Liburan ke Cilacap, Menikmati Tradisi Sejak 1875

Wisata jalur mudik selatan salah satunya bisa menikmati spot wisata di sekitar Cilacap

Liburan ke Cilapacap, Jawa Tengah, pengunjung bisa menikmati atraksi sedekah laut. Ebuah tradisi yang sudah berjalan lebih hampir 150 tahun. Selain itu, masih ada Teluk Penyu dan Benteng Pendem menjadi kegiatan wisata yang mencuri perhatian wisatawan. Cilacap Tak lagi hanya dikenal karena Pulau Nusakambangan.

Liburan ke Cilacap

Bulan Suro dalam penanggalan Jawa memiliki makna penting bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cilacap, Jawa Tengah. Bagaimana tidak, sebagai masyarakat bahari, warga Cilacap memiliki kalender rutin sedekah laut. Ini merupakan upacara adat nelayan berupa prosesi Larung Sesaji yang disebut Jolen ke Laut Selatan sebagai wujud rasa syukur serta permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan nelayan dapat makmur sentosa.

Liburan ke Cilacap salah satunya mennikmati rangkaian tradisi larung sesaji.
Larung Sesaji, tradisi memberikan melarung sesaji di Cilacap sejak 1875. Foto: Dok. shutterstock

Merunut sejarah, kegiatan tersebut bermula dari perintah Bupati Cilacap III, Kanjeng Adipati Raden Bei Tjakrawerdana III (1873-1877) kepada sesepuh nelayan Pandanarang yang bernama Ki Ansa Manawi untuk melarung sesaji atau Jolen ke Laut Selatan pada Jumat Kliwon di bulan Suro tahun 1875. Tujuannya, untuk menjaga keselamatan warga Cilacap.

Tetapi tradisi tersebutsempat terhenti danbaru dihidupkan kembalipada masa Bupati Poedjono Pranjoto pada tahun 1982 hingga saat ini terus dilestarikan sebagai salah satu atraksi budaya di Kabupaten Cilacap yang dilaksanakan tiap Jumat atau Selasa Kliwon di Bulan Sura.

Rangkaian gelar budaya sedekah laut diawali dengan berziarah ke Karang Bandung di Pulau Nusakambangan oleh para sesepuh nelayan, sehari sebelum prosesi larungansesaji. Pada malam harinya dilakukan tasyakuran di Pendopo Wijayakusuma Sakti Kab. Cilacap yang dihadiri para nelayan dan pejabat di lingkungan Pemkab Cilacap. Prosesi Larunganpada upacara ini berlangsungdi Pantai Selatan Cilacap dan meriah karena melibatkan banyak kelompok nelayan dan masyarakat sekitar.

Iring-iringan kirab tersebut terdiri dua perempuan berkuda, barisan prajurit bertombak, barisan umbul-umbul, 14 putri domas,14 putri pengiring, kereta kuda yang membawa Bupati Cilacap dan istri serta pejabat lainnya, sejumlah becak, dan prajurit pembawa jolen. Prosesi dimulai dari pelepasan iring-iringan kelompok nelayan yang dipimpin Tumenggung Duta Pangarsa dengan membawa Jolen (sesaji berupa kepala kerbau yang dihias meriah) oleh Bupati Cilacap dari Pendopo Kabupaten menuju Pantai Teluk Penyu. Di Pantai Teluk Penyu, Tumenggung Duta Pangarso meminta izin kepada Bupati untuk memerintahkan para nelayan melarung jolen di Laut Selatan (sebelah selatan Pulau Nusakambangan).

Liburan ke Cilacap, selain menikmati tradisi lama, juga ada wisata pantai di teluk Penyu.
Panorama pantai Teluk Penyu di Cilacap, Jawa, Tengah. Foto:: Dok. shutterstock

Keunikan budaya di Cilacapitu tak bisa dipisahkan dari geografis wilayahnya yang berada di Jawa Tengah, tapi berbatasan pula dengan Provinsi JawaBarat. Sehingga budaya yang berakulturasi yaitu Jawa dan Sunda begitu lekat di Cilacap Ini. Pesona alamnya yang sebagian berada di pesisir pantai selatan memiliki keindahan luar biasa. Di antaranya Pantai Teluk Penyu yang berlatarkan Pulau Nusakambangan yang eksotis dan misterius.

Pantai Teluk Penyu initerletak sekitar 2 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Cilacap ke arah selatan. Kondisi pantainya landai, dan jika dilihat dari atas berbentuk seperti bulan sabit dengan pemandangan Pulau Nusakambangan serta kapal-kapal nelayan, dengan latar belakang Benteng Pendem Cilacap. Dinamakan Teluk Penyu karena konon, dahulu banyak terdapat penyu di sekitar teluk ini. Sedikit berbeda dengan pantai selatan pada umumnya yang memiliki ombak besar, Pantai Teluk Penyu karena terlindung Pulau Nusakambangan dari arah Samudera Hindia, maka ombaknyapun tidak terlalu besar.

Berbagai atraksi dan rangkaian kegiatan besar pariwisata sering diselenggarakan di Pantai Teluk Penyu diantaranya Gelar Budaya Adat Nelayan Sedekah Laut setiap Selasa atau Jumat Kliwon di bulan Sura, Festival Perahu Naga (Dragon Boat Race Open Tournament) tiap Maret dan Festival Layang-layang tingkat Nasional tiap September.

Di dekat pintu masuk dan sepanjang Pantai Teluk Penyu terdapat aneka cenderamata serta makanan khas hasil laut yangdapat dinikmati sambil merasakan sejuknya semilir angin laut selatan di bawah pohon waru atau di payung-payung pantai yang terdapat di sepanjang pantai tersebut.

Liburan ke Cilacap orang bisa menikmati Benteng Pendem peninggalan Belanda.
Benteng Pendem peninggalan zaman Belanda yang masih tersisa di Cilacap. Foto: Dok. shutterstock

Berwisata ke Cilacap, tak lengkap tanpa berkunjung ke Benteng Pendem Cilacap atau dalam bahasa Belanda disebut “Kusbatterij op de Landtong te Tjilatjap” terletak 0,5 km arah selatan Pantai Teluk Penyu. Benteng ini merupakan peninggalan Hindia Belanda yang dibangun rentang 1861 – 1879 sebagai benteng pertahanan dengan luas 10,5 hektare. Keseluruhan bangunan benteng ini masih dipertahankan seperti bentuk aslinya yang terdiri dari barak atau ruang prajurit, klinik, terowongan, penjara, ruang amunisi, ruang akomodasi, dan landasan meriam, yang dikelilingi parit dengan kedalaman 3 meter.

Sejak selesai dibangun mulai 1861 hingga 1942, benteng ini dipergunakan sebagai markas tentara Belanda untuk pertahanan pantai Pulau Jawa di bagian selatan karena letaknya yang strategis dan terlindung oleh Pulau Nusakambangan. Kemudian pada 1942 sampai 1945 Benteng Pendem dimanfaatkan sebagai Markas Tentara Dai Nippon (Jepang) di era penjajahan Jepang.

Setelah Jepang kalah perang, antara 1945-1950 Benteng Pendem itu diambil alih kembali oleh tentara Belanda sampai 1950.

Selanjutnya, Benteng Pendem tidak berfungsi apapun, hingga pada 1952-1965 dijadikan markas TNI/Pasukan Banteng Loreng
dan dalam perkembangannya dimanfaatkan sebagai tempat latihan pasukan RPKAD (sekarang Kopassus) sampai 1965 dan meninggalkan bangunan monumen dua peluru di pintu gerbang selatan. Kemudian, sekitar 21 tahun setelah itu, Benteng Pendem terlantar tanpa ada yang memanfaatkannya.

Benteng Pendem baru mulai kembali dimanfaatkan keberadaanya pada 1986 dengan sebagian areal Benteng Pendem seluas 4 hektare untuk dibangun dermaga kapal dan kantor serta tangki-tangki minyak area 70. Hingga akhirnya pada 26 November 1986, seorang warga Cilacap bernama Ady Wardoyo (Pemilik CV. Wardoyo) mencoba menggali dan menata kembali lingkungan Benteng Pendem dan mulai 28 April 1987 secara resmi dibuka sebagai tempat wisata sampai saat ini.

Benteng Pendem Cilacap kini telah dilengkapi dengan fasilitas berupa gazebo, ayunan atau tempat bermain, area pemancingan, perahu bebek, motor ATV, mushola, panggung hiburan dan toko cenderamata. Berbagai kegiatan pariwisata sering dilaksanakandi tempat ini antara lain lomba menggambar dan mewarnai, memancing, festival musik, tari dan calung Banyumasan.

agendaIndonesia

*****

Resto Da Maria, 1 Sentuhan Naples di Seminyak

Resto Da Maria andi prasetyo

Resto Da Maria menawarkan sejumlah menu Italia. Kesan Osteria menonjol pada ruangan dan menu diolah dengan cara tradisional Italia.

