
Ini dia 7 destinasi utama kuliner di Cirebonb bagi para wisatawan yang hendak menikmati santapan khas Cirebon. Ada berbagai jenis kuliner khas dan otentik yang dapat dicoba, mulai dari makanan hangat berkuah, kudapan ringan, kuliner malam hari, hingga ragam racikan menu nasi yang menarik dan dapat mencakup bermacam-macam selera. Ini dia 7 destinasi utama kuliner di Cirebon.

7 Destinasi Utama Kuliner Di Cirebon
- Nasi Jamblang Ibu Nur
Salah satu destinasi kuliner paling terkenal di Cirebon saat ini adalah Nasi Jamblang Ibu Nur, yang terletak di Jalan Cangkring 2 Nomor 34, di area pusat kota yang tidak jauh dari alun-alun Kejaksan. Berada di pinggir jalan dengan bangunan berwarna hijau, tidak sulit untuk menemukan rumah makan hits ini.
Sejatinya, nasi jamblang merupakan nasi dengan porsi moderat yang disajikan di atas daun jati, bersama dengan beragam pilihan lauk pauk, seperti ayam goreng, serundeng, oseng cumi saus tiram, terong balado, pepes jamur, telur asin, semur ati dan ampela, ikan pari cabe ijo, sate kerang, serta bermacam gorengan seperti tahu, tempe, perkedel dan lain lain.

Semua pilihan lauk pauk tersebut dapat dipilih secara prasmanan. Pengunjung akan disediakan sepiring nasi di atas daun jati, dan kemudian pramusaji akan mengambilkan lauk pauk pilihan sesuai selera. Harga seporsi nasi jamblang bergantung pada lauk yang dipilih, namun biasanya pengunjung menghabiskan sekitar Rp 20 ribu ke atas.
Kuliner merakyat sebagai salah satu 7 destinasi utama kuliner di Cirebon ini dengan kesederhanaannya diperkirakan sudah ada sejak zaman pra-kemerdekaan. Nama ‘jamblang’ sendiri disebut berasal dari sebuah daerah di area tepi kota udang tersebut. Kala itu, masyarakat yang hidup sederhana dan tidak punya banyak uang menggunakan daun jati sebagai alas untuk makan, karena daun pisang lebih sulit dan mahal untuk didapatkan.
Kuliner tersebut lantas populer sebagai makanan tradisional khas warga pesisir di wilayah Cirebon dan sekitarnya. Seiring perkembangan zaman, mulai muncul pula restoran-restoran yang menyediakan nasi jamblang. Nasi Jamblang Ibu Nur misalnya, adalah usaha keluarga yang sudah eksis sejak 2007 dan masih berupa warung tenda.
Masakan rumahan nan tradisional yang lezat, dengan harga yang ringan di kantong, menjadi sejumlah alasan Nasi Jamblang Ibu Nur menjadi begitu populer dan didatangi warga lokal dan wisatawan pemburu kuliner. Buka dari jam 07.00 hingga 20.30, rumah makan ini tak jarang sudah dipenuhi pengunjung yang mencari sarapan sejak pagi.
Sebagai catatan, oseng cumi saus tiram merupakan salah satu menu andalan yang paling dicari pengunjung. Meski harganya paling mahal dibanding menu lauk lainnya – sekitar Rp 28 ribu sampai 35 ribu, tergantung ukurannya – namun bisa dibilang inilah menu paling menarik dan otentik di restoran ini. Maklum, cumi blakutak yang dimasak bersama tinta hitamnya itu merupakan salah satu hasil laut yang populer di Cirebon.
- Empal Gentong Haji Apud
Kurang afdol rasanya jika membicarakan 7 destinasi utama kuliner di Cirebon tanpa menyebut empal gentong. Makanan olahan daging sapi berkuah hangat ini sudah lama menjadi primadona kuliner tradisional kota wali tersebut. Salah satu kedainya yang paling populer saat ini adalah Empal Gentong Haji Apud.
Yang menarik, di kedai tersebut tersedia dua jenis menu utama yang ditawarkan, yakni empal gentong dan empal asem. Pada prinsipnya, keduanya sama-sama makanan berkuah dengan isian daging sapi dan jeroannya seperti usus, babat, limpa, paru, kikil dan sebagainya. Perbedaannya, empal gentong menggunakan santan dalam memasaknya, sementara empal asem berkuah bening. Keduanya pun sama-sama dibanderol Rp 25 ribu semangkuk, jadi pengunjung tinggal memilih sesuai selera.
Nama empal gentong sendiri berasal dari cara pembuatannya. Olahan daging sapi beserta rempah-rempah kuahnya dimasak di dalam gentong tanah liat yang diletakkan di atas kayu bakar, selama lebih dari 10 jam. Metode tradisional ini dipercaya mampu membuat masakan menjadi lebih beraroma khas, rasa lebih sedap serta daging yang lebih empuk.
Tidak sulit mencari kedai empal gentong di sekitaran kota Cirebon. Namun bisa dikatakan bahwa Empal Gentong Haji Apud, yang sudah ada sejak 1995, adalah salah satu yang paling terkenal dan paling banyak didatangi pengunjung. Bahkan, selain kedai pusatnya yang berada di jalan Ir. Juanda nomor 24, kini terdapat pula sejumlah cabang seperti di jalan Tuparev nomor 43 dan jalan Otto Iskandardinata, tepatnya di area komplek Pasar Batik Trusmi, untuk memenuhi banyaknya pengunjung.
- Nasi Lengko Haji Barno
Yang satu dari 7 destinasi utama kuliner di Cirebon ini juga sayang untuk dilewatkan. Nasi Lengko Haji Barno jadi salah satu alternatif wisata kuliner yang menarik, khususnya bagi mereka yang vegetarian, atau sekedar menginginkan santapan ringan nan sederhana yang cukup mengenyangkan. Harganya pun terbilang sangat ramah kantong.
Nasi lengko juga merupakan kuliner tradisional yang sudah ada sejak lama. Disebut-sebut makanan ini sudah ada sejak era Sunan Gunung Jati, dimana masyarakat hidup dalam kesederhanaan dan keterbatasan, termasuk dalam hal bahan makanan. Nama ‘lengko’ sendiri bermakna langka, yang menggambarkan kelangkaan bahan makanan di masa itu.

Ia kemudian terlahir dari hasil racikan bahan makanan yang masih tersedia kala itu, seperti taoge, tahu, tempe dan timun yang dilumuri bumbu kacang. Dipadu dengan nasi, ia lantas berkembang menjadi makanan merakyat yang populer dan masih menjadi kuliner tradisional yang banyak dicari orang hingga kini.
Nasi Lengko Haji Barno, misalnya, sudah berjualan sejak 1978 dan masih terus mempertahankan popularitasnya. Disinyalir, cara memasaknya yang menggunakan metode dan alat tradisional seperti kompor arang dan kayu bakar menjadi salah satu kunci mengapa cita rasanya terus terjaga dan pelanggannya terus datang kembali.
Sepiring nasi lengko dihargai Rp 12 ribu saja, tetapi itu pun sudah terhitung porsi yang cukup mengenyangkan. Kalau masih terasa kurang, kedai ini juga menawarkan sate kambing yang dibanderol Rp 4 ribu per tusuk. Lokasinya yang terletak di jalan Pagongan nomor 15B, juga mudah dijangkau lantaran berada di area pusat kota dan tak jauh dari alun-alun Kejaksan.
- Mie Koclok Mang Sam
Mie Koclok Mang Sam menjadi salah satu dari 7 destinasi utama kuliner di Cirebon, khususnya saat malam hari. Berlokasi di jalan Pekiringan nomor 110, warung gerobak sederhana ini biasanya buka dari jam 18.00 hingga 23.00 dan kerap menjadi pilihan warga setempat dan turis yang hendak mencari makan malam.
Mie koclok sendiri merupakan olahan mie yang dimasak menggunakan santan dan tepung kanji. Hasilnya, kuahnya menjadi berwarna putih yang begitu kental dan gurih. Di dalam semangkuk mie koclok juga terdapat ayam suwir, telur rebus, taoge dan kol. Disarankan menyantapnya saat masih hangat, karena kuahnya bisa cepat mengental dan kaku.
Sebagai pilihan, pengunjung juga bisa memilih bihun sebagai ganti mie. Tak hanya itu, ada pula menu racikan mie atau bihun yang dicampur dengan gado-gado yang tak kalah unik dan menarik untuk dicoba. Semua ragam menu tersebut dihargai sekitar Rp 25 ribu.
- Sate Kalong
Satu lagi dari 7 destinasi utama kuliner di Cirebon malam yang populer adalah sate kalong. Dinamakan demikian bukan karena ia menggunakan daging kalong atau kelelawar, melainkan karena para penjaja sate kalong biasanya baru berjualan saat malam hari, layaknya kalong yang baru aktif berkeliaran ketika hari mulai gelap.
Sate kalong sendiri aslinya menggunakan olahan daging kerbau. Kemunculannya di awal 1900-an berasal dari banyaknya warga setempat yang masih menganut agama Hindu. Dalam ajaran agama Hindu, sapi dianggap sebagai hewan yang disucikan dan pantang untuk dimakan, dan sate ini masih kerap dihidangkan dalam acara adat dan keagamaan, sehingga sebagai gantinya sate disajikan menggunakan daging kerbau.
Pada perkembangannya, saat ini banyak sate kalong yang dijajakan dengan pilihan antara daging kerbau maupun sapi. Yang tak berubah adalah cara penyajiannya, mulai dari daging yang direbus dengan rempah-rempah seperti bawang putih, bawang merah dan ketumbar, kemudian diolesi gula merah sebelum dibakar, serta penyajiannya yang menggunakan bumbu kacang yang diracik dengan oncom.
Cita rasa dagingnya yang cenderung manis, berpadu dengan bumbu kacangnya yang creamy dan legit, membuatnya jadi satu dari 7 destinasi utama kuliner di Cirebon yang begitu ikonik. Warung-warung penjual sate kalong umumnya banyak ditemukan di lokasi seperti jalan Lemahwungkuk atau jalan Kesambi, dan umumnya baru mulai buka dari sore – sekitar jam 17.00 atau 18.00 – hingga tengah malam.
- Es Cuwing
Bagi para pecinta kudapan ringan nan segar, bisa mencoba es cuwing yang merupakan sajian ringan segar khas Cirebon. Di tengah teriknya siang hari di kota ini, es cuwing kerap menjadi pilihan pelepas dahaga yang manis dan segar. Wujudnya sering disebut agak mirip seperti es cincau.
Es cuwing sendiri memang juga terbuat dari olahan daun cuwing yang banyak terdapat di area pesisir seperti Cirebon dan Indramayu. Namun berbeda dengan daun cincau yang lebih lebar dan tebal, daun cuwing cenderung kecil dan tipis. Selain itu, santan yang digunakan juga bertekstur lebih kental.
Penyajiannya kerap menggunakan es serut dan sirup. Di dalamnya juga terdapat beragam isian seperti bubur sumsum, dawet, serta serutan kelapa. Pembeli biasanya juga dapat memilih isiannya sesuai selera. Dalam satu porsi sajiannya, es cuwing umumnya dihargai sekitar Rp 5 ribu hingga 6 ribu.
Selain pelepas dahaga saat panas, es cuwing biasanya juga banyak diburu kala bulan suci Ramadhan sebagai hidangan berbuka puasa. Dan menjadiaknnya satu dari 7 destinasi utama kuliner di Cirebon. Bahkan terkadang ada yang membeli secara terpisah untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Salah satu penjual es cuwing yang cukup terkenal adalah Es Cuwing Mang Lilik yang berada di area jalan Kartini.
- Kue Tapel
Alternatif pilihan kudapan tradisional khas Cirebon lainnya adalah kue tapel. Penganan satu ini sempat mulai langka dan agak sulit dicari, namun belakangan mulai naik daun kembali dan menjadi satu dari 7 destinasi utama kuliner di Cirebob. Ini opsi yang menarik untuk dicoba, khususnya bagi para pelancong yang mencari oleh-oleh.
Ia terbuat dari adonan tepung beras dan parutan kelapa yang dimasak dengan ketan, potongan buah pisang dan gula merah. Sekilas secara penampilan, ia terlihat agak mirip percampuran kue crepe dan kerak telor khas Betawi. Tetapi di balik penampakan luarnya yang terlihat garing, ia terasa lembut ketika dimakan dan bercita rasa manis nan gurih.
Salah satu kedai yang masih menjajakan kue tapel adalah Kue Tapel Ibu Lena, yang terletak di jalan Pagongan, tepatnya di dalam gang Alas Demang 1. Meski sudah berjualan sejak 1968 dan berjualan di area gang kecil, usaha keluarga turun temurun ini masih bertahan dan menjaga kudapan tradisional ini tetap lestari.
Bahkan meskipun kedai ini biasanya buka dari jam 07.00 hingga 15.00, terkadang tak sampai sore hari dagangannya sudah laris manis. Harganya yang hanya Rp 7 ribu per porsi, serta cita rasa otentik yang didapat dari cara memasak dengan kayu bakar yang masih tradisional, boleh jadi menjadi beberapa alasannya memiliki banyak pelanggan setia.
agendaIndonesia/audha alief praditra
—-