Tur Dua Hari Ke Cirebon (Bagian 2)

Kerajjnan Cirebon ternyata banyak macamnya, ada yang dari kaca.

Tur dua hari ke Cirebon mungkin banyak yang belum meliriknya. Padahal, lokasinya tak jauh dari Jakarta atau Bandung. Dengan dua jam perjalanan, wisatawan bisa mengunjungi kota Cirebon dan menikmati kekayaan budaya masa lalu. 

Tur Dua Hari ke Cirebon

Selama ini kota Cirebon hanya dikenal sebagai tempat persinggahan ketika orang melakukan perjalanan panjang dari Jawa Tengah atau Jawa Timur menuju Jawa Barat atau Jakarta, juga sebaliknya. Padahal, kota ini memiliki potensi wisata yang tak kalah dengan daerah lain di Pulau Jawa. Maka itu, ada baiknya bila sampai di kota ini, pelancong memperpanjang waktu singgah dan menyempatkan barang dua hari untuk bereksplorasi.

Hari 2

Keraton Kasepuhan

Kira-kira 3 kilometer dari Balai Kota Cirebon, dengan waktu tempuh 12 menit berkendara, keraton yang berlokasi di Jalan Kasepuhan, Lemahwungkuk, ini berdiri. Keraton Kasepuhan menjadi favorit wisatawan kalau mereka bertandang ke kotanya para wali tersebut. Sebab, kawasannya tampak rapi, tertata, bersih, dan terawat. Wisatawan yang datang akan diantar oleh guide yang telah ditunjuk oleh pihak keraton. Mereka lantas akan diajak berputar ke beberapa area.

Kira-kira ada dua kompleks yang membagi keraton, yakni kompleks bangunan bersejarah bernama Dalem Agung Pakungwati yang didirikan pada 1430 oleh Pangeran Cakrabuana dan kompleks Pakungwati yang didirikan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin pada 1529. Bangunan di dua kompleks itu masih asli, dengan ciri khas rumah adat Jawa Barat. Keraton juga dibentengi oleh bata-bata merah yang dibentuk menyerupai candi.

Di depan keraton terdapat alun-alun, yang dulu dinamakan Sangkala Buana. Alun-alun ini pada masa lampau menjadi arena latihan prajurit. Selain itu, alun-alun dimanfaatkan sebagai tempat untuk menggelar pentas seni yang bisa dinikmati semua masyarakat. Di samping lapangan, berdiri sebuah masjid yang dibangun para wali.

 

Museum Pusaka

Berlokasi di Kompleks Keraton Kasepuhan, museum ini menampilkan benda-benda pusaka, seperti keris, juga barang-barang peninggalan Padjajaran akhir, Sunan Gunung Jati, Panembahan (panca sunan), sampai benda-benda yang dikeramatkan pada masa kesultanan Sultan Sepuh I hingga Sultan Sepuh XIV. Di dalam museum ini, dipajang juga kereta kencana peninggalan keraton dan lukisan Prabu Siliwangi dengan mata yang tampak bisa bergerak, mengikuti orang yang memandangnya. Dulunya, benda-benda pusaka tersebut disimpan dalam Keraton Kasepuhan. Namun, mulai awal September 2017, keberadaannya dipindah ke museum, yang baru saja dibangun. Untuk masuk ke museum, pengunjung perlu membayar tiket masuk Rp 25 ribu.

 

Taman Sari Gua Sunyaragi

Lima kilometer dari Balai Kota Cirebon, terdapat sebuah taman seluas 15 hektare yang menjadi lokasi favorit wisatawan untuk berfoto. Di dalamnya bercokol beberapa gua yang terbikin dari karang padas, dinamai Gua Sunyaragi, yang sudah ada sejak 1703. Menurut sejarah, Sunyaragi didirikan oleh Pangeran Kararangen, cicit Sunan Gunung Jati.

Gua tersebut dibentengi oleh pagar-pagar candi, seperti layaknya yang terdapat di Bali. Di depannya kini dibangun sebuah panggung pertunjukan yang menghadap langsung ke gua. Panggung ini dimanfaatkan warga sekitar untuk menampilkan seni daerah, seperti tari topeng, di malam-malam libur. Tiket masuk Gua Sunyaragi dibanderol Rp 10 ribu.

 

Sunyaragi Cirebon
Sunyaragi, Cirebon (Rosana)

Masjid Merah

Menjelang sore, saatnya kembali ke kota. Namun, jangan lupa mampir ke Masjid Panjunan, atau yang populer disebut Masjid Merah. Masjid ini berlokasi di Desa Panjunan, Lemahwungkuk. Arsitektur tempat beribadah umat muslim ini cukup unik, memadukan budaya Arab, Tionghoa, dan Nusantara. Seluruh bangunannya terbuat dari bata merah. Di dinding-dindingnya tertempel piring-piring peninggalan orang Arab dan Cina.

Kabarnya, masjid itu didirikan pada 1480 oleh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Panjunan. Dia merupakan keturunan Arab yang memimpin imigran dari Baghdad. Ia lantas menjadi murid Sunan Gunung Jati. Dulu, pada masa kolonial Belanda, masjid ini digunakan para wali untuk mengadakan pertemuan tertutup. Karena itu, ada sebuah ruang khusus yang tak tampak dari depan masjid.

Selain unik lantaran bentuk bangunannya yang mengangkat akulturasi, kebiasaan yang berlaku di masjid ini juga tak bisa. Di sini, tak pernah diadakan salat Jumat.

 

Toko Oleh-oleh Yetti

Sebelum pulang ke kota asal, ada baiknya membawa buah tangan untuk kerabat di rumah. Ada banyak toko yang menjajakan oleh-oleh di Cirebon. Namun, salah satu rekomendasi yang murah, juga lengkap, ada di deretan kios di Pasar Kanoman. Salah satunya toko oleh-oleh Yetti. Ia sudah 20 tahun berjualan di sana. Sebab itu, segala penganan yang menjadi favorit pelancong pun dihapalnya.

Menurut perempuan 40 tahun tersebut, buah tangan yang paling laris adalah emping, kue gapit, teh upet, rengginang, sirup Tjampolay, tape ketan daun jambu, kerupuk melarat, dan terasi. Harga yang dijual di sini umumnya lebih rendah dibandingkan dengan di toko oleh-oleh yang terdapat di sekitar kota.

 

 

TRANSPORTASI

  • Dari Jakarta menuju Cirebon tersedia beberapa kereta api dari Stasiun Gambir, yakni Argo Muria, Argo Dwipangga, Taksaka, Argo Bromo Anggrek, Tegal Bahari, Cirebon Ekspres, Bangunkarta, Argo Sindoro, Bima, Argo Jati, Gajayana, Sembrani, Purwojaya.

 

Tur Dua Hari di Cirebon (Bagian 1)

Nasi lengko haji Barno merupakan salah satu 'landmark' kota Cirebon.

Tur dua hari di Cirebon mungkin bisa menjadi alternatif liburan ketika waktu untuk perjalanannya terbatas. Salah satu kota di Provinsi Jawa Barat ini memiliki banyak peninggalan sejarah yang sayang untuk dilewatkan.

Tur Dua Hari di Cirebon

Cirebon selama ini hanya dikenal sebagai tempat persinggahan ketika orang melakukan perjalanan panjang dari Jawa Tengah atau Jawa Timur menuju Jawa Barat atau Jakarta, juga sebaliknya. Padahal, kota ini memiliki potensi wisata yang tak kalah dengan daerah lain di Pulau Jawa. Maka itu, ada baiknya bila sampai di kota ini, pelancong memperpanjang waktu singgah dan menyempatkan barang dua hari untuk bereksplorasi. Berikut itinerary yang bisa dipilih jika ingin melakukan tur ke Cirebon.

