Kebun Raya Cibodas, Konservasi Dari 1852

Kebun Raya Cibodas sudah berusia hampir 200 tahun

Kebun Raya Cibodas mungkin sering terlewatkan oleh banyak wisatawan. Terlebih untuk menuju ke tempat ini harus melalui jalur lalu lintas yang terkenal padat. Padahal di sini orang bisa mendapatkan pengetahuan sekaligus wisata.

Kebun Raya Cibodas

Didirikan pada 11 April 1852 oleh Johannes Ellias Teijsmann, seorang kurator Kebun Raya Bogor pada waktu itu. Namanya pun mulanya adalah Bergtuin te Tjibodas atai Kebun Pegunungan Cibodas.

Pada awalnya kebun ini dimaksudkan sebagai tempat aklimatisasi jenis-jenis tumbuhan asal luar negeri yang mempunyai nilai penting dan ekonomi yang tinggi. Salah satunya adalah pohon Kina (Cinchona calisaya).

Kebun Raya Cibodas memiliki konservatorium.

Tempat ini kemudian berkembang menjadi bagian dari Kebun Raya Bogor dengan nama Cabang Balai Kebun Raya Cibodas. Lalu mulai 2003 status Kebun Raya ini menjadi lebih mandiri sebagai Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan KRCibodas. Ia berada di bawah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dalam kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Lokasi Kebun Raya ini berada di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango pada ketinggian kurang lebih 1.300 – 1.425 meter di atas permukaan laut. Luasnya mencapai 84,99 hektare.

Temperatur di sini rata-rata 20,06 °C, kelembaban 80,82 persen dan rata-rata curah hujan 2.950 mm per tahun. Kebun Raya Cibodas merupakan tempat yang nyaman untuk beristirahat sambil menikmati keindahan berbagai jenis tumbuhan yang berasal dari Indonesia dan negara-negara lain.

Kebun Raya ini berjarak kurang lebih 100 kilometer dari Jakarta dan sekitar 80 kilometer dari Bandung, Jawa Barat. Dikelilingi oleh pegunungan dan pohon di sekitarnya, kebun ini memiliki padang rumput, kolam besar, dan air terjun.

Area kolam besar Cibodas merupakan area padang rumput dengan kontur pegunungan yang luas. Kolam Besar didirikan pada 1901 oleh Dr. Melichior Treub yang difungsikan untuk menambah keanekaragaman koleksi tumbuhan air.

Taman Mawar Kebun Raya Cibodas KR Cibodas
Taman Mawar sebagai salah satu keragaman Kebun Raya ini. Foto: dok. KR Cibodas

Saat ini Kolam Besar menjadi salah satu daya tarik wisata yang menjadi favorit pengunjung. Di sekitar area ini juga terdapat guest house yang bisa digunakan untuk bermalam di Kebun Raya Cibodas.

Sementara itu, ada pula air terjun Cibogo. Lokasinya sangat mudah dijangkau, hanya 250 meter dari pintu masuk utama atau sekitar 10 menit perjalanan.

Air terjun Cibogo ini bertetangga dengan jalan air di Taman Sakura. Ukuran air terjun Cibogo tidak terlalu besar tapi debit airnya cukup deras. Tinggi air terjun Cibogo antara 15 sampai 18 meter, dan terdapat kolam kecil di bawah air terjun ini. Sehingga sangat aman untuk dikunjungi.

Taman Sakura adalah daya tarik lain dari Kebun Raya Cibodas. Mereka memiliki tujuh jenis Sakura, yaitu Prunus cerasoides, Prunus yedoensis, Prunus yamasakura, Prunus lannesiana, Prunus sp, Prunus arborea dan Prunus costata.

Namun di Sakura Garden ekarang ini baru terdapat 5 jenis Sakura yaitu Prunus cerasoides, Prunus yedoensis, Prunus yamasakura, Prunus lannesiana dan Prunus sp, sedangkan jenis yang dikoleksikan ada tiga jenis, yaitu Prunus arborea dari Java, Prunus costata dari Irian/ Papua dan Prunus cerasoides dari Himalaya.

Taman Rhododendron KR Cibodas KR Cibodas
Koleksi Rhondodendrom Kebun Raya ini. Foto: KR Cibodas

Sakura Garden sendiri dibuat pada Maret 2007 – Desember 2007 dengan luas 6.647 meter persegi dan dibuat untuk memperkaya taman tematik yang ada di Kebun Raya Cibodas. 

Sakura bisa berbunga 2 kali dalam satu tahun, yaitu sekitar bulan Januari-Februari dan Juli-Agustus, suatu hal yang sungguh menakjubkan. Bunga ini mekarnya bisa bertahan sekitar empat hari. Masa yang diperlukan sejak tumbuh kuncup hingga gugur bunga adalah sekitar satu minggu.

Hal lain yang juga menarik adalah jalan Araucaria. Ini adalah tumbuhan runjung yang unik, tidak biasa, dan selalu hijau sehingga terlihat tampak menarik. Karakteristik pohon ini memiliki batang tegak besar yang dapat mencapai ketinggian 30-80 m. Cabangnya menyebar secara horizontal dan ditutupi daun yang kasar terlihat mirip seperti jarum.

Tanaman ini dapat hidup hingga 1000 tahun, meskipun pada faktanya pertumbuhan tanaman ini tergolong lambat. Di habitat aslinya, di benua Amerika, tanaman ini terancam punah karena eksploitasi berlebihan dan seringnya kebakaran hutan. Namun keberadaan tanaman ini dapat ditemui di Kebun Raya Cibodas, yang berlokasi di depan Guest House, tumbuh dengan rapi berjajar membentuk lorong.

