetap menjadi primadonanya. Semakin banyak kedai kopi yang menawarkan berbagai macam kopi origin nusantara. Hal inilah yang menjadikan tingkat konsumsi kopi Indonesia terus naik selama lima tahun terakhir.

Pada 2014-2015 jumlah konsumsi kopi Indonesia hanya sebesar 4.417 kantong, dan meningkat 4.550 kantong (2015-2016). Namun dalam periode 2018-2019 jumlah konsumsi kopi nusantara meningkat hingga mencapai 4.800 kantong berkapasitas 60 kg.

Tak hanya dalam negeri, kopi nusantara juga banyak diminati pecinta kopi dunia. Sebagai contoh, gerai kopi internasional Starbucks Reserve turut menyajikan berbagai jenis kopi nusantara di kedai mereka. Mulai dari kopi Toraja Sapan Village, kopi Jawa Barat, hingga kopi Bali yang ternyata meninggalkan cita rasa tersendiri bagi masyarakat dunia.

Berbicara tentang kopi Indonesia, kita perlu mengetahui jenis-jenis kopi paling terkenal di negeri sendiri, bahkan dunia. Dengan demikian, kalau sedang melakukan perjalanan ke daerah-daerah tertentu, bisa membawa oleh-oleh kopi.

Kopi Aceh Kemenparekraf
Kopi dek kedai-kedai tradisional Aceh. Foto: Dok. Kemenparekraf

Kopi Aceh Gayo

Kopi Aceh Gayo menjadi salah satu jenis kopi nusantara yang cukup populer, baik di dalam negeri maupun mancanegara. Salah satu karakteristik dari jenis kopi nusantara ini adalah aroma yang kuat dan gurih, dengan tingkat keasaman yang rendah.

Kopi Aceh Gayo ini termasuk jenis arabika karena tumbuhnya di ketinggian sekitar 1.000-1.200 mdpl. Selain itu, daerah Gayo juga sudah masuk sebagai daerah komoditas kopi internasional. Biji kopi Aceh Gayo paling banyak diminati masyarakat Jepang.

Kopi Ciwidey

Kopi Ciwidey juga menjadi salah satu jenis kopi Indonesia, primadona di negeri sendiri. Bahkan, kopi Ciwidey pernah mendapatkan predikat sebagai kopi termahal di Indonesia dan tercatat dalam rekor MURI 2017.

Saat lelang yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Pacific Coffee Conference di Jakarta pada 2017, kopi Ciwidey dihargai Rp2.050.000 per kilogram. Angka ini sangat mengejutka, khususnya bagi  pecinta kopi, karena harga kopi tertinggi pada lelang sebelumnya hanya sampai di angka Rp 650 ribu per kilogram.

Salah satu alasan mengapa kopi Ciwidey layak dihargai mahal adalah karena rasa dan aromanya yang unik. Kopi Ciwidey memiliki rasa yang cenderung manis saat diminum. Rasa tersebut didapat setelah melewati proses yang cukup panjang demi mendapatkan biji kopi yang berkualitas.

Kopi Toraja

Tak kalah nikmat dari jenis kopi sebelumnya adalah kopi Toraja, yang popularitasnya bukan hanya di nusantara namun hingga mancanegara. Hal ini berkat rasa kopi Toraja yang unik dibandingkan dengan jenis kopi nusantara lainnya.

Keunikan dari kopi Toraja didapat dari perpaduan rasa coklat, tembakau, dan karamel di tiap seduhan kopinya. Tekstur dari kopi Toraja dikenal sangat halus dan harum, sehingga akan membuat setiap orang yang meminumnya menjadi lebih rileks.

Kopi Mandailing

Kopi Mandailing merupakan kopi jenis arabika yang ditanam di daerah Mandailing Natal, Sumatera Utara. Tidak hanya cocok dan populer di kalangan masyarakat Indonesia, kopi Mandailing juga menjadi primadona bagi orang Eropa. Hal ini disebabkan kopi Mandailing memiliki cita rasa yang lezat, kekentalan yang cukup tinggi, namun tingkat keasaman yang rendah.

Selain itu, kopi Mandailing memberikan sentuhan rasa yang unik di lidah. Rasa agak pedas, namun tetap bersahaja. Saat ini kopi Mandailing menarik perhatian pecinta kopi di banyak negara, seperti Jepang, Eropa, hingga Amerika Serikat.

Kopi Bali Kintamani Kemenparekraf
Kopi Bali Kintamani sudah dalam kemasan. Foto: DOk. Kemenpareraf

Kopi Bali Kintamani

Kopi Kintamani dari Bali jadi kopi nusantara yang juga cukup popular di dunia. Kopi ini merupakan jenis kopi arabika, karena ditanam di ketinggian lebih dari 1.000 mdpl. Letak kebunnya kebanyakan di dekat Gunung Batur. Kopi Kintamani memiliki rasa yang cenderung fruity atau terasa segar seperti ada jejak rasa buah. Body dari kopi ini juga tak tebal dengan aroma yang cukup kuat. Rasanya tak terlalu pahit.

agendaIndonesia

*****