Patio Venue di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan menawarkan casual dining dengan hidangan Italia dan pilihan piza yang berlimpah. Tadiya menjadi alternatif berkumpul keluarga. Saat ini di tengah pandemi, hanya menerima take out.

Patio Venue

Pagar tembok dan pepohonan rindang seperti menyembunyikan Patio Venue Jakarta yang terletak di Jalan Wijaya XIII Nomor 45 ini. Ketika melewati dinding temboknya  yang dibiarkan kasar itu, baru lah saya menemukan  bangunan dengan dinding-dinding kaca dan taman-taman kecil dengan kolam ikan koi.  Terasa keteduhan mendominasi.

Ketika melangkah masuk, lantai kayu dan warna cokelat pada kursi, serta bagian piza dan bar pun menyemburkan suasana hangat. Suasana khas sebuah rumah. Saya memilih pojok yang terang, dekat dinding kaca dengan taman kecil. Melirik pembakaran piza di salah satu pojok, saya pun sudah bisa menebak, piza lah yang menjadi menu utama di restoran, yang berada di bawah bendera Plataran Indonesia, ini. Ehmm… siapa takut dengan piza tipis renyah untuk makan siang yang santai seperti ini?

Di sebelah saya, meja menjadi ajang kumpul empat ibu Jepang berusia 40 tahunan. Di depan saya, Theresa Yudistira, Corporate Marketing Communications Manager Plataran Indonesia menjadi rekan makan siang kali ini. Ia pun bertutur tentang Patio yang semula merupakan venue atau area yang disewakan untuk acara atau pesta. Tahun 2014, Patio beroperasi sebagai restoran dengan menu khas Italia dan label Patio Tortaria & Pizzeria. Saya masih menemukan nama tersebut terpahat pada tembok kecil di depan restoran.

Sajian Italia dipilih karena menurut Theresa memiliki rasa asam dan pedas yang akrab dengan lidah lokal. Lantas, Oktober lalu, restoran pun berubah konsep menjadi casual dining. Menu piza dari tujuh jenis ditambah menjadi 19 pilihan. Kemudian, ditambahkan pula camilan, seperti chicken wings. Selain itu, setiap Rabu malam, pada pukul 19.00-22.00, tampil grup semi akustik  Lalahuta dengan tembang-tembang Top 40’s.

Sungguh menjadi malam yang hangat ditemani salad, piza, pasta, atau steak. Piza, sebagai menu dengan pilihan terbanyak, disajikan dalam olahan orisinal, kombinasi, hingga dibuat manis. Salah satu unggulanya adalah pizza confungi, yang terdiri atas dua jenis jamur dan permukaannya diselimuti keju. Tapi, piza seharga Rp 99 ribu itu memunculkan rasa jamur yang dominan. Bagi yang doyan keju, bisa memilih quatrro fromaggi yang memadukan empat jenis keju. Lantas, piza tanpa daging merupakan sajian spesial untuk vegetarian. Ada pula piza yang dibubuhi bebek atau daging dan sejumlah ikan laut.

Selain itu, ada beragam pasta, seperti capelli d’Angelo all’Aragosta, yakni sajian pasta jenis angel hair dengan lobster, bawang putih, dan potongan cabe seharga Rp 99 ribu. Tapi, saya mencicipi linguine primavera seharga Rp 149 ribu. Sajian ini diberi tanda dua cabe di buku menu, tanda makanan berasa pedas. Udang menjadi hiasan di bagian atas dan tomat cherry bertaburan memberi warna segar. Selain itu, juga terselip potongan cabe yang membuat lidah sedikit terbakar.

Bagi yang tidak doyan gurih dan asin, ada pula piza yang manis, di antaranya diberi nama tutti fruit, yang mencampurkan buah kiwi, stroberi, jeruk, peach, dan alpukat. Piza ini seharga Rp 69 ribu. Ada juga rasa tiramisu dan chocolato banana, tak ubahnya seperti hidangan cuci mulut yang tertera di menu. Ada juga tiramisu, panna cotta, cassata, dan tentunya tartufo bianco, yang saya cicip hangat-hangat dengan bagian dalamnya berupa cokelat putih yang meleleh.

Restoran dengan area pemanggangan piza yang terbukaini berkapasitas 120 orang. Biasanya, restoran  ramai dikunjungi saat malam hari dan akhir pekan. Pesta keluarga, arisan, hingga pertemuan bisnis pun kerap digelar di sini. Ada tiga ruang privat berkapasitas 6-20 orang. Dua ruang bisa dibuka sekatnya, hingga kapasitasnya bisa mencapai 20 tempat. Tiap ruang menghadap ke kolam koi. Dua di antaranya menyuguhkan dinding-dinding dengan hiasan tanaman anggrek.  Bagian tengah, restoran bisa dijadikan satu area khusus  dengan kapasitas 80 orang.

Karena pemilik menargetkan pangsa pasar 30 tahun ke atas, ketika ruangan penuh dengan tamu pun, keriuhannya berbeda dengan tempat yang digandrungi anak muda. Meski demikian, ada juga anak muda yang datang.  Hanya, restoran ini tidak ditujukan untuk nongkrong. “Bar hanya menjadi pelengkap,” ujar Theresa.  l

Patio Venue Jakarta ; Jalan Wijaya XIII no 45; Kebayoran Baru; Jakarta Selatan

Operasional; Pukul 11.00-23.00 (Saat kondisi normal, sebelum kejadian pandemi)

*****

Patio Venue, salah satu resto di bawah bendera Plataran, perusahaan yang berkecimpung di bidang pariwisata.
Patio Venue di bawah kelompok The Plataran. Foto: istimewa.

Dari Resto hingga Kapal Pesiar

Patio Venue merupakan salah satu restoran yang berada di bawah bendera Plataran. Perusahaan ini berkecimpung di bidang pariwisata, mulai dari resor, kapal pesiar, restoran, hingga aktivitas ekowisata. Propertinya tersebar di beberapa kota. Misalnya  di bawah Plataran Hotels & Resorts ada  Plataran Puncak, Plataran Borobudur, Plataran Canggu Bali, Plataran Ubud, Plataran Menjangan, dan Plataran Komodo.

Sedangkan, kelompok venue and dinings terdiri atas Plataran Dharmawangsa dan  Patio Venue di  Jakarta. Ada pula The View Restaurant di  Munduk, Bedugul, Bali. Kemudian, Stupa Restaurant di Magelang serta Atlantis Beach Club di Labuan Bajo, Flores. Juga ada Plataran Private Cruises di  Flores dan Menjangan Bali. Saat ini, tengah dikembangkan juga resor di Bromo dan Sumba.

agendaIndonesia/Rita N.

Yuk bagikan...

Rekomendasi