Seven wonders of Bali di antaranya Gunung Batur

Seven Wonders of Bali atau tujuh keindahan Bali adalah tempat-tempat yang menjadi tujuan wisata utama Bali ketika pulau ini belum semeriah saat ini. Pulau Bali memiliki banyak objek wisata menarik untuk dikunjungi, namun sejak dahulu ada tujuh tempat wisata yang selalu menjadi barometer pariwisata pulau Dewata ini. Ada lokasi atau atraksi yang senantiasa menjadi wajib kunjung.

Tulisan ke dua.

Seven Wonders of Bali

SANGEH ATAU MONKEY FOREST

Belum lengkap rasanya mengunjungi Bali tanpa mampir bertemu ratusan monyet ekor panjang di Sangeh. Berada di pinggir jalan dari arah Abiansemal ke arah Petang, di kabupaten Badung, sekitar 25 km sebelah utara Denpasar, Hutan Bukit Sari Sangeh merupakan hutan pala berumur ratusan tahun. Sangeh sendiri berasal dari kata “sang” (manusia) dan “ngeh” (melihat) karena konon menurut hikayatnya, pepohonan pala tersebut sedang dalam perjalanan suci dari Gunung Agung ke arah barat namun karena dipergoki mata manusia maka perjalanan  tersebut terhenti di Sangeh. Kini pepohonan pala tersebut menyebar sekitar 10 hektare luasnya dan menjadi rumah bagi sekitar 500 kera macaca fuscicularis.

Di tengah hutan terdapat beberapa pura yang dibangun oleh keraton Mengwi pada abad ke-17 dengan Pura Bukit Sari sebagai pusatnya.  Para kera ini dipercaya sebagai para prajurit Hanuman yang menjaga Pura Bukit Sari, dan oleh karenanya penduduk setempat tak ada yang mengganggu gugat kehidupan mereka. Jika dulu monyet Sangeh dikenal galak, kini justru sebaliknya, monyet di Sangeh  telah jauh lebih jinak. Monyet berbulu kelabu tersebut tidak takut pada manusia, bahkan gemar mendekat untuk berfoto bersama dan menjadi atraksi bagi para pelancong. Monyet di Sangeh kini terhitung paling jinak dibandingkan yang berada di Uluwatu atau Monkey Forest, Ubud. Pengunjung hanya perlu menundukkan badan dan monyet-monyet itu dengan lincah akan melompat ke atas bahu, meminta gendong. Jika ingin melepaskan gendongan, pengunjung cukup mencondongkan tubuh ke bawah maka mereka akan melompat turun.

Obyek Wisata Bukit Sari Sangeh buka setiap hari pada pukul 07.30-17.00 WITa dan dapat dicapai sekitar 30 menit hingga satu jam perjalanan mobil dari Denpasar.

Sangeh adalah hutan, dan sejinak apa pun monyet disana adalah binatang liar sehingga pengunjung diharap untuk mempersiapkan diri pada segala kemungkinan.

Pengunjung disarankan masuk bersama petugas dan membeli kacang di pintu gerbang. Petugas akan memberi mereka makan sehingga bisa diajak berfoto bersama.

Barang yang berkilau seperti kacamata hitam dan telepon genggam dapat memprovokasi monyet untuk berusaha mengambilnya secara paksa dari pengunjung.

Meski pun jinak, terdapat pula monyet yang nakal, memeriksa bekal para pengunjung dengan cara menarik baju hingga menyibak rok yang dikenakan para turis sehingga lebih disarankan untuk memakai celana panjang bagi pengunjung perempuan.

Siapa pun bisa berkunjung ke Hutan Bukit Sari, Sangeh kecuali perempuan yang sedang haid dan mereka yang sedang berkabung .

seven wonders of Bali di antaranya Sangeh atau monkey forest

BATUR

Belum lama ini Gunung Batur telah dikukuhkan menjadi Taman Bumi (geopark) oleh Unesco lantaran warisan geologis yang dimiliki kawasan  wisata di Kintamani, Kabupaten Bangli ini yang sangat kaya. Dapat dicapai sekitar dua jam bermobil dari Denpasar, atau sekitar satu jam dari Besakih, suguhan utama kawasan wisata ini terdiri dari dua sejoli danau dan gunung Batur. Menikmati  pagi dari dusun Penelokan, berarti tempat untuk melihat-lihat, wisawatan mendapatkan paduan pemandangan spektakuler Gunung Batur dengan kawah, kaldera dan danau Batur yang mirip bulan sabit biru di depan mata. Layaknya kawasan pegunungan, pagi adalah saat terbaik untuk menikmati keindahan pemandangan lantaran kabut akan segera muncul setelahnya. Danau Batur merupakan danau terbesar di Bali dan menjadi sumber irigasi persawahan yang menghijau di Bangli.

Tak jauh dari bibir kaldera pengunjung bisa mengunjungi Pura Ulun Danau Batur yang berada di lembah Gunung Batur. Pura yang direnovasi pada tahun 1926 setelah terjadi letusan yang cukup besar dan meluluh lantakkan sebagian caldera di sana. Keganasan gunung berapi aktif yang telah meletus 24 kali tersebut  bisa dilihat pada Museum Gunungapi Batur (Batur Museum) di Penelokan yang buka setiap hari Senin hingga Jumat mulai pukul 10 pagi.

Gunung Batur juga salah satu tujuan favorit wisatawan yang gemar mendaki gunung. Dengan ketinggian sekitar 1,7 km, puncak Gunung Batur dapat dicapai rata-rata dalam dua jam pendakian. Pendaki biasanya mengincar sunset di puncak gunung, namun banyak juga yang berangkat pada pagi hari. Jika waktu kunjung hanya sebentar dan enggan berlama-lama di tepi danau yang penuh oleh para pedagang suvenir, wisatawan dapat bersantai pada sejumlah restoran di sekitar Panelokan, misalnya di Puri Sanjaya dan restoran Apung Kedisan yang mengapung di atas danau Batur.

Kawasan Gunung Batur, dan Kintamani pada umumnya, adalah daerah pegunungan yang sangat sejuk, sangat disarankan membawa baju hangat terutama pada malam hari.

Kawasan ramai di Penelokan menjadi pusat para pedagang suvenir, beberapa diantaranya anak usia sekolah dan ibu-ibu yang cukup telaten dalam merayu calon pembeli sehingga malah membuat kenyamanan pengunjung terganggu.

Jika hendak mendaki Gunung Batur, disarankan untuk memakai baju hangat karena hembusan angin yang kuat, dan sepatu olahraga dengan sol yang cukup tebal karena jalur pendakian cukup terjal dengan banyaknya batu gunung yang tajam  dan bisa merobek sol sepatu.

Untuk mendaki Gunung Batur sangat disarankan dengan menggunakan jasa pemandu demi alasan keamanan. Seluruh pemandu terdaftar pada Association of Mount Batur Trekking Guides yang membuka perwakilan di desa Toyo Bungkah Telp. 0366 52362.  Seorang pemandu mengawal  paling banyak empat orang pendaki dalam satu kali perjalanan. Selain biaya resmi yang ditetapkan, pendaki diharap memberikan tip bagi pemandu.

TRUNYAN

Danau Batur di kabupaten Bangli menjadi gerbang untuk memasuki kawasan yang sangat unik, Desa Bali Aga di Trunyan. Penduduk Desa Bali Aga adalah suku bangsa Bali pegunungan dan kerap disebut sebagai penduduk Bali asli dan memiliki kelaziman yang berbeda dengan penduduk Bali pada umumnya. Di desa ini ada tradisi untuk tidak memakamkan orang yang telah meninggal melainkan cukup menyemanyamkan jenazahnya di bawah pohon di udara terbuka, tanpa meninggalkan bau. Di desa yang mendapatkan namanya dari kata Taru (kayu) dan Menyan (wangi) ini memang terdapat pepohonan taru menyan yang memiliki aroma wangi semerbak. Pohon ini dianggap bisa menetralisir timbulnya bau dari jenazah yang diletakkan di bawah kerindangannya. Tradisi menyemayamkan jenazah di bawah pohon tersebut dilakukan secara turun temurun hingga kini.

Satu-satunya jalan untuk mencapai desa Trunyan adalah melalui Danau Batur, tepatnya di desa Kedisan di mana terdapat perahu yang bisa membawa pengunjung untuk menyeberang.  Waktu untuk  menyeberangi Danau Batur ke desa Trunyan sekitar 20 menit.Jalan lain menuju Trunyan nyaris tidak ada karena desa ini berada di pinggir danau Batur dan dikelilingi perbukitan yang curam. Selain melihat tata cara pemakaman yang unik, Trunyan juga menarik untuk menikmati Gunung Batur dari sisi timur danau Batur karena sangat berbeda dengan pemandangan dari arah sebaliknya.

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi