
Menikmati 1 senja dan ikan bakar di Bali mungkin banyak orang yang pikirannya langsung melayang ke pantai Jimbaran di daerah selatan pulau ini. Pikiran yang keliru, Jimbaran memang dikenal wisatawan yang ingin menikmati bakar-bakaran masakan lauthttps://www.agendaindonesia.com/melawat-senja-di-potato-head-best-beach-bars-2013/ di pulau Dewata.
Menikmati 1 Senja dan Ikan Bakar
Jimbaran, atau lebih tepatnya Pasar Kedonganan, memang salah satu sentra hasil laut di Bali. Tak hanya wisatawan domestik, banyak wisatawan domestik menikmati kunjungan ke pasar ini. Kuliner makanan laut yang masih segar. Umumnya wisatawan langsung menuju ke warung-warung atau kafe-kafe di pantai Jimbaran. Namun tak jarang ada pula yang memilih menuju ke pasar Kedonganan.
Tidak banyak memang yang sengaja singgah dan mengitari pasar tersebut. Alasannya, pasar ini terletakdi ujung utara Jimbaran dan tertutup oleh ingar-bingar restoran di sepanjang pantai. Padahal, konon, restoran atau kafe atau warung seafood di kawasan ini juga mengambil ikan mentah dari pasar Kedonganan. Meskipun ada pula yang sudah punya langganan nelayan sebagai pemasok.

Banyak wisatawan yang datang ke pasar ini untuk mengambil foto, ber-swafoto, atau sekadar melihat-lihat suasana. Pasar Ikan Kedonganan cukup terkenal bagi wisatawan yang senang blusukan, baik domestik maupun mancanegara. Namun ada pula yang datang untuk membeli. Juga minta dibakarkan di tempat-tempat yang memang melayani jasa memasakan.
Sore akhir Maret lalu, misalnya, terlihat ada beberapa orang yang melihat ikan-ikan yang dipajang di lapak-lapak pedagang. Seringkali ada kebingungan di antara penjual maupun pembeli soal mana ikan yang enak. Buat penjual, tentu, semuanya enak, namun buat pembeli kadang memiliki favorit.
Di situ barangkali kelebihan jika wisatawan membeli di resto atau kafe. Tentu ada harga lebih yang mesti dibayarkan jika dibandingkan langsung ke pasar.
Selama ini, Jimbaran memang dikenal sebagai salah satu tempat makan bersuasana asyik di Bali. Restoran-restoran kelas atas sengaja mengambil lokasi tepat di tepi pantai, sehingga para pengunjung bisa menikmati santapan laut sembari melihat detik-detik tenggelamnya mentari. Memang mengesankan.
Saat mempunyai uang yang memadai, Jimbaran adalah pilihan tepat. Namun jika kantong mepet, ada pilihan lain yang tidak kalah seru. Melangkahlah ke ujung utara dan “nangkring” di sekitar Pasar Ikan Kedonganan.
Di bibir pantai yang berhadapan langsung dengan pasar ikan, banyak bersandar kapal nelayan tradisional. Nelayan dan para pemilik lapak pasar ini didominasi oleh orang Jawa. Ini bisa diketahui saat mendengar logat Jawa Timur dan Madura dari mulut para penjual.

Bau ikan laut langsung menyeruak ketika kita melangkahkan kaki ke dalam pasar. Lantai becek membuat kita harus berhati-hati agar tidak terpeleset. Pasar ini terletak di dalam bangunan tertutup dan beratap seng, sehingga kondisinya cukup remang-remang. Pengunjung bisa mengitari pasar terlebih dulu sebelum memutuskan memilih ikan. Melihat kepiting segar, udang dalam berbagai ukuran, lobster raksasa, dan cumi-cumi, kadang rasanya ingin mencicipi semua. Namun jika cuma sendirian atau rombongan kecil, sesuaikan pilihan jenis ikan yang mau dibeli.
Ada baiknya mengetahui dulu ikan apa yang mau disantap. Ini sangat membantu menentukan pilihan. Juga harga. Yang terakhir ini bisa mencari tahu dengan ngobrol ke orang-orang di sekitar pasar. Sore itu kami memilih udang dan ikan ekor kuning.
Lalu, akan dibawa ke mana ikan-ikan yang dibeli tersebut? Di sinilah keunikan Pasar Ikan Kedongana. Mirip dengan Muara Karang di Jakarta, pengunjung bisa menemukan warung-warung yang menyediakan jasa pembakaran ikan tak jauh dari pasar. Yang perlu Anda lakukan hanya menimbang ikan di warung tersebut, memesan nasi putih dan es kelapa muda, lantas bersantai menikmati angin sepoi-sepoi dari pantai sembari menunggu ikan matang.
Untuk dua kilogram sajian laut yang saya beli, hanya dikenai biaya pembakaran Rp 60 ribuan. Itu pun sudah termasuk sambal matah dan sambal terasi favorit saya. Jadi, total pengeluaran untuk makan berdua termasuk beli ikannya tak lebih dari Rp 300 ribu. Murah kan?

Sekitar 20 menit kemudian, makanan terhidang di atas meja kayu. Warung-warung di pasar ini sederhana dan terkesan ala kadarnya. Tentu, dari segi fasilitas, sangat jauh dibandingkan dengan restoran besar di sepanjang Jimbaran. Tapi soal rasa, boleh diadu.
Pengunjung boleh mengacungkan jempol untuk juru masak warung, yang mampu meracik bumbu ikan bakar hingga meresap ke dalam daging. Manisnya pas, dengan sedikit rasa asam dari kucuran jeruk nipis. Sebaiknya, Anda membeli ikan yang tak terlalu besar agar proses pembakaran merata. Kerang hijau yang disajikan juga matang dengan sempurna. Sungguh nikmat dipadu dengan sambal matah, yang terbuat dari potongan cabai, bawang merah, dan tomat segar.
Senja mulai jatuh. Di kejauhan, kita bisa melihat kerlip lampu-lampu deretan restoran di pinggiran pantai Jimbaran. Para pengunjungnya tampak memadati area tepi pantai untuk menikmati senja. Dari tempat kami berada, tampak pula pemandangan matahari tenggelam.
Saat perut sudah kenyang, pengunjung bisa beranjak menuju pantai. Langit jingga diramaikan pesawat terbang yang lalu-lalang. Maklum, kawasan Jimbaran cukup dekat dengan Bandara Ngurah Rai. Dari pantai cukup terlihat pesawat yang lepas landas atau baru mendarat. Di ufuk barat, matahari sudah memerah dan membulat mendekati garis horizon pantai. Sebuah pengalaman baru di Bali: berbelanja di pasar ikan sembari menikmati senja yang indah.
TL/agendaIndonesia
*****