Taman tematik lain adalah Taman Liana yang merupakan taman yang dibangun di area seluas 1.200 meter persegi. Taman ini dipenuhi dengan koleksi tumbuhan liana, yakni tumbuhan yang tumbuh memanjat pada tumbuhan lain atau panjatan buatan manusia yang lebih besar atau lebih tinggi, dalam upaya mendapatkan cahaya matahari, tetapi akarnya tetap berada di dalam tanah sebagai sarana untuk mendapatkan makanan.

Koleksi tanaman liana merupakan hasil kegiatan eksplorasi dari kawasan Aceh, Bengkulu, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Tengah. Dari jenis koleksi tersebut 40-50 persen tanaman liana memiliki fungsi sebagai obat tradisional.

Kadsura menjadi salah satu koleksi menarik di Taman Liana karena sulit diidentifikasi di alam. Kadsura daunnya berbentuk hati, buahnya berwarna merah, berbiji banyak dan merambat di pohon. Taman yang ada di Jawa Barat ini kerap digunakan sebagai obat untuk wanita yang baru saja melahirkan.

Ada pula Taman Mawar di Kebun Raya Cibodas. Tanaman mawar termasuk dalam suku Rosaceae. Karakter tanaman ini memiliki batang berduri dan bunga cantik yang dapat memikat siapapun.

Tanaman ini biasanya diambil manfaatnya untuk dijadikan sebagai tanaman hias dan banyak dijadikan sebagai hadiah simbol kasih sayang. Keberadaan mawar di Kebun Raya Cibodas menampilkan sebanyak 302 pohon dari tujuh hibrid, mulai dari yang berukuran tinggi 50 centimeter sampai 250 centimeter.

Masih banyak lagi keindahan di kebun ini, jadi ayo agendakan perjalananmu ke sini.

Kebun Raya Cibodas

Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindangjaya, Kec. Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,

agendaIndonesia

*****

3 Menu Minahasa Nan Pedas dan Berempah

Cakalang Fufu di Minahasa

3 menu Minahasa nan pedas dan berempah ini layak untuk diburu saat kita pergi ke Manado dan sekitarnya.

3 Menu Minahasa Aroma laut

Melancong ke Sulawesi Utara memang tak lengkap rasanya kalau tidak menjajal olahan hasil baharinya. Di tanah yang kondang dengan sebutan Celebes itu, beragam jenis ikan bisa ditemui. Sebut saja ikan cakalang, roa, dan nike. Bila diolah dengan bumbu-bumbu lokal yang khas—pedas dan berempah—nikmatnya bakal menggoyang lidah. Berikut 3 pilihannya.

Cakalang Fufu Ahmad Yani

Bila melintas di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Sario—kurang lebih 2,7 kilometer dari Zero Point—mata akan disegarkan dengan deretan penjual yang menjajakan cakalang fufu. Mereka membuka lapaknya di pinggir-pinggir jalan. Dagangannya dibiarkan terpajang di atas meja. Orang lewat akan tergoda melihat olahan ikan yang dibumbui garam dan bubuk soda, diasap, dan dijepit kerangka bambu itu. Tampilan yang cokelat keemasan dan aroma anyir laut yang merebak tak mampu ditampik.

Di sana, cakalang fufu ditawarkan dalam aneka ukuran, mulai 500 gram hingga 2 kilogram. Harganya pun dibanderol mulai Rp 50 ribu untuk ikan yang paling kecil hingga Rp 200 ribu untuk yang paling besar. Meski bisa dimakan langsung, menjadi makanan pendamping nasi, atau diolah lagi. Misalnya dimasak woku, dengan komplemen bumbu khas Minahasa. Enak juga dipotong kecil-kecil dan dimakan dengan nasi hangat. Tentu plus sambal roa atau dabu-dabu.

Cakalang fufu bisa dijadikan alternatif oleh-oleh untuk kerabat di luar kota. Sebab, teksturnya kering dan tidak berair. Bila disimpan di tempat sejuk, bisa tahan sampai satu pekan. Tak cuma bisa menemui cakalang fufu, di sepanjang Jalan Ahmad Yani, pelancong bisa berbelanja sambal roa dan terasi ikan, yang diproduksi langsung dari Buton.

Oleh-oleh Cakalang Fufu

Jalan Ahmad Yani, Sario, Manado, Sulawesi Utara

Buka pukul 09.00-21.00 Wita

Perkedel Nike Raja Oci

Olahan nike, ikan yang hanya hidup di Danau Tondano Tomohon—dan Sungai Bone Gorontalo—menjadi makanan yang dicari para pelancong tatkala mereka bertandang ke Manado. Salah satu restoran yang menyajikan masakan ikan mungil berwarna transparan ini adalah Raja Oci, yang beralamat di Jalan Sudirman. Orang beramai-ramai datang ke kedai makan yang telah buka sejak 1994 tersebut.

Fajar Anggun Putra, si pemilik restoran, berhasil mengenalkan perkedel nike yang membuat pengunjung ketagihan. Rasanya unik. Sedikit amis, tapi tidak membuat eneg. Teksturnya lebih keras daripada perkedel perkedel kentang atau perkedel daging. Namun rasanya jauh lebih gurih. Ada aroma ikan yang khas