Resto Da Maria

Pesan pendek Joseph Oliver mendarat di ponsel ketika mobil kami terjebak di antrean kemacetan Jalan Raya Seminyak, Bali. “Sudah sampai mana?” tuturnya dalam pesan itu. “Tak usah dibalas dulu, kita sebentar lagi sampai. Lokasi restorannya cuma di muka jalan ini,” ujar Priyo, pria Jawa tulen yang kini berdomisili di Bali, kala mengantar kami menuju Da Maria.

Sekitar 15 menit seusai pesan Joseph terbaca, mobil berpelat DK itu memasuki halaman kecil sebuah gedung bergaya minimalis. Tembok pagarnya dipenuhi tumbuhan merambat. Di ujung kanan dan kiri gedung, terdapat ayunan besi, mirip yang umumnya ditemukan di resor mewah.

Sejurus kemudian, pramusaji membawa kami ke bagian dalam restoran yang sangat luas, bisa menampung lebih dari 200 orang. Kesan Osteria langsung menyapa pandangan. Reinterpretasi kontemporer keramahan Italia klasik menjadi kekuatan yang ditonjolkan. Interior bergaya Eropa modern, mulai besi autentik di kursi, meja yang memberi sentuhan klasik-elegan, hingga penataan sendok-garpu-piring-pisau yang mengesankan konsep formal dinning, dikonsep begitu rapi dalam komposisi dan tatanan yang pas.

Ruangan ini dibagi menjadi dua bagian, yakni dalam dan luar. Di bagian dalam, restoran menyajikan kesan cukup formal—tempat orang-orang bersantap dengan momen yang cukup serius. Sedangkan di luar, orang bisa mengobrol lebih santai. Kursi dan mejanya dibuat berbentuk seperti ayunan.

Di tengah ruang—tempat yang membelah bar, sisi luar dan dalam, ditempatkan air mancur mini. Bila diingat, tatanannya mirip dengan konsep ruang dansa di kastil milik Pangeran Irakus dalam kartun Cinderella. Air mancur ini sederhana, namun klasik. Inspirasinya datang dari biara Santa Chiara di Naples. Tujuannya memberikan ketenangan kala orang tengah bersantap. Di samping air mancur bergaya Romawi itu, Joseph Olive duduk menunggu. Tangannya melambai.

“Naik mobil di Bali memang kurang asyik sekarang. Pasti kena macet di jalanan,” tutur public relations itu membuka perbincangan. Tak banyak basa-basi, pria oriental ini lantas menyodorkan buku menu. Tak hanya bangunan yang bergaya Italia, menu pun begitu. Maurice Terzini dan Adrian Reed, si pemilik Da Maria, juga pesohor di bidang kuliner internasional, terinspirasi gaya restoran Maurice Terzini yang berlokasi di Australia ketika membangun usaha kulinernya di Bali. Karena itu, menu utamanya adalah pizza.

Berlainan dengan pizza Amerika, yang punya daging tebal, pizza di sini dimasak lebih tipis. Cara memanggangnya masih tradisional, menggunakan oven kuno. Tak cuma itu, resepnya khusus memakai komplemen tradisional yang kerap digunakan masyarakat yang tinggal di jantung Laut Mediterania tersebut.

Selain itu, secara alami, pizza difermentasi selama 24 jam. Cara ini terinspirasi gaya memasak Neapolitan yang memanfaatkan oven lava lokal. Ada macam-macam pizza dengan taburan yang berbeda. Semisal, Antica Margherita, berisi fior di latte, basil, dan parmesan. Ada pula Marinara berisi black olive, white anchovy, oregano, juga garlic. Selanjutnya, Capricciosa berisi fior di latte, mushroom, artichoke, dan olive. Yang paling spesial, yakni Gamberetto berisi prawn, zucchini, fior di latte, juga chilli; Salami berisi salami, fior di latte, dan artichoke; serta Da Maria berisi goats cheese, roasted peppers, fior di latte, juga pinenuts. Pizza dibanderol antara Rp 90-150 ribu.

Ada pizza, tentu ada pula pasta. Kala itu, yang direkomendasikan Joseph adalah primi  ber-topping tonnarelli al nero, clams, spicy sausage, dan parsley. Pasta berbentuk spageti ini dimasak dengan gaya aglio olio. Kental dengan kekhasan Italia, spageti diolah dengan bumbu sederhana yang mengandalkan bawang putih dan minyak. Rasanya plain, ringan, juga pedas lantaran dibubuhi cabai kering. Cita rasa semacam ini cocok buat lidah orang Eropa. Primi dibanderol mulai Rp 100-160 ribu per porsi. Ukurannya tak terlalu besar. Hanya bisa disantap satu sampai dua orang. Berbeda dengan pizza yang bisa dikudap empat hingga enam orang.

Tak cukup dengan olahan gandum, pramusaji mendaratkan sepiring la panarda. Orang Indonesia menyebutnya sate. Daging yang digunakan adalah daging domba muda yang masih empuk, segar, dan merah. Orang-orang Italia menyajikan makanan ini umumnya saat menggelar upacara tradisional. Mereka menamainya dengan perayaan mengudap makanan terpanjang sedunia.

Domba itu dipanggang sampai masak, namun tetap tak menghilangkan tekstur dagingnya. Aroma amisnya hilang lantaran dibubuhi rosemary salt dan lemon segar. Sepiring la panarda berisi 10 tusuk daging. Cukup disantap dua hingga tiga orang.

Sembari memburu makanan bergaya Eropa, mata disegarkan dengan desain klasik arsitek Romawi—Lazarini Pickering—yang menyoroti keragaman makanan, anggur, musik, mode, dan seni yang padu. Gemerencing bunyi gelas sparkling wine dengan bowl tinggi dan ramping, bertubrukan dengan botol anggur, turut menjadi pelengkap yang membawa pengunjung serasa bersantap di daratan Eropa. Tawa renyah mayoritas tamu berkulit putih dan bermata biru membuat kami lupa kalau siang itu tengah berada di jantung Dewata, bukan di pesisir Amalfi, Italia. l

Da Maria

Jalan Petitenget Nomor 170, Kerobokan Kelod, Kuta Utara

Denpasar, Bali

Operasional

Buka pukul 12.00–02.00

F. Rosana/Andi P./Dok. TL

Gerai Teguk 1 Di New York City Dibuka

Gerai Teguk 1 di New York City resmi dibuka. Foto: Dok Teguk.

Gerai Teguk 1 resmi dibuka di New York City, Amerika Serikat, Sabtu 17 September 2022. Informasi soal gerai pertama di Amerika Serikat ini sudah pernah disampaikan CEO Teguk Indonesia Maulana Hakim pertengahan Agustus lalu di Jakarta. Kini rencana itu terealisasikan.

Gerai Teguk

Teguk, perusahaan minuman kekinian dengan, membuka gerai di New York, Amerika Serikat. Sebagai bagian dari ide “Teguk akan goes to New York”. “Gerainya sudah ada, di sentral kota New York, tidak jauh dari Time Square,” kata Maulana secara virtual sebagaimana dikutip Kompas.com, Kamis 18 Agustus 2022.

Gerai Teguk pertama di New York City sekaligus di Amerika Serikat ini berada di Mott Street di seputaran kawasan Manhattan. Sebuah jalan yang tak terlalu besar namun sangat sibuk. Masyarakat New York sering menyebutnya “jalan utama” Chinatown kota tersebut.

Gerai Teguk 1 di New York City memberikan pengalaman kuliner ala anak muda Indonesia di dunia.
Layanan Konsumen di Gerai Teguk New York. Foto: Dok. Teguk Indonesia

Saat pembukaan, Gerai Teguk pertama ini melakukan promo dengan free trial atau cicip gratis minuman boba kreasi mereka. Dari video yang diperoleh, terlihat anak-anak muda New York yang cukup surprise dengan tawaran cicip gratis ini. Mereka terlihat menikmatinya. Saat pembukaan, gerai Teguk ini juga mendapat kunjungan Amanda dan Sandi, staf desk ekonomi Konsulat Jendral Republik Indonesia di New York.
Soal Teguk, Maulana mengatakan, upaya dan kerja keras yang dilakukan timnya dari awal mula bisnis minuman Teguk pada 2018. Hingga kini akhirnya Teguk bisa mulai ekspansi ke luar negeri.

Gerai Teguk pertama di New York City, Amerika Serikut, membuka jalan produk ini go internasional.
Kunjungan Staf Deks Ekonomi KJRI New York. Foto: Dok. Teguk Indonesia

Ia menceritakan, awalnya Teguk merupakan gerai penjual thai tea. Ia mengatakan dasar pendirian produknya berawal dari perilaku masyarakat yang terbiasa membeli minuman dalam kemasan. Dia bilang banyak orang pada saat itu juga sudah membeli minuman dalam kemasan cup untuk dibawa ke rapat, belajar, dan berbagai acara lainnya. Namun kala itu, kebanyakan produk minuman kemasan cup berharga mahal
Adalah Najib Wahab Mauluddin, seorang pengusaha muda di banyak sektor bisnis, mulai dari Energy, Infrastruktur, Logistik, alat berat, hingga F&B. Ia kemudian bersama-sama Maulana Hakim, yang kemudian bertindak selaku CEO Teguk Indonesia, merancang bisnis minuman kekinian tersebut.

Ke dua sosok inilah yang menjadi pelopor dan membuat Teguk menjadi besar. Bisnisnya sendiri berawal saat merebaknya fenomena minuman boba kekinian di Indonesia. Terutama bagi kalangan muda, mulai dari millennial hingga generasi Z. Dari masyarakat kelas bawah hingga kelas atas.

“Ini berawal dari keinginan saya agar masyarakat di kelas bawah juga bisa merasakan minuman mewah tetapi tidak perlu mahal. Dari situ saya ciptakan Teguk,” kata Najib dalam siaran persnya di Jakarta, 23 Agustus lalu.

Dengan tren tersebut, Teguk hadir dengan membidik masyarakat menengah ke bawah. Di sisi lain, tingkat belanja konsumen menengah ke bawah saat itu juga sedang tinggi, sehingga membuka kesempatan bagi Teguk mengoptimalkan potensi pasar.

Saat itu, pasar didominasi dengan tren minuman cup dari luar negeri dengan harga yang cukup tinggi, baik kopi maupun non kopi. Di sisi lain, untuk usia 18-25 sudah memiliki kemampuan yang konsumtif, dan itu menjadi dasar Teguk berkembang. “Teguk saat itu mengeluarkan produk teh yang terjangkau dengan value yang lebih tinggi,” ujar dia.

Gerai Teguk awalnya hadir dengan produk Thai Tea seharga Rp 5 ribu dengan konsep open kitchen sehingga pembeli bisa melihat bahan baku pembuatan produk. Mulai dari produk teh impor dan diramu dengan bahan-bahan lainnya.
Pertumbuhan penjualan yang terus meningkat mendorong Maulana untuk melakukan inovasi. Ia mulai mencoba menjual minuman jenis kopi dan coklat. Tak hanya itu, ia juga menambahkan makanan seperti roti untuk turut dijual di gerai Teguk.

“Keberhasilan itu merambat ke kategori lain, ada kopi, coklat dan lain-lain. Konsepnya, bahan baku kita tidak kalah dengan yang premium, tapi dengan harga yang terjangkau. Kita juga menjual makanan yang unik dan khas, seperti odading misalnya,” kata dia.

Sepanjang setahun mengembangkan bisnis, Teguk masih menggunakan sistem pemasaran konvensional. Dia percaya, jika pelanggan menikmati dan suka dengan produknya, akan secara langsung akan membuat kostumer kembali lagi untuk membeli
Namun di tengah era digital yang tumbuh pesat, penjualan secara online juga tidak kalah diminati oleh pelanggan mereka. Pada 2019, mereka melebarkan kanal penjualan online.

Awalnya konsumen Teguk hanya sekitar 25 ribu orang, sehingga dirasakan untuk berkembang perlu adanya transformasi. Maulana mengakui, mereka termasuk yang agak telat masuk ke kategori online atau gofood ini.

Pada 2019 mereka coba-coba dengan penjualan online dan hasilnya cukup mengejutkan. “Basis penjualan kami naik signifikan. Ternyata online ini bisa membeli lebih banyak dari rumah,” ungkapnya sambal bercerita Teguk yang semakin membesar.

Angkanya lebih dari 200 persen dibanding penjualan 2019 lalu.

“Penjualan kita di online cukup bagus dan kontribusinya cukup besar, sehingga kami merasa langkah selanjutnya adalah go international,” kata Maulana.

agenda Indonesia

*****

Kota Pontianak, Kota Multietnik di Garis Lintang 0

Pontianak Tugu Khatulistiwa

Kota Pontianak adalah kota yang tepat dilewati garis Khatulistiwa atau equator, atau garis lintang 0 derajat. Ia berada di tengah-tengah titik utara dan titik selatan bumi. Memiliki banyak tradisi Melayu, kota ini kaya dengan warisan kuliner Tionghoa.

Kota Pontianak

Menuju ibukota Kalimantan Barat ini tentu saja paling mudah melewati jalur udara melalui Bandara Supadio. Dari Bandara Soekarno Hatta memerlukan penerbangan dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Supadio sendiri berjarak sekitar 18 kilometer dari pusat kota Pontianak.

AgendaIndonesia berkesempatan mengunjungi kota ini akhir tahun lalu. Sesungguhnya agak nanggung datang ke Pontianak pada bulan Desember, sebab saat itu kotanya sedang tak terlalu ramai. Kota ini ramai justru saat perayaan Imlek, dan dua minggu setelahnya, yakni perayaan Cap Go Mei. Maklum saja, sekitar 32 persen warga kotanya adalah masyarakat keturunan Tionghoa. Lebih besar dari warga Melayu yang sekitar 26 persen.

Saat Imlek, yang biasanya jatuh di akhir Januari atau awal Februari, suasana kota sungguh meriah. Cobalah pada hari-hari itu mampir ke pasar-pasar tradisional. Warna-warni merah mendominasi suasana pasar. Dan, sama seperti ketika Lebaran di kota-kota di Jawa, saat Imlek banyak warga saling mengunjungi.

Agama tak menghalangi tradisi saling kunjung dan makan besar. Meskipun banyak warga Tionghoa yang sudah memeluk agama Katolik, selain Budha dan Konghucu, Imlek adalah perayaan tahun baru semi. Dirayakan oleh semuanya. Di kota ini bahkan warga non-tionghoa pun ikut saling mengunjungi. Sungguh suasana kekeluargaan yang hangat.

Tapi sudahlah, karena bukan saat perayaan Imlek, ketika sampai Pontianak, dengan mencarter mobil, kami berpikir untuk pertama-tama mengunjungi ikon kota ini: Tugu Khatulistiwa. Dari Bandara kami menuju ke wilayah Sungai Raya atau warga setempat menyebutnya Sei raya. Saat ini sudah ada dua jembatan yang menghubungkan wilayah Pontianak kota dan Pontianak Utara. Keduanya membentang sepanjang sekitar setengah kilometer, 420 meter dan 560 meter. Jembatan I dulunya adalah jembatan tol, namun pada 1990-an dibuka untuk umum tanpa berbayar.

Kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia dan Sungai Landak. Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia yang melintasi 5 kawasan, termasuk Pontianak. Panjang sungai ini mencapai 1.143 kilometer, sedangkan lebarnya sekitar 70-250 meter. Sebutan sungai Kapuas diambil dari daerah Kapuas Hulu yang mengaliri aliran sungai tersebut.

Dulunya, sebelum tahun 1982, warga Pontianak Kota yang ingin pergi ke wilayah lain di Kalimantan Barat harus menyeberangi Kapuas dengan kapal feri menuju wilayah Siantan. Dari sana baru perjalanan darat menuju Singkawang, Sambas, atau Kapuas Hulu dilanjutkan.

Tugu Khatulistiwa ini rasanya wajib kunjung, karena sesuai julukannya, Pontianak dikenal sebagai Kota Khatulistiwa karena posisinya dilalui garis lintang nol derajat bumi. Di utara kota ini, tepatnya Siantan, terdapat Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang dilalui garis lintang nol derajat bumi.

Tugu Khatulistiwa bentuknya sederhana saja, sebuah menara dari bahan kayu belian berwarna hitam dengan dua lingkaran di mana salah satunya memiliki anak panah yang menandakan lintasan titik 0 derajat lintang bumi. Menara ini dibangun oleh tim ekspedisi geografi yang dipimpin seorang ahli geografi berkebangsaan Belanda.

Sesungguhnya tugu atau menara Khatulistiwa ini biasa saja. Namun, memang ada sensasi lucu ketika berdiri di bawahnya. Berdiri tepat di tengah-tengah lingkaran utara-selatan bumi. Sayangnya belum ada penelitian, adakah efek berada di titik 0 bagi manusia. Jika ada, dan positif, bisa jadi daerah ini akan makin ramai mendatangkan wisatawan.

Dari tugu, kami kembali ke kota. Hari itu kami cuma berencana menikmati kuliner Pontianak. Pertama-tama tentu saja kwetiau, atau masyarakat Pontianak menyebutnya mi tiau. Sama saja, keduanya merujuk pada bakmi dari tepung beras berwarna putih dan pipih lebar.

Kota Pontianak di  Pusat oleh olehnya

Ada beberapa pilihan restoran yang kondang di kota ini, tapi kami memilih Kwetiau Antasari. Dari namanya pasti sudah bisa diduga kalau lokasi berjualan rumah makan ini sekaligus menjadi nama atau branding dari rumah makannya ada di Jalan Antasari. “Ini sudah buka sejak aku kelas 2 SD,” kata Uke, seorang kawan yang menemani makan siang, itu artinya merujuk pada tahun 1972.

Kami siang itu memesan menu andalan, yakni kwetiau goreng spesial. Kata spesial ini merujuk pada kondimen yang terdiri dari bakso sapi gepeng, daging sapi, daging babat, sayuran hijau, tauge, kikil dan ditambahkan lagi telur mata sapi di atas kwetiau gorengnya. “Itu belum termasuk telur yang dicampur dalam gorengannya,” kata Uke sambil bercerita, jika pesan bungkus, maka bungkusannya masih menggunakan daun jati. Persis seperti puluhan tahun lampau.

Jika ingin mencoba kwetiau atau mitiau lain, ada pilihan Kwetiau Seroja Baru, juga Kwetiau Apolo. Yang terakhir ini, yang kami coba besoknya, terlihat lebih gelap karena faktor kecap.

Usai makan, kami lanjut ke tempat lain yang tak kalah terkenalnya di Pontianak: es krim Angi atau lebih dikenal dengan sebutan es krim Petrus, karena dengan dengan SMA Petrus. Tadinya mau mencoba kopi Asiang yang dekat dari Antasari, tapi warungnya penuh. Dan di tengah panas siang hari, es krim rasanya asik.

Es Krim Petrus ini ternyata juga sudah melegenda, sebab sudah melayani pelanggan sejak tahun 1950-an. Para pelanggan menyebut rasa es krimnya tidak berubah sejak pertama kali. Dan itulah yang menjadi daya tarik penikmatnya untuk kembali lagi dan lagi. Satu hal yang membuat banyak orang datang kembali untuk mencecap es krimnya adalah cara penyajiannya dengan menggunakan kelapa muda. Pilihan rasanya cukup banyak, mulai dari durian, cempedak, strawberi, nangka, vanila, coklat, dan beberapa lainnya.

Kami sempat mengunjungi hutan kota (Arboretum Sylva Untan) yang berlokasi di kawasan Universitas Tanjungpura. Hutan seluas 3,2 hektare ini memiliki koleksi tanaman khusus dari Kalimantan Barat, yaitu 190 jenis pohon, 86 anggrek, 176 perdu, dan tumbuhan bawah, dan sebagainya. Ada juga sarana untuk berlari, bersepeda, ekowisata, dan aktivitas outbound.

Sore menjelang malam hari, kami meluncur ke pinggiran sungai Kapuas, ada atraksi menarik berupa air mancur warna-warni. Untuk menikmati Kapuas, mampirlah ke Taman Alun Kapuas yang berlokasi di tepi Sungai Kapuas. Di tempat ini, pelancong bisa menikmati embusan angin Sungai Kapuas dan keindahan mentari tenggelam. Jangan risaukan urusan perut, sekitar Alun Kapuas banyak makanan jalanan yang lumayan.

Usai menikmati Kapus, bagi penikmat kopi, jangan lewatkan deretan kedai kopi di Jalan Gajah Mada. Salah satunya, Warung Kopi Liem yang buka dari malam hingga pagi.

*****

Nasi Gandul Pati, Ada Yang Sejak 1955

Nasi Gandul Pati adalah makanan khas Pati.

Nasi gandul Pati mungkin tak sepopular sejumlah masakan berkuah di sepanjang pantai utara Jawa Tengah seperti soto, nasi pindang atau garang asem. Padahal dari segi rasa, masakan ini tak kalah kelezatannya.

Nasi Gandul Pati

Pati sendiri merupakan salah satu kabupaten di jalur pantai utara pulau Jawa di wilayah Jawa Tengah. Ada banyak kuliner khas Pati yang layak untuk dicicipi, salah satunya nasi gandul. Makanan satu ini berupa nasi dengan empal daging berkuah, kemudian disajikan beralaskan daun pisang. Enak banget disantap saat masih hangat.

Nasi gandul Pati menjadi salah satu makanan khas Jawa Tengah. Makanan ini terdiri dari nasi yang dimasak dengan cara yang khas dan disajikan dengan kuah yang gurih dan beraroma khas.

Disajikan dengan menggunakan daun pisang supaya nasi tetap hangat dan lezat. Ciri khas lainnya yaitu penjual yang tetap meletakkan dagangannya di pikulan. Sebab, dahulu para penjual nasi gandul menjajakan dagangan dengan berkeliling dan menggunakan pikulan.

Nasi Gandul Pati disajikan dengan kuah dan daging.
Nasi Gandul juga ada yang menggunakan jerohan. Foto: Dok. jatenggov.go.id

Sejarah dari nasi gandul Pati tidak terdokumentasikan secara resmi, tetapi diperkirakan makanan ini telah ada sejak zaman kerajaan di Jawa Tengah. Nama “gandul” berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang berarti “menggantung” atau “tidak menapak”.

Dari cerita mulut ke mulut, istilah gandul tersebut mengacu pada dua pengertian. Pertama pada tekstur nasi yang sedikit kering dan diletakkan pada daun bukan langsung di piring. Sementara pengertian ke dua mengacu kepada istilah “gandul” yang dalam bahasa Jawa berarti “menggantung”.

Tapi bukan nasinya yang disajikan menggantung, melainkan cara berjualannya. Jadi, konon dulu penjual nasi gandul Pati menjajakan dagangannya dengan digantung pada pikulan. Dari situlah kemudian muncul nama “nasi gandul”.

Nasi gandul Pati terbuat dari beras yang dicuci bersih dan dimasak dengan air yang diberi sedikit minyak goreng dan garam. Setelah nasi matang, nasi diaduk secara perlahan hingga terlihat kering dan terpisah satu sama lain.

Kuah gandul yang khas terbuat dari daging sapi atau ayam yang dimasak dengan rempah-rempah seperti jahe, lengkuas, dan kacang merah. Setelah matang, kuah ini dihaluskan dan dicampur dengan santan, kemudian disajikan dengan nasi dan ditambahkan irisan daun bawang dan kerupuk udang.

Beberapa istimewa dari nasi gandul Pati antara lain tekstur nasi yang kering dan tidak lengket membuat nasi gandul ini berbeda dengan nasi pada umumnya. Kuah gandul yang khas memiliki rasa yang gurih dan kaya rempah. Sajian ini biasanya disajikan dengan kerupuk udang yang renyah, menambahkan rasa dan tekstur yang berbeda.

Nasi gandul Pati sering dianggap sebagai makanan yang sarat nutrisi karena mengandung banyak protein dari daging dan kacang merah serta karbohidrat dari nasi.

Nasi Gandul Pak Meled Kemendikbud
Nasi Gandul Pak Meled. Foto: Dok kemendikbud.go.id


Di Pati terdapat beberapa restoran dan warung yang terkenal dengan nasi gandulnya, di antaranya:

Nasi Gandul Pak Meled – terletak di Jalan Krajan Gajah Mati, Kecamatan Pati, Pati. Warung ini menjadi salah satu yang paling terkenal di Pati dan sudah berjualan sejak 1955. Harganya cukup terjangkau dan rasanya dijamin enak.

Nasi Gandul Romantis – terletak di Jalan Panunggulan, Krajan Gajah Mati, Kecamatan Pati, Pati. Warung ini juga dikenal sebagai tempat yang menyajikan nasi gandul yang lezat dengan harga yang terjangkau.

Nasi Gandul Khas Pati – terletak di Jalan Kiai Saleh, Kaborongan, Kecamatan Pati, Pati. Warung ini menyajikan nasi gandul dengan bumbu yang kaya rempah dan daging sapi yang empuk.

Nasi Gandul Warsimin – terletak di Jalan Roro Mendut, Semampir, Kecamatan Pati, Pati. Warung ini terkenal dengan nasi gandulnya yang nikmat dan disajikan dengan sambal khas.

Setiap warung memiliki ciri khas dan rasa yang berbeda-beda, sehingga Anda bisa mencoba beberapa warung untuk mencari nasi gandul yang paling Anda sukai.

Di Indonesia, terdapat beberapa masakan yang memiliki kemiripan dengan nasi gandul dari Pati, Jawa Tengah. Sepintas jika diperhatikan nasi rawon, nasi gandul, dan nasi pindang memiliki kesamaan.

Rawon Surabaya terkenal dengan sebutan black soup. Foto: dok. liputa6

Ke tiga kuliner tanah Jawa ini berkuah kehitaman dengan rasa rempah yang gurih. Baik rawon khas Surabaya, nasi pindang khas Kudus, dan nasi gandul khas Pati sama-sama memiliki kuah hitam encer akibat kluwak, dengan potongan daging sapi dan penyajiannya disatukan dengan nasi.
Namun jika diteliti lebih dalam, ke tiganya memiliki ciri khas dari daerahnya masing-masing. Seperti nasi pindang Kudus yang menggunakan daun melinjo muda sebagai pendamping kuahnya. Sedangkan rawon menggunakan sayur tauge untuk pendamping kuahnya. Beda nasi pindang, nasi gandul sama rawon itu di santan sama daun melinjonya.


Meskipun memiliki kemiripan dalam bahan dan cara penyajian, tetapi setiap masakan khas daerah memiliki ciri khas dan bumbu yang berbeda-beda, sehingga menghasilkan rasa dan aroma yang berbeda pula.

agendaIndonesia

*****

Sate Ponorogo Tukri Sobikun, Manis 70 Tahun

Sate Ponorogo H. Tukri Sobikun salah satu kuliner khas Ponorogo.

Sate Ponorogo Tukri Sobikun disinyalir merupakan salah satu pelopor kepopuleran kuliner sate ayam di kabupaten Ponorogo, Jawa Timur ini. Lewat resep yang sudah diramu sejak sekitar 70 tahun lalu, mereka telah menahun jadi standar cita rasa sate ayam khas kota reog itu.

Sate Ponorogo Tukri Sobikun

Bagi yang mengaku penggemar kuliner sate, tentu sudah pernah mendengar tentang nikmatnya sate Ponorogo. Maklum, sate ayam Ponorogo punya beberapa karakteristik yang membuatnya punya cita rasa unik dibanding sate-sate di segala penjuru nusantara lainnya.Salah satu keunikan sate ayam khas Ponorogo dapat dilihat dari cara penyajiannya.

Kalau sate kebanyakan dibuat dengan memotong daging ayam pada bentuk dan ukuran yang padat dan tebal, sate Ponorogo dibuat dengan mengiris daging ayam hingga cenderung berbentuk pipih.Dari penggunaan teknik ini, kemudian didapatkan irisan daging ayam yang lebih bebas dari lemak.

Sate Ponorogo Tukri Sobikun adalah salah satu ikon kulner kota Ponorogo.
Tumpukan sate ayam Ponorogo Tukri Sobikun sedang dibakar. Foto: IG

Sebelum dibakar, irisan daging ini direndam terlebih dulu ke dalam bumbu, agar rasa dari bumbu tersebut dapat meresap lebih baik ke dalam daging.Bumbu ini, yang biasa disebut sebagai bumbu bacem, terbuat dari rempah-rempah seperti ketumbar, merica, laos, kunyit, kemiri, jahe, dan gula Jawa. Rempah-rempah tersebut diolah menjadi bumbu dengan cara diulek dan direbus, hingga berwujud bumbu cair.

Setelah itu, barulah irisan daging tersebut dipasangkan dengan masing-masing tusuknya dan kemudian dapat mulai dibakar, selama sekitar tiga sampai lima menit. Selama proses pembakaran, sate kembali diolesi dengan bumbu untuk menambah kuat rasa.Keunikan lainnya ada ketika sate telah disajikan. Umumnya, sate ayam Ponorogo bisa dimakan dengan tambahan bumbu kacang tanah yang kental, namun sejatinya bila sate dimakan tanpa bumbu pun dagingnya sudah terasa nikmat berkat bumbunya yang meresap.

Ketika dipadu dengan bumbu kacangnya, maka sensasi rasa manis dan pedas dari bumbu plus gurih dan empuknya daging sate membuatnya begitu mengundang selera. Keunikan tersebut membuatnya menjadi varian sate di Indonesia yang punya banyak penggemar.

Di Ponorogo sendiri, kehadiran resep sate ayam tersebut konon sudah muncul sejak era abad ke-15. Sate ini disebut menjadi salah satu penganan favorit para warok, alias tokoh-tokoh figur publik yang terkait dengan politik, sosial, seni dan budaya pada tatanan masyarakat kala itu.

Bertahun dan berabad setelahnya, resep sate ini terus dilestarikan dan menjadi salah satu penganan yang lazim dijajakan untuk masyarakat umum. Mayoritas pedagang sate saat itu banyak yang berjualan sambil berkeliling memikul sate dagangannya, beserta alat memasaknya.Salah satu pedagang sate keliling tersebut adalah H. Tukri Sobikun, yang sudah merintis usahanya sejak sekitar tahun 1950-an. Seiring berjalan waktu, sate racikannya mulai meraih reputasi sebagai salah satu sate ayam terenak di Ponorogo.

Warung Sate Ponorogo H. Tukri Sobikun IG
Kedai Sate Ayam Ponorogo H. Tukri Sobikun. Foto: IG

Setelah meraih cukup banyak pelanggan, ia lantas menetap di area trotoar jalan Ahmad Yani pada 1970-an. Dari situ, popularitas sate buatannya terus meningkat, tak hanya dari kalangan warga Ponorogo tetapi juga pelancong dari luar kota.

Maka pada tahun 1995 ia membuka kedai kecil berukuran empat meter persegi di area garasi rumahnya sendiri di jalan Lawu. Pada lokasi inilah kedai sate Ponorogo Tukri Sobikun hingga kini berjualan, dengan usaha saat ini sudah dijalankan oleh generasi ketiga.

Yang unik, area jalan Lawu ini sekarang juga kerap dikenal sebagai “gang sate”, lantaran di area tersebut juga terdapat berbagai kedai sate ayam Ponorogo lainnya. Bahkan ada yang menyebut bahwa gang ini merupakan salah satu sentra penjual sate terbesar di Indonesia.Usut punya usut, banyak warga di sekitar jalan tersebut juga sudah lama menyambung hidup dengan berjualan sate. Seperti halnya H. Tukri Sobikun, beberapa di antaranya juga pernah menjajakan satenya sambil berjalan keliling kota.

Sejak kemunculan kedai sate Ponorogo H. Tukri Sobikun di area tersebut, beberapa pedagang sate mulai ikut-ikutan mendirikan kedai sate serupa. Sehingga area jalan tersebut mulai akrab dengan sebutan “gang sate”.

Namun, bisa dikatakan kedai sate Ponorogo Tukri Sobikun merupakan salah satu yang tertua, serta yang paling populer dan turut menaikkan pamor sate ayam Ponorogo. Sate buatan mereka juga disebut-sebut punya keunggulan tersendiri dibanding sate ayam Ponorogo lainnya.

Cara mereka meracik sate memang cukup spesifik dan terus dijaga hingga saat ini, demi menjaga cita rasa asli. Semisal dari bagaimana daging yang sudah dibumbui kemudian diasapi terlebih dulu sebelum bisa dibakar, agar kadar lemak di dalam daging dapat ternetralisir.

Mereka juga masih menggunakan tungku pemanggang dari semen yang sama sejak dulu. Ketika ada bagian yang rusak pun, pasti akan sebisa mungkin diperbaiki. Mereka percaya bahwa penggunaan tungku ini turut memberikan cita rasa tersendiri pada sate.

Bahkan arang yang digunakan spesifik menggunakan arang dari pohon asam. Arang dari pohon asam disebut memiliki daya panas yang lebih tahan lama. Ini dipadu dengan penggunaan tungku tersebut, agar cita rasa gurih yang diinginkan tercapai dan tidak menjadi terlalu asin.

Selain itu, cara pembakarannya pun sedikit rumit, karena sate dibakar berulang kali sambil diolesi bumbu, dengan tingkat kematangan yang terukur. Ini dilakukan agar rasa bumbu dapat betul-betul meresap, sekaligus menghilangkan aroma amis dari daging.

Mungkin karena tingkat kesulitan itu pula, harga jualnya mencapai Rp 37 ribu per porsi, dengan pasangan nasi atau lontong. Tidak terlalu murah, terlebih harga naik saat hari libur. Tetapi menimbang rasa yang unik dan nikmat, tak mengherankan bila kedai ini terus ramai dikunjungi.

Sate Ponorogo H. Tukri Sobikun untuk Oleh oleh IG
Sate Ayam Ponorogo H. Tukri Sobikun menyediakan paket untuk oleh-oleh. Foto: IG

Dari yang dulu awalnya hanya menghabiskan sekitar lima sampai sepuluh potong ayam, kini kedai sate Ponorogo Tukri Sobikun bisa menghabiskan seratus potong ayam untuk memenuhi permintaan sehari-hari. Angka ini bisa meningkat kala akhir pekan atau hari libur.

Pelanggannya pun tak sembarangan. Tercatat, presiden Joko Widodo dan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi sosok figur publik yang turut menggemari sate mereka. Konon, sate buatan mereka pernah beberapa kali dipesan untuk Istana Negara.

Yang cukup unik, mereka kini juga melayani penjualan sate untuk dibungkus dalam besek sebagai oleh-oleh, dengan bumbu mentahan layaknya bumbu lekas jadi untuk gado-gado dan sejenisnya. Sate yang sudah dibakar dan matang diklaim mampu bertahan hingga satu pekan.

Dan satu hal yang menarik pula, sate Ponorogo Tukri Sobikun sehari-harinya buka dari jam 06.00 sampai jam 20.00. Ternyata, mereka sudah bersiap-siap untuk berjualan sejak subuh dan buka dari jam 06.00, lantaran banyak pelanggan yang datang sejak pagi untuk sarapan sate. 

Sate Ponorogo Tukri Sobikun

Jl. Lawu no. 43K, Gang Sate, Ponorogo

Instagram: sateayamtukrisobikun 

agendaIndonesia/audha alief praditra 

*****

Café Two Stories Bogor , 1 Dinding Mengabadikan Cerita

Cafe Two Stories Bogor Menu

Café Two Stories Bogor belum lama hadir di kota hujan ini. Baru sekitar dua tahun. Namun ia layak dijadikan pilihan menuliskan kisah Anda.

Cafe Two Stories Bogor

Sore menuju petang di kota hujan, Bogor, lampu-lampu mulai berpendar. Jalanan tak ubahnya sebuah etalase manusia yang lalu-lalang dengan kendarannya. Deru klakson tak henti menghantam kuping, membuat pendengaran kebal kebisingan.

Kala itu, awal tahun ini, Bogor tampak padat aktivitas. Setelah hampir menyerah menyusuri Jalan Raya Pajajaran, kendaraan saya membelok ke sebuah gang besar menuju suatu kompleks. Suasananya ramai, tapi tak padat. Belum jauh berkendara, di tepi kanan, tampak sebuah bangunan asimetris yang unik.

Gedung itu penuh unsur kotak-kotak, seperti lego raksasa yang ditumpuk tak beraturan. Di temboknya terpampang susunan batako yang rapi. Di tengahnya ada lingkaran kecil bertuliskan Two Stories Café & Lounge. Tampaknya bangunan ini adalah kedai kekinian, tempat muda-mudi nongkrong.

Saya memarkir kendaraan di lahan yang cukup luas, lantas memasuki bangunan kafe yang lebih mirip fine dining restaurant. Ada dua bagian lantai di dalamnya. Lantai pertama yang saya singgahi mula-mula menawarkan konsep lawas.

Ada kesan rustic dan industrial yang berbaur menjadi satu. Di hampir semua sisi, tampak meja dan kursi yang terbuat dari kayu. Cat warna cokelat natural dipoleskan pada interior. Rona ini langsung memunculkan kesan natural.

Adapun temboknya dibiarkan polos tanpa cat dan dihiasi macam-macam karikatur karakter kelinci. Tampak seperti lukisan tinta hitam yang digambar oleh anak-anak, kemudian dialihwahanakan dari kertas menuju dinding. Lantainya tak kalah artistik. Tampak tegel kunci tempo dulu yang sarat motif bunga-bunga. Tegel ini seperti yang pernah saya jumpai di rumah-rumah milik bangsawan di keraton.

Di beberapa bagian, terlihat rak-rak tua dibiarkan menyekat meja demi meja, menciptakan kesan pemisah. Pada rak tersebut dipajang sejumlah hiasan botol-botol kaca atau tanaman rambat. Bagi yang awam desain interior, penataan ini tampak sangat estetis.

Lantai satu banyak dipilih tamu yang membawa serta keluarganya untuk makan malam. Penampakan ini tentunya meruntuhkan hipotesis awal saya yang menyebut bahwa Two Stories Café & Lounge adalah tempat nongkrongnya muda-mudi.

Saya lantas beranjak ke lantai dua. Bangunan di lantai dua jauh berbeda dengan ruangan yang saya masuki sebelumnya. Ada kesan lebih muda. Tatanannya eye catching. Kursi-kursinya pun beragam, ada yang berbentuk rotan, ada pula kursi kayu yang dicat warna-warni.

Ruangan lantai dua terpisah atas dua bagian, yakni dalam dan luar ruangan. Di bagian dalam, ruangan bak terbungkus dinding-dinding kaca. Namun tamu di dalamnya bisa melihat suasana luar.

Cafe Two Stories


Sementara di bagian luar, tertampil sebuah lanskap lokasi nongkrong yang seru, fancy, dan asyik. Apalagi ada tulisan yang sangat ikonis, yakni “TELL YOUR STORY”. Tulisan itu terdapat di tembok yang terbuat dari batu bata. Dinding ini konon menjadi lokasi favorit para pengunjung untuk berfoto lantaran sangat Instagenic.

Lukisan TELL YOUR STORY seakan mengajak pengunjung untuk mengungkapkan apa saja yang ingin diceritakannya kepada kawan-kawan nongkrongnya. Dinding ini membingkai suasana menjadi hangat dan akrab.

Usut punya usut, kafe ini dirancang oleh Robert Wanasida dari Gagareska Urban Arsitektura. Ia menerapkan dua gaya desain yang berbeda di tiap lantainya. Lantai bawah yang non-smoking tentu berbeda dengan lantai atas.Peruntukannya pun berlainan. Lantai bawah untuk keluarga, sedangkan lantai atas untuk muda-mudi.

Soal menu, kafe ini menyediakan pilihan yang cukup beragam. Mulai makanan ala western sampai Asia. Sebagai menu pembuka, misalnya, tersedia pilihan salad dan sup. Ada salad sayur dan buah yang harganya berkisar Rp 25 ribu per porsi. Ada pula sup ayam dan jamur yang dibanderol Rp 20-30 ribuan.

Untuk makanan utama, jika datang beramai-ramai, memilih pizza rasanya tepat. Terdapat pilihan pepperoni pizza sampai pizza khusus vegetarian dengan harga Rp 40-80 ribuan. Sedangkan untuk menu Asian, Anda dapat memilih berbagai macam masakan udon dan nasi goreng ala Jepang yang dibanderol Rp 40 ribuan.

Kalau emoh bergelut dengan menu-menu luar, Anda bisa memilih makanan Nusantara. Terdapat pilihan sop iga hingga nasi goreng kampung yang berkisar Rp 40-80 ribuan. Sementara itu untuk minuman, Anda bisa memilih beragam olahan teh, kopi, cokelat, atau bir.Harganya pun masuk di kantong, tak lebih dari Rp 50 ribu.

Two Stories Café and Lounge; Jalan Pajajaran Indah 5 Nomor 7, Bogor Timur, Bogor

Buka setiap hari pukul 10.00-23.00

Dataran Dieng, 2100 Meter Di Atas Tanah Jawa

Dataran Dieng disebut sebagai desa tertinggi di Pulau Jawa

Dataran Dieng, di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, biasanya orang akan langsung teringat dengan keindahan alam pegunungan, di atas ketinggian 2.093 meter di atas permukaan laut. Tidak salah memang, karena sebagian dari Dieng masuk di wilayah kabupaten ini. Beberapa obyek wisata unggulan pun terdapat di kawasan berudara dingin tersebut.

Dataran Dieng

Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu tujuan wisata favorit di Jawa Tengah, keberadaan hotel mulai kelas melati hingga hotel berbintang boleh jadi salah satu indikator sebagai daerah tujuan wisata baik wisatawan dalam maupun luar negeri. Di saat akhir pecan, suasana Kecamatan Wonosobo, pusat pemerintahan kabupaten ini terasa lebih ramai. Mereka kebanyak- kan wisatawan yang menginap dikota Wonosobo untuk berwisata ke kawasan Dieng.

Wisata alam merupakan satu dari sekian banyak keunggulan pariwisata kabupaten ini. Kawasan Dieng menjadi pusat wisata alam. Serunya, aktivitas wisata alam di Kabupaten Wonosobo sudah bisa lakukan sejak dinihari dengan menikmati terbitnya matahari (sunrise) di Bukit Sikunir, Desa Sembungan.

Desa Sembungan berada di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Bukit Sikunir menjadi tempat untuk menikmati saat terbitnya matahari dengan latar pegunungan. Desa yang disebut sebagai desa tertinggi di Pulau Jawa ini (2.300 meter di atas permukaan laut) hampir tidak pernah sepi dari wisatawan. Bukit Sikunir pun menjadi lokasi favorit para pemburu foto lansekap.

Untuk bisa menikmati keindahan sunrise di Bukit Sikunir harus bersiap mulai jelang subuh, jika berangkat dari kawasan Dieng, pukul 4 sudah harus meninggalkan penginapan, sementara jika menginap di kota Wonosobo aktivitas harus sudah dimulai sejak pukul 3 pagi.

Selain menyiapkan diri dengan jaket tebal, sepatu khusus trekking, kaus tangan dan penutup kepala, stamina pun harus dalam kondisi prima, maklum untuk mencapai Bukit Sikunir harus dilalui dengan jalan kaki menanjak yang cukup menguras tenaga. Namun semua perjuangan itu akan terbayar lunas saat detik-detik matahari mulai menampakkan wujudnya. Semburat jingga mentari pagi bakal muncul indah dibalik kokohnya Gunung Sindoro, Sumbing, dan Gunung Slamet.

Puas menikmati dan mengabadikan keindahan matahari terbit, setelah turun bukit, istirahat sejenaklah di Danau Cebong. Hamparan air dengan latarbelakang perbukitan menjadi pe- mandangan yang cukup menyegarkan, sinar tipis matahari pagi semakin menghangatkan suasana.

Dataran Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah, merupakan salah satu pusat kunjungan wisata terkenal di Indonesia.
Telaga Cebong di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Foto: Dok. shutterstock

Biasanya setelah menyaksikan sunrise dan menikmati segarnya suasana Danau Cebong, perjalanan wisata dilanjutkan dengan mengunjungi Telaga Warna. Keindahan salah satu obyek wisata unggulan Kabupaten Wonosobo ini sudah sangat popular. Saat akhir pekan wisatawan asal Yogyakarta, Semarang, Jakarta, hingga wisatawan asing banyak yang berkunjung ke telaga ini.

Danau ini disebut sebagai Telaga Warna karena memiliki keunikan air telaga ini sering berubah terkadang berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni mirip pelangi. Kandungan sulfur yang cukup tinggi merupakan salah satu faktor mengapa air telaga ini bisa berubah saat terkena sinar matahari.

Suasana damai juga senantiasa melingkupi kawasan telaga warna, tidak heran jika banyak wisatawan yang betah berlama-lama menikmati suasana di obyek wisata ini. Selain itu rimbun pepohonan yang mengelilingi telaga menambah suasana semakin damai. Berdekatan dengan Telaga Warna ada Telaga Pengilon dengan air jernih dan suasana alam sekitarnya yang juga menenangkan.

Dataran Dieng di ketinggian 2100 meter di atas permukaan laut memiliki beberapa danau, salah satunya Telaga Warna.
Telaga Warna di Dataran Tinggi Dieng. Foto: Dok. shutterstock

Jangan pernah melewatkan pula Dieng Plateu Theater (DPT). Inilah pusat informasi tentang Dieng. Segala po- tensi alam dan budaya masyarakat di dataran tinggi Dieng tesaji di sini. Bios- kop mini dengan kapasitas sekitar 100 orang ini memutar film dokumenter yang memaparkan sejarah dan ke- hidupan di Dataran Tinggi Dieng. Film berjudul “Dieng Negeri Khayangan” tersebut berdurasi sekitar 23 menit.

Meski terbilang singkat, namun film tersebut mampu merangkum dan memberikan informasi lengkap mulai kejadian geologi, seni dan budaya, obyek wisata, kehidupan sosial masyarakat Dieng hingga fenomena rambut gimbal anak-anak Dieng, termasuk informasi mengenai embun salju yang turun pada musim kemarau atau biasa disebut “embun upas”.

Sempatkan juga untuk mempir ke Telaga Menjer. Luas telaga ini mencapai 70 hektare dengan latar elakang bukit berhiaskan hijaunya pepohonan. Telaga ini terletak di Desa Maron, Kecamatan Garung. Air telaga ini dimanfaatkan menjadi sumber tenaga bagi pembangkit tenaga listrik.

Wonosobo masih memiliki obyek wisata Taman Rekreasi dan Olahraga Kalianget. Destinasi wisata ini merupakan tempat pemandian air panas. Taman Rekreasi dan Olahraga Kalianget jarangat hanya sekitar tiga kilometer dari pusat kota Wonosobo. Ada dua tempat di pemandian ini yakni berupa kolam besar dan pemandian kamar- kamar.

Kandungan air panas di Kalianget berasal dari aliran sungai kecil, kandungan sulfurnya cukup tinggi dan bermanfaat untuk obat bagi yang meiliki masalah kesehatan kulit. Sumber air hangat di Kalianget sangat melimpah, memanfaatkan potensi tersebut, Pemerintah Kabupaten Wonosobo sekarang ini sedang mengembang-
kan wisata kesehatan dengan konsep rumah sehat.

Puas menikmati semua keindahan alam Wonosobo, tentunya mencicipi kuliner khas kabupaten ini tidak boleh terlewatkan. Mie Ongklok, salah satu makanan khas merupakan ikon wisata kuliner Wonosobo. Mie ini memiliki cita rasa yang gurih.

Mie ongklok disajikan dengan kuah yang kental bercampur sayuran segar ditemani dengan tusukan-tusukan sate daging sapi yang diiris kecil-kecil. Rasa sate yang manis gurih menambah sedapnya rasa Mie Ongklok. Warung makan yang menyajikan menu Mie Ongklok cukup banyak di Wonosobo

Larung Sukerto

Larung Sukerto merupakan tradisi yang unik dan masih dipertahankan masyarakat di Kabupaten Wonosobo. Kata Larung artinya terapung dibawa air, dan Sukerto memiliki arti masalah. Jadi secara haraah tradisi ini memiliki arti membuang segala masalah. Tradisi membuang masalah ini dilambangkan dengan menghanyutkan berbagai macam sesaji ke Sungai Semagung.

Upacara adat ini sudah dilakukan secara turun-temurun. Tidak ada literature yang pasti sejak kapan tradisi ini dimulai. Larung Sukerto dilaksanakan setiap malam 1 Syuro (penanggalan jawa). Tradisi ini dimulai tepat pada pukul 00.00 tempuran.

Tenong Suran

Ritual tradisional ini dilaksanakan sebagai upacara menyambut hari jadi Dusun Gianti di Desa Kadipaten, Kecamatan Selomerto. Tenong Suran dilaksanakan setiap Syura (Muharam). Prosesi upacara tenongan diawali ziarah ke makam sesepuh desa Adipati Mertoloyo yang dipercaya sebagai pembuka Dusun Giyanti.

Ratusan warga mengenakan pakaian khas Jawa membawa makanan dalam tempat makan yang disebut tenong. Prosesi ini juga diiringi dengan kesenian seperti lengger, barongan, serta kuda kepang. Setelah prosesi upacara kegiatan dilanjutkan dengan pagelaran seni tradisional semalam suntuk di desa yang mendapat julukan sebagai Dusun Wisata tersebut.

agendaIndonesia

*****

Soto Pak Sholeh, Sudah 70 Tahun Segarnya

Soto Sholh al barokah Yogyakarta sebagai legenda kulner kota pelajar.

Soto Pak Sholeh layak disebut sebagai salah satu spot kuliner, utamanya bagi pecinta soto, yang sayang untuk dilewatkan kala melancong ke Yogyakarta. Soto berbahan dasar daging sapi ini sudah 70 tahun lebih menjadi salah satu legenda kuliner kota pelajar tersebut.

Soto Pak Sholeh

Kedai bernama lengkap Soto Pak Sholeh Al Barokah ini sudah menahun jadi salah satu rekanan utama bagi warga Yogyakarta dalam khasanah kuliner soto mereka, terutama soto daging sapi. Saat jam makan siang, tempat ini jadi primadona dan selalu penuh pengunjung.

Saking melegendanya, banyak pula yang datang karena bernostalgia kala pulang kampung. Beberapa di antara pengunjung tersebut juga merupakan wisatawan yang mendengar cerita-cerita mengenai nikmatnya menyantap soto daging yang segar, empuk dan gurih tersebut.

Soto Pak Sholeh Al Barokah di Yogyakarta khusus dengan daging sapi.
Soto dan ditemani tempe dan es tape ketan yang segar. Foto: agendaIndonesia

Menilik dari namanya, kemudian diketahui bahwa usaha ini bermula dari seorang pria bernama Muhammad Sholeh yang sudah berprofesi sebagai pedagang soto sejak 1952. Waktu itu, ia masih kerap berjualan dengan berkeliling jalan kaki sambil memikul dagangannya.

Dari berjualan keliling, Sholeh lantas mampu perlahan-lahan membangun bisnis dan reputasi sebagai salah satu pedagang soto paling digandrungi warga kota gudeg itu. Hingga akhirnya ia dapat membuka sebuah kedai soto rumahan di kawasan Tegalrejo.

Kedai itulah yang kemudian menjadi cabang pusat soto Pak Sholeh. Sejak saat itu, kedai tersebut nyaris tak pernah sepi pengunjung. Bahkan pada akhir pekan dan hari libur, tak mengherankan bila pengunjung kedai tersebut kerap penuh membludak.

Sehingga pada 2003, dibuka pula cabang lainnya yang terletak di area stadion Kridosono. Hingga kini Soto Pak Sholeh memiliki delapan cabang yang selalu dipenuhi pengunjung.

Sepeninggal Sholeh yang menghadap sang Khalik pada 2004 silam, bisnis ini terus dijalankan oleh anak dan cucunya. Sampai sekarang, tak banyak yang berubah dari pilihan menu dan makanan yang disajikan, demi terus mempertahankan reputasi.

AI Soto Sholeh Al Barokah Kridosono
Cabang di Stadion Kridosono Yogyakarta. Foto: agendaIndonesia

Sejatinya, secara isi dan tampilan soto daging racikan pak Sholeh tak terlalu berbeda dari soto daging kebanyakan. Tetapi yang menjadi beberapa alasan mengapa soto ini begitu disukai banyak pelanggannya adalah dagingnya yang sangat empuk serta rasanya yang gurih manis.

Untuk mencapai karakter daging sapi yang empuk tersebut, ada beberapa kriteria yang mereka miliki dalam memilih daging yang akan dimasak. Misalnya, daging sapi yang biasanya mereka gunakan adalah sapi yang diternakkan di Jawa.

Selain itu, mereka juga selalu memasak daging yang diambil dari penyalurnya pada hari itu juga. Pada dini hari, sebelum mereka memasak dan berjualan, daging sapi sudah dipilihkan dan diambil untuk kemudian dimasak.

Mereka juga hanya mengambil jatah daging yang akan habis dimasak pada hari itu juga, karena mereka tidak akan menyisakan daging lagi dan menyimpannya untuk esok hari. Itulah mengapa mereka kerap hanya berjualan hingga siang atau sore hari setelah ludes terjual.

Usut punya usut, ternyata itu merupakan salah satu metode yang digunakan demi menjaga kualitas soto yang mereka hidangkan. Menurut mereka, daging sapi yang fresh dari sejak disembelih akan lebih mudah dimasak hingga empuk, ketimbang yang disimpan di kulkas.

Tak hanya itu, mereka percaya bahwa daging sapi yang langsung dimasak menjadi soto setelah dipotong akan memberikan cita rasa tersendiri pada kuahnya. Konon, kalau daging sapi yang dimasak sudah disimpan dari hari sebelumnya, rasa soto menjadi cenderung hambar.

Metode inilah yang mampu menjadikan soto Pak Sholeh begitu mahsyur dan senantiasa dicari banyak pecinta kuliner hingga kini. Dagingnya yang begitu empuk saat disantap membuatnya nyaman untuk dikonsumsi siapapun.

Keunikan soto Pak Sholeh tak berhenti di situ. Sedikit berbeda dari soto kebanyakan yang cenderung memiliki paduan rasa antara gurih dan asin pada kuah kaldunya, soto Pak Sholeh disebut mempunyai perpaduan rasa gurih dan manis.

Lauk di Soto Sholeh
Ada tambahan lauk daging. Foto soto pak sholeh IG

Perpaduan cita rasa ini diklaim karena menyesuaikan selera warga Yogyakarta pada umumnya yang memang punya kecenderungan lebih menyukai kuliner bercita rasa manis. Pada prosesnya, ini juga menjadi keunikan tersendiri bagi soto tersebut.

Dan tentunya daya tarik lainnya selayaknya hidangan soto, adalah harganya yang cukup terjangkau. Semangkok soto daging dihargai Rp 20 ribu, dengan pilihan teman makan seperti daging empal, olahan otak, paru, dan lidah yang dibacem, serta aneka kerupuk dan rempeyek.

Soto yang disajikan berisikan nasi, daging, taoge dan potongan kubis, meski bisa meminta soto dan nasi yang dipisah. Kalau dagingnya masih dirasa kurang, bisa meminta tambahan daging empal yang sudah dipotong-potong kecil.

Soto Pak Sholeh buka setiap hari dari jam 07.00 sampai sore, biasanya jam 15.00 atau jam 16.00. Tetapi perlu diperhatikan, sering kali karena begitu ramainya pengunjung dan mereka hanya memasak untuk porsi jualan hari itu, soto sudah habis sejak setelah jam makan siang.

Terkadang pula, dalam kondisi seperti saat bulan suci Ramadhan, kedai bisa buka hingga lepas waktu Maghrib untuk menerima pengunjung yang hendak berbuka puasa. Namun secara umum tetap disarankan untuk datang lebih awal, utamanya saat makan siang, agar tidak kehabisan.

Soto Pak Sholeh Al Barokah

Jl. Wiratama no. 84, Yogyakarta

Jl. Yos Sudarso no. 28, Parkir Stadion Kridosono, Yogyakarta

agendaIndonesia/audha alief praditra

*****

Sate Ambal Pak Kasman, Legenda Sejak 1963

Sate Ambal Pak Kasman Kebumen yang legendaris. Foto: Dok. Budaya-Indonesia.org

Sate Ambal Pak Kasman identik dengan kulinari Kebumen, Jawa Tengah. Buat yang sering melakukan perjalanan darat via jalur selatan biasanya melalui kota ini. Rasanya nama sate ambal Pak Kasman sudah menjadi alternatif utama untuk mampir makan.

Sate Ambal Pak Kasman

Namun bagi pelancong yang hobi makan sate dan belum pernah mampir Kebumen, rasanya perlu menambahkan Sate Ambal Pak Kasman ke dalam daftar wajip kunjung satenya. Resep kuliner legendaris dari Kebumen ini terbilang unik dan berbeda dari sate-sate kebanyakan.

Sate ini merupakan jenis sate ayam yang berasal dari desa Ambalresmi, sebuah daerah di tepi pesisir selatan Kebumen, Jawa Tengah. Yang membuatnya unik dari sate ayam kebanyakan, ia tidak dibumbui dengan bumbu kacang atau kecap seperti biasanya, melainkan bumbu yang terbuat dari tempe.

Sate Ambak pak Kasman sudah terkenal sejak 1963 dan terus menjadi pilihan kuliner khas Kebumen.
Bumbunya dibuat dari tempe. Foto: dok limakaki

Jadi bumbunya terbuat dari tempe yang direbus. Setelah matang, tempe kemudian dihaluskan dan dicampur dengan gula merah, cabe, bawang putih dan bawang merah hingga menjadi bumbu layaknya bumbu kacang.

Sementara daging ayam yang akan dibakar dibumbui dengan campuran bawang putih, bawang merah, ketumbar, kemiri, merica, kunyit, pala dan jahe yang sudah dihaluskan. Kemudian daging didiamkan selama sekitar 2 jam agar bumbunya meresap.

Sate kemudian disajikan dengan ketupat, alih-alih dengan lontong sebagaimana biasanya. Lagi-lagi, ini menambah sensasi rasa yang unik dan berbeda. Sate kemudian ditambahkan irisan timun, tomat, bawang merah, cabe rawit dan taburan bawang goreng.

Hasilnya, sate dengan bumbunya terlihat kuning kecoklatan, dengan rasa manis, gurih dan pedas yang bercampur. Konon katanya, resep ini sudah ada sejak abad 19, ketika pemimpin daerah setempat ingin daerahnya memiliki resep kuliner yang unik dan khas.

Di sana warung-warung sate Ambal kini sudah menjamur, terutama banyak ditemui di sekitar jalan raya Daendels di wilayah Kebumen. Bahkan, mayoritas warga sekitar desa Ambalresmi kini hidup dari berjualan sate.

Tapi butuh waktu hampir satu abad hingga sate Ambal mulai laris dijual sebagai penganan khas, kala pria bernama H. Kasman sukses berjualan dan mempopulerkan resep sate ini. Ia adalah generasi ketiga dari keluarga yang memprakarsai kulinari ini.

Ayah dan kakeknya, Sabar dan Samikin, disebut sebagai tokoh-tokoh di balik terciptanya sate ambal. Pada awalnya, sang ayah dan kakek menjajakan sate sambil memikul dagangannya berkeliling daerah sekitar sejak akhir 1890-an.

Berpuluh tahun kemudian, pada 1963 keluarga mereka akhirnya mampu mendirikan warung dan mulai berjualan di situ. Dari situlah, Kasman meneruskan resep keluarga tersebut dan ikut membantu berjualan warung makan sate Ambal.

Ternyata warung sate ini jadi ramai peminat, terlebih bagi para pelancong yang tengah bepergian melewati jalur pantai selatan tersebut. Lambat laun, sate Ambal mulai meraih populeritas dan pada tahun 1970-an mulai bermunculan lagi warung-warung sate lainnya.

Kendati demikian, ada beberapa keistimewaan yang membuat sate buatan Kasman spesial dan warung satenya selalu ramai oleh pengunjung. Misal, daging ayamnya selalu dipilih yang banyak gajihnya, seperti daging ayam betina.

Selain itu, tusuk sate yang digunakan menggunakan sodo atau lidi daun kelapa. Konon katanya, sodo dapat menambah aroma dan cita rasa dari sate tersebut. Bahan baku tempe pun selalu dipilih yang terbaik agar kualitas rasa terjaga.

Kini warung sate miliknya sudah punya setidaknya sekitar tujuh cabang, yang kini juga dikelola anak dan cucunya, seperti warung sate Pak Alip dan Bu Klendet. Namun demikian, warung pertama yang terletak di jalan raya Daendels hingga kini masih tetap dipenuhi pengunjung.

Di depan warung terdapat papan bertuliskan “Sate Ayam Ambal Pak Kasman Pertama”, menandakan inilah warung yang pertama kali berdiri. Di dalamnya dapat menampung sekitar 70 sampai 80 pengunjung, dan pengunjung dapat memilih duduk di bangku dan meja panjang atau lesehan.

Dalam satu porsi, pengunjung bisa memilih sate 10 tusuk, 20 tusuk atau memesan satuan per tusuk sesuai selera. Biasanya sate disajikan dengan ketupat, tetapi pengunjung juga bisa memesan sate dengan nasi. Selain sate ambal, ada juga pilihan menu lain seperti sate kambing dan sup ayam.

Harga sate Ambal di sini bervariasi dari porsinya, dan hari biasa atau libur. Pada hari biasa, sate 10 tusuk dihargai Rp 18 ribu, sementara 20 tusuk seharga Rp 35 ribu. Tetapi pada hari libur, terutama seperti saat lebaran, harganya bisa naik menjadi Rp 22,5 ribu untuk 10 tusuk dan Rp 45 ribu untuk 20 tusuk.

Adapun harga menu seperti sate kambing berkisar Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu, serta sup ayam sekitar Rp 17 ribu sampai Rp 20 ribu. Harga tersebut juga tergantung dari hari biasa atau hari libur.

Sate Ambal Pak Kasman buka setiap hari dari jam 07.00 sampai jam 23.00. Untuk info lebih lanjut, bisa menghubungi 081390028657 (cabang Pak Alip), 082225195190 (cabang Bu Klendet) atau mengunjungi laman Instagram resmi @sate_hkasmanpertama dan @sateambal.h.kasman.

Sate Ambal Pak Kasman

Warung Pertama: Jl. Daendels, Desa Ambalresmi, Kebumen

Cabang Kutowinangun: Jl. Kutowinangun, Kebumen

Cabang Pak Alip 1; Jl. Pahlawan no. 128, Kebumen

Cabang Pak Alip 2: Jl. Lingkar Selatan, Kebumen

Cabang Pak Alip 3: Jl. Urut Sewu, Kebumen

Cabang Bu Klendet 1: Jl. Ambal – Ketawang, Kebumen

Cabang Bu Klendet 2: Jl. Ambal – Petahanan, Kebumen

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****