Sembalun Di Kaki Rinjani, Di 1156 Meter

Sembalun di Kaki Rinjani sempat menjadi lokasi film Leher Angsa. Foto; Dok Alenia Pictures

Sembalun di kaki Rinjani rasanya tidaklah asing bagi para pendaki gunung, tapi ungkin mmasih baru buat wisatawan biasa. Padahal desa Sembalun pernah muncul beberapa saat dalam sebuah scene film Leher Angsa produksi Alenia Picture sekitar 8 tahun lalu.

Sembalun di Kaki Rinjani

Papan yang mencantumkan keterangan nama Desa Sembalun, di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, muncul beberapa saat setelah layar film Leher Angsa dibuka. Sebuah pemandanagan yang indah, tak salah Alenia Picture memilih desa di kaki Gunung Rinjani tersebut untuk lokasi film mereka. Oya, bagi yang belum menyaksikan film tersebut, ia bercerita tentang anak sekolah dasar bernama Aswin dan tiga sahabatnya. Kisah Aswin di rumah dan di sekolah dikaitkan dengan kebiasaan penduduk membuang hajat di kali atau sungai serta jamban leher angsa, yang hanya dimiliki sang kepala desa.

Film Leher Angsa dikemas sebagai tayangan liburan yang segar dan informatif. Soal jamban, yang bagi orang-orang di perkotaan bukan masalah besar, menjadi hal pelik untuk penduduk desa tersebut. Selain itu, film ini mengisahkan kehidupan orang tua Aswin, tokoh utama film tersebut.

Seperti film-film lain yang diproduksi Alenia Pictures, karya ke tujuh ini pun menyuguhkan keindahan alam Indonesia. Seringnya Indonesai Bagian Timur. Dari desa yang asri, ladang di atas bukit, deretan perbukitan, hingga tentu saja sungai yang biasa menjadi tempat warga buang hajat. Pemandangan serba hijau itu berada pada ketinggian 1.156 meter di atas permukaan laut. Desa berhawa sejuk ini juga dikelilingi tebing-tebing batu.

Sembalun di kaki Rinjani merupakan salah satu jalur menuju puncak gunung Rinjani.
Desa Sembalun sering menjadi rute pilihan para pendaki gunung Rinjani. Foto: Dok. Alenia Pictures

Bagi para pendaki gunung, Desa Sembalun tidak asing lagi. Apalagi bagi mereka yang memang pernah atau berencana mendaki Gunung Rinjani, yang puncaknya terletak pada ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut. Sembalun terbagi atas dua desa, yakni Sembalun Lawang dan Sembalun Bumbung.

Nah, yang menjadi pintu pendakian biasanya adalah Sembalun Lawang. Berada di timur Gunung Rinjani, desa ini merupakan lokasi favorit para pendaki untuk memulai perjalanan menuju puncak gunung tertinggi kedua di Indonesia itu ataupun perjalanan ke Danau Segara Anak. Selain Sembalun Lawang, para pendaki mempunyai alternatif lain untuk gerbang pendakian, yakni Desa Senaru, yang lebih populer untuk wisatawan yang ingin menikmati beragam obyek wisata di sekitar kaki Gunung Rinjani. Desa ini sekaligus menjadi pintu masuk menuju Danau Segara Anak.

Menunjukkan keindahan alam pegunungan, Leher Angsa berbeda denganfilm 5 Cm,yang bercerita tentang pendakian Gunung Semeru. Tidak ada detail tentang Gunung Rinjani dalam milik Alenia ini, sehingga tidak membikin orang langsung terpancing minatnya untuk menjelajahi gunung itu. Tak seperti yang terjadi dengan Gunung Semeru beberapa saat setelah pemutaran film 5 Cm.

Namun setidaknya film ini menambah wawasan pelancong, bahwa Lombok tidak hanya memiliki pantai dan gili atau pulau kecil yang selama ini banyak diburu turis lokal dan asing. Ada pilihan lain, yakni kawasan berudara sejuk dengan hutan, kebun, serta tradisi yang masih terjaga. Baik di Sembalun maupun Senaru, terdapat beberapa homestay yang bisa menjadi pilihan para pelancong dan pendaki.

Para turis bisa menjajal trekking di sekitar Sembalun atau Senaru. Trekking di Sembalun bisa dimulai dari Senggigi, kawasan wisata paling populer di Pulau Lombok. Di kawasan ini juga paling mudah ditemukan hotel berbintang. Dari Senggigi, butuh waktu sekitar tiga jam untuk mencapai Sembalun, dengan melintasi berbagai desa. Di Sembalun sendiri hanya perlu waktu dua jam untuk mengelilingi ladang serta menonton para petani memanen kol, kentang, bawang putih, dan jenis tanaman lain.

Selama perjalanan, tentu Anda bisa menghirup udara segar dan menikmati keindahan Gunung Rinjani jika tidak sedang tertutup awan, selain bukit-bukit di sekitarnya. Dari kejauhan, Anda bisa melihat hamparan laut. Jika mau, Anda pun boleh mampir ke desa adat yang masih dipenuhi rumah-rumah tradisional dan mempertahankan tradisi.

Di Senaru, tersedia pilihan obyek wisata yang lebih beragam. Bagi yang ingin sekadar berwisata, lebih asyik singgah di Senaru. Anda bisa menikmati suasana desa adat dan Masjid Wetu Telu di Desa Bayan, sebelum menginjak Senaru.

Selain keindahan alam, ada dua air terjun yang menggoda di Senaru, yakni Sendang Gile dan Tiu Kelep. Bila berbicara dengan penduduk Desa Senaru, terutama soal air terjun ini, mereka pasti akan berkisah tentang pengambilan gambar saat pembuatan video clip tembang Hipnotis,yang dibawakan penyanyi Indah Dewi Pertiwi. Tampaknya, warga cukup terkesima dengan kerepotan para kru dalam pembuatan video klip tersebut. Sayang, air terjun di Lombok Utara ini, serta deretan pantai di Lombok Barat, hanya muncul sekilas di awal video tersebut.

Rita N./TL/alenia pictures/agendaIndonesia

*****

Kuliner di Pantai Seger, 40 Kilo dari Mataram

Kuliner di Pantai Seger di Spice Market Novotel

Kuliner di pantai Seger di kawasan Mandalika di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, bisa menjadi pilihan segar selama jalan-jalan di Lombok. Meskipun berada di dalam hotel dengan posisi di pinggir pantai tak menghalangi pengunjung non-tamu bersantap sambil menikmati pantai.

Kuliner di Pantai Seger

Bangunan tradisional khas Lombok yang terbuka itu terasa hangat me- nyambut. Beratap ilalang kering dengan dominasi kayu dalam interiornya, termasuk lantainya. Setelah menikmati nuansa cokelat di sekeliling, bukan sajian yang pertama saya lirik. Melainkan pasir putih di depan restoran dan debur ombak yang nyaring terdengar. Pantai Putri Nyale atau Seger memang ada di depan mata. Pantai ini berada tepat di sebelah Pantai Kuta, Lombok Tengah.

Kala pagi, kehangatan terasa. Ketika bergeser ke siang, panas agak terasa menyengat, khas hawai pantai. Namun sepoi-sepoi angin membuat duduk di kursi-kursi kayu tetap terasa nyaman. Teguklah Fruit Punch atau Virgin Mochito nan segar untuk membuat tubuh adem.

Malam hari tentunya akan terasa lebih romantis. Menikmati sajian dengan iringan debur ombak. Pilihan atmosfer yang berbeda-beda memang bisa dirasakan di restoran di Novotel Lombok Resort & Villas, yang berada di Mandalika Resort Pantai Putri Nyale, Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, ini. Tak perlu menjadi tamu hotel untuk menikmati sajian mereka.

Berada tak jauh dari bibir pantai,resto ini mempunyai suguhan istimewa yang alami. Khas daerah pesisir pulau ini; pasir putih yang lembut, dengan perbukitan di sekelilingnya. Untuk sajian di meja makannya, tak kalah beragam. Sajian lokal, tentunya mendapat tempat khusus. Authentic Ayam Taliwang, salah satunya. Paduan ayam panggang dengan nasi dan sayuran ini dipatok Rp 140 ribu. Tak ada gambar cabai yang menjadi simbol pedas dalam menu. Saat dicicipi, memang tak ada rasa menyengat. Rupanya, soal pedas tergantung permintaan. Maklum, sebagian besar tamu datang dari mancanegara. Namun bumbu khas Lombok melekat kental pada ayam tersebut.

Dengan mengusung nama Spice Market, beragam suguhan Indonesia yang kaya rempah pun menjadi pilihan. Hidangan juara dunia dari Sumatera Barat pun bisa dicicipi di sini. Padang’s Beef Rendang yang dihargai Rp 155 ribu itu cukup mengenyangkan karena mengandung 540 kalori. Rasa rendang aslinya tetap terasa kuat. Di tepi laut, sering kali yang dicari orang adalah menu berbahan ikan laut. Doyan ikan bakar? Ada pilihan Grilled Mahi Mahi dengan sambal matah atau Grilled Baby Fish dengan sambal dabu-dabu yang terasa segar.

kuliner di pantai Seger Lombok Tengah, Spice Market Lombok

Sate yang menjadi hidangan khas Indonesia pun masuk daftar menu. Sate kambing, ayam, dan sapi dipadu dalam sebuah wadah dengan kuah kacangnya plus asinan. Penggemar bebek bisa mencicipi Bebek Betutu yang menjadi khas pulau di seberang Lombok. Semua sajian lokal dipadu dengan nasi. Ikan tawar pun ada dalam daftar menu, di antaranya Ikan Nila Goreng Lalapan, yang dibanderol Rp 95 ribu.

Untuk yang gemar sayuran, ada plecing kangkung, gado-gado Lombok, Seafood Nyale Beach Salad, serta salad lain, seperti Thai Chicken Noodle Salad, Papaya Salad, Green Garden Salad, dan lain-lain. Sebagian tamu yang da- tang adalah keluarga. Suguhan pun ada yang dibuat untuk kelompok anak-anak. Ada pilihan sandwich dan burger, dengan isi beragam, mulai ikan, daging sapi, ayam, hingga kambing. Selain itu, ada pizza dengan berbagai topping.


Di malam hari, ingin yang berkuah dan hangat, bisa mencicipi Lombok Oxtail Soup, Soto Ayam, Thai Tom Yam Goong yang terasa pedasnya, Wonton Soup, atau Cream of Mushroom Soup. Selain itu, tersedia beragam steak. Terlihat memang ada beberapa tamu yang berpasangan. Berada di pulau yang menjadi destinasi halal ini, menurut seorang sales & marketing hotel bintang empat ini, hidangan yang tersedia merupakan sajian halal.

Lantas, untuk tamu yang tinggal dalam jangka panjang pun, tak bakal dibikin bosan dengan pilihan hidang- annya. “Setiap hari dibuat tema khusus untuk buffet di malam hari. Juga ada hiburan spesial,” katanya. Seperti pada hari Minggu, ditawarkan Seafood Beach Barbeque dengan Romantic Beach Bonfire. Pada Rabu, disajikan Italian Buffet dengan hiburan Novotel Band, sedangkan Selasa, prasmanan berupa Unlimited BBQ dengan suguhan budaya tari sasak Lombok.

Bahkan, ia menyebutkan, untuk membuat kemeriahan di restoran, karyawan hotel dan restoran pun kadang dilibatkan. Misalnya, pada Jumat, selain disajikan hidangan prasmanan berupa All American Buffet, dihadirkan hiburan dari para karyawan yang dikemas sebuah acara pencarian bakat. Dibikin meriah sehingga tamu dan karyawan sama-sama merasakan kegembiraan.

Spice Market Restaurant

Novotel Lombok Resort & Villas Mandalika Resort Pantai Putri Nyale Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat

Operasional

Sarapan: pukul 07.00-10.30; Makan Siang: pukul 12.00-17.00; Makan Malam: pukul 18.30-20.30

Kapasitas

120 orang

Rita N./Frann/Dok. TL

Gedong Songo, 9 Candi di Gunung Ungaran

Gedong Songo, kompleks 9 candi Hindu di Gunung Ungaran

Gedong Songo, kompleks 9 candi bersembunyi dalam kesejukan dan kehijauan di Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Terletak di ketinggian pegunungan, kompleks candi ini merupakan candi-candi dari agama Hindu.

Gedong Songo

 Menuju ke kompleks Candi Gedong Songo di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, biasanya dicapai dari kota Semarang. Selalau disarankan untuk berangkat pagi-pagi, bahkan sebisa mungkin sesudah subuh. Atau setidaknya sesudah sarapan. Ini dilakukan untuk menghindari kemacetan yang mengular, terutama di musim liburan. Sesungguhnya jarak dari pusat Kota Semarang menuju candi ini hanya sekitar 40 kilometer, tak sampai satu jam berkendara. Terlebih saat ini sudah ada jalan tol ke arah Solo, dan kita bisa exit di Ungaran,

 Candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran, sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut. Kebun-kebun sayur bertebaran di kanan-kiri jalan. Bunga-bunga hias pun tumbuh subur. Selama perjalanan, beberapa kali terlihat petani sayur yang siap menjajakan hasil panen. Sawi, bawang daun, dan tomat tampak segar di dalam karung-karung. Meskipun letaknya tak terlalu tinggi, suhu pada pagi hari umumnya tercatat sekitar 17-18 derajat Celsius. Dingin dan sejuk.

Gedong Songo merupakan candi Hindu yang awalnya terditi dari sembilan kompleks candi.
Kompleks candi Gedong Songo di kawasan Gunung Unharan, Kabupaten Semarang. Foto: Dok. shutterstock

 Dalam bahasa Jawa, Gedong Songo berarti Sembilan Gedung. Dinamakan demikian arena candi-candi Hindu di sini dahulu terpisah-pisah dalam sembilan kompleks. Saat ini pengunjung hanya bisa menikmati lima kompleks candi, karena empat lainnya hanya tinggal puing.

 Dari segi ukuran, candi-candi di sini tak terlalu besar dan lebih mirip dengan Candi Arjuna di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo. Karena kesamaan ukuran dan topografi alam, banyak orang menyebut Candi Gedong Songo “bersaudara” dengan Candi Arjuna. Dibangun pada masa Dinasti Sanjaya, sekitar abad ke-8, relief dewa-dewi di dinding batu candi ini sudah tak terlalu kelihatan akibat dimakan usia. Meskipun demikian, Candi Gedong Songo masih memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, terutama mereka yang jenuh tersengat terik mentari di Semarang dan sekitarnya.

 Dari kompleks Candi Gedong pertama hingga kelima, pengunjung bisa melangkah di jalan setapak yang telah disediakan dengan rapi oleh pengelola. Candi Gedong pertama tercatat berdiri pada ketinggian 1.208 meter di atas permukaan laut. Semakin lama memang semakin menanjak dan menguras tenaga, tapi wisatawan dapat beristirahat di warung-warung yang ada di tengah rimbunnya hutan pinus. Kita bisa menghangatkan diri dengan segelas teh panas dan sepiring mi rebus, sembari menikmati pemandangan kebun lombok, kubis, dan sawi yang berada di sekitar candi.

 Candi Gedong kelima berada di area tertinggi, yaitu 1.300 meter di atas permukaan laut. Dari atas sini, pengunjung bisa melihat Candi Gedong ketiga, yang tampak cantik berlatar belakang hutan pinus penuh kabut. Masing-masing kompleks candi memiliki jumlah candi berbeda-beda, walaupun hanya satu hingga tiga candi yang masih berdiri dan sisanya berupa puing-puing. Candi Gedong keempat, misalnya, seharusnya terdiri atas sembilan candi. Bisa dibayangkan ramainya Candi Hindu di lereng Gunung Ungaran ini belasan abad lalu. Apabila dijumlahkan, mungkin saja terdapat puluhan candi di kompleks Gedong Songo ini.

 Tak banyak kompleks Candi di Jawa yang lengkap dengan suguhan pemandangan alam dataran tinggi ditambah embusan angin sejuk seperti di Gedong Songo. Di antara kompleks Candi Gedong ketiga dan keempat, pengunjung akan melewati sumber air panas belerang yang dikelola menjadi pemandian mini. Konon, airnya bisa menyembuhkan berbagai penyakit kulit, seperti jerawat dan gatal-gatal karena jamur.

Gedong Songo merupakan kompleks candi agama Hindu. Awalnya ada 9 kompleks candi, kini tinggal 5 yang masih utuh.
Naik kuda salah satu opsi untuk berkeliling ke semua kompleks candi Gedong Songo. Foto: Dok. shutterstock

 Bagi yang tak kuat berjalan jauh dan menanjak, ada opsi menggunakan jasa naik kuda. Tarifnya sekitar Rp 100 ribu untuk rute Candi Gedong pertama hingga terakhir, lantas kembali ke pintu masuk. Pengelolaan sumber daya manusia dan sumber daya alam di Candi Gedong Songo lumayan bagus. Taman-taman di kompleks candi sangat terawat, begitu pula area warung makan dan penjaja suvenir. Untuk kuliner yang populer di sini, pengunjung bisa menyantap sate kelinci. Hidangan ini bisa ditemukan pada hampir semua warung di Gedong Songo.

 Setelah puas menikmati kompleks Candi ke lima, pengunjung bisa kembali turun atau menikmati makan siang di area kompleks. Warung yang mana sesuai selera.

Waktu kunjung pada pagi hari juga membawa keunikan tersendiri. Perjalanan dari candi ke candi kadang akan diltemani kabut tebal, ini malah menambah efek mistis cagar budaya tua tersebut. Selain itu, di akhir pekan, semakin siang pengunjung yang datang semakin membeludak. Beberapa keluarga menyewa tikar dan asyik piknik di taman-taman candi. Untuk sekadar memarkir mobil pun pengunjung harus sabar menunggu ada tempat kosong setelah mobil lain meninggalkan area. Karena itu, datang sepagi mungkin adalah tips terbaik menunjungi Gedong Songo.

TL/agendaIndonesia

*****

Toko Oen Semarang, Nostalgia 90 Tahun

Toko Oen Semarang adalah kulinari peninggalan zaman Belanda.

Toko Oen Semarang hingga kini masih menjadi salah satu tempat klangenan bagi warga Semarang dan para pelancong yang datang berlibur. Hingga kini di usianya yang sekitar 90 tahun. Usaha keluarga turun temurun ini pun masih menawarkan hidangan otentik dengan nuansa kolonial yang kental.

Toko Oen Semarang

Sejatinya, meski bernama Toko Oen, tempat ini merupakan kedai makan yang awalnya menjajakan aneka kudapan seperti es krim, roti-rotian dan kue kering. Seiring berjalan waktu, kini mereka juga menawarkan ragam masakan Indonesia, Belanda dan Tiongkok.

Yang unik lagi, meski kini identik sebagai spot kuliner Semarang, namun toko ini justru muncul pertama kali di Yogyakarta pada 1910. Usaha ini diprakarsai oleh sepasang suami istri, Oen Tjoen Hok dan Liem Gien Nio.

Mulanya, mereka berjualan kudapan seperti es krim, kue kering dan aneka olahan roti yang saat itu disukai oleh orang-orang Belanda yang tinggal di Indonesia. Nama ‘Oen’ sendiri berasal dari panggilan mereka sehari-hari, opa dan oma Oen, dari istilah Belanda untuk yang ditetuakan.

Gerai Kue kue Kering IG Toko Oen
Toko Oen Semarang dengan gerai kue-kue keringnya. Foto: IG Toko Oen

Karena semakin banyak pelanggan dan bisnis semakin maju, belakangan mereka juga menjajakan beragam makanan besar ala Indonesia, Belanda dan Tiongkok. Tak hanya itu, mereka kemudian membuka beberapa cabang di kota-kota lain.

Cabang pertama mereka dibuka di Jakarta pada 1934, dan kemudian di Malang sekitar dua tahun setelahnya. Tak lama, mereka juga membuka cabang di Semarang setelah membeli gedung restoran milik seorang pengusaha asal Inggris, yang terletak di jalan Pemuda.

Toko terakhir itulah yang kemudian terus menjadi usaha keluarga dan sudah dikelola oleh generasi ke tiga hingga kini. Bahkan, Toko Oen Semarang bisa dikatakan sebagai salah satu usaha kuliner milik keluarga pribadi yang tertua di Indonesia.

Pun demikian, usaha ini bukannya tanpa pasang surut. Toko di Yogyakarta sudah tutup sejak 1937 agar berfokus pada tiga cabang baru, sementara pada 1973 cabang di Jakarta akhirnya dijual untuk dijadikan gedung perkantoran bank ABN (Algemene Bank Nederlands).

Toko cabang di Malang kemudian turut dijual pada 1990. Rencana pembangunan ulang dilarang oleh pemerintah kota Malang, dengan alasan gedung tersebut dianggap sebagai salah satu cagar budaya penting di kota apel itu.

Belakangan gedung tersebut justru digunakan kembali sebagai kedai makanan seperti semula, dan juga menggunakan nama ‘Oen’. Namun yang perlu diingat, toko ini sudah tidak lagi menjadi bagian dari usaha keluarga toko Oen yang asli.

Kendati begitu, lewat Oen Foundation yang merupakan lembaga pelestarian cagar budaya era kolonial di Indonesia, sekaligus perwakilan toko Oen yang asli, kemudian membolehkan usaha tersebut berjalan. Syaratnya, gedung beserta detail arsitekturnya tetap dipertahankan.

Bisa dibilang, otentisitas toko Oen Semarang lantas menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjungnya. Pelanggannya pun beragam, mulai dari warga lokal Semarang, hingga wisatawan lokal, mancanegara, serta mereka yang pulang kampung dan ingin bernostalgia.

Toko oen poffertjes
Poffertjes atau apem Belanda yang khas di resto ini. Foto: IG Toko Oen

Secara umum, menu yang ditawarkan masih sama sejak dulu dan terus dipertahankan. Menu makanan ringan seperti poffertjes, bitterballen, kroket, risoles dan lumpia masih jadi pilihan favorit bagi pengunjung yang sekedar ingin kudapan ringan sambil menikmati suasana.

Untuk yang ingin makan besar, tersedia menu utama dari dalam dan luar negeri, utamanya masakan otentik Belanda dan Tiongkok. Semisal chicken cream soup, kekian goreng, kit lian hai (udang goreng saus tomat), huzarensla (salad daging ala Belanda), aneka bistik, dan lainnya.

Ragam jenis es krimnya juga sayang untuk dilewatkan. Beberapa menu es krim yang cukup populer di sini misalnya napolitaine, chipolata, tutti frutti, mocca dan nutella nougatine, vruchten sorbet, tiramisu, rum raisin, kopyor, dan lain sebagainya.

Yang cukup unik, es krim di toko Oen Semarang hingga kini masih dibuat menggunakan mesin pembuat es krim dari Italia, yang konon sudah ada sejak 1920-an. Serta sebagai catatan, beberapa varian seperti rum raisin juga mengandung alkohol.

Toko Oen Semarang Ice Cream IG Toko Oen
Ice Cream Toko Oen masih dibuat dengan mesin Italia. Foto: IG Toko Oen

Selain itu, pengunjung juga bisa memesan es krim dalam ukuran satu liter dengan berbagai pilihan rasa untuk disantap beramai-ramai. Dan ada pula opsi untuk memesan es krim yang dipadu dengan poffertjes atau pannekoek.

Last but not least, mereka juga masih menawarkan aneka kue kering yang juga cocok sebagai oleh-oleh. Strawberry sprits, chocolate sprits, vanilla sprits, soes kering, kaasstengel, lidah kucing, ananas dan boterkrantjes merupakan beberapa kue kering favorit.

Setiap kue kering tersebut kemudian ditampilkan dalam jejeran toples dari kaca yang berukuran cukup besar. Pengunjung dapat melihat-lihat sambil mencicipi berbagai jenis kue kering yang beberapa di antaranya sudah mulai jarang dijual dan sulit untuk dicari.

Untuk ukuran restoran otentik, harga menunya pun terbilang cukup reasonable. Menu makanan ringan seperti poffertjes, bitterballen, risoles, kroket dan lumpia harganya berkisar dari Rp 17 ribu hingga Rp 35 ribu.

Kemudian untuk menu-menu seperti sup, salad, serta masakan Indonesia dan Tiongkok rata-rata berada di kisaran Rp 30 ribu-an sampai Rp 60 ribu-an. Sedangkan aneka ragam bistik dan bebakaran barbecue harganya di atas Rp 100 ribu.

Adapun untuk harga es krim berkisar dari Rp 20 ribu hingga Rp 45 ribu. Kalau ingin memesan es krim dengan poffertjes atau pannekoek harganya Rp 40 ribu. Sementara untuk es krim ukuran satu liter dijual mulai dari Rp 300 sampai 375 ribu, tergantung dari pilihan rasanya.

Selain dari beragam pilihan makanan otentik tersebut, daya tarik terbesar toko Oen Semarang tentulah nuansa kolonialnya yang kuat. Selain karena bangunannya yang lawas masih dipertahankan, dekorasi serta ornamen yang digunakan di dalam juga semakin menguatkan vibe tersebut.

Terdapat beragam barang-barang antik, foto-foto lama serta furnitur dari kayu dan rotan yang menampilkan kearifan lokal tempo dulu. Cocok bagi mereka yang ingin klangenan bersama keluarga dan teman, atau mereka yang ingin sekedar merasakan suasana ala masa kolonial.

Toko Oen Semarang biasa buka setiap hari dari jam 10.00 hingga jam 22.00. Yang menarik, umumnya saat ini toko Oen lebih ramai dikunjungi saat jam makan siang, ketimbang pada jam makan malam. Kala sore pun terkadang cukup ramai, utamanya mereka yang hanya ingin bersantai sambil ngemil.

Toko Oen Semarang

Jl. Pemuda no. 52, Semarang

Telp. (024) 3541683

Instagram: tokooen

agendaIndonesia/audha alief praditra

*****

Wisata Ngopi, Ini Dia 5 Kampung Kopinya

Wisata ngopi bisa dipilih untuk yang menikmati liburan sambil mendapat pengetahuan. Foto: shutterstock

Wisata ngopi atau jalan-jalan dengan tujuan menikmati sajian kopi yang dihasilkan di suatu daerah semakin popular di kalangan wisatawan Indonesia. Orang menyebutnya wisata tematik.  

Wisata Ngopi

Tak hanya kopi sesungguhnya, wisata dengan tema-tema tertentu ini sudah cukup lama menjadi tren yang terus berkembang di banyak negara. Indonesia termasuk salah satu negara yang akan menerapkan wisata tematik sebagai strategi untuk mengenalkan dan mengembangkan produk-produk wisata di daerah. Salah satunya produk kopi.

Jika melihat potensi wisata yang ada di kampung-kampung dan perkebunan di Indonesia, wisata tematik adalah pilihan yang menarik untuk menikmati liburan akhir pekan. Salah satu yang bisa dipilih adalah wisata ngopi.

Wisata ngopi bisa belajar mulsai dari memilih kopi yang sudah matang dan memetiknya.
Memetik biji kopi langsung di perkebunan. Foto: shutterstock

Wisata ngopi dan wisata tematik lain, bisa teh atau batik, atau belajar bermain gamelan, bisa menjadi trademark wisata Indonesia. Wisatawan tidak hanya menikmati kopi dari tempat asalnya saja, melainkan sambil menikmati suasana pegunungan, coffee plantation, aktivitas panen, bean roasting, hingga mempelajari sejarah dan budaya daerah tersebut.

Pada akhirnya wisata tematik kopi diharapkan dapat memberikan pengalaman baru bagi wisatawan saat menikmati kopi khas Indonesia. Negeri dengan daerah-daerah yang telah menerapkan dan mengembangkan komoditasnya sebagai tema wisata. Untuk wisata ngopi ini ada beberapa di desa atau kampung yang bisa dipilih untuk menghabiskan liburannya.

Desa Catur Bali

Desa Catur yang juga desa wisata merupakan salah satu daerah yang telah mengembangkan wisata ngopi. Berlokasi di Kintamani, Desa Catur memiliki keindahan alam pedesaan yang sangat asri.

Menjadi salah satu sentra perkebunan kopi arabika, tentu tidak heran jika kopi menjadi salah satu produk unggulan dari Desa Catur. Tidak main-main, bahkan desa wisata satu ini dikenal sebagai salah satu desa penghasil kopi Kintamani terbaik.

Selain menikmati kopi, di sini pengunjung juga bisa menikmati keindahan alam khas Kintamani yang masih sangat asri. Sekaligus wisata edukasi, seperti cara membudidayakan tanaman kopi hingga ke proses panennya.

Bali Pulina

Selain Kintamani, Bali juga punya wisata ngopi lain yang bisa dikunjungi, yaitu Bali Pulina. Tempat ini menawarkan wisata kopi khususnya Kopi Luwak. Bali Pulina terletak kurang lebih tujuh kilometer sebelah utara Ubud, lebih tepatnya di Desa Pujung Kelod, Tegallalang, Kabupaten Gianyar.

Ngopi luwak di Tegallalang Bali
Kopi luwak di Tegallalang, Bali. Foto: TL

Di Bali Pulina wisatawan akan memasuki perkebunan kopi dan belajar mengenal proses pembuatan Kopi Luwak secara tradisional hingga menghasilkan cita rasa kopi yang aromatik. Berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (mdpl), jangan heran jika suhu rata-rata di sana bisa mencapai 24 derajat celcius.

Jelas hal ini menjadi perpaduan yang pas, cuaca sejuk dan kopi hangat jadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ditambah lagi pemandangan area persawahan terasering yang menyejukkan mata.

Desa Mesastila Magelang di Jawa Tengah

Selain Bali, wisatawan bisa berkunjung ke Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Magelang. Siapa mengira, ternyata Magelang memiliki coffee plantation yang tentunya wajib dikunjungi bagi para penikmat kopi.

Salah satunya adalah Mesastila Magelang. Di mana sekitar 90 persen lahan kopi di daerah tersebut dipenuhi oleh biji kopi robusta. Tidak hanya melihat kebun kopi saja, kita juga bisa mengenali pengolahan kopi hingga siap dikonsumsi.

Lokasinya yang dikelilingi gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Telomoyo memberikan suasana minum kopi yang berbeda dengan lainnya. Kadang sampil nyruput kopi, pengunjung bisa melihat ada kereta api jadul lewat. Mereka wisatawan pengunjung Museum Kereta di Ambarawa.

Doesoen Kopi Sirap, Jawa Tengah

“Ngopi di Tengah Kebun Kopi”, itulah tema yang diangkat oleh Doesoen Kopi Sirap. Berlokasi di Dusun Sirap, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Doesoen Kopi Sirap memberikan pengalaman wisata tematik kopi yang berbeda.

Di sini wisatwan tidak hanya sekadar minum kopi tapi dapat sekaligus menikmati pemandangan langsung Gunung Kelir. Udara sejuk ditambah suasana perkebunan kopi yang menenangkan, jadi wisata yang akan sulit terlupakan.

Tidak kalah menarik, kita juga bisa mengikuti wisata edukasi kopi dan melihat langsung proses pengolahan biji kopi sejak dipetik hingga siap minum. Ada dua jenis kopi unggulan yang ditawarkan Doesoen Kopi Sirap, yaitu arabika dan robusta.

PARIWISATA DESTINASI shutterstock 582329227 amenic181 a2b1d37e0a
Biji kopi Indonesia. Foto: shutterstock

Kebun Kopi Malabar di Jawa Barat

Dari Jawa Tengah wisatawan bisa melanjutkan wisata tematik kopi ke Jawa Barat, tepatnya di Kebun Kopi Malabar. Berada di ketinggian 1.400-1.800 mdpl dengan suhu 15-21 derajat celcius, kebun kopi satu ini sangat cocok untuk ditanam kopi jenis arabika.

Kopi Arabika Malabar Java Preanger diproses dengan sangat spesial. Karena seluruh proses sortasi buah kopi, pengupasan, pencucian, hingga pengeringan menggunakan Standar Operasional Baku Industri, tentunya dengan pengawasan tenaga ahli profesional.

Selain itu Kopi Arabika Malabar memiliki karakteristik yang unik, yaitu rasanya yang kental dengan dominan rasa cokelat berpadu rasa rempah di akhir seruputan. Selain minum kopi, wisatawan bisa keliling perkebunan kopi sambil melihat langsung proses memetik kopi khas dari Malabar.

Jadi mau jalan-jalan sambil mempelajari pernak-pernik produksi kopi dan tak lupa nyruput kopi enak? Agendakan liburanmu ke sentra-sentra kopi.

agendaIndonesia/kemenparekraf

*****

Bir Pletok Betawi, 1 Minuman “Wine” Lokal

Bir pletok Betawi sebuah minuman khas Indonesia

Bir pletok Betawi tidak diketahui kapan persisnya ditemukan atau dibuat, namun minuman ini punya standardisasi proses pembuatannya. Banyak yang menyebut bahwa minuman lokal ini muncul sebagai ‘perlawanan’ terhadap tradisi minum wine di zaman kolonial Belanda.

Bir Pletok Betawi

Minuman bir pletok menurut ceritanya diciptakan masyarakat Betawi sebagai substitusi atau pengganti dari anggur merah (wine) yang dibawa orang-orang Belanda dari Eropa. Pengganti, karena masyarakat Betawi umumnya memeluk agama Islam yang tidak mengkonsumsi alkohol.

Meskipun diberi nama bir, bir pletok Betawi sama sekali tidak mengandung alkohol. Minuman ini memang bisa berfungsi sebagai penghangat badan, tapi halal. Pada masanya, ia juga dihidangkan dalam pesta-pesta masyarakat Belanda untuk menghormati warga muslim.

Penamaan minuman ini punya cerita sendiri. Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, bir pletok muncul sejak era kolonial Belanda. Orang Eropa yang menetap di Jakarta sering meminum bir dan wine di waktu senggang untuk menghangatkan badan. Tak mau kalah, masyarakat betawi pun menciptakan minuman mereka sendiri yang fungsinya hampir sama. Hanya saja tak mengandung alkohol.

Bir Pletok Warisan Budaya shutterstock
Kini bir pletok Betawi bisa diminum dingin menyegarkan. Foto: shutterstock

Penggunaan kata ‘bir’ tidak merujuk pada minuman beralkohol, melainkan ‘sumber mata air’ yang disadur dari bahasa Arab birun atau abyar. Sementara kata ‘pletok’-nya memiliki beberapa pemahaman.

Pertama, minuman ini dulu dikemas dalam tabung bambu sebelum diminum. Ada beberapa asumsi dan pendapat mengenai nama ‘pletok’ dalam sajian minuman tradisional ini. Pertama karena bunyi pletok yang keluar saat orang Belanda membuka botol wine. Agar melengkapi istilah bir-nya, kata pletok pun disematkan untuk melengkapi.

Pengertian ke dua karena yang menyebut karena akibat bunyi pletok yang berasal dari kulit secang yang merupakan salah satu bahan minuman ini. Sementara itu ada pula yang menyebut pletok adalah bunyi yang keluar dari tabung bambu dari es batu dalam bumbung atau selongsong bambu ketika mencampur minuman. Akhirnya, jadilah bir pletok.

Sebagai minuman tradisional, bir pletok tentu diolah dari bahan pokok yang ada di sekitar masyarakat. Rempah-rempah yang digunakan untuk membuat minuman ini adalah jahe, kapulaga, pandan wangi, dan serai. Beberapa bir pletok juga ditambahkan dengan kayu secang untuk membuat warnanya menjadi merah alami seperti wine.

Kombinasi rempah-rempah ini menghasilkan cita rasa yang unik: sedikit pedas, manis, dan hangat. Selain itu, penggunaan pandan wangi juga menyumbang aroma yang harum. Tak ayal, penikmat bir pletok begitu mencintai minuman khas dan berkhasiat ini.

Bir Pletok Betawi shuttrstock

Pada masa kolonial, minuman ini sering dikonsumsi malam hari. Namun, kini bir pletok diminum kapan saja, sebagai penghangat di malam hari sebagai penyegar tubuh di siang hari dengan campuran es batu.

Walaupun pada zaman dahulu bir pletok menjadi minuman yang merakyat yang dijajakan oleh pedagang keliling, kini keberadaannya mungkin agak sulit didapati. Begitupun jika wisatawan ingin mencicipi minuman tradisional khas Betawi ini, dapat mengunjungi beberapa perkampungan Betawi.

Cara pembuatan bir pletok Betawi sendiri juga cukup mudah. Pertama geprek jahe dan serai kemudian rebus air hingga mendidih. Setelah itu masukkan bahan lainnya, lada, kapulaga, daun jeruk purut, daun pandan, kayu manis, cengkeh, dan kulit kayu secang. Jangan lupa ditambahkan gula pasir sesuai selera. Setelah mendidih sekitar 10-20 menit, angkat dan bir pletok Betawi sudah bisa dinikmati.

Yang paling khusus dalam proses pembuatannya adalah kapan bahan secang dimasukkan. Pada zaman sekarang banyak orang memasukkan seluruh bahan dalam air dan direbus bersamaan. Menurut sesepuh Betawi, cara itu kurang tepat.

Menurut mereka, secang harus dimasak atau direbus tersendiri. Bahan inilah yang menghasilkan warna merah. Dengan merebusnya dahulu, akan diperoleh warna merah di tingkat yang diinginkan.

Ramuan Bir Pletok shutterstock

Bisa pula sebaliknya, dengan menggodok semua bumbu terlebih dulu, baru ketika sudah mendidih, kemudian masukkan secang agar bisa menakar kadar warna yang ingin dihasilkan. Warna merah ini dianggap cukup penting karena dari sejarahnya minuman ini untuk menggantikan wine merah.

Dengan warna merah yang mirip dengan wine merah, ketika disajikan dalam pesta tidak terlihat perbedaan mereka yang minum minuman beralkohol, dan yang tidak.

Kini minuman ini sering disajikan dalam pesta pernikahan atau khitanan orang Betawi. Atau jika datang sebagai wisatawan, bisa mengunjungi kawasan wisata masyarakat Betawi di Setu Babakan. Bisa juga datang ke Pekan Raya Jakarta saat ulang tahun Jakarta. 

Pada masa kolonial, minuman ini sering dikonsumsi malam hari, mengingat cuaca Jakarta yang panas di sing hari dan dingin di malam hari saat itu. Tapi kini bir pletok Betawi bisa diminum kapan saja, sebagai penghangat di malam hari sebagai penyegar tubuh di siang hari dengan campuran es batu. Mau mencoba?

agendaIndonesia

*****

3 Selera Sedap Medan Penggugah Semangat

3 selera sedap medan seperti Gulai Ikan Salai

3 selera sedap Medan, Sumatera Utara, bisa menjadi pilihan saat berkunjung ke kota ini. Semuanya sedap, dan membuat orang ingin menyantapnya lagi. Dan lagi.

3 Selera Sedap Medan

Sumatera Utara terdiri atas 26 kabupaten/kota madya, yang tersebar dari ujung Daerah Istimewa Aceh dan Sumatera Barat. Rasa makanan dari daerah yang berlainan tentu berbeda. Ada yang terkena pengaruh santan dan pedas dari Sumatera Barat, ada pula yang memunculkan kekhasan dapur suku Batak. Tapanuli Selatan, yang berdekatan dengan Sumatera Barat, mempunyai pilihan menu dengan santan kental. Sebaliknya dengan Tapanuli Utara, yang banyak menawarkan sajian tanpa kuah.

Dengan keberagaman itu, rumah makan daerah pun memiliki ciri sendiri. Jenis rumah makan tersebut kini semakin menjadi daya tarik wisata di Medan. Dan beberapa yang ramai dikunjungi antara lain Rumah Makan Sipirok, Rumah Makan Sibolga, dan Rumah Makan Padang Sidempuan. Namanya sudah langsung menunjukkan daerahnya, dan ketiganya menyuguhkan menu halal.

Sup Sumsum Superbesar

Pukul 11.00 kami sudah berada di Jalan Sunggal No. 34-A, tempat parkiran Rumah Makan Sipirok masih memberi ruang. Kursi pun masih banyak yang kosong. Kami sengaja datang lebih awal untuk sebuah makan siang karena santer kabar beredar bahwa kesiangan sedikit saja, maka semangkuk sup sumsum atau iga kerbau tak bakal bisa Anda cicipi. Atau Anda harus lebih bersabar karena tepat pukul 12.00, rumah makan sudah penuh.

Sup dari kota yang berada di antara Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara ini memang sudah kondang. Ada beragam sajian, namun yang menjadi andalan dua jenis sup ini. Dan jangan kaget dengan sajian sup sumsum karena tulang kerbau itu akan disajikan secara utuh dan tamu bisa mengorek sumsumnya atau bahkan menyeruputnya. Tidak seperti sup iga, yang disajikan dalam potongan tulang-tulang kecil.

Menu dari Sipirok ini termasuk yang aman bagi muslim karena halal. Selain dua jenis sup yang benar-benar bikin keblenger itu, ada juga udang kecepe sambal pati, gulai ikan sale, sambal teri, dan daging bakar disiram sambal pedas. Rasanya semua bikin jatuh hati. Untuk pilihan sayuran, ditawarkan rebusan daun ubi, tumis bunga pepaya dan daun ubi tumbuk yang memang khas Sumatera Utara. Ada jenis sambal khas Sipirok. Terbuat dari cabai giling halus, jeruk nipis, dan irisan bawang merah. Rasanya cukup asam tapi segar.

Uniknya lagi, untuk pembayaran, Zulfikar, sang pemilik, langsung mendatangi tamu. Dialah yang menghitung dan menerima uang dari tamu. Tak mengherankan kalau ikat pinggang berfungsi sebagai dompet baginya. Dan, pada saat makan siang tiba, itulah saat yang paling repot bagi pria ramah ini karena ia mendatangi setiap meja. Hasil olahan istrinya itu dipatok dari Rp 3.000, harga tertinggi tentunya sup sumsum superbesar itu, yakni Rp 30 ribu. Kami bertiga dengan pesanan dua piring nasi, dua mangkuk sup iga, satu sup sumsum, ditambah dua menu lain mesti mengeluarkan Rp 105 ribu. Tentunya ditambah teh. Jadi rata-rata per orang kurang-lebih Rp 35 ribu.

Rumah Makan Sipirok

Jalan Sunggal No. 34-A Medan

Jam Operasional pukul 11.00-15.00.

(Hanya sajian untuk makan siang)

Sedapnya Gulai Ikan Salai

Sibolga merupakan kota yang memiliki gunung dan laut. Namun, dari kota yang berada di tepian Teluk Tapian Nauli ini, makanan yang terkenal adalah menu pesisirnya. Dan sajian khas pesisir itulah yang disuguhkan di Rumah Makan Nasrul Sibolga di Jalan Sisingamangaraja, Medan. Yang tidak boleh terlewatkan ketika Anda mampir ke sini adalah gulai ikan salai atau ikan lele asap. Aroma asapnya yang menyebar menguarkan rasa sedap, dan gulainya yang tidak terlalu kental membuat bibir menyeruput tanpa henti.

Santan yang cair justru membuat sajian tidak memicu enek. Kuah gulai pun diguyurkan ke nasi. Lantas lele asap digigit hingga aroma asapnya langsung terhirup, benar-benar menambah selera. Penyajian seperti di rumah makan Padang. Begitu tamu datang, piring-piring langsung memenuhi meja. Selain gulai ikan salai, ada daun ubi tumbuk alias daun singkong yang ditumbuk halus, udang kecil dengan kuah gulai kental, gulai kepala ikan, gulai sontong, sambal petai, ikan kembung isi, ikan teri. Semuanya membuat lapar mata.

Berada tak jauh dari Masjid Raya Medan, rumah makan milik H Abdul Latief ini saat makan siang juga selalu dipenuhi tamu. Berdiri sejak 1972, Abdul Latief bisa ditemui di balik meja kasir. Rumah makan berlantai dua yang menyuguhkan sajian ikan segar itu bisa didatangi untuk makan siang maupun makan malam.

RM Nasrul Sibolga

Jalan Sisingamangaraja

Medan

Sambal Ikan Haporas

Padang Sidempuan pernah menjadi bagian dari Kota Tapanuli Selatan sebelum akhirnya pada 2001 menjadi kota sendiri. Dalam soal sajian di meja makan, olahan Padang Sidempuan ini memiliki kekhasan sendiri. Beberapa yang menjadi kekhasannya adalah gulai ikan salai, sambal ikan haporas, arsik ikan mas, sambal belut, sambal petai, daun ubi tumbuk.

Gulai ikan salai menjadi favorit, selain karena kuah gulainya yang ringan, lantaran aroma asapnya yang terasa sekali karena sebelum digulai, lele asap itu diasap kembali. Ikan asap memang menjadi ciri khas dari Tapanuli Selatan. Sambal petai tak boleh dilewatkan juga. Tampilannya tidak seperti sambal yang lazimnya berlumuran cabai merah. Sambal yang satu ini justru seperti kuah gulai yang kental. Ternyata terbuat dari pati santan sehingga muncul seperti gulai. Selain aroma gurih dari santan, bau petai yang khas juga membuat air liur menetes.

Tak hanya hidangan gurih yang disuguhkan di rumah makan dengan ruang terbuka ini, ada juga teri berbalut cabai merah. Cukup pedas. Ada pula jenis sambal lain, terbuat dari ikan haporas. Ikan kecil ini pun diasap sehingga sambal pun beraroma khas. Lantas, sama seperti di Rumah Makan Sipirok dan Nasrul Sibolga, daun ubi tumbuk pun tak ketinggalan. Sari kehijauan daun singkong yang berbaur dengan santan memunculkan kuah berwarna agak hijau. Tak kalah menggoda juga.

Rumah Makan Padang Sidempuan

Jalan Darussalam simpang Sei Belutu

Medan

Rita N./Toni H./Dok. TL

Surabi Bandung, 100 Tahun Kudapan Sedap

Surabi Bandung dengan kuah kinca adalah varian paling popular. Foto: shutterstock

Surabi Bandung atau yang terkadang juga disebut serabi, bisa disebut salah satu warisan budaya tradisional Bandung, utamanya dalam hal kuliner. Konon, makanan cemilan mirip pancake ini sudah dinikmati masyarakat kota ini sekitar satu abad lamanya.

Surabi Bandung

Kudapan ini disebut atau dituliskan sebagai ‘surabi’ karena berasal dari istilah Bahasa Sunda ‘sura’, yang kira-kira artinya besar atau agung. Penamaan demikian dikarenakan makanan ini dulunya lebih umum disajikan kepada kaum kerajaan dan bangsawan.

Pada perkembangannya, surabi Bandung masa kini juga terinspirasi dari pancake yang disukai orang-orang Belanda di zaman kolonial dulu. Sehingga surabi kemudian tidak hanya muncul sebagai makanan khas Bandung saja, tetapi juga daerah-daerah lainnya di tanah air.

Kendati demikian, masing-masing serabi memiliki beberapa perbedaan dan ciri khasnya sendiri. Serabi Solo misalnya, cenderung mempunyai rasa yang manis dengan adonan yang tipis, sementara surabi Bandung bercita rasa gurih dengan adonan yang lebih tebal.

Pun begitu, pada dasarnya serabi-serabi tersebut merupakan kudapan yang terbuat dari bahan-bahan yang kurang lebih sama, seperti tepung beras, santan dan parutan kelapa. Bahan-bahan tersebut dibuat menjadi adonan yang kemudian dimasak di atas tungku kayu bakar atau arang.

Surabi Bandung dibuat dengan tembikar yang cukup tebal di atas api.
Pembuatan surabi Bandung. Foto: shutterstock

Surabi Bandung sendiri selain dimasak dengan cara demikian, juga menggunakan cetakan berbentuk mangkok dari tanah liat untuk adonannya. Dengan menggunakan cetakan ini, surabi biasanya cenderung lebih gosong di bagian bawah dan lembut di bagian atasnya.

Cara memasak surabi ini secara umum masih coba terus dipertahankan hingga kini. Alasannya, serabi yang dibuat dengan metode demikian memiliki tekstur, bentuk, aroma serta rasa yang khas. Cita rasa ini sangat sulit didapatkan jika menggunakan peralatan masak yang modern.

Keunikan surabi Bandung yang asli adalah rasanya yang cenderung gurih dan kerap menggunakan pelengkap seperti abon atau oncom. Alhasil, cita rasanya lebih mengarah ke gurih, asin dan bahkan pedas.

Walau demikian, seiring perkembangan jaman surabi juga memiliki beragam variasi baru untuk dapat mengikuti selera konsumen hingga kini. Surabi kinca misalnya, merupakan varian yang menggunakan topping kinca atau gula merah cair.

Surabi Bandung shutterstock
Aneka surabi dengan toppingnya. Foto: shutterstock

Selain itu, banyak pedagang-pedagang surabi Bandung yang kini mulai berkreasi dengan bermacam jenis tambahan topping lainnya. Mulai dari keju, coklat, vanilla, bakso, sosis, mayonnaise, buah-buahan seperti pisang, durian dan lain-lainnya.

Kalau tertarik untuk mencoba serabi di sekitar kota kembang, ada beberapa rekomendasi tempat yang mungkin bisa jadi pilihan menarik. Salah satunya adalah Surabi Cihapit yang berada di Jalan Sabang, kawasan Bandung bagian timur.

Surabi Cihapit boleh dibilang merupakan salah satu kedai serabi yang paling terkenal di Bandung. Sejak 1993, mereka sudah berjualan surabi dengan menggunakan gerobak, hingga kini memiliki kedai sendiri.

Layaknya penjual surabi kaki lima lainnya, awalnya mereka lebih banyak berjualan serabi tradisional. Namun seiring berjalan waktu, mereka kini juga turut menawarkan beragam jenis varian serabi seperti keju, coklat, pisang, kismis, abon, sosis dan sebagainya.

Biasanya mereka berjualan pada dua sesi, setiap pagi pada jam 6 sampai 12 serta sore pada pukul 15 hingga 21. Namun khusus pada hari Minggu, Surabi Cihapit hanya beroperasi pada pagi hari.

Harganya pun tergolong cukup terjangkau. Kalau ingin mencoba jenis surabi tradisional dengan oncom atau kinca, satu porsinya sekitar Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu. Sedangkan ragam varian lainnya berkisar dari Rp 12 ribu hingga Rp 15 ribu.

Surabi Bandung Oncom shutterstock
Surambi oncom yang gurih dan enak. Foto: shutterstock

Tempat lain yang tak kalah menarik untuk dicoba adalah Surabi Kinca Suji Ekarasa. Terletak di area Jalan Burangrang, surabi yang mereka jajakan terkenal dengan aroma dan cita rasa pandan yang khas, dengan warna kehijauan dan tekstur yang lembut.

Seperti namanya, surabi yang menjadi jualan utama di tempat ini adalah surabi kinca. Namun beberapa jenis surabi lain seperti serabi oncom, atau serabi durian dengan paduan rum juga dapat ditemukan di sini. Harganya pun bersahabat, mulai dari Rp 7 ribu hingga Rp 9 ribu.

Kedai surabi Bandung lainnya yang sayang untuk dilewatkan adalah Surabi Radja. Berlokasi di Jalan Pluto Selatan II, kedai ini memang baru mulai berjualan sejak tahun 2006, tetapi dengan cepat mereka berhasil meraih banyak pelanggan.

Salah satu alasannya adalah penggunaan telur pada proses pembuatannya, yang kemudian membuat tekstur surabi yang begitu lembut sampai terasa lumer di mulut. Pengunjung akan mendapat pilihan surabi yang dibuat dengan atau tanpa telur.

Tak hanya itu, varian yang ditawarkan juga begitu banyak, mulai dari kinca, oncom, pisang, coklat, keju, sosis, abon, strawberry, serta beragam perpaduan dari pilihan topping tersebut. Ditambah lagi, harganya juga terbilang murah dibanding kedai-kedai serabi Bandung lainnya.

Satu porsi dengan satu pilihan topping berkisar dari Rp 4 ribu hingga Rp 7,5 ribu. Kalau ingin memadukan dua atau tiga jenis pelengkap, harganya mulai dari Rp 4,5 ribu sampai Rp 12 ribu. Surabi Radja buka setiap hari pada pagi (06.30 – 09.00) dan sore hari (16.30 – 21.00).

Akhirnya, satu hal yang perlu diperhatikan bagi yang ingin mencoba adalah serabi pada umumnya merupakan makanan yang tidak begitu tahan lama. Maka disarankan untuk menyantapnya langsung selagi hangat atau setidaknya dihabiskan pada hari itu juga.

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Taman Nasional Alas Purwo, Suaka Sejak 1939

Taman Nasional Alas Purwo salah satu sorga bagi peselancar

Taman Nasional Alas Purwo adalah sebuah sorga di ujung tenggara pulau Jawa. Bagi banyak pecinta jelujur gelombang laut, ujung selatan kawasan ini adalah sebuah paradiso.

Taman Nasional Alas Purwo

Kawasan Alas Purwo sendiri sebelum menjadi taman nasional semula berstatus Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan. Ini diketahui berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 6 stbl 456 tanggal 01 September 1939. Luas areanya mencapai 62 ribu hektare.

Pada 1992, di zaman pemerintahan Presiden Suharto, Suaka Margasatwa ini diubah menjadi Taman Nasional Alas Purwo dengan luas kawasan 43 ribu hektare. Dan pada 2014 luasnya menjadi 44.037,30 Hektare.

Pantai Plengkung atau G land shutterstock
Pantai Plengkung di ujung selatan Alas Purwo, surga bagi peselancar. Foto: dok. humas Pemkab Banyuwangi

Secara geografis Taman Nasional Alas Purwo yang terletak ujung Tenggara Pulau Jawa berada di antara 8,446456°-8,780444° Lintang Selatan dan 114,224625°-114,605157° Bujur Timur. Secara administrasi berada di wilayah pemerintahan Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.

Untuk menuju ke sini, pertama-tama wisatawan menuju ke Banyuwangi. Bisa dari Surabaya menyurus pantai utara Jawa Timur. Atau dari Jember melalui jalur selatan. Bisa pula dari Bali dengan menyeberang dari pelabuhan Gilimanuk ke pelabuhan Ketapang. Dari Banyuwangi kemudian menuju ke selatan masuk kawasan Alas Purwo.

Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan hutan yang mempunyai berbagai macam tipe ekosistem yang tergolong utuh di pulau Jawa. Ekosistem yang dimiliki mulai dari pantai (hutan pantai) sampai hutan hujan dataran rendah, hutan mangrove, hutan bambu, savana buatan dan hutan tanaman.

Keanekaragaman jenis flora darat di kawasan Alas Purwo termasuk tinggi. Ini diketahui dari lebih 700 jenis tumbuhan, mulai dari tingkat tumbuhan bawah sampai tumbuhan tingkat pohon dari berbagai formasi vegetasi. Tumbuhan khas pada taman nasional ini adalah Sawo Kecik dan jenis yang dilindungi yaitu Sadeng.

Akses Jalan Taman Nasional Alas Purwo Pemda Kb. Banyuwangi
Jalan menuju kawasan Alas Purwo. Foto: Dok. Humas Pemkab Banyuwangi

Di samping kaya akan jenis flora, Taman Nasional Alas Purwo juga kaya fauna daratan, baik kelas mamalia, aves, dan herpetofauna (reptil dan amfibi). Sampai saat ini teridentifikasi 45 jenis mamalia ditemukan di Alas Purwo.

eberapa jenis mamalia yang sering dijumpai di kawasan Alas Purwo di antaranya Banteng (Bos javanicus), Rusa Timor (Rusa timorensis), Ajag (Cuon alpinus), Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus muntjak), Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas), Lutung Budeng (Tracypithecus auratus) dan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis).

Sedangkan jenis burung-burungan atau aves teridentifikasi lebih dari 250 jenis burung. Beberapa jenis burung yang sering dijumpai di antaranya Elang Laut Perut Putih (Haliaeetus leucogaster), Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Ayam Hutan Hijau (Galus varius), Ayam Hutan Merah (Gallus gallus), Kuntul Kecil (Egreta garzeta), Rangkong Badak (Buceros rhinoceros), Merak Hijau Jawa (Pavo muticus muticus), Dara Laut Jambul (Sterna bergii) dan Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris).

Dari kelas amfibi dan reptil, sampai saat ini telah teridentifikasi 70 jenis herpetofauna yang terdiri 17 jenis amfibi dan 53 jenis reptil. Di antara jenis yang ditemukan terdapat 7 jenis reptil yang dilindungi yaitu Penyu Lekang/ Abu-Abu (Lepidochelys olivacea), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Biawak Abu-Abu (Varanus nebulosus), Ular Sanca Bodo (Python bivittatus) dan Buaya Muara (Crocodylus porosus).

Terdapat banyak lokasi obyek dan daya tarik wisata di dalam taman nasional, ini, di antaranya beberapa pantai yang unik dan potensial seperti ombak yang cocok untuk olah raga surfing, pantai tempat peneluran penyu, pantai yang berpasir putih, terumbu karang serta laguna yang dipenuhi burung migran pada musim-musim tertentu.

Kawanan Banteng di Alas Purwo Humas Pemkab Banyuwangi
Savana Sadengan tempat ngmpul fauna. Foto: dok. Humas Pemkab Banyuwangi

Savana terdapat di padang pengembalaan Sadengan. Walaupun padang pengembalaan Sadengan dibuat oleh manusia, padang pengembalaan sekunder, namun keberadaannya menjadi sangat penting karena merupakan habitat bagi mamalia besar seperti banteng, kijang, dan rusa.

Sadengan dibuka sebagai feeding ground seluas kurang lebih 80 hektare pada 1978. Setelah dilakukan pembukaan hutan kemudian mulai ditanami jenis-jenis rumput seperti rumput balung (Arudinella setosa), Dischantium caricosum, lamuran (Polytrias amaura) dan merakan (Heteropgon contortus).

Vegetasi hutan alam yang ada di Taman Nasional Alas Purwo sebagian besar terdapat pada zona inti, yaitu kawasan bagian timur dan sebagian kecil pada zona rimba yang terletak di bagian selatan timur kawasan dan tengah kawasan (sebelah timur zona penyangga).

Jenis-jenis vegetasi pohon dominan di formasi vegetasi ini antara lain: kepuh (Sterculia foetida), bendo (Artocarpus elastica), kedawung (Parkia roxburghii), kemiri (Aleurites moluccana), beringin (Ficus benjamina), kedondong hutan (Spondias pinnata).

Sedangkan hutan tanaman di Alas Purwo terdiri dari hutan tanaman jati (Tectona grandis), kesambi (Schleichera oleosa), mahoni (Swietenia macrophylla), johar (Casia siamea), legaran (Alstonia villosa), akasia (Acacia auriculiformis) dan sonokeling (Dalbergia latifolia).

Hutan tanaman yang ada merupakan bekas milik Perhutani yang sekarang menjadi bagian dari kawasan. Hutan Tanaman tersebar di beberapa blok di antaranya Blok Buyukan sampai Bedul dengan jenis tanaman mahoni, pada Blok Kucur dan Curah Jero.

Hutan Mangrove di kawasan ini sebagian besar terdapat di sepanjang Sungai Segoro Anak, terdapat di beberapa Blok Hutan seperti Blok Pondok Welit, Teluk Pangpang dan Perpat.

Dari hasil identifikasi yang dilakukan oleh Taman Nasional Alas Purwo, di temukan tidak kurang dari 26 jenis mangrove yang sebagian besar didominasi oleh beberapa jenis mangrove seperti Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorhyza, Avicennia marina, Xylocarpus granatum, Sonneratia alba, dan Sonneratia caseolaris.

Vegetasi pantai terdapat di bagian selatan dan bagian utara. Pada bagian selatan membentang dari arah Grajagan (Segoro Anak) sampai Plengkung dengan panjang bentangan sekitar 30 kilometer, dan Plengkung–Tanjung Slakah dengan panjang bentang sekitar 50 kilometer.

Vegetas pantai bagian utara membentang dari Tanjung Sembulungan sampai Tanjung Slakah dengan panjang sekitar 40 kilometer dan lebar rata-rata vegetasinya dari pantai ke daratan (ke arah atas) sekitar 250 – 300 m. Jenis tanaman yang mendominasi formasi hutan pantai adalah ketapang, sawo kecik, waru laut, keben, dan nyamplung.

Ayo agendakan perjalananmu ke Banyuwangi dan kunjungi Alas Purwo.

agendaIndonesia

*****