 

Hari 1

Pasar Kanoman

Setelah menyantap bubur, jalan-jalan di pasar sembari mengamati kehidupan masyarakat Cirebon menjadi ide terbaik untuk membuka waktu pelancongan di kota tua ini. Bila berjalan ke arah pelabuhan, kira-kira 10 menit berkendara dari Balai Kota Cirebon, wisatawan bisa menemui sebuah pasar yang memiliki nilai historis tinggi, yakni Pasar Kanoman. Pasar yang sudah ada sejak 1800-an ini berdiri gagah di depan Keraton Kanoman. Dulu, pada masa kolonial, pasar sengaja dibangun Belanda untuk menggembosi kekuatan keraton dan memagari warga supaya sulit mengakses pusat kesultanan. Maka itu, bangunan pasar didesain memiliki dinding-dinding yang tinggi, menyerupai kawasan Pojok Benteng di Yogyakarta.

Dari dulu sampai sekarang, segala aktivitas jual-beli di Cirebon berpusat di sini. Penjaja menjual beragam jenis barang. Ada sembako, makanan dan minuman khas Cirebon yang sudah siap santap, produk kerajinan, dan berbagai kebutuhan rumah tangga. Pertama kali masuk ke pasar itu, kita akan mendengar orang-orang berbicara bahasa Sunda bercampur Jawa dengan logat ngapak, yang terdengar sebagai sebuah kekayaan lingustik. Dari situ, wisatawan bisa memotret keaslian masyarakat setempat.

 Keraton Kanoman

Tak sampai 50 kali melangkah dari beranda belakang Pasar Kanoman, pelancong bisa menemukan sebuah keraton tua yang dari gerbang muka tampak sedikit tak terawat. Keraton ini sudah berdiri sejak 1678, dibangun oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I. Keraton Kanoman bisa diakses oleh siapa pun, bahkan warga biasa yang tak memiliki hubungan kekerabatan dengan sultan. Mereka bisa masuk dan melihat rumah sultan, mengunjungi tempat-tempat ritual yang biasa dipakai untuk upacara, sampai berkomunikasi dengan kerabat sultan, penghuni keraton tersebut.

Keraton Kanoman yang berdiri di lahan seluas 6 hektare ini terdiri atas tiga bagian. Bagian depan ialah tempat yang biasa dipakai untuk pentas. Di sana terdapat bangsal yang dimanfaatkan untuk tempat menyimpan gamelan dan alat-alat pentas milik kesultanan. Bangsal tersebut dikepung oleh pagar bumi dengan ornamen piring-piring peninggalan bangsawan Cina yang ditempel di dinding-dindingnya. Sementara bagian tengah, terdapat bangunan bernama Jinem. Bangunan ini seperti joglo yang dipakai untuk penobatan sultan.

Sedangkan di bagian belakang, terdapat rumah sultan dan bangunan keputran, yakni tempat tinggal para putra-putri kerajaan, yang bentuk aslinya masih sangat dipertahankan. Ada pula Witana, yakni tempat untuk permandian kerabat kerajaan—karenanya di sana terdapat sumur tua yang dijaga—juga tempat untuk mengadakan ritual khusus.

 

Sultan Kanoman Cirebon 1
Bangsal Dalem Keraton Kasultanan Kanoman Cirebon (Rosana)

 

Pantai Kejawanan

Memang tak banyak pantai yang dapat dibanggakan di Cirebon, meski kota ini merupakan daerah pesisir. Rata-rata pantai di sana berpasir hitam dengan air laut yang sudah tercemar oleh limbah-limbah kapal. Namun, meski begitu, tak berarti pantai di Cirebon tak layak dikunjungi. Pantai Kejawanan, misalnya. Pantai ini menjadi spot terbaik untuk menikmati matahari terbenam. Ada sebuah dermaga menjorok ke laut yang mengantarkan pengunjung lebih dekat dengan garis pantai. Di sampingnya, berlabuh kapal-kapal pengangkut logistik, juga batu bara.

Kala matahari melungsur, kapal-kapal itu berubah warna menjadi merah-hitam, terkena pantulan lembayung. Kadang-kadang, bulatan surya mengintip di cerobong asap kapal, atau di sela dek, menghasilkan sebuah lanskap yang eksotis. Kalau ingin melihat matahari tenggelam bulat-bulat, tersedia kapal-kapal nelayan yang siap mengangkut wisatawan menuju tengah laut. Biayanya berkisar kurang lebih Rp 50 ribu per orang.

 

Alun-alun Kejaksaan

Menjelang malam, alun-alun yang bersebelahan dengan Masjid Raya At-Taqwa ini kian ramai disambangi muda-mudi, juga keluarga. Tempat tersebut seolah menjadi magnet kehidupan malam di Kota Cirebon. Lampu-lampu taman yang berkedip warna-warni menimbulkan suasana meriah. Di bawah lampu-lampu itu, duduk bergerombol teruna-teruni yang asyik mengobrol. Juga keluarga muda yang tengah mengajak anak-anaknya bermain.

Di lapangan yang luas, menghadap ke arah masjid, terdapat sejumlah permainan bocah, misalnya odong-odong, mobil-mobilan, arena memancing buatan. Di sekelilingnya digelar beragam tenda kuliner. Para penjaja menyediakan bermacam-macam jenis penganan. Yang paling top dan jadi incaran pelancong kalau datang ke Cirebon adalah es durian. Durian yang dipakai beberapa pedagang didatangkan langsung dari Bengkulu atau Medan. Tak heran kalau rasanya membikin ketagihan.

 

Rosana

 

…bersambung Hari ke 2

Keliling Sumba Timur Dalam 3 Hari

Keliling Sumba Timur dalam 3 hari.

Keliling Sumba Timur di Nusa Tenggara Timur bisa menjadi pilihan menikmati liburan. Menikmati terpaan sinar matahari, bermain air laut, dan mata air silih berganti. Semuanya bisa dilakukan dalam keliling Sumba Timur dalam 3 hari.

Keliling Sumba Timur bisa dilakukan selama 3 hari di seputar Waingapu, ibukota Kabupaten Sumba Timur.
Salah satu pantai di Sumba Timur. Foto: Dok. unsplash

Keliling Sumba Timur

Dari Jakarta wisatawan bisa menuju Waingapu melalui Denpasar Bali atau Lombok. Namun beberapa penerbangan memiliki rute langsung ke ibu kota Sumba Timur ini.

Melalui perjalanan udara, pengunjung bisa mendarat di di Bandar Udara Umbu Mehang Kunda, Waingapu. Waktu yang tepat untuk berjalan-jalan ke Sumba Timur ini adalah menjelang musim kemarau, yakni sekitar April-Mei. Soalnya, pelesiran Anda tak akan terhambat oleh hujan dan masih dapat menyaksikan bukit-bukit dengan padang rumput yang menghijau subur sebelum berubah menjadi padang yang kering.

Lalu untuk perjalanan keliling Sumba Timur di Nusa Tenggara Timur ini dalam tiga hari apa saja yang bisa kita lakukan?

Hari Pertama: Bukit Mauhau dan Dermaga Waingapu

Setelah check-in di hotel dan beristirahat sejenak, saatnya memulai perjalanan. Lantaran minimnya angkutan dalam kota, direkomendasikan menyewa jasa ojek atau kendaraan beroda empat yang bisa didapatkan informasinya lewat hotel tempat menginap.

Destinasi pertama untuk menghabiskan sore adalah Bukit Mauhau. Sebelum berangkat, belilah camilan plus minuman segar untuk bekal piknik. Bukit yang juga dikenal dengan sebutan Bukit Persaudaraan ini tak jauh dari bandara. Bisa dicapai dengan kendaraan bermotor model apa pun karena akses jalan yang tak terlalu terjal. Dari pusat kota hanya perlu waktu 15 menit.

Di lokasi ini, pengunjung bisa menggelar tikar sembari menikmati pemandangan Kota Waingapu dari atas bukit. Tak jarang lewat gerombolan kambing, sapi, dan kuda beserta para penggembala.

Menjelang senja, lanjutkan perjalanan menuju Dermaga Waingapu. Tak kurang dari 20 menit, Anda sudah bisa mencium aroma laut di pinggir dermaga. Penduduk Waingapu gemar bersantai di tempat ini. Sore terasa cukup meriah di sini.

Saat matahari sudah benar-benar tenggelam dan perut mulai keroncongan, tak perlu jauh-jauh mencari kudapan. Pada malam hari, Dermaga Waingapu  diramaikan oleh warung-warung ikan bakar.

Ikan-ikan ini datang langsung dari nelayan setempat. Jadi, tak perlu diragukan kesegarannya. Selain ikan, mereka menyajikan olahan cumi-cumi. Seporsi ikan bakar ukuran sedang, lalapan, serta dua macam sambal ditambah nasi dengan segelas es jeruk rasanya cukup untuk menemani malam.

Hari Ke Dua: Pantai dan Mata Air

Pagi ini cocok untuk menyusuri pantai. Ada dua pantai yang bisa dikunjungi di sini, yakni Puru Kambera dan Walakiri. Pantai Puru Kambera adalah yang pertama bisa dikunjungi.

Pantai berpasir panjang ini bisa dicapai sekitar 60 menit dengan kendaraan bermotor dari Waingapu. Jalan yang dilalui berpoleskan aspal cukup halus, sehingga kendaraan melaju tanpa hambatan. Sebelum memasuki kawasan pantai, Anda akan disuguhi pemandangan padang perdu yang begitu luas.

Dari titik tersebut, pengunjung bisa melihat garis Pantai Puru Kambera. Saking sepinya pantai tersebut, orang bisa bebas berenang atau sekadar bersantai di atas hammock sampai puas.

Saat sinar mentari mulai terik, saatnya kembali ke kota dan melanjutkan perjalanan ke Mata Air Mbatakapidu. Berlokasi di kilometer 8, obyek ini cukup populer di Waingapu.

Melihat air yang dingin dan jernih serta pepohonan yang rindang di kanan kiri. Maka, Anda tak usah sungkan untuk berendam di aliran mata air ini. Sering anak-anak kecil juga bermain air di sini sekadar mendinginkan badan dari sengatan matahari Waingapu.

Tujuan berikutnya adalah Pantai Walakiri. Dari pusat Kota Waingapu, hanya membutuhkan waktu 40 menit berkendara. Paling pas bersantai di pantai ini saat hari mulai sore untuk menyaksikan matahari tenggelam.

Di bibir pantai terdapat satu lokasi tempat pohon-pohon bakau sedang tumbuh, sehingga menciptakan pemandangan unik tersendiri. Biasanya penduduk lokal menjual kelapa muda. Nah, bisa bersantai di pantai Sambil menyeruput kelapa muda.

Hari Ke Tiga: Bukit Padadita dan Kampung Raja Prailiu

Bukit Padadita menjadi tujuan pertama pada hari terakhir berada di Waingapu. Berangkatlah saat subuh agar tidak tertinggal melihat matahari terbit dari atas bukit. Hanya membutuhkan 15 menit berkendara menuju bukit ini. Dapat juga terlihat runway bandara dan aliran Sungai Kambaniru dari sana.

Sebelum meninggalkan Waingapu, tidak lengkap jika tidak menenteng oleh-oleh khas berupa kain tenun. Harganya mulai Rp 100 ribuan hingga jutaan rupiah selembar dan Anda bisa menemukannya di Prailiu.

Di sini pengunjung pun bisa menikmati wisata budaya dan sejarah. Dulu kala, Pulau Sumba memang dihuni oleh beberapa kerajaan laiknya pulau-pulau Nusantara lain. Prailiu adalah salah satu yang masih eksis dan terletak di pusat kota Waingapu.

Keliling Sumba Timur di Nusa Tenggara Timur dilakukan dengan mengunjungi bukit, pantai, mata air dan budaya.
Kuburan Raja Prailiu. Foto: Dok. TL

Sumba dikenal sebagai tanah Marapu—kepercayaan yang meyakini dan memuja roh leluhur. Banyak benda-benda yang dikeramatkan oleh masyarakat Marapu. Perlahan kepercayaan ini mulai berkurang seiring masuknya agama lain di Sumba. Di Prailiu, Anda bisa melihat kubur batu seorang raja yang beratnya mencapai 40 ton.

agendaIndonesia/TL

*****

Perjalanan 3 Hari di 3 Kampung Sunda

Perjalanan 3 hari di 3 kampung Sunda bisa menjadi alternatif liburan.

Perjalanan 3 hari di 3 kampung Sunda bisa diagendakan jika kondisi pandemi sudah mulai reda namun belum cukup aman untuk pergi jauh. Wisata tiga hari ini bisa untuk  menelusuri peninggalan Kerajaan Pajajaran dan mengenal seni budaya Sunda.

Perjalanan 3 Hari

Liburan sambil mengenal sejarah, budaya, seni, adat, dan kehidupan sosial di kampung layak dicoba. Bukan hanya wawasan semakin bertambah, tapi udara segar pun puas dinikmati. Di seputar Bogor, pilihannya bisa di Kampung Budaya Sindangbarang, Kampung Urug, dan Kampung Ciptagelar. Jaraknya relatif dekat dari Jakarta meski perlu sedikit membangkitkan jiwa bertualang.

Hari Pertama : Kampung Urug

Berada di Desa Kiara Pandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Jarak tempuh Kampung Urug dari Kota Bogor sekitar 48 kilometer. Kondisi jalan dari kantor Kecamatan Sukajaya ke Kampung Urug berbelok-belok dan naik-turun mengikuti lereng bukit dengan badan jalan yang sempit. Turis dapat menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Jadi, persiapkan mental Anda!

Masyarakat di Kampung Urug menganggap diri mereka berasal dari keturunan Prabu Siliwangi—raja dari Kerajaan Pajajaran. Seorang ahli yang pernah memeriksa konstruksi bangunan rumah tradisional di Kampung Urug memang menemukan sambungan kayu tersebut sama dengan sambungan kayu yang terdapat pada salah satu bangunan di Cirebon, yang merupakan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Pajajaran.

Sebagai desa adat, Kampung Urug masih memegang teguh tradisi, baik dalam seni bangunan, kekerabatan, maupun kepemimpinan. Acara Seren Taun dilakukan tiga kali dalam setahun. Keramaian berpusat di Bumi Ageung. Selain Bumi Ageung sebagai pusat kegiatan, ada pula rumah panggung dan Bumi Alit. Bumi Ageung, rumah panggung, dan Bumi Alit terletak simetris dalam satu garis lurus. Selain itu, ada pula beberapa leuit (lumbung padi). Setelah mengenal desa adat, sore hari kembali ke pusat Kota Bogor untuk menikmati wisata sajian kuliner dan bermalam di sini.

Hari Kedua: Kampung Budaya Sindangbarang

Hari kedua, giliran Kampung Budaya Sindangbarang yang menjadi sasaran. Yang satu ini mudah dijangkau dari pusat kota karena hanya berjarak sekitar 7 kilometer dari Kota Bogor. Tepatnya berada di Jalan E. Sukmawijaya, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Hanya, bus pariwisata berukuran besar tidak bisa melintasi jalan tersebut. Wisatawan harus berganti transportasi dengan kendaraan yang berukuran lebih kecil.

Tak jauh dari lahan parkir, pengunjung langsung disajikan dataran yang lebih tinggi dengan lapangan rumput luas nan hijau. Hiruk-pikuk Kota Bogor langsung terasa sirna saat tiba di kampung ini. Suasana pedesaan benar-benar terasa. Di pinggir lapangan terdapat beberapa bangunan seperti lumbung padi, penginapan berbentuk rumah adat tradisional Sunda dengan dinding bilik dan atap rumbia, imah gede (rumah besar), lumbung padi, serta lainnya.

Pada 2007, Kampung Sindangbarang, yang dikenal dengan agenda tahunan Seren Taun ini, dikelola lebih profesional dengan menyediakan paket-paket wisata. “Dari beberapa paket wisata yang ditawarkan, pengunjung biasanya mengambil paket mulih ka lembur (pulang ke kampung) atau sawengi di kampung budaya (semalam di kampung budaya),” kata Maki Sumawijaya, Pupuhu atau Kepala Adat Kampung Budaya Sindangbarang, kepada TL.

Menurut pria yang disapa Abah itu, ada delapan kegiatan yang ditawarkan bila pengunjung menginap di Kampung Budaya Sindangbarang, yakni pengenalan bangunan adat, belajar menanam dan menumbuk padi (nandur), mengenal pasar tradisional, menangkap ikan dengan tangan langsung dari kolam dan sungai (marak lauk), mengunjungi situs purbakala, serta situs Taman Sri Baginda Jala Tunda, yakni sumber air peninggalan zaman Kerajaan Sunda. Semalam di kampung ini tentu menawarkan pengalaman yang berbeda.

Hari ketiga: Kampung Budaya Ciptagelar

Hari ketiga, sebaiknya berangkat dari Sindangbarang tidak terlalu sore karena perjalanan ke kampung berikutnya cukup lama, yakni sekitar 6 jam. Kampung Budaya Ciptagelar secara administratif termasuk Kabupaten Sukabumi. Tapi masih dekat dari Kota Hujan. Lokasi persisnya berada di Desa Sinaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Kampung Ciptagelar dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua. Jenis kendaraan roda empat harus dalam kondisi prima. Sebab, wisatawan akan melalui jalan yang berkelok dan menanjak. Kondisi fisik juga harus terjaga karena harus menempuh kampung ini dengan berjalan kaki.

Di kampung ini, wisatawan dapat menjumpai situs Megalitikum, batu jolang (tempat pemandian), salak datar, tugu gede, cungkuk, serta batu kursi dan batu dakon (alat penghitungan tanggal).

Bagi Anda yang ingin berkunjung ke tempat ini, agendaIndonesia menyarankan sebaiknya menginap saja. Selain dapat beristirahat setelah menempuh perjalanan jauh, lingkungan yang masih alami akan menyegarkan diri dan melepaskan kepenatan. Hingga hari keempat, Anda kembali ke Jakarta.

agendaIndonesia/Andry T. Untuk TL

*****

Liburan 2 Hari di Tanjung Bira

Liburan 2 hari di Tanjung Bira Suawesi Selatan

Liburan 2 hari di Tanjung Bira mungkin bisa menjadi pilihan liburan. Terletak di ujung selatan Sulawesi Selatan, atau tepatnya berada di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Pantai Tanjung Bira menjanjikan pantai dengan pasir putih lembut.

Liburan 2 Hari di Tanjung Bira

Menuju ke Tanjung Bira memang perlu sedikit usaha karena loksinya yang berada sekitar 40 kilometer dari kota Bulukumba, atau 200 kilometer dari Makassar, ibukota Sulawesi Selatan. Butuh waktu sekitar 3-4 jam atau enam jam melalui jalan darat untuk mengunjunginya.

Menghabiskan waktu pada akhir pekan sebenarnya ada banyak pilihan. Terbang ke Makassar pengunjung tak hanya bisa menikmati satu pantai, tapi dua pantai yang berdekatan, Bira dan Bara. Ini bisa membuat liburan dua-tiga hari jadi luar biasa. Keindahan alam, beragam cita rasa, dan bahkan pesona budayanya menjadi pengalaman nan komplet.

Lalu apa saja yang bisa dilakukan selama liburan 2 hari di Tanjung Bira itu? Ini mungkin bisa menjadi alternatif berlibur.

Hari Pertama: Jeneponto, Bantaeng, dan Pantai Bira

Ada pilihan beragam tiba di Makassar untuk liburan 2 hari di Tanjung Bira dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Hanya dalam waktu 2,5 jam, pengunjung sudah menginjakkan kaki di Bandara Internasional Hasanuddin, Makassar. Dengan penerbangan pukul 05.00 pada pukul 08.30 waktu setempat, Anda sudah bisa ke luar dari bandara dan segera meluncur ke Tanjung Bira di Kabupaten Bulukumba.

Dibutuhkan waktu sekitar enam jam dengan kendaraan roda empat untuk melintasi Takalar-Jeneponto-Bantaeng-Bulukumba hingga tiba di Bira. Saran saja, untuk dapat menikmati keindahan warna langit saat matahari terbenam, sebaiknya memang berangkat ke tempat ini sebelum tengah hari.

Jangan khawatir akan mengalami perjalanan panjang yang membosankan. Justru sebaliknya, pengunjung akan menemukan pemandangan yang berlainan di setiap daerah. Saat melintasi Jeneponto, mungkin pengunjung memang akan menemukan nuansa gersang. Sejauh pandang mata hanya hamparan padang rumput menguning, pepohonan meranggas, serta jajaran pohon Tala. Ini dikenal sebagai pohon siwalan atau lontar. Selain itu ada kuda-kuda berkulit gelap, bahkan ladang-ladang garam.

Bila merasa lelah, pengunjung dapat singgah di warung-warung buah-buahan segar. Di lintasan Jeneponto, kita akan dapat menemukan Ballo: sejenis tuak atau arak tradisional khas Sulawesi Selatan. Rasanya manis, harganya dipatok mulai Rp 15 ribu dalam kemasan botol plastik berukuran besar dan sedang. Dulu minuman itu hanya dinikmati di perjamuan-perjamuan kalangan istana.

Jika masih memiliki waktu, terutama bagi petualang kuliner, jangan lewatkan coto kuda khas Bumi Turatea—sebutan untuk Jeneponto. Konon coto tersebut berkhasiat menyembuhkan sejumlah penyakit. Selain itu, bagi yang percaya, coto itu dapat menghilangkan pegal-pegal dan nyeri tulang serta meningkatkan gairah dan vitalitas tubuh. Seporsi coto kuda itu dihargai Rp 20-25 ribu.

Selepas Jeneponto yang gersang, Butta Toa—julukan untuk Kabupaten Bantaeng—menyambut dengan penuh kesejukan. Jalan-jalan terutama di pusat kota kabupaten dipayungi rimbun pepohonan dan diwarnai hijau persawahan. Tampak sekali daerah ini begitu tertata.

Dalam kisaran 60-90 menit perjalanan dari Bantaeng, pengunjung akan memasuki Kawasan Wisata Tanjung Bira. Setiap pengunjung dikenai biaya retribusi sebesar Rp 5.000 untuk anak-anak, Rp 10 ribu untuk dewasa, dan khusus turis mancanegara harganya berbeda. Apabila membawa mobil pribadi, ada biaya tambahan.

Untuk akomodasi tak perlu khawatir, ada beragam jenis penginapan dalam kawasan Wisata Tanjung Bira. Biaya terendah sekitar Rp 200 ribu untuk satu malam dengan kamar berlantai kayu dan berdinding bambu serta dua tempat tidur. Selain itu, dilengkapi kipas angin dan kamar mandi yang berada dalam, namun tanpa sarapan. Untuk yang ingin kenyamanan tinggi bisa memilih resor dan hotel dengan tarif yang bervariasi

Selanjutnya, saatnya menikmati senja pertama dan malam di Pantai Bira. Selama tidak datang pada masa liburan dan akhir pekan, pengunjung tidak akan terganggu oleh keramaian.

Liburan 2 hari di Tanjung Bira bisa dilakukan juga untuk mengunjungi pembuatan kapal Phinisi.
Kapal Phinisi yang merupakan produksi Tanjung Bira dalam sebuah pelayaran. Foto: Dok. Unsplash-Johny Africa

Hari Kedua: Pantai Bara dan Tana Beru

Hanya dalam 15 menit dari Pantai Bira menuju arah barat bisa ditemukan Pantai Bara. Suasana yang ditemukan sungguh berbanding terbalik: bersih, tenang, tak ada deretan panjang warung, dan keramaian orang.  

Belakangan tak sedikit pengunjung, terutama anak muda, memilih bermalam di tepian Bara. Mereka membawa bekal kantong tidur, tenda, hingga makanan dan minuman. Alasannya sederhana saja, mereka ingin tenggelam dalam suasana dari detik-detik terbenamnya matahari, ketenangan pada malam hari dengan musik debur halus ombak, dan keindahan fajar pada pagi harinya. Tentunya tanpa melewatkan sensasi halus pasir putih yang hangat.

Dan tidak sah rasanya apabila telah datang ke Butta Panritta Lopi—tanah para ahli pembuat Perahu Pinisi—namun tidak menyempatkan singgah di Tana Beru yang merupakan sebuah kelurahan di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba.

Tana Beru merupakan pusat pembuatan alat transportasi laut terandal. Jika masyarakat setempat sedang mengerjakan pesanan, beruntunglah pengunjung dapat melihat pembuatan perahu pinisi secara langsung.

Liburan 2 hari di Tanjung Bira bisa dilakukan melalui jalan laut dari Pelabuhan Makassar.
UnsPelabuhan Makassar. FotoL Dok. Arif hidayat-unsplash

Selepas makan siang, saatnya kembali ke Makassar. Bila ingin langsung kembali ke Jakarta bisa pilih penerbangan terakhir pada pukul 21.30 WIT. Solusi alternatif dapat menginap semalam di Makassar dan kembali ke Jakarta esok pagi. Bila harus segera kembali bisa pilih jadwal penerbangan paling pagi pukul 06.00.

agendaIndonesia/TL

*****

Menikmati Eksotisme Banten Dalam 2 hari

menikmati eksotisme Banten salah satunya dengan mengunjungi kampung adat Baduy.

Menikmati eksotisme Banten selama akhir pekan bisa dilakukan dan memperoleh dua suasana yang berbeda. Selama dua hari dengan dua sisi pariwisata di Provinsi Banten.

Menikmati Eksotisme Banten

Potensi wisata Banten tak hanya kekayaan dan keindahan alamnya saja, terutama wisata baharinya. Keindahan pantai daerah ini membentang dari kawasan Anyer yang ada di bagian barat laut provinsi ini hingga di wilayah Bayah di Lebak yang letaknya ada di selatan. Atau menikmati Taman Nasional Ujung Kulon. Wisatawan yang berkunjung ke Banten tentu saja dapat menyelami eksotisme kehidupan di tengah masyarakat Baduy.

Apabila ingin mendapatkan dua hal sekaligus: keindahan alam dan keunikan kampung adat Baduy, wisatawan dapat memadukan kunjungan ke pantai Tanjung Lesung yang berada di barat daya Banten, di mana lokasinya cukup dekat dengan kampung masyarakat Baduy. Dengan cara seperti itu, liburan akhir pekan wisatawan bisa mendapatkan banyak hal sekaligus. Berikut paket liburan dua hari di akhir pekan.

Hari Pertama: Kampung Adat Baduy

Pilihan awal tentu saja mengunjungi Kampung Baduy. Untuk menuju ke wilayah ini, pengunjung dapat melalui Ciboleger yang merupakan gerbang masuk wisata. Tempat ini berjarak 45 kilometer dari Rangkasbitung, ibu kota Kabupaten Lebak. Ini menjadi pilihan awal sebab meski jaraknya lumayan pendek, namun harus ditempuh selama 2-3 jam. Jalan yang dilalui cukup baik, meski harus melewati tikungan-tikungan tajam. Tidak ada angkutan umum dari Rangkasbitung, sehingga wisatawan harus menyewa mobil atau membawa mobil pribadi.

Pengunjung harus trekking di perbukitan untuk mencapai kampung terdekat dalam perjalanan ke perkampungan Baduy Luar. Menuju perkampungan Baduy Dalam tentu butuh jalan lebih jauh lagi. Waktu yang direkomendasikan menuju ke sini adalah pagi hari hingga pukul 12.00 karena perjalanan menuju kampung Cibeo kurang lebih 5 jam. Tidak ada penerangan di sepanjang jalan menuju Baduy Dalam. Karena itu, sebaiknya wisatawan telah tiba sebelum matahari terbenam dan bermalam di rumah penduduk.

Bagi yang tidak ingin bermalam, dapat berjalan satu jam hingga Kampung Gajeboh. Jalannya berbatu dan menanjak. Trek berat, namun pengunjung akan dimanjakan pemandangan dan udara bersih sepanjang perjalanan. Yang menarik, saat kita berpapasan dengan warga Baduy Dalam yang lebih suka disebut Urang Kanekes ini, tidak terlihat lelah sedikit pun.

Dalam perjalanan menuju Kampung Gajeboh, wisatawan akan melewati Kampung Kaduketuk, Balingbing, dan Marengo. Terlihat sejumlah rumah menjajakan kerajinan khas Baduy, salah satunya kain tenun. Sedangkan untuk penggemar durian, dapat menjadwalkan kunjungan pada masa panennya. Masa panen durian biasanya akhir tahun hingga Februari.

Di Kampung Gajeboh, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, wisatawan bisa bermalam di rumah warga. Sayangnya, wisatawan asing dilarang masuk ke wilayah Baduy Dalam. Wajib diingat, pengunjung harus mematuhi sejumlah peraturan adat, seperti dilarang menggunakan sabun dan pencuci rambut karena mengandung zat kimia serta menyalakan alat elektronik, seperti ponsel dan kamera di wilayah Baduy Dalam. Pengunjung juga dilarang masuk wilayah Baduy Dalam saat masa Kawalu atau bulan puasa, menurut penganut kepercayaan Sunda Wiwitan ini.

Menikmati eksotisme Banten dalam dua hari salah satunya bisa dilakukan dengan mengunjungi pantai Tanjung Lesung.
Pantai Tanjung Lesung menjadi salah satu andalan wisata di Provinsi Banten. Foto:Ilustrasi-shutterstock

Hari Kedua: Tanjung Lesung

Pantai Tanjung Lesung terkenal sebagai wisata pantai berpasir putih dan resor mewah di  Pandeglang. Namun, sebenarnya, di kawasan ini bisa ditemukan beragam akomodasi mulai hotel berbintang hingga rumah yang disewakan. Dari Jakarta sekitar 160 kilometer melalui Jalan Tol Merak. Selain membawa kendaraan pribadi, wisatawan dapat menggunakan bis umum menuju Labuan dari Terminal Kalideres, Kampung Rambutan, dan Pulo Gadung, lalu mencari kendaraan yang bisa mengantar hingga Tanjung Lesung.

Jalan menuju Tanjung Lesung cukup mulus dan nyaman. Dari Rangkasbitung dibutuhkan waktu sekitar 4 jam. Bagi yang belum sempat sarapan, dapat mencicipi kue balok yang berbahan dasar singkong sambil menyruput wedang bandrek. Ini bisa diperoleh di Warung Ibu Haji Djamsinah di Jalan Labuan, Menes, Pandeglang.

Memasuki kawasan wisata Tanjung Lesung, pengunjung akan dikenakan tarif Rp 40 ribu per kepala dan mobil Rp 50 ribu. Bagi yang akan bermalam, disediakan sejumlah resor mewah, ada pula vila dengan fasilitas private swimming pool.

Memasuki kawasan ini tempat pertama yang dapat dituju tentu saja Beach Club dengan hamparan pasir putih dan dermaga kayu. Di pantai berpasir putih ini, juga terdapat fasilitas permainan olahraga air, seperti banana boat, slider boat, wake board, dan jet ski. Indahnya pemandangan bawah laut juga dapat dinikmati dengan snorkeling atau glass botom boat. Ada dua lokasi snorkeling yang ditawarkan, Jetty dan Lagoon.

Bukan hanya keindahan di Tanjung Lesung yang dapat dinikmati, pengunjung dapat menyewa kapal menuju pulau-pulau terdekat, seperti Panaitan dan Peucang di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, bahkan menikmati pemandangan di Anak Gunung Krakatau. Bagi yang ingin berkemah di dekat pantai,  disediakan camping ground,  juga tenda dan MCK yang nyaman.

Setelah bermain di Tanjung Lesung, saatnya pulang kembali ke Jakarta.

agendaIndonesia

*****

Dolan Ke Purwokerto, 3 Hari Yang Asyik

Dolan ke Purwokerto bisa menjadi pilihan liburan keluarga.

Dolan ke Purwokerto di Jawa Tengah mungkin belum menjadi alternatif mereka yang mencari liburan keluarga. Padahal kota ini memiliki banyak tempat untuk dikunjungi. Ia memang kalah popular dibandingkan Yogyakarta atau Solo.

Dolan Ke Purwokerto

Ada cukup banyak tempat untuk didatangi dan mendapatkan pengalaman baru saat dolan ke Purwokerto. Mulai dari wisata heritage, alam hingga ke kuliner yang maknyus.

Berikut adalah rencana perjalanan yang bisa menjadi pilihan wisatawan yang ingin menghabiskan tiga harridan dua  malam di Purwokerto.

Dolan ke Purwokerto salah satunya saatnya menikmati Sroto Sokaraja, pilihan santap di Banyumas
Sroto Sokaraja, kuliner khas saat Dolan ke Purwokerto. Foto: shutterstock

Hari Pertama

Saat dolan ke Purwokerto paling nyaman menggunakan kereta api atau kendaraan pribadi. Jika menggunakan kereta api, cukup banyak tempat persewaan mobil atau sepeda motor di kota ini. dan langsung sarapan di salah satu warung makan lokal.

Kereta api umumnya masuk ke Purwokerto pada pagi hari, kadang bahkan di dini hari. Ketika itu kemungkinan belum bisa check in di hotel.

Cobalah sarapan khas Purwokerto: sroto Banyumas atau sroto Sokaraja. Tempat makan sroto yang banyak dikenal adalah Sroto H. Loso. Tempat ini kadang dikenal juga dengan nama Soto Ayam Jalan Bank dan RM Sroto Khas Purwokerto. Warung Soto H. Loso beralamat di Jalan RA Wiryaatmaja Nomor 15, Pesayangan, Kedungwuluh, dan buka mulai sekitar pukul 8.

Selesai sarapan, kunjungi Baturaden, sebuah kawasan wisata pegunungan dengan udara sejuk dan kolam renang alami. Nikmati pemandangan alam sekitar dan coba aktivitas seperti berjalan-jalan atau berenang.

Selesai berenang menuju ke hotel sambal mampir makan siang di sepanjang Baturaden ke kota ada banyak pilihan makan dengan pemandangan bagus. Pilihannya antara lain Taman Langit atau Watu Dungkul

Jika masih ingin menikmati alam yang cantik, wisatawan mungkin jangan dulu menuju hotel. Dari tempat makan, perjalanan bisa dilanjutkan ke Telaga Sunyi, dan nikmati suasana tenang dan indah di sekitar danau tersebut. Jaraknya sekitar 30-40 menit dari Baturaden.

Senja, setelah istirahat sejenak di hotel, wisatawan bisa makan malam di salah satu restoran lokal. Cobalah restoran Djago Djowo, ini ayam goreng khas daerah ini.

Getuk goreng Haji Tohirin menjadi oleh-oleh khas Banyumas yang ikonik.
Getuk goreng bisa menjadi oleh-oleh dari Purwokerto. Foto: Kemendikbud

Hari Kedua:

Setelah sarapan, wisatawan saat dolan ke Purwokerto bisa memilih untuk mengitari kota Purwokerto yang tak terlalu besar. Puas menikmati denyut kota, hari ini perjalanan dilanjutkan ke arah Baturaden lagi, namun kali ini mengunjungi wisata Curug Telu yang berada di Desa Karangsalam, Kecamatan Baturraden. Wisata Curug Telu ini memiliki tiga tempat sekaligus yang dapat di kunjungi, yakni Curug Lawang, Kedung Pete, dan Curug Telu yang menjadi wisata utama.

Dari Curug Telu, perjalanan dilanjutkan ke situs Candi Arca Dawuhan terletak di sebuah perbukitan Dawuhan Wetan. Di dalamnya terdapat peninggalan benda-benda purbakala bersejarah yang berjumlah lebih dari satu situs yang ada dalam komplek situs Candi Arca.

Nikmati kuliner malam di Alun-Alun Purwokerto, pusat keramaian malam di kota ini. Ada banyak warung makan dan kedai kopi di sekitar alun-alun yang bisa Anda kunjungi.

Hari Ketiga

Menjelang pulang pada sore atau malam hari, wisatawan bisa mencoba mampir ke Pasar Manis sebagai bagian dolan ke Purwokerto. Ini pasar tradisional dengan pengelolaan terbaik di Indonesia. Selain ada dagangan umum, di sini juga ada pusat kuliner. Bisa mencicipi makanan atau jajan pasar di sini.

Dari Pasar Manis masih sempat mampir ke Museum BRI berada di Jalan Jendral Sudirman No. 57, Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas. Museum ini didirikan pada19 Desember 1990 sebagai bukti cikal bakal didirikannya sebuah bank di Indonesia.

Museum BRI memiliki tiga bangunan utama yang semuanya berada di satu area, yaitu museum itu sendiri, patung Raden Aria Wirjaatmadja, dan replika gedung De Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank.

Selesai mengunjungi Museum BRI, saatnya belanja oleh-oleh. Ada beberapa tempat yang memiliki banyak toko oleh-oleh. Ada banyak pilihan buah tangan, sebut saja nopia, getuk goreng, atau tempe mendoan, baik yang masih mentah maupun yang sudah matang.

Setelah itu siap-siap untuk pulang.

agendaIndonesia

*****

Menyusur Pesisir Selatan Bali Dalam 2 hari

Menyusur Pesisir Selatan Bali Batu Belig

Menyusur pesisir Selatan Bali, mengikuti garis pantai yang terentang dari Badung sampai Tabanan. Sekali lagi Bali, tak ada habis-habisnya menikmati pulau Dewata ini.

Menyusur Pesisir Selatan Bali

Kuta dan Mengwi—berlokasi di Kabupaten Badung, dan Kediri di Kabupaten Tabanan— Bali, disatukan oleh garis pantai yang merentang panjang. Kedekatan secara geografis ini membuat tipikal pantai-pantai di wilayah ini memiliki kemiripan, seperti konturnya yang landai dan ruang “bermain pasir” yang cukup luas. Cukup dengan berkendara dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai kira-kira 30 menit. Bila ingin menyisir pantai, lebih baik kala pagi, sebelum matahari tampil terlalu terik.

HARI PERTAMA: Petitenget, Batu Belig, Berawa.

Pantai Petitenget

Di pantai ini, orang bisa menikmati pagi dengan menyaksikan orang bersembahyang di Pura Petitenget, pura besar yang terletak di muka gerbang pantai. Atau joging, berkuda,dan mengajak anjingnya jalan-jalan santai dari ujung ke ujung. Lokasinya di Desa Seminyak, Kuta Utara, Badung, Bali. Hanya 15 menit bila berkendara dari Jalan Raya Seminyak. Di kawasan pantai, berkumpul hotel dengan varian harga dan kelas yang berbeda, mulai melati hingga bintang lima.

Pantai Batu Belig

Lokasinya di Jalan Batu Belig, Seminyak, Kuta Utara. Dari Pantai Petitenget, bisa dicapai dalam 18 menit. Pasirnya luas membentang. Sayangnya, kontur pantai ini tak selandai Pantai Petitenget. Pasirnya juga lebih hitam. Itulah yang membikin wisatawan jarang datang. Lantaran sepi, orang bisa leluasa berjemur, juga menikmati suara debur ombak, tanpa takut terusik pengunjung lain. Banyak lazy chair dan bean bag yang disewakan penduduk lokal. Umumnya yang menyewa adalah turis asing.

Pantai Berawa (Finns Beach)

Berada di area Finns Beach Club, Canggu, Kuta Utara, pantai ini ditempuh dengan waktu 20 menit dari Batu Belig itu. Di sini anak-anak muda yang doyan party di klub berdatangan. Pantai Barawa memang berada di area eksklusif. Namun orang tak harus masuk ke klub bila tak ingin membayar mahal. Ada jalan setapak masuk menuju pantai yang terbuka untuk umum. Namun pantainya tak lapang. Jadi tidak memungkinkan untuk berlama-lama berjemur atau bermain pasir di sini.

Umumnya, turis datang untuk berselancar. Tersedia paket bimbingan berselancar bagi pemula. Per paket dibanderol Rp 350 ribu per 2 jam untuk membayar instruktur. Untuk sewa papan selancar berkisar Rp 50 ribu per jam.

Warung Mina

Matahari mulai bergerak ke barat. Petang lalu mendarat. Saatnya mengisi perut. Melipir ke arah timur, menuju pusat Kota Denpasar, tepatnya di Jalan Tukad Gangga Nomor 1, Renon, Panjer, Denpasar Selatan, terdapat sebuah restoran keluarga dengan menu laut khas Bali. Menu favorit pengunjung adalah gurami dengan beragam bumbu (seperti asam pedas, menyatnyat, santan kemangi, serta bumbu kuning), sate lilit, dan plecing kangkung. Plus sambal matah khas Pulau Dewata. Karena datang beramai-ramai, diputuskan untuk memilih menu paket dengan harga yang lebih ekonomis, yakni hanya Rp 252 ribu untuk empat orang.

HARI KE DUA: Batu Bolong, Echo Beach, Pantai Seseh, dan Tanah Lot

Lak-lak Bali Rama

Memulai hari di Bali tak melulu harus dengan  bubur kuning atau nasi jinggo. Ada juga  lak-lak—jajanan khas Singaraja. Bentuknya serupa dengan serabi, hanya berukuran lebih kecil. Di atasnya dibubuhi parutan kelapa dan gula merah cair. Saat menyusuri Krobokan, tepatnya di Jalan Raya Canggu, saya menemukan warung kecil yang menjual penganan ini. Wangi daun suji langsung merebak. Dua-tiga biji langsung habis dilahap. Enaknya dilahap hangat-hangat. Tentu dinikmati bersama dengan kopi Bali. Sepiring berisi lima lak-lak dibanderol Rp 5.000. Ada penganan lain di sini, seperti olen-olen (kue yang berbahan dasar ketan hitam) dan pisang rai (pisang yang diolah bersama dengan tepung beras).

Menyusur Pesisir Selatan Bali Batu Bolong

Pantai Batu Bolong

Setelah mengisi perut, saatnya bergerak ke utara. Lebih-kurang 10 menit atau sekitar 3 kilometer dari Jalan Raya Krobokan, ada pantai yang menjadi favorit turis. Pantai Batu Bolong yang berkarang. Bahkan, di beberapa titik, terdapat karang-karang besar yang memberikan efek estetis.

Pasirnya halus, meski tak terlampau putih. Ruang bermain, juga berjemur, cukup luas. Orang bisa bersantai menikmati lanskap. Dapat juga berenang di pinggir pantai, berselancar, atau berwisata religi. Selain terkenal sebagai pantainya para surfer, Batu Bolong memang kesohor lantaran terdapat pura besar di sana. Jadi mereka bisa melihat orang-orang Hindu bersembahyang atau menggelar upacara.

Echo Beach

Cukup berjalan kaki sekitar 1,5 kilometer dari Pantai Batu Bolong, jajaran kafe dan restoran di sebuah gang berderet rapi. Muaranya adalah Echo Beach. Makin mendekat ke pantai itu, tempat-tempat nongkrong semakin banyak. Berupa pantai berkarang dengan air yang tak terlalu jernih dan pasir yang sudah berubah kecokelatan. Tak banyak aktivitas yang bisa dilakukan selain duduk-duduk menikmati suara ombak atau angin sepoi-sepoi sembari menyeruput segelas koktail.

Pantai Seseh

Lepas menikmati siang di Echo Beach, yang juga menjadi penanda ujungnya pantai di Badung, saatnya beranjak menuju Mengwi. Sekitar 20 menit berkendara menuju utara, melewati persawahan dan kebun-kebun pohon kelapa, sebuah pantai dengan dominasi abu-abu menyapa. Entah, siang itu memang rona Seseh menunjukkan atmosfer yang kalem. Berbeda jauh dengan pantai-pantai sebelumnya, yang penuh ingar-bingar kafe, bean bag, lazy chair, dan warna-warni papan selancar. Rupanya, pantai ini  kental dengan upacara adat. Pasca-hari raya Galungan, Kuningan, dan sebagainya, pantai ramai dikunjungi warga lokal.

Tanah Lot

Selain Kuta, primadonanya Pulau Dewata adalah Tanah Lot. Pantai yang bisa dijangkau 18 menit dari Pantai Seseh atau 1 jam dari Bandara Internasional Ngurah Rai, ini memiliki pesona yang komplet, memadukan keindahan lanskap, budaya, mitos, religi, dan sejarah yang kental. Di pintu masuk, tamu disuguhi pemandangan gapura khas arsitektur Bali yang megah menghadap ke pantai. Di samping kiri, di sebuah pendopo, sekelompok pemusik gamelan memainkan alatnya masing-masing.

Di ujung, terlihat pura besar dikelilingi air laut yang biru. Orang hanya bisa ke sana kalau gelombangnya surut. Sementara itu, di sisi lain, terdapat sebuah karang besar dengan lubang di bagian tengahnya. Apalagi kala senja, saat langit memerah, Tanah Lot seperti terbingkai dalam lukisan.

Pie Susu Dhian

Ke Bali tak lengkap kalau tak membeli pie susu. Oleh-oleh khas Pulau Seribu Pura yang punya cita rasa manis campur gurih itu memang bisa ditemukan di berbagai toko oleh-oleh. Namun, kalau ingin memborong, sebaiknya langsung datang ke sentranya, yakni di Jalan Nangka Selatan, Dangin Puri Kaja, Denpasar. Sekitar 55 menit bila berkendara dari Tanah Lot. Pie susu berisi 25 buah dibanderol dengan harga Rp 35 ribu, sedangkan paket yang berisi 50 buah dihargai Rp 70 ribu.

agendaIndonesia

*****

Jalan-jalan Asyik 2 Hari di Sekitar Jakarta

jalan

Jalan-jalan asyik 2 Hari di sekitar Jakarta mungkin jarang dipikirkan orang. Jakarta? Apa asyiknya menikmati Jakarta selain mal dan beberapa tempat yang sudah dikenal sejak masa kanak-kanak: Taman Mini Indonesia Indah, Taman Impian Jaya Ancol, atau mal-mal yang bertebaran di seputar ibu kota Indonesia ini.

Jalan-jalan Asyik

Setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang berkunjung ke Jakarta. Sebagian besar memang karena pekerjaan, tapi sering pula perjalanan bisnis atau tugas itu menyimpan waktu senggang yang sesungguhnya bisa dipakai untuk dinikmati kota metropolitan ini.

Bisa jadi, Jakarta dinilai tidak menarik dijelajahi. Padahal, dengan memperpanjang waktu tinggal semalam atau dua malam saja, ada agenda jalan-jalan yang bisa dicoba tanpa perlu menguras tenaga maupun kantong. Berikut pilihan jika punya waktu satu atau dua hari di Jakarta.

Hari Pertama: Pecinan dan Kota Tua

Jalan-jalan asyik di Jakarta salah satunya bisa dilakukan di kawasan kota tuanya.
Vihara Dharma Bakti di Petak Sembilan, Glodok, Jakarta. Foto: Dok. shutterstock

Perjalanan bisa dimulai dari kawasan Pecinan, Glodok, Jakarta Barat. Dari pusat Kota Jakarta, diperlukan butuh waktu kira-kira 30 menit untuk mencapainya. Jika berangkat pagi hari, di sini Anda bisa menyantap sarapan untuk menambah energi sebelum berwisata seharian. Salah satu pilihannya adalah Kedai Es Kopi Tak Kie di Gang Gloria.

Kopinya diracik berdasarkan resep turun-temurun sejak 1927. Menu andalan Kedai ini adalah kopi hitam pekat dengan cita rasa yang kuat atau kopi susu dan es kopi yang lebih ringan. Di sepanjang Gang Gloria juga bisa ditemukan aneka penganan khas Cina, seperti bakmi ayam, nasi ayam Hainan, cakwe, dan permen tempo dulu. Sebagian besar makanan di sini mengandung babi. Jadi, bagi kaum muslim, sebaiknya bertanya dulu sebelum mencicipi.

Persis di seberang Gang Gloria, ada gang lain yang merupakan bagian dari Pasar Petak Sembilan. Tersebar toko obat, rempah-rempah, dan bahan makanan serta rumah-rumah tua bergaya oriental milik warga Tionghoa di sana. Masih di kawasan yang sama, terdapat sebuah kompleks ibadat umat Buddha, yang terdiri atas tiga vihara, yakni Dharma Bhakti, Dharma Sakti, dan Hui Tek Bio.

Vihara Dharma Bhakti adalah yang terbesar di antara ketiganya. Vihara ini paling banyak dikunjungi umat yang ingin memohon berkat bagi usaha dan keluarganya. Untuk umat Nasrani, ada gereja unik yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari kompleks vihara, yakni Gereja Katolik Santa Maria de Fatima. Bangunan gereja ini bergaya arsitektur Cina. Di sekitarnya, tepatnya di Jalan Kemenangan, Anda bisa menemukan penjaja nasi ulam khas Betawi. Nasi ulam tersebut dijual di gerobak. Sayangnya, kedai yang dikenal luas, yakni Nasi Ulam Misjaya, baru buka sekitar pukul 16.00.

Perjalanan dapat dilanjutkan ke Kota Tua, yang berjarak sekitar 3 kilometer dari Glodok. Kota Tua adalah kompleks peninggalan Belanda yang sarat akan bangunan bersejarah dan museum. Bagi penggemar sejarah atau penghobi fotografi, tempat satu ini tidak boleh dilewatkan. Untuk pengalaman yang lebih berkesan, cobalah menyusuri Kota Tua sambil mengendarai sepeda ontel sewaan. Banyak sepeda dicat beraneka warna dan dijejerkan di sekitar Taman Fatahillah yang disewakan. Selain sepeda, penyewa mendapat sepasang topi ala sinyo dan noni Belanda.

jalan-jalan asyik di kota Tua Jakarta bisa menikmati sejumlah museum, di antaranya museum Wayang.
Museum Wayang di Kota Tua Jakarta memiliki koleksi wayang dari sejumlah daerah di Indonesia. Foto: Dok. shutterstock

Taman Fatahillah dikelilingi tiga museum: Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, serta Museum Seni Rupa dan Keramik. Masing-masing beroperasi dari Selasa hingga Minggu, pukul 09.00-15.00. Museum Sejarah Jakarta menjadi yang paling tersohor. Bukan hanya menampilkan sejarah Ibu Kota dari masa prasejarah hingga kini, melainkan juga menyimpan koleksi perabotan zaman Belanda, ketika gedungnya masih digunakan sebagai kantor Gubernur Jenderal VOC. Di halaman tengah, ada meriam Si Jagur, yang menurut mitos bisa memberikan kesuburan bagi keluarga yang belum memiliki anak.

Setelah puas menyusuri sejarah, Anda bisa mendinginkan tubuh sekaligus makan siang di Cafe Batavia, yang menempati gedung tertua kedua di Kota Tua setelah Museum Sejarah. Lokasinya berseberangan dengan Museum Sejarah Jakarta. Restoran ini menawarkan suasana masa pendudukan Belanda melalui koleksi foto-foto dan lukisan yang menghiasi dinding-dindingnya. Tersedia masakan Cina dan Barat, selain sajian khas Betawi, seperti gado-gado, nasi uduk, dan soto Betawi.

Setelah puas menikmati museum, Anda boleh mampir ke beberapa tempat lainnya, seperti Menara Syahbandar, Jembatan Kota Intan, dan Toko Merah. Sebelum malam menjelang, jangan lupa singgah di Pelabuhan Sunda Kelapa, tempat berlabuhnya kapal nelayan dan kapal angkutan barang dari pulau-pulau sekitar Jakarta. Nikmatilah sore di tengah tiupan angin sambil berburu hidangan laut.

Hari Kedua: Monumen Nasional dan Setu Babakan

Jalan-jalan asyik di Jakarta tak lengkap jika tak mengunjungi Setu Babakan untuk belajar tentang budaya Betawi.
Setu Babakan atau yang dikenal sebagai Kampong Betawi merupakan tempat yang asyik dikunjungi. Foto: Dok. shutterstock

Ikon Ibu Kota, Monumen Nasional atau Monas, layak menjadi tujuan pertama hari ini. Anda bisa naik ke pelataran atas Monas untuk melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian 132 meter atau masuk ke Museum Sejarah Nasional di pelataran bawahnya. Museum Sejarah Nasional berisi diorama peristiwa bersejarah di Indonesia sejak zaman kerajaan, perjuangan kemerdekaan, hingga Orde Baru. Dari Monas, jangan lewatkan kesempatan untuk mengabadikan masjid terbesar di Asia Tenggara, Masjid Istiqlal. Tepat di seberangnya, ada Gereja Katedral Jakarta, yang berarsitektur neo-gothic.

Jika masih punya cukup banyak waktu, dari Jakarta Pusat, Anda bisa menuju Kampung Budaya Betawi, Setu Babakan. Lokasinya di Jalan Muhammad Kahfi II, Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Setu Babakan sesungguhnya adalah nama danau seluas 30 hektare yang menjadi pusat aktivitas warga setempat. Sepanjang jalan menuju danau, dapat ditemukan rumah-rumah adat Betawi dengan ciri khas ornamen ukir di kusen atap dan pintu.

Pada akhir pekan atau hari-hari besar, biasanya diselenggarakan berbagai acara di sini, seperti pertunjukan lenong, tari Betawi, atau gambang kromong. Setiap Rabu dan Minggu, sanggar seni dan bela diri lokal juga menggelar latihan di tempat ini.

 Jika tidak sempat melihat pertunjukannya, Anda bisa menikmati kerindangan pepohonan, mengitari danau sambil memancing, atau mencicipi kuliner khas Betawi. Tersedia beraneka penganan, semisal kerak telor, tauge goreng, kue cucur, es selendang mayang, dan bir pletok. Kawasan Setu Babakan dibuka hingga pukul 18.00. Jadi, Anda bisa melewati hari dengan bersantai di sini sampai mentari terbenam.

Yolanda F./Aditya N./TL/agendaIndonesia

*****