Nasi Koyor Kota Lama, Antik Sejak 1955

Nasi koyor Kota Lama Semarang sudah ada sejak 1955 dan bertahan hingga kini. Foto: shutterstock

Nasi koyor kota lama Semarang adalah kuliner yang unik dan otentik ibukota Jawa Tengah ini. Kuliner ini bahkan terbilang antik dan legendaris karena walau sudah ada sejak lama, tapi masih ramai diminati hingga kini.

Nasi Koyor Kota Lama

Koyor, ini sebutan untuk bagian urat atau otot sapi di bagian lutut, memang cukup lazim menjadi bagian dari beberapa masakan nusantara. Begitu pun di Semarang, koyor justru menjadi bagian utama dari resep kuliner unik tersebut.

Yang membuatnya unik adalah resep nasi dengan koyor yang diramu ala ‘krengsengan’ yang menggunakan santan, dipadu dengan tambahan seperti telur, tahu, tempe, serta daging ayam atau sapi. Resep ini sudah menjadi kuliner yang menggoda lidah sejak berpuluh tahun lalu.

awan TdVadAAR Mc unsplash
Jalan Letjen Suprapto, Semarang, lokasi Nasi Koyot Kota Lama di kota tersebut. Foto: unsplash

Hal yang perlu diingat adalah walaupun mungkin secara sekilas agak terlihat dan terasa mirip, tetapi koyor tidak sama dengan kikil. Kalau koyor adalah bagian di area lutut sapi, maka kikil adalah bagian tulang rawan kaki sapi.

Untuk mengolah koyor jadi masakan juga terbilang tak sulit, tapi juga tak mudah. Butuh ketelatenan dalam proses pengolahan yang bisa berlangsung beberapa jam agar koyor menjadi kenyal. Bumbu yang diracik pun harus sesuai agar mendapatkan cita rasa gurihnya.

Maka tak heran jika hingga saat ini banyak warung penjaja kuliner ini yang masih mempertahankan cara tradisional dengan menggunakan arang. Ini dilakukan agar mendapatkan besaran api tertentu dalam memasak koyor.

Biasanya, koyor yang sudah dicuci bersih akan direbus dulu sebelum dimasak. Bahan-bahan seperti jahe, daun jeruk, daun salam, lengkuas dan garam juga digunakan saat merebus. Tujuannya agar ia menjadi empuk serta menambah rasa gurih secara alami.

Proses ini rata-rata bisa berlangsung selama setidaknya tiga jam. Setelah matang, ia dipisahkan dan dipotong-potong. Kemudian ia direndam kembali dengan campuran santan dan gula merah agar bumbunya meresap.

Barulah sesudah koyor dapat dimasak dengan bumbu halus bawang putih, bawang merah, kunyit, ketumbar dan kemiri. Setelah disajikan, koyor yang empuk dan kenyal akan berpadu dengan paduan rasa manis, gurih dan spicy.

Selain disuguhkan dengan nasi dan beberapa tambahan lauk, biasanya di dalam nasi koyor terdapat pula sayur kacang panjang. Terkadang nasi koyor kota lama bahkan juga dihidangkan dengan gudeg.

Di Semarang, para pemburu kuliner masa lalu masih bisa menemukan beberapa warung-warung penjual nasi koyor tersebut. Salah satu yang bisa dibilang paling terkenal dan legendaris adalah Warung Nasi Koyor Kota Lama.

Terletak berdekatan dengan gedung Marba dan gedung Spiegel di kawasan Kota Lama, warung ini disebut sudah berdiri sejak 1955. Yulianti bersama dengan suaminya adalah generasi kedua yang melanjutkan bisnis kuliner ini.

Menurutnya, warung ini dulunya buka di situ karena ayahnya pernah bekerja sebagai petugas keamanan di area gedung Marba. Berbekal resep warisan keluarga, warung berbentuk semi permanen hanya selebar trotoar tersebut didirikan dan mampu terus eksis hingga kini.

Nasi Koyor Kota Lama Semarang mengandalkan masakan dari koyor atau urat yang digemari sejak lama.
Kedai Nasi Koyot Kota Lama Semarang. Foto: Dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf

Setelah melanjutkan bisnis orang tuanya sejak 2015 lalu, ia memutuskan untuk mempertahankan bentuk dan keaslian dari warung tersebut. Nyatanya, itu tak menurunkan animo pengunjung, bahkan hingga kalangan figur publik seperti pejabat.

Warung tersebut juga masih mempertahankan cara memasak dengan arang. Menurut Yuli, cita rasa serta aroma masakan yang dibuat menjadi lebih spesial. Potongan koyornya pun tergolong besar-besar. Tak kurang sekitar tujuh kilogram koyor yang digunakan setiap harinya.

Namun diakuinya pula bahwa belakangan ini menu yang tersedia tak selengkap dulu. Padahal, warung ini sebelumnya juga menyediakan menu-menu lain seperti masakan paru, iso, babat dan limpa.

Hal ini disebabkan sulitnya mendapat pasokan bahan baku, setelah Pasar Johar tempat Yuli memperoleh bahan-bahan tersebut dipindahkan. Ditambah lagi, ternyata peminat menu-menu tersebut dewasa ini agak menurun.

Kendati demikian, minat pengunjung kepada nasi koyor kota lama sebagai sang menu utama tersebut tak kunjung surut. Meskipun normalnya warung buka dari jam 09.00 hingga sore hari, tapi tak jarang makanan sudah ludes terjual sejak jam makan siang.

Dalam satu porsi nasi koyor Kota Lama, biasanya sudah mendapatkan tambahan gudeg, sambal goreng tahu, sayur kacang panjang dan kering tempe. Telur, tahu dan tempe juga tersedia sebagai tambahan. Porsinya pun terbilang cukup banyak dan mengenyangkan.

Seporsi nasi koyor di warung ini dihargai Rp 25 ribu, walau terkadang naik sedikit menjadi Rp 28 ribu bila hari libur. Kalau ingin menambah lauk seperti telur dan lain lain hanya perlu menambah sekitar Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu. Secara umum, harganya cukup terjangkau.

Hanya saja, karena memang selalu ramai pengunjung dan cenderung cepat habis, pelancong yang ingin mencoba harus bersiap datang dari awal sejak warung mulai buka. Selain itu, tempatnya memang kecil, sehingga berpotensi harus mengantri untuk dapat meja dan tempat duduk.

Warung Nasi Koyor Kota Lama Semarang

Jl. Letjen Soeprapto no. 33, Semarang

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Pempek Palembang, Asal-usul Dan 8 Jenisnya

Pempek Palembang menjadi salah satu pusaka kuliner Indonesia. Foto: shutterstock

Pempek Palembang adalah makanan khas daerah itu yang terbuat dari ikan yang digiling halus dan dicampur dengan tepung sagu, air, garam, dan bahan-bahan lainnya. Makanan ini memiliki rasa gurih dan kenyal, dan biasanya disajikan dengan kuah cuko, potongan timun dan sambal.

Pempek Palembang

Asal-usul pempek Palembang hingga saat ini tidak diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori yang mengaitkan asal-usulnya dengan sejarah Palembang. Salah satu teori menyatakan bahwa pempek berasal dari pengaruh budaya kulinari Tionghoa di Palembang pada abad ke-16. Pada masa itu, orang Tionghoa membawa teknik pembuatan fish ball dan fish cake ke Palembang, yang kemudian berkembang menjadi pempek.

Teori lain merujuk ke masa yang lebih lampau dan menyatakan bahwa pempek sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya berkuasa di Palembang atau Sumatera Selatan pada abad ke-7 hingga ke-13. Pada masa itu, makanan yang terbuat dari ikan dan sagu telah dikenal sebagai makanan yang populer di kawasan tersebut.

pempek Palembang setidaknya ada 8 jenis, salah satunya adalah Pempek Kapal Selam
Pempek Kapal Selam cirinya ada telor di dalamnya. Foto: shutterstock

Teori ke dua ini, mengutip laporan kompas.com, yang mengutip buku Pempek Palembang Makanan Tradisional dari Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan, pempek diduga sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya atau sekitar abad 7 Masehi.

Dugaan itu berdasarkan temuan di Prasasti Talangtuo yang menyatakan bahwa tanaman sagu sudah ada di Palembang sejak abad ke-7. Selain itu disebutkan pula bahwa pempek adalah hasil karya dari masyarakat Kayu Agung, suku yang gemar berdagang menggunakan kapal pinisi.
Suku Kayu Agung atau Komering Kayu Agung adalah suku asli Indonesia yang berasal dari kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatra Selatan. Ketika itu para penduduk Kayu Agung berdagang dengan cara barter kemudian mendapatkan sagu dan ubi. Mereka kemudian mengkreasikan antara sagu dengan ikan yang ditangkap saat berlayar dalam perjalanannya berdagang.

Ada pula teori yang bersumber dari cerita mulut-ke mulut, yakni bermula dari seorang pria keturunan Tionghoa yang biasa dipanggil Apek atau paman. Dalam bahasa Hokkian, paman disebut “empeg” atau “apeq”. Ia hidup di masa pemeritahan Kesultanan Palembang Darussalam yang dipimpin Sultan Mahmud Badaruddin II.

Apek ini, disebutkan tinggal di pinggiran Sungai Musi, memiliki ide untuk memanfaatkan potensi ikan yang melimpah. Selain digulai dan digoreng, ia berkeinginan mengolah potensi ikan tersebut menjadi sajian lain.

Akhirnya, Apek pun mengolah ikan hasil tangkapannya dan mencampurnya dengan tepung. Sajian tersebut sekilas mirip dengan makanan bakso yang dibawa pedagang Tiongkok ke Palembang. Apek pun kemudian menjual makanan buatannya dengan cara berkeliling. Saat itu, ia belum memberikan nama kepada hasil racikannya.

Awalnya pempek dikenal dengan nama Kelesan yang tidak lain merupakan alat yang digunakan untuk menghaluskan daging ikan berbentuk cembung dengan semacam kuping di sisi yang berhadapan. Belakangan, konon namanya kemudian berubah di tangan pembeli. Ketika ada pembeli yang ingin mencobanya, mereka pun memanggil Apek dengan ujung namanya saja, yakni “Pek…Pek.”

Pempek Palembang Jenis Adaan shutterstock
Pempek adaan bentuknya seperti bakso goreng. Foto: shutterstock

Di masa penjajahan Belanda, pempek menjadi makanan yang populer di kalangan penduduk asli Palembang. Para pedagang Belanda dan Cina yang berdagang di Palembang juga menyukai makanan ini dan membawanya ke tempat lain di Indonesia. Seiring dengan waktu, pempek menjadi makanan yang populer di seluruh Indonesia dan bahkan mendunia.

Hingga saat ini, pempek masih menjadi makanan khas Palembang yang sangat populer. Kini, pempek sudah memiliki banyak varian, seperti pempek lenjer, pempek kulit, pempek kapal selam, dan lain sebagainya. Pempek juga telah menjadi industri kecil yang menghidupi banyak orang di Palembang dan sekitarnya.

Sekitar 1916, makanan pempek mulai dijajakan di kawasan keraton, sekitar Masjid Agung dan Masjid Lama Palembang. Awalnya, pembuatan pempek menggunakan ikan belida, namun karena ikan tersebut semakin langka dan harganya mahal para pedagang kemudian mengganti dengan ikan lain. Umumnya ikan tenggiri. 

Untuk menyantap pempek Palembang, pedagang biasanya menyajikan dengan cairan yang disebut cuko. Ini adalah saus yang biasanya disajikan sebagai pelengkap saat makan pempek Palembang.

Pempek Palembang Bakar shutterstock
Sekarang juga ada pempek yang dibakar. Foto: shutterstock

Cuko terbuat dari air, cuka, gula merah, garam, udang ebi, cabai rawit, dan bawang putih yang dihaluskan. Bahan-bahan tersebut kemudian direbus hingga matang dan tercampur secara merata. Saus cuko ini memiliki rasa asam, manis, pedas, dan sedikit gurih yang sangat cocok untuk dipadukan dengan pempek.

Ada beberapa variasi cuko yang dijual di pasar, tergantung dari selera dan kebiasaan masyarakat setempat, namun umumnya rasa dan komposisi bahan dasar cuko untuk makan pempek Palembang hampir sama di berbagai daerah.

Sejak dahulu, cuko khas Palembang memiliki cita rasa pedas. Namun, seiring masuknya pendatang dari luar Sumatera, saat ini banyak ditemukan cuko dengan rasa manis.


Ada beberapa jenis pempek Palembang:

  1. Pempek kapal selam: berbentuk seperti kapal selam dengan isian telur ayam dan udang di dalamnya.
  2. Pempek lenjer: ini sering disebut ibu dari pempek, berbentuk panjang dan pipih, dengan tekstur yang lembut dan kenyal.
  3. Pempek keriting: Pempek ini berbentuk seperti keriting atau keriting rambut.
  4. Pempek adaan: Pempek ini berbentuk bundar dan pipih, dengan tekstur yang lembut dan kenyal.
  5. Pempek kulit: Pempek ini terbuat dari kulit ikan tenggiri yang digiling halus dan dicampur dengan bahan-bahan lainnya.
  6. Pempek lenggang, ini adalah adonan dasar pempek campur telur bebek. Kemudian, diletakkan di atas daun pisang berbentuk kotak.
  7. Pempek isi udang: berbentuk bundar dan pipih, dengan isian udang di dalamnya.
  8. Pempek tahu: Pempek ini terbuat dari tahu yang diisi dengan campuran ikan dan bahan-bahan lainnya.

Setiap jenis pempek memiliki ciri khas dan rasa yang berbeda-beda, namun semuanya tetap mengandung cita rasa asli khas Palembang.

Jika sempat main ke Palembang dan pengen mencicipi pempek yang enak, berikut beberapa pilihannya:

  1. Pempek Noni 168 di Jalan Jenderal Sudirman 952 20 Ilir III, Palembang
  2. Pempek 26 Ilir, Jalan Beringin Janggut, Talang Semut, Palembang
  3. Pempek Ek Dempo 103, Jalan Lingkaran, Ilir Timur I, Palembang
  4. Pempek Candy, Jalan Jendral Sudirman, Sungai Pangeran, Palembang
  5. Pempek Leny, Jalan Petanang, Palembang
  6. Pempek 71 Prabumulih, Jalan Bangau 088, Prabumulih
  7. Pempek Pak Raden, Jalan HM Dhani Effendi, Palembang

agendaIndonesia

*****


Lokal dan Barat Di Puhu Restaurant & Lounge

Lokal Dan barat di Puhu resto and lounge

Lokal dan barat di Puhu Restaurant and Lounge, menyatu dalam setiap menu yang disajikan di Padma Ubud, Bali. Hidangan lokal yang sarat bumbu, dan olahan Barat yang sesuai dengan lidah asing.

Lokal dan Barat di Puhu

Agak temaram saat tiba di ruangan terbuka dari Puhu Restaurant & Lounge, restoran dengan menu Asia dan internasional, yang berada di Padma Resort Ubud di Payangan, Gianyar, Bali. Bangku kayu yang simpel dan suasana malam di luar menjadi tawaran lain di samping hidangannya. Untuk yang bersama dengan pasangan, bisa duduk di bagian luar dengan bisikan alam yang lebih terasa. Di dalam, lebih hangat dengan dekorasi kayu, termasuk pilar-pilar kayu yang besar. Ditambah iringan musik sang pianis, dengan tembang-tembang 1990-an.

Rasa lapar dari sore hari membuat saya memilih sajian dengan karbohidrat tinggi. Apalagi kalau bukan nasi, sesuai dengan perut Asia, meski hidangan internasional pun bertebaran di menu. Mata saya pun langsung menangkap kata nasi goreng. Ehmm … ada beberapa pilihan olahan khas lokal ini. The Puhu nasi goreng spesial berada di paling atas dalam daftar hidangan. Ada pula nasi goreng senggol Payangan—nasi goreng kampung dengan ayam goreng, udang goreng, sate daging sapi, dan telur mata sapi. Namun saya memilih nasi goreng buntut. Untuk perut yang kosong, selain mengenyangkan, paduan nasi goreng buntut dengan sambal hijau, sate daging sapi, dan omelet itu memang rasanya terbilang jempolan.

Kebanyakan koki resto dengan mayoritas tamu orang asing akan mengurangi kadar rempah dan rasa pedasnya. Tapi tak demikian dalam olahan di Puhu ini. Rasa pedas pada sambalnya membuat lidah cukup kepanasan, dan rempah pada buntutnya pun cukup kuat. Dalam menu, pada hidangan seharga Rp 118 ribu ini, memang tertera gambar cabai. Bila tak mau rasa pedas, bisa memilih dua jenis nasi goreng lainnya.

Hidangan yang kemudian saya pilih pada makan malam berikutnya pun lagi-lagi bertanda cabai. Saya pun dibikin mabuk kepayang oleh sambal hijau yang dipadu dengan bebek goreng dan tumis bayam. Bebek nan garing dengan sambal hijau yang pedas benar-benar membikin selera makan langsung melonjak. Sajian seharga Rp 128 ribu itu membuat rasa lelah langsung sirna, dan saya pun bisa beristirahat dengan tenang setelah seharian mengunjungi beberapa obyek wisata di pulau ini. Pilihan sajian Indonesia lainnya, bila ingin berkuah, bisa berupa soto ayam, sop buntut goreng atau rebus, atau rawon sapi.

Seorang staf pun menuturkan, sang koki adalah orang Bali, bahkan asli dari Desa Puhu. Dikenal sebagai Chef CK. Banyak menonjolkan olahan lokal dengan bumbu yang berlimpah, tapi dengan pengalamannya bekerja di sejumlah resto di berbagai negara, sang juru masak pun piawai memasak hidangan Eropa atau internasional lainnya.

Malam itu, rekan saya memilih menu internasional. Mulai surf and turf, tak lain dari dua potong daging panggang yang dibikin bulat, dengan udang sungai besar, bayam, kentang, dan asparagus. Harga dipatok Rp 246 ribu. Daging panggang yang empuk. Berikutnya, ia mencoba pan roasted ricotta cheese stuffed chicken breast, olahan ayam dengan keju dan ricotta yang cukup mengenyangkan dan tentunya penuh protein. Jadilah penggemar makanan lokal dan internasional sama-sama puas. Untuk minuman, silakan pilih macam-macam mocktail, jus, atau wine yang memang tersedia di cellar.

Puhu Restaurant & Lounge; Padma Resort Ubud; Banjar Carik, Desa Puhu; Payangan, Gianyar, Bali

SUGUHAN LAIN

Sebagian ruang Puhu Restaurant & Lounge terbuka. Sekalipun duduk di bagian dalam, Anda tetap bisa menghirup udara luar dan menatap ke luar karena pintu memang terbuka lebar. Bila mampir di sore hari, atau saat langit belum gelap, perbukitan hijau, juga taman-taman dengan bambu-bambu di beberapa sisi, bisa ditemukan di sekeliling hingga 180 derajat sejauh mata memandang. Hotel memang berada di ujung sebuah bukit, hingga lembah di depan resto pun menjadi suguhan spesial bagi para tamu.

Di bagian tengah, di antara taman, ada juga kolam luas yang terlihat seperti tanpa tepi. Kolam yang melebar ini menjadi pemandangan khas saat orang berada di Puhu. Sementara interior ruang yang banyak menggunakan kayu, berhiaskan pilar besar. Langit-langit pun terbuat dari kayu. Atmosfer cokelat yang alami, harmonis dengan suguhan alam di sekeliling. Di balkon dengan meja khusus dua orang, udara luar langsung menjadi santapan pertama. Pagi menjadi saat makan sembari menghirup udara segar, sedangkan malam menjadi makan romantis dengan langit berbintang dan hamparan air yang terkena cahaya lampu. Di lounge dan bar, bila ingin melepas lelah setelah makan malam, bisa ditemukan beragam wine, cocktail, dan gin. l

Rita N./Bintari R./Dok. TL

Lawar Nyawan, 1 Masakan Ekstrim Bali

Lawar Nyawan Bali merupakan salah satu makanan eksttim bagi wisatawan asing.

Lawar nyawan adalah sensasi menikmati makan lawar dengan kondimen nyawan atau tawon atau lebah. Buat wisatawan asing di Bali, ini salah satu makanan ekstrim di Indonesia.

Lawar Nyawan

Lawar adalah salah satu kuliner khas Bali. Dan dari beberapa jenis lawar yang ada, boleh jadi lawar nyawan adalah salah satu yang paling unik. Kuliner khas pulau Dewata tersebut merupakan resep tradisional yang coba terus dilestarikan hingga kini.

Pada dasarnya, lawar adalah masakan yang memadukan ragam sayuran, serutan kelapa muda dan daging cincang yang dibumbui terasi serta bumbu ala Bali. Daging yang digunakan pun beragam, dari sapi, kambing, babi, cumi-cumi, bebek, ayam bahkan labi-labi atau bulus.

Lawar Khas Bali shutterstock
Lawar nyawan adalah kembangan dari masakan khas Bali, lawar. Foto: dok. shutterstock

Makanan ini dulunya disajikan untuk perayaan adat atau syukuran keluarga di Bali. Pada awalnya, lawar disajikan dengan darah daging hewan tersebut. Ini karena lawar dianggap melambangkan keseimbangan antara Brahmana (darah), Iswara (serutan kelapa muda), dan Wisnu (terasi).

Selain itu, lawar juga dikenal memiliki campuran rasa manis, asin, pedas dan asam yang melambangkan keharmonisan. Maka dalam acara perayaan tersebut ia menjadi simbol doa dan harapan agar hidup senantiasa harmonis dan adil/seimbang.

Setiap daerah di Bali pun memiliki ciri khas lawarnya masing-masing. Misalnya, di daerah Gianyar dan Badung, lawar yang disajikan dominan menggunakan sayur kacang panjang. Sementara di Buleleng lebih banyak menggunakan daun pepaya dan nangka muda.

Pada perkembangannya, kuliner ini pun turut beradaptasi dengan perkembangan zaman. Contohnya, agar dapat menjangkau peminat lawar dari kalangan Muslim, kini tersedia lawar putih alias tidak menggunakan darah hewan.

Selain itu, daging babi yang biasanya menjadi bahan baku masakan ini dulunya juga digantikan dengan daging sapi, kambing, cumi-cumi, bebek maupun ayam. Bahkan daging bulus yang dulu pernah juga dimasak menjadi lawar kini sudah tak lazim digunakan.

Tetapi mungkin yang beberapa orang belum banyak tahu, ada satu jenis lainnya, yaitu lawar nyawan. Disebut demikian karena menggunakan nyawan yakni lebah atau sarang lebah.

Lawar Nyawan Gofood
Lawar Nyawan dari Resto Piring Mas. Foto: dok. gofood

Secara bahan baku dan cara memasaknya, lawar jenis ini kurang lebih mirip seperti kebanyakan. Namun yang membuatnya unik dan berbeda adalah penggunaan sarang lebah dalam masakannya sebagai tambahan kondimen.

Sarang lebah yang digunakan pun tidak bisa sembarangan. Hanya sarang yang berisi larva atau anak lebah saja yang dapat dimasak menjadi lawar, karena memakan lebah dewasa akan beresiko tersengat.

Karena kebutuhan yang khusus inilah, lawar nyawan terbilang langka dan tidak semua dapat menyajikannya. Selain karena kelangkaannya, membeli bahan baku nyawan atau sarangnya pun tak bisa dibilang murah. Harganya bisa menyentuh Rp 80 ribu hingga Rp 100 ribu per kilogram.

Padahal, rata-rata restoran yang menyajikan kuliner ini butuh setidaknya 5-20 kilogram nyawan setiap harinya, bahkan dapat mencapai 30 kilogram ketika musim liburan dan banyak pengunjung. Kondisi ini dapat semakin dipersulit ketika musim hujan dan panen sulit dilakukan.

Hal itu disebabkan karena kebiasaan lebah yang cenderung lebih banyak berkembang biak pada saat musim kemarau. Untuk mengatasinya, beberapa restoran kemudian melakukan budidaya sarang lebah secara mandiri.

Uniknya, proses pembuatannya malah terbilang relatif cukup mudah. Sarang lebah yang sudah dipanen, berukuran sekitar segenggaman tangan yang masih berisi larva atau anak lebah, langsung direbus hingga matang dan terurai.

Untuk membuat bumbunya, digunakan bahan seperti bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, kemiri, sereh, lengkuas, cabe rawit dan terasi. Setelah diulek, bumbu kemudian ditambahkan serutan kelapa muda untuk diuleni.

Sayur yang digunakan biasanya adalah potongan kacang panjang, nangka muda dan taoge yang direbus. Sesudahnya, nyawan yang sudah matang dipotong-potong, kemudian ditumis dengan bumbu, serutan kelapa muda dan sayur. Setelah matang, lawar nyawan siap disajikan.

Lawar nyawan biasa disajikan dengan nasi, terkadang dengan tambahan seperti sate lilit. Sarang lebah yang lunak dan gurih, bercampur dengan bumbu khas Bali yang kaya akan rasa, membuatnya jadi kuliner yang begitu unik.

Tak hanya itu, makanan ini disebut sarat dengan kandungan proteinnya yang berasal dari larva atau anak lebah di dalamnya. Dipercaya ia mampu mengatasi berbagai masalah tubuh seperti panas dalam, asam lambung, tekanan darah tinggi dan resiko stroke, hingga vitalitas pria dewasa.

Seperti disebutkan di atas, saat ini tak banyak restoran yang menyajikan kuliner tradisional nan unik ini. Salah satunya yang cukup terkenal adalah Warung Piring Mas yang terletak di Desa Sangeh, Kabupaten Badung.

Restoran ini dikenal menyediakan beragam hidangan tradisional Bali, termasuk salah satunya adalah lawar nyawan. Sang pemilik restoran, Ida Ayu Prita Putrayani, mengaku terinspirasi dari ibunya yang sejak dulu kerap membuat masakan tersebut.

Setelah berhenti dari pekerjaannya pada 2006, ia memulai usahanya dengan menu utama resep kuliner unik warisan keluarganya tersebut. Untuk mendapatkan pasokan nyawan, ia menjalin kerja sama dengan petani lebah madu di Karangasem untuk berbudidaya sarang lebah.

Di restoran ini, wisatawan bisa memesan masakah khas ini dengan pilihan pakai atau tanpa sayuran. Harganya pun termasuk terjangkau, berkisar antara Rp 35 ribu hingga Rp 40 ribu, sudah termasuk nasi, sate lilit ayam, kacang tanah goreng, sup dan jamur crispy.

Selain itu, di restoran yang buka dari jam 09.00 sampai 20.00 ini terdapat pula jenis-jenis lawar lain, serta kuliner khas Bali lainnya seperti ayam betutu. Harganya juga berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu. Bahkan mereka juga menjual madu murni dalam botol.

Warung Piring Mas

Jl, Paninjauan, Desa Sangeh, Kabupaten Badung, Bali

Telp. 081238706257

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Tip Top Medan, Restoran Heritage Sejak 1929

Tip Top Medan, suasana Interiornya

Tip Top Medan tanpa sengaja kami temukan saat berkunjung ke ibu kota Sumatera Utara ini. Awalnya lucu, karena nama ini mirip dengan tempat es krim di Yogyakarta, sehingga tertarik mencobanya. Ia juga mirip Ragusa di Jakata Pusat, atau Oen di Semarang.

Tip Top Medan

Kami memilih duduk persis di depan kasir, Bakery & Cake Shop yang asyik ini. Restauran yang berlokasi macam di Jalan Ahmad Yani ini, terbilang langka. Hanya ada satu-dua di Indonesia. Atmosfir yang dibangun restoran ini sengaja mengambil setting tahun 40-an. Misalnya penggunaan mebel rotan dengan desain yang simple, tentu juga menempati bangunan lama, peninggalan masa lalu.

Lihatlah, beberapa pelayan pria wara-wiri mengenakan pakaian stelan putih-putih lengkap dengan peci hitam. Ini membangun ingatan kita pada Istana Negara, pada  pasukan pengibar bendera merah putih saat perayaan 17 Agustus.  Sedangkan yang perempuan dengan blus batik, dengan motif tradisional dengan sogan warna gelap.

Tip Top Medan Resto Heritage

Pada dindingnya  tersusun foto-foto suasana, adegan tahun 1930-an dalam berbagai ukuran. Di beranda, ada foto pemilik pertamanya. Tertera restoran bernama “Jangkie”, yang rupanya adalah nama  pemilik awal rumah makan ini. Dalam catatan di sana, terbaca bangunan itu didirikan pada 1929, nama tersebut memang yang digunakan untuk arena makan ini.

Menurut runutan sejarahnya, restoran mulanya berada di Jalan Pandu, baru kemudian pindah ke daerah Kesawan pada 1934 dan memilih nama Tip Top yang bermakna sempurna. Dulu, jalanan depan restoran merupakan pusat keramaian hingga meneer, mevrouw, plus mejuffrouw pun berkumpul menikmati sekaligus mengagumi seduhan kopi Sidikalang yang terkenal itu. Juga melahap es krim, kue-kue khas Belanda dan aneka hidangan mancanegara maupun lokal.

Tak lama, saya bisa merasakan dua hidangan istimewanya, huzaren salad dan ayam goreng somboy. Salad khas Belanda yang segar untuk pembuka, dan ayam gorengnya yang renyah dan gurih.  Sebelumnya saya menyantap es krim dengan rasa kopi yang kental. Keragaman memang disodorkan oleh kru dapur Tip Top. Bagi para tamu, ada beberapa pilihan menu ala Eropa seperti aneka steak dan aneka salad, selain juga penganan ringan seperti bitterballen, pancake gula merah, uitsmijter dan roti ham & keju serta roti daging bakar.

Turis dari Holand termasuk yang cukup banyak mampir kemari. Ada yang memang pernah pada 1930-an tinggal di Medan, dan ingin mengulang kenangan lama menikmati es krim dan kopi Sidikalang. Ada pula yang datang adalah anak-cucu dari opa-oma Belanda yang pernah bersentuhan dengan Tip Top di masa lampau. 

Di samping masakan Barat, juru masak Tip Top pun menawarkan hidangan khas Cina. Seperti steak ala Hong Kong, fu yong hai, kwetiau goreng dan tentunya ayam goreng somboy yang saya rasakan kerenyahannya. Tapi yang diunggulkan dan banyak dipesan pengunjung dari resto ini, tak lain adalah nasi goreng Tip Top Spesial.

Di salah satu sisi, ada ruang khusus untuk menu masakan Indonesia. Seperti gado-gado, ayam goreng, rendah, gulai ikan, kari kambing dan ayam panggang santan. Penataan seperti rumah makan padang, dengan dinding kaca dan sajian siap makan. Menurut Ferry Kelana, 71 tahun, pemiliknya sekarang, tak ada perubahan dari ruangan maupun menu di restoran ini.

Sebagai generasi ketiga, hubungan Ferry dengan Jangkie adalah keponakan-paman. Kini, ia bahkan sudah mengajarkan ke putra bungsunya untuk pengelolaan restoran ini. Ia mengaku akan berupaya mempertahankan seperti aslinya. Tak hanya menu yang sama tapi juga bahan-bahannya yang segar. “Kami juga tidak memberi tambahan seperti pengawet dan penambah rasa lainnya,” ujar pria yang akrab dipanggil Om Ferry ini.

Tak hanya bangunan, perabotan, pajangan yang menyebarkan cita rasa klasik, band yang beraksi setiap Rabu malam pun melantunkan tembang-tembang kuno. Paduan semuanya semakin “membawa” tamu ke masa silam.

Boks

Java Ice Cream & Ontbykoek

Tip Top Medan Ice Cream

Tak hanya hidangan berat yang membuat orang memiliki memori khusus di Tip Top. Es krim dan kue-kue khas Belanda pun yang dulu dicecap para meevrouw pun tetap dipertahankan. Bakery & Cake Shop bersebelahan dengan ruang khusus restoran. Di bagian belakang keduanya tersambung. Sore hari, ketika toko kue tutup, kue-kue bisa tetap tersaji di beranda restoran.

Keunikannya, es krim bahkan tetap disajikan dengan wadah yang sama, yakni gelas berkaki dari almunium.  Ferry menyebutkan ia masih menyimpan gelas-gelas alumunium peninggalan  pamannya itu dengan rapi. Hingga suguhan pun masih tetap seperti akhir 1930-an. Salah satu yang favorit adalah Java Ice Cream. Selain itu ada banyak pilihan es krim lain seperti Ystaart dengan tiga rasa.

Kue-kuenya di resto ini hasil panggangan tungku kayu bakar, yang biasa digunakan sejak 1934 pun. Tungku bata itu berukuran sekitar  4×5 meter dan sulit untuk diperbaiki atau mengalami perubahan. “Karena untuk mendinginkannya perlu waktu sebulan,” ujarnya Ferry sambil tersenyum. Namun toh panasnya bisa membuat olahan tetap seprima zaman lampau.

Datang, dan cobalah kue-kuenya yang khas; moorkop dan ontbykoek. Moorkop dengan lapisan cokelat di bagian atas dan di bagian dalam terdapat krim, memang tampak menggiurkan. Sedangkan ontbykoek adalah kue dengan rasa kayu manis yang lembut sehingga terasa menyegarkan. Dulu, kedua kue ini disantap para meneer untuk sarapan. “Nah karena kegemaran pada rempah ini yang membuat mereka (Belanda) datang ke negeri ini,” ujarnya. Resep kue ini memang tak hanya memerlukan kayu manis, tapi juga pala dan cengkeh. Selain keduanya, ada beberapa jenis tart, dalam ukuran kecil maupun untuk pesta ulang tahun.

Tip Top; Restaurant, Bakery & Cake Shop; Jl. Jend. A. Yani No 92 A-B; Medan

Rita N./ Toni H./Dok. TL

Menikmati 1 Senja dan Ikan Bakar di Kedonganan

Ocdeanman Indonesia 2022 diselenggarakan di pantai Jimbaran, Bali.

Menikmati 1 senja dan ikan bakar di Bali mungkin banyak orang yang pikirannya langsung melayang ke pantai Jimbaran di daerah selatan pulau ini. Pikiran yang keliru, Jimbaran memang dikenal wisatawan yang ingin menikmati bakar-bakaran masakan laut di pulau Dewata.

Menikmati 1 Senja dan Ikan Bakar

Jimbaran, atau lebih tepatnya Pasar Kedonganan, memang salah satu sentra hasil laut di Bali. Tak hanya wisatawan domestik, banyak wisatawan domestik menikmati kunjungan ke pasar ini. Kuliner makanan laut yang masih segar. Umumnya wisatawan langsung menuju ke warung-warung atau kafe-kafe di pantai Jimbaran. Namun tak jarang ada pula yang memilih menuju ke pasar Kedonganan.

Tidak banyak memang yang sengaja singgah dan mengitari pasar tersebut. Alasannya, pasar ini terletakdi ujung utara Jimbaran dan tertutup oleh ingar-bingar restoran di sepanjang pantai. Padahal, konon, restoran atau kafe atau warung seafood di kawasan ini juga mengambil ikan mentah dari pasar Kedonganan. Meskipun ada pula yang sudah punya langganan nelayan sebagai pemasok.

Menikmati 1 senja dan ikan bakar di kawasan Jimbaran, Bali, tepatnya di Pasar Kedongan.
Para Nelayan tiba di pantai Jimbaran Utara yang langsung terhubung dengan Pasar Kedonganan, Bali. Foto: DOk. shutterstock

Banyak wisatawan yang datang ke pasar ini untuk mengambil foto, ber-swafoto, atau sekadar melihat-lihat suasana. Pasar Ikan Kedonganan cukup terkenal bagi wisatawan yang senang blusukan, baik domestik maupun mancanegara. Namun ada pula yang datang untuk membeli. Juga minta dibakarkan di tempat-tempat yang memang melayani jasa memasakan.

Sore akhir Maret lalu, misalnya, terlihat ada beberapa orang yang melihat ikan-ikan yang dipajang di lapak-lapak pedagang. Seringkali ada kebingungan di antara penjual maupun pembeli soal mana ikan yang enak. Buat penjual, tentu, semuanya enak, namun buat pembeli kadang memiliki favorit.

Di situ barangkali kelebihan jika wisatawan membeli di resto atau kafe. Tentu ada harga lebih yang mesti dibayarkan jika dibandingkan langsung ke pasar.

Selama ini, Jimbaran memang dikenal sebagai salah satu tempat makan bersuasana asyik di Bali. Restoran-restoran kelas atas sengaja mengambil lokasi tepat di tepi pantai, sehingga para pengunjung bisa menikmati santapan laut sembari melihat detik-detik tenggelamnya mentari. Memang mengesankan.

Saat mempunyai uang yang memadai, Jimbaran adalah pilihan tepat. Namun jika kantong mepet, ada pilihan lain yang tidak kalah seru. Melangkahlah ke ujung utara dan “nangkring” di sekitar Pasar Ikan Kedonganan.

Di bibir pantai yang berhadapan langsung dengan pasar ikan, banyak bersandar kapal nelayan tradisional. Nelayan dan para pemilik lapak pasar ini didominasi oleh orang Jawa. Ini bisa diketahui saat mendengar logat Jawa Timur dan Madura dari mulut para penjual.

Menikmati 1 senja dan ikan bakar bisa dilakukan tanpa meorogoh kocek terlalu dalam dengan langsung membeli ke pasar.
Suasana di dalam Pasar Kedonganan, Jimbaran, Bali. Foto: Dok. shutterstock

Bau ikan laut langsung menyeruak ketika kita melangkahkan kaki ke dalam pasar. Lantai becek membuat kita harus berhati-hati agar tidak terpeleset. Pasar ini terletak di dalam bangunan tertutup dan beratap seng, sehingga kondisinya cukup remang-remang. Pengunjung bisa  mengitari pasar terlebih dulu sebelum memutuskan memilih ikan. Melihat kepiting segar, udang dalam berbagai ukuran, lobster raksasa, dan cumi-cumi, kadang rasanya ingin mencicipi semua. Namun jika cuma sendirian atau rombongan kecil, sesuaikan pilihan jenis ikan yang mau dibeli.

Ada baiknya mengetahui dulu ikan apa yang mau disantap. Ini sangat membantu menentukan pilihan. Juga harga. Yang terakhir ini bisa mencari tahu dengan ngobrol ke orang-orang di sekitar pasar. Sore itu kami memilih udang dan ikan ekor kuning.

Lalu, akan dibawa ke mana ikan-ikan yang dibeli tersebut? Di sinilah keunikan Pasar Ikan Kedongana. Mirip dengan Muara Karang di Jakarta, pengunjung bisa menemukan warung-warung yang menyediakan jasa pembakaran ikan tak jauh dari pasar. Yang perlu Anda lakukan hanya menimbang ikan di warung tersebut, memesan nasi putih dan es kelapa muda, lantas bersantai menikmati angin sepoi-sepoi dari pantai sembari menunggu ikan matang.

Untuk dua kilogram sajian laut yang saya beli, hanya dikenai biaya pembakaran Rp 60 ribuan. Itu pun sudah termasuk sambal matah dan sambal terasi favorit saya. Jadi, total pengeluaran untuk makan berdua termasuk beli ikannya tak lebih dari Rp 300 ribu. Murah kan?

Menikmati 1 senja dan ikan bakar di Pasar Kedonganan Bali.
Ikan dan yang lain bisa langsung minta dibakarkan di warung sekitar Pasar Kedonganan, Bali. Foto: Dok. shutterstock

Sekitar 20 menit kemudian, makanan terhidang di atas meja kayu. Warung-warung di pasar ini sederhana dan terkesan ala kadarnya. Tentu, dari segi fasilitas, sangat jauh dibandingkan dengan restoran besar di sepanjang Jimbaran. Tapi soal rasa, boleh diadu.

Pengunjung boleh mengacungkan jempol untuk juru masak warung, yang mampu meracik bumbu ikan bakar hingga meresap ke dalam daging. Manisnya pas, dengan sedikit rasa asam dari kucuran jeruk nipis. Sebaiknya, Anda membeli ikan yang tak terlalu besar agar proses pembakaran merata. Kerang hijau yang disajikan juga matang dengan sempurna. Sungguh nikmat dipadu dengan sambal matah, yang terbuat dari potongan cabai, bawang merah, dan tomat segar.

Senja mulai jatuh. Di kejauhan, kita bisa melihat kerlip lampu-lampu deretan restoran di pinggiran pantai Jimbaran. Para pengunjungnya tampak memadati area tepi pantai untuk menikmati senja. Dari tempat kami berada, tampak pula pemandangan matahari tenggelam.

Saat perut sudah kenyang, pengunjung bisa beranjak menuju pantai. Langit jingga diramaikan pesawat terbang yang lalu-lalang. Maklum, kawasan Jimbaran cukup dekat dengan Bandara Ngurah Rai. Dari pantai cukup terlihat pesawat yang lepas landas atau baru mendarat. Di ufuk barat, matahari sudah memerah dan membulat mendekati garis horizon pantai. Sebuah pengalaman baru di Bali: berbelanja di pasar ikan sembari menikmati senja yang indah.

TL/agendaIndonesia

*****

Bakwan Malang, 1 Nama Berasosiasi ke 2 Jenis Makanan

Bakwan Malang, makanan khas Malang

Bakwan Malang menjadi salah satu makanan yang dicari wisatawan ketika mengunjungi kota terbesar ke dua di Jawa Timur ini. Begitupun, kadang nama ini menimbulkan kebingungan: adakah yang dicari itu makanan sejenis bakso, ataukah sejenis gorengan?

Bakwan Malang

Orang luar Malang sering menyebut bakso Malang dengan panggilan Bakwan Malang. Bagi warga Malang sendiri makanan ini tetap disebut bakso. Sebab, buat mereka bakwan adalah jenis gorengan berbahan dasar tepung ditambah beberapa sayuran, seperti kubis, kecambah, dan wortel yang dipotong kecil-kecil. DI sejumlah daerah lain kudapan ini memiliki sebutan khas, di Jawa Barat misalnya, disebut bala-bala. Sementara Di sebagian Jawa Tengah dinamai pia-pia. Sebagian daerah di Jawa Timur lainnya, termasuk Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Blitar, dan Mojokerto mengenalnya dengan nama ote-ote.

Jika ditelisik lebih luas, makanan gorengan yang disebut sebagai bakwan ada di lebih banyak daerah. Dengan penyebutan yang beragam. Di Lumajang dan Madiun disebut weci. Di luar Jawa, sebagian warga Sulawesi Selatan menyebut bakwan sebagai kandoang, sedangkan di sebagian Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur (NTT) makanan ini populer dengan nama makao.

Lalu bagaimana hubungan bakwan yang gorengan dengan bakso di Malang? Apa boleh buat, orang dari luar Malang kadung menyebut bakso Malang ini dengan sebutan bakwan Malang. Mereka punya dalih. Meskipun sepintas terliha sama, ada beberapa perbedaan antara bakso umumnya dan bakso Malang.

Menurut pecintanya, bakso yang umumnya disebut Bakso Solo, Jawa Tengah, isinya biasanya terdiri dari campuran bakso halus atau bakso urat dan mi kuning atau mi putih. Kuah bakso Solo terlihat lebih kental karena merupakan kaldu daging sapi, yang umumnya merupakan kaldu hasil rebusan tulang-tulang iga dan sum-sum sapi yang membuatnya betul-betul gurih dan berlemak. Pada kuahnya, kadang juga disertakan kondimen seperti lemak atau tetelan daging.

Sementara itu, Bakwan Malang memiliki kuah yang lebih ringan dan bening. Ia memiliki pilihan jenis bakso yang lebih bervariasi, seperti bakso halus, bakso urat, bakso goreng, bakwan rebus, pangsit goreng, dan tahu rebus. Kadang juga menawarkan sejumput mi kuning.

Pada perkembangannya kondimen Bakwan Malang semakin bertambah variasinya. Ada kedai-kedai yang, misalnya, menambahkan adonan daging yang dibungkus dengan kulit pangsit yang kemudian digoreng seperti risoles. Pilihan daging di dalam pangsitnya juga bervariasi: sapi, ayam, udang, atau campuran di antaranya. Baksonya pun ada yang digoreng. Kondimen bakwan Malang tergantung selera dan pilihan pembelinya. 

Manapun pilihan orang, bakso Solo atau bakso Malang, ataupun bakwan dalam arti gorengan berbahan tepung, sejatinya ke dua makanan itu berakar dari tradisi kuliner Tionghoa. Nama bakso berasal dari kata ‘Bak-So’ dalam bahasa Hokkien yang secara harfiah berarti ‘daging giling’.

Sedangkan kata bakwan juga berasal dari bahasa Hokkien yang berarti “bak” yang artinya daging dan “wan” yang bermakna bola. Jadi, secara harfiah, bakwan dalam bahasa Cina berarti daging berbentuk bola. Sesungguhnya bakwan dalam istilah Cina lebih merujuk pada bakso yang dibuat dari campuran daging dan tepung.

Bakso atau bakwan sendiri di negeri asalnya, dimulai pada akhir Dinasti Ming, di sekitar awal abad ke-17 di Fuzhou. Ceritanya ada seorang pria bernama Meng Bo, tinggal di sebuah desa kecil. Ia tinggal bersama Ibunya. Saat Ibunya makin menua dan mulai tak bisa lagi mengkonsumsi daging karena terlalu liat.

Meng Bo mencari cara agar Ibunya bisa makan daging lagi. Konon, pada suatu saat ia melihat kue mochi. Dari sana lah Meng Bo mengolah daging yang biasanya keras dan a lot ditumbuk kemudian dibentuk bulat. Agar lebih mudah dinikmati, daging bulat-bulat tadi disantap bersama kuah kaldu hangat. Sejak saat itu sang ibu bisa menikmati daging lagi dengan rasa yang tidak kalah nikmatnya dengan daging biasa.

Lantas, kenapa ada nama bakwan di Indonesia yang berbeda dengan di negara asalnya? Bisa jadi, hal ini disebabkan karena bakwan yang kita kenal merupakan campuran dari berbagai macam budaya yang masuk Indonesia. Bakwan yang dikenal di Indonesia sekarang merupakan hasil adaptasi dan kreasi dari warga lokal. Tepung tetap dipertahankan, namun daging yang harganya relatif mahal, diganti dengan sayur.

Banyak sekali variasi bakso atau bakwan yang dapat Anda nikmati di Malang, mulai dari bakso yang di gerobak sampai yang ada di restoran. Untuk yang di restoran di antaranya ada: Bakso President, Bakso Cak Man, Bakso Horeg, Bakso Damas, Bakso Dong, Bakso Bakar Pahlawan Trip, Bakso Cak Kar dan masih banyak tempat makan bakso lainnya. Mungkin jika ada waktu saat main ke Malang,  bisa Anda coba satu persatu karena setiap tempat memiliki cita rasa yang berbeda-beda. Berikut sejumlah pilihan.

BAKSO PRESIDENT MALANG; Jl. Batanghari No.5, Rampal Celaket, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65111

BAKSO KOTA CAK MAN; Jl. Letjend S. Parman No.56A, Purwantoro, Kec. Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur 65122

BAKSO GUN; Jalan Kawi Atas No.41 A, Bareng, Klojen, Kauman, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65116

BAKSO DAMAS; Jl. Soekarno – Hatta No.75-74, Mojolangu, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65142

BAKSO BAKAR PAHLAWAN TRIP; Jl. Pahlawan Trip No.3A, Oro-oro Dowo, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65145

AgendaIndonesia

*****

Soto Mie Bogor, Ini Dia 7 Paling Enak

Soto mie Bogor merupakan kuliner kota hujan yang cocok disantap saat hujan. Foto: shutterstock

Soto Mie Bogor adalah masakan segar yang enak disantap kalau hujan mengguyur kota itu. Ini adalah kuliner turunan soto yang dimiliki banyak kota dan daerah di Indonesia. Tak ada yang betul-betul genuine suatu tempat.

Soto Mie Bogor

Namun bicara soal soto, banyak pakar kulinari yang satu paham bahwa masakan ini memiliki pengaruh dari budaya Tionghoa dan Melayu. Ini sejalan dengan pendapat seorang ahli sejarah yang menyebut bahwa salah satu akar masakan soto di Indonesia berawal dari makanan khas Cina peranakan yang tinggal di Semarang, Jawa Tengah. Nama masakannya adalah caudo. Kemudian lebih dikenal dengan sebutan soto.

Pendapat tersebut mungkin ada benarnya melihat adanya masakan berkuah kaldu yang disajikan dengan bakmi di Malaysia dan Singapura. Disebut mee soto di Malaysia dan Singapura, ini adalalah hidangan mie berkuah kaldu berbumbu yang lazim ditemukan di Indonesia. Di kedua negara tersebut bakmi atau mie berarti mi telur dari tepung terigu, garam, dan telur.

Soto mie Bogor banyak disajikan odel kaki lima dari Bogor hingga Jakarta.
Soto mie masakan berkuah enak dijajakan dari restoran hingga kaki lima. Foto shutterstock

Sementara nama soto merujuk kepada hidangan sup berkuah khas Indonesia. Di Indonesia soto mie dianggap salah satu jenis hidangan soto atau mi berkuah.

Masakan soto di masing-masing daerah memiliki ciri khas sesuai dengan nama soto khas suatu tempat. Soto sendiri kalau dari segi kuah yang dipakai dibagi menjadi dua macam soto yaitu soto bening dan soto dengan santan.

Berbeda dengan kuah soto pada umumnya yang berkuah bening atau menggunakan santan, kuah soto mie Bogor terlihat berwarna kemerahan yang timbul dari campuran cabai merah dalam bumbunya, terutama tomat.

Di Bogor, masakan sotonya menggunakan bumbu rempah-rempah terdiri dari kunyit, ketumbar, jahe, dan bawang putih. Tak lupa, masakan ini juga dilengkapi dengan bawang goreng dan irisan jeruk nipis yang memberikan sensasi rasa yang unik dan segar.

Soto mie Bogor mendapat tambahan bahan mie kuning dan mie putih. Selain itu, soto mie Bogor memiliki ciri khas soto dengan risoles dengan pilihan daging atau ayam yang ditambah tomat, kentang, lobak, dan emping.

Risol inilah ciri khas paling kentara dari masakan kota hujan ini dan tidak dimiliki soto-soto di kota lain. Ada yang menyebut ini merupakan kembangan dari masyarakat Eropa yang tinggal di Bogor ketika zaman kolonialisme. Mereka punya makanan yang namanya risolles. Namun tak ada bukti yang pasti.

Soto Mie Bogor Kumplit shutterstock
Semangkok soto mie komplit menggugah selera. Foto: shutterstock

Hidangan berkuah yang pedas dan gurih ini cocok untuk disantap sebagai pendamping nasi, baik saat makan siang maupun makan malam. Tanpa nasi pun ia sudah bisa mengenyangkan karena adanya mie dan risol.

Rasanya semakin pedas jika disajikan dengan sambal yang merupakan campuran cabai rawit dan cuka, serta jeruk nipis untuk menambah kesegaran rasanya.

Lalu warung soto mie mana yang popular di Bogor jika ingin menyantapnya? Berikut tujuh warung yang bisa jadi pilihan.

Soto Mie Mang Ohim

Kedai soto mie ini merupakan salah satu yang paling terkenal di Bogor. Pelanggan bisa membeli sejak pukul 6 pagi hingga sore. Di tempat makan ini pelanggan mendapatkan soto mie dengan irisan daging yang besar risoles renyah. Bahkan jika masih kurang, pelanggan bisa membeli risoles secara satuan.

Soto Mie Mang Ohim; Jalan Raya Taman Cimanggu Nomor 22, Tanah Sereal, Bogor

Soto Mie Bogor Super

Warungnya sederhana, namun soto mienya dikenal enak. Masakannya terkenal dengan kuah soto mienya yang berempah dan daging empuk. Sebagai pelengkap, bisa menambahkan pula emping melinjo.

Soto Mie Super; Jalan Arzimar I, Tegal Gundil, Bogor Utara.

Soto Mie Bogor shutterstock
Risol adalah pmbeda soto ini dengan masakan sejenis dari daerah lain. Foto: shutterstock

Soto Mie Bogor Baru Bang Bule

Cita rasa soto mie di warung ini kuahnya yang segar terasa makin nikmat dengan tambahan sambal. Salah satu kelebihan warung ini adalah porsinya yang cukup banyak. Selain itu, risolesnya juga lumayan besar. Harga per porsinya pun terjangkau.

Soto Mie Bang Bule; Jalan Bogor Baru A6 No.13, Tegallega, Bogor.

Soto Mie Kesatuan

Tempat makan satu ini sering juga disebut dengan nama soto Pak Haji Oman. Warung makannya sudah berjualan lebih dari 25 tahun. Kedainya sederhana dan fasilitas seadanya, namun selalu jadi incaran para pemburu wisata kuliner Bogor. Dibandingkan dengan soto mie lainnya, rasa kuah soto mie di sini tidak terlalu berempah. Daging sapinya juga empuk. Soto Mie Kesatuan; Jalan Rangga Gading No.25, Gudang, Bogor.

Soto Mie Pak Kumis

Yang ini bisa ditemui jika sedang berburu kuliner ke Jalan Surya Kencana, selain itu ada beberapa cabangnya yang lain. Di kedai ini pelanggan bisa menikmati kuah segar dengan potongan daging cukup banyak. Kelebihan lain dari tempat ini adalah tambahan risolnya.

Soto Mie Pak Kumis; Jalan Suryakencana, Bogor

Soto Mie Agih

Tempat makan ini tidak cocok bagi mereka yang muslim karena menawarkan menu soto mie dengan pilihan daging babi. Kelezatannya bisa dicicipi dengan menuju ke lokasinya yang terletak Surya Kencana. Dengan harga yang cukup murah, pelanggan bisa menyantap gurih dan lembutnya iga babi.

Soto Mie Agih; Jalan Suryakencana Nomor 311, Bogor

Soto Mie Ciseeng

Ini satu lagi soto mie yang tidak bisa dikonsumsi kaum muslim karena juga menyajikan daging babi. Letaknya tidak terlalu jauh dari Soto Mie Agih.

Soto Mie Ciseeng, Jalan Suryakencana Nomor 280, Bogor.

agendaIndonesia

*****

Batagor Bandung, Kisah Kang Isan Pada 1973

Jajanan Bandung legendaris ada banyak macamnya, salah satunya adalah batagor.

Batagor Bandung sudah menjadi salah satu makanan wajib pengunjung kota kembang ini. Selain untuk jajan makan di tempat, juga untuk oleh-oleh di bawa pulang ke rumah.

Batagor Bandung

Buat sebagian orang Jakarta, Bandung kadang seperti kantin jaman sekolah saja. Tempat untuk jajan makanan-makanan enak. Kadang cuma untuk isi perut ps “istirahat siang”. Salah satu yang mudah dan diincar kalau ke Bandung tentu saja adalah Batagor, alias bakso tahu goreng. Makanan berbahan ikan dengan bumbu saus kacang.

Ada beberapa kedai batagor Bandung di ibukota Jawa Barat ini, yang terkenal di kalangan pecinta kuliner. Sebut saja nama-nama Batagor Kingsley, Batagor Riri, Batagor Cuplis, atau Batagor Haji Isan. Yang terakhir ini mungkin namanya beberapa tahun terakhir tidak sepopuler yang lain, namun jangan salah, konon, yang terakhir inilah yang disebut-sebut “penemu” makanan yang kemudian disebut batagor tersebut.

EyquIUwh Batagor Bandung shutterstock
Batagor Bandung dari cemilan menjadi makanan favorit bahkan oleh-oleh. Foto Shutterstock

Batagor adalah kuliner yang tercipta karena ketidaksengajaan. Dari laporan sejumlah media, beberapa pendapat menyebut jika batagor adalah kuliner yang secara tidak sengaja dibuat oleh perantau asal Purwokerto, Jawa Tengah, yakni Isan sekitar tahun 1973. Ia kala itu merantau ke Bandung dengan niat mencari pekerjaan.

Tapi, seperti kisah-kisah perantau pencari kerja, Isan tak juga mendapatkan pekerjaan. Sekadar untuk mengisi waktu dan tidak menganggur, Isan kemudian coba-coba jualan bakso dengan berkeliling. Selama bertahun-tahun ia melakoni masuk-keluar gang dengan pikulan dagangannya, berkeliling di daerah tempat tinggalnya di seputaran Jalan Kopo.

Tapi, biasalah, seperti pedagang makanan lainnya. Tak setiap hari dagangan Isan laris manis. Bahkan setiap hari ada saja tahu bakso dagangannya yang tidak terjual habis. Selalu saja ada sisa tahu baksonya.

Pada awalnya, Isan melakukan hal sederhana untuk dagangannya yang tidak laku itu agar tidak mubadzir. Ia membagi-bagikan sisa tahu baksonya ke para tetangganya. Sampai suatu ketika, ketika tahu baksonya tersisa sangat banyak. Tetangganya mungkin juga tak nyaman menerima pemberian yang banyak. Apa akal?

Batagor Bandung seperti pangsing shutterstock
Batagor Bandung intinya adalah digoreng. Foto: ilustrasi shutterstock

Di tengah kebingungannya, ia lantas mencoba menggoreng tahu baksonya. Niatnya hanya agar tahu bakso tak serta merta jadi basi. Namun kemudian ia mencoba makan tahu bakso hasil gorengannya. Unik. Walhasil, selain ia konsumsi sendiri, bakso yang ia goreng ia bagikan juga ke para tetangga di gang Situ Saeur, Kopo, Bandung. Dan ternyata mereka justru makin suka.

Tahu bakso yang telah digorengnya kemudian ia beri saus kacang yang ia racik khusus. Rupanya, para tetangganya sangat suka dengan tahu bakso goreng tersebut. Bahkan, tetangganya mulai memesan tahu bakso goreng buatannya. Mulai saat itulah, Isan membuat kuliner yang kemudian disebut batagor atau batagor Bandung

Menurut cerita, awalnya Isan masih mengkukus dulu bakso tahunya. Sesuai jualannya seperti sebelumnya. Bahkan sempat masih berjualan dua varian: bakso tahu kukus dengan kuah, dan yang digoreng. Namun, belakangan ia lebih banyak berjualan batagor. Caranya pun tak lagi dikukus terlebih dahulu, namun langsung digoreng dari bahan mentahnya. Hasilnya ternyata lebih disukai konsumennya.

Usaha Isan makin tumbuh dan berkembang. Tak hanya pelanggan atau pembeli dari kota Bandung. Orang dari tempat dan kota lain pun mulai datang mendengar keunikan makanan Bandung ini. Dengan kian berkembangnya usahanya, pada 1985, Isan memindahkan tempat dagangnya ke rumah yang lebih luas di Jalan Bojongloa nomor 38. Di tempat ini, konsumen makin mudah menikmati batagor Isan.

Jajanan Bandung legendaris ada banyak macamnya, salah satunya adalah batagor.

Pada 1991, Isan menunaikan ibadah haji, sejak itu batagor dagangannya lebih dikenal sebagai Batagor Haji Isan. Ia meninggal pada 2010, usaha batagornya diteruskan keponakannya, karena Haji Isan tidak memiliki putra.

Meski begitu, kreatifitasnya menciptakan batagor telah menginspirasi banyak orang. Batagor kini telah dikenal banyak masyarakat Indonesia dan tersebar luas di berbagai kota di Indonesia. Bahkan di kota-kota besar di Indonesia banyak pedagang dorongan yang berjualan batagor.

Di Bandung sendiri ada sejumlah tempat yang kemudian menjadi ikon kuliner kota ini karena berjualan batagor. Batagor H. Isan sendiri kini telah memiliki beberapa cabang, yakni di Jalan Cikawao, di jalan Lodaya, atau di jalan Ciateul. Sementara itu, tempat-tempat kuliner batagor di Bandung yang jadi ikon adalah Batagor Kingsley di Jalan Veteran; Batagor Riri di Jalan Burangrang, atau Batagor Abuy, juga Batagor H. Darto.

Batagor mana yang jadi favoritmu?

agendaIndonesia

******

Selat Solo, Sejarah Dan 5 Yang Terenak

Selat Solo adalah maksakan campuran tradisional Jawa dan Eropa. Kreasi Kraton SOlo. Foto: shutterstock

Selat Solo adalah masakan khas kota Solo, Jawa Tengah, yang dalam penyajiannya memiliki pengaruh masakan Eropa. Pada masa kolonial, warga Belanda dan orang Eropa membawa bahan-bahan makanan serta teknik memasak khas Eropa. Pengaruh inilah yang tampil dalam masakan selat.

Selat Solo

Awal mula lahirnya masakan ini berawal sejak benteng Vastenburg dibangun sekitar tahun 1745, tepat di depan gapura Keraton Surakarta Hadiningrat. Di sini sering terjadi pertemuan dan rapat antara pihak keraton dan Belanda. Setiap pertemuan biasanya disajikan masakan oleh pihak keraton. namun tidak sesuai dengan selera masyarakat Belanda.

Petinggi atau bangsawan Belanda saat ini menginginkan makanan berbahan utama daging, sedangkan sang raja terbiasa dengan sajian sayur. Atas dua kebiasaan ini, dikreasikan lah menu baru dengan mengkombinasikan bahan seperti kentang, wortel, buncis, timun, daun selada, telur, dan kuah kecap. Kemudian dari pertemuan dua kebudayaan tersebut melahirkan satu kuliner khas Kota Surakarta, yaitu selat Solo.

Selat Solo perpaduan antara beefsteak Eropa dan Salad.
Telur rebus atau semur telur adalah ciri khas Selas SOlo. Foto: shutterstock

Dalam perkembangannya, terjadi penyesuaian tampilan. Petingi Belanda menginkan ada daging steak, dalam bahasa Belanda disebut biefstuk, yang disajikan dalam ukuran besar dan dimasak setengah matang dalam selat.

Sementara itu, sang raja atau bangsawan Solo terbiasa makan dengan sajian sayur dan tidak terbiasa makan daging besar. Alhasil, daging yang semestinya dimasak setengah matang diubah menjadi daging cincang yang dicampur sosis, telur, dan tepung roti.
Selat Solo sendiri sering disebut perpaduan antara bistik atau beefsteak dan salad. Nama selat diambil dari kata dalam bahasa Belanda, slachtje, yang artinya salad.

Kata ini sesungguhnya juga bermakna hasil penyembelihan daging yang dalam penyajiannya dalam bentuk potongan kecil. Masyarakat Jawa pada wakti itu mungin sedikit kesulitan menyebut kata slachtje, kemudian mereka mengucapkannya dengan kata selat.

Hidangan Selat Solo kini umumnya terdiri dari galantine, sayur wotel, buncis, selada air, kentang goreng serta saus asam manis yang berasal dari perbaduan tomat dan kecap manis yang dikentalkan.

Galantine sendiri bisa disebut sebagai hidangan utama atau main course pada selat.

Ini umumnya berbasis daging sapi, ayam, bebek atau unggas lainnya. Pembuatannya daging cincang yang dicampur sosis, telur, dan tepung roti dicampur kemudian dibentuk menyerupai lontong dan dibungkus menggunakan daun pisang.

Ketika hendak disajikan daging yang sudah dicampur tersebut dikukus hingga matang. Daging yang sudah matang didinginkan, kemudian daging diiris tebal dan digoreng menggunakan sedikit margarine. Kadang ada pula restoran yang mengganti galantine dengan daging semur.

Saat ini jika wisatawan mampir ke restoran di Solo dan memesan Selat Solo, tampilannya terdiri dari daging olahan yang telah digoreng atau daging yang dimasak dengan kuah encer khas Jawa, wortel rebus, buncis rebus, irisan tomat, daun selada, dan kentang goreng untuk memberikan rasa kenyang. Di atas daun selada bisanya diberi saus mustard.

Selat Solo karena Raja Solo yang suka sayuran.
sajian lengkap Selat Solo di resto Adem Ayem. Foto: IG Adem Ayem

Ciri khas Selat Solo lainnya saat ini adalah adanya irisan telur rebus. Kombinasi ini menjadikan Selat Solo berwarna dan menggugah selera. Sementara perbedaan Selat Solo dan steak Eropa adalah steak Eropa biasanya disajikan selagi panas, sedangkan Selat bisa disajikan dalam kondisi dingin. Namun sejumlah rumah makan dapat menyajikannya dalam kondisi hangat sesuai permintaan tamu.
Lalu jika tengah main ke Solo dan ingin menikmati selat, restoran manakah yang sajiannya paling enak? Berikut lima restoran atau warung yang terkenal dengan sajian selatnya.

Warung Selat Mbak Lies

Warung makan ini terkenal dengan selat solonya dan sudah berdiri sejak 1978. Meski tempatnya agak tersembunyi karena harus melewati gang, tidak sedikit orang yang berburu ke sini untuk mencicipi seporsi selat solo yang sungguh nikmat.

Selain rasanya yang gurih dan manis, selat solo di sini juga dilengkapi dengan lidah sapi, telur, kentang, wortel, buncis, dan juga mustard khas Belanda. Jangan kaget dengan kuah selat solo yang dingin karena memang penyajiannya demikian.

Warung Selat Solo Mbak Lies

Jalan Veteran, Gg. 2 No.42, Serengan, Surakarta

Selat Kusumasari

Restoran ini sudah buka sejak 1990 dan hingga kini tetap mempertahankan rasa selat yang mereka sajikan sejak awal berdiri. Di sini tidak hanya selat, namun juga menawarkan aneka makanan yang tak kalah enak seperti seperti gado-gado dan es krim.

Selat Kusumasari

Jalan Slamet Riyadi No.111, Kemlayan, Serengan, Surakarta

Stasiun Balapan Solo KAI
Turun dari kereta di Stasiun Balapan bisa langsung menuju Vien’s. Foto: KAI

Selat Vien’s

Resto ini memiliki beberapa cabang namun yang paling banyak dikunjungi adalah yang di Jalan Hasanudin. Mungkin karena lokasinya yang dekat dengan Stasiun Kereta Balapan. Karena banyak pengunjung, pengunjung harus agak sabar mengantri.

Selat Vien’s

Jalan Hasanudin No.99 C, Punggawan, Surakarta

Omah Selat

Omah selat adalah restoran di Solo yang masih menempati bangunan rumah khas Jawa yang klasik. Interior tempat ini juga didominasi barang-barang kuno sehingga nuansa masa lalunya masih sangat terasa.

Omah Selat

Jalan Gotong Royong No.13, Jagalan, Surakarta

Selat Tenda Biru Pak Bejo

Selat segar dibanderol Rp16.000 dengan porsi daging yang memuaskan. Dilengkapi telur rebus dan aneka sayuran khas seperti selada, kentang goreng, wortel, dan buncis.

Jika pengunjung beruntung makan, bisa mencoba es gempol pleret. Minuman tradisional ini sangat terkenal di sini. Terdiri dari gempol dan pleret dari adonan tepung beras. Teksturnya unik, lembut sekaligus kenyal pas dikunyah. Disajikan sama kuah santan, gula jawa cair dan es batu.

Selat Tenda Biru Pak Bejo

Jalan KH Samanhudi No 10, Purwosari, Laweyan, Solo. 

agendaIndonesia

*****