
Gunung Rinjani, Gunung Bintang Lima
Lima tahun terakhir ini Rinjani di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, pernah ditutup dua kali untuk pendakian. Pertama pada 2018 lalu, karena gempa besar yang menghantam Lombok. Sempat dibuka kembali menjelang akhir 2019, namun kemudian ditutup kembali karena adanya pandemi Covid-19.
Saat ini, pendakian ke gunung ini perlahan mulai dibuka kembali dengan mengedapankan protokol kesehatan. Jumlah pendaki pun masih dibatasi, itu pun tak sampai puncak atau turun ke danau Segara Anak. Namun, bagi para penggila gunung, pembukaan ini sudah membuat mereka menarik nafas lega. Umumnya, pendaki gunung memiliki kesan mendalam tentang pendakian Gunung Rinjani.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Dedy Asriadi mengatakan, gunung Rinjani oleh pendaki gunung sering dijuluki sebagai gunung di atas gunung. Karena,“Gunung ini berdiri di atas Gunung Batu Raji,” katanya.
Di atas puncak Rinjani setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl), pendaki bahkan menyaksikan panorama alam yang komplet. Ada Danau Segara Anak alias danau maar yang tampak dari puncak. Dan, “Di tengah danau itu berdiam Gunung Batu Raji yang masih aktif,” katanya.
Suhu harian air permukaan danau Segara Anak, cerita Dedy, berkisar 20-22 derajat celcius. Menurutnya, inilah salah satu keajaiban Segara Anak yang merupakan salah satu danau vulkanik terbesar di dunia.
Sementara itu, bagi mereka yang menggemari fotografi, memotret matahari terbit di puncak Gunung Rinjani merupakan momen yang sempurna. Ia bukan hanya memperoleh pemandangan cahaya muncul di antara gumpalan awan, tapi juga lanskap Nusa Tenggara Barat yang tampil jelas di depan mata. Kadang, jika cuaca terang, “Bahkan dari puncak Rinjani kita bisa menyaksikan Gunung Tambora,” kata seorang pendaki yang dtemui di Sembalun, salah satu desa rute menuju Rinjani.
Gunung Tambora sendiri berlokasi di Bima, Pulau Sumbawa, sebelah timur Lombok. Jaraknya dari Lombok berkisar 416 kilometer. Semu-semu kaldera Tambora membikin kemolekan pemandangan di puncak Rinjani tak tergantikan.
Rinjani merupakan gunung dengan lanskap terkomplet dengan panorama tercantik. “Di sepanjang jalur pendakian, kita bisa menemui air terjun,” ujar sang pendaki lagi.
Pemandangan samping kanan dan kiri selama menempuh perjalanan ke puncak pun tak membuatnya bosan. Sebab, ia dapat menjumpai hamparan savana, hutan, dan danau di tengah jalur pendakian yang bakal menjadi obat letih. “Treknya pun lengkap, mulai yang landai sampai menyusuri tebing,” ujarnya.
Saat ini para pendaki hanya diperbolehkan naik ke Rinjani melalui empat pintu pendakian, yaitu desa Senaru di Kabupaten Lombok Utara, Sembalun dan Timbanuh di Kabupaten Lombok Timur, dan Aik Berik di Kabupaten Lombok Tengah. “Selain itu tidak diperkenankan,” kata Dedy.
Gunung Rinjani merupakan surga bagi pendaki Indonesia karena keindahan pemandangannya. Menurut Dedy, dari jalur yang sering digunakan oleh pendaki, “Jalur Senaru merupakan jalur pendakian paling ramai,” ujarnya.
Ramainya jalur tersebut disebabkan selain sebagai jalur wisata trekking, juga kerap dipergunakan sebagai jalur pendakian masyarakat adat. Mereka mendaki Rinjani untuk ritual adat atau keagamaan di puncak Rinjani atau danau Segara Anak.
Ada beberapa tradisi yang masih kerap dilaksanakan masyarakat adat, yaitu upacara Roah Asuhan Gunung. Tradisi ini dilakukan Kampung Adat Senaru pada akhir musim kemarau sebagai permohonan agar gunung dan kehidupan di bawahnya kembali hidup. Ada pula di Kampung Adat Sembalun Bumbung, Lombok Timur, tiap tiga tahun sekali juga terdapat upacara Ngayu-ayu (rahayu, selamat), yang merupakan ajakan untuk melestarikan alam.
Di Desa Bayan, Lombok Utara, juga terdapat pesta Gawe Alip. Dulunya tradisi ini dilakukan setiap delapan tahun sekali bertepatan dengan tahun Alip. Namun, Pesta Gawe Alip kini dilakukan setiap ada musibah, seperti banjir bandang, tanah longsor, atau kebakaran hutan. Tujuannya, memohon kepada Yang Maha Kuasa agar dunia aman, damai, dan sejahtera.
Untuk pendaki, jalur Senaru rute pendakiannya adalah Senaru-Pelawangan Senaru-Danau Segara Anak dengan berjalan kaki. Bagi pendaki, untuk naik ke Rinjani, “Waktu tempuhnya sekitar 10 – 12 jam melalui jalur wisata di dalam hutan primer,” katanya.
Sepanjang jalan trail telah disediakan sarana peristirahatan pada setiap pos. Dari pintu gerbang Senaru sampai Segara Anak terdapat tiga pos. Sejak dari Senaru jalur yang ditempuh langsung mendaki hingga dinding kaldera Rinjani. Setelah itu baru turun ke danau Segara Anak. Pendakian ke puncak Rinjani, umumnya dilakukan pada pukul 2 dini hari, agar dapat menikmati matahari terbit dari puncak gunung, sekaligus bila cuaca cerah bisa menikmati lanskap Pulau Lombok dan Bali.
Sementara itu, Jalur Sembalun digemari wisatawan yang ingin trekking. Rute yang dilalui adalah gerbang Sembalun Lawang-Pelawangan- Sembalun-Puncak Rinjani. Jalur Sembalun merupakan rute panjang, yang membutuhkan waktu 9-10 jam. Jalur ini sangat dramatis karena melintasi padang savana dan punggung gunung yang berliku-liku dengan jurang di sebelah kiri dan kanan.
Tiba di Plawangan Sembalun, pendaki akan menghadapi dua pilihan, yaitu mendaki ke puncak Rinjani atau turun ke Segara Anak. Dari Plawangan ke puncak Rinjani dapat ditempuh sekitar 3 jam dengan kondisi jalan yang terus menanjak dan gersang. Apabila memilih ke Segara Anak dapat ditempuh selama 2,5 jam dengan menuruni tebing. Di tepi danau para pendaki dapat menyaksikan kerucut gunung Barujari dan Gunung Mas. Untuk mencapai Barujari dari tepi danau dapat di tempuh selama 1,5 jam.
Dibandingkan jalur Senaru, jalur Sembalun ini tidak terlalu curam. Pemandangan savananya yang membuat para pendaki menggemari jalur ini. Jalur ini memamerkan lembah yang menghijau di sebelah timur Rinjani, dan indahnya Selat Alas dan Pulau Sumbawa di kejauhan.
Pilihan lain, melalui jalur Torean. Desa Torean menawarkan pemandangan ladang, padang pengembalaan, perkebunan, dan merupakan kawasan hutan produksi. Sepanjang perjalanan, pendaki melintasi jalanan yang diapit dua gunung dan menemui aliran Sungai Kokok Putih.
F. Rosana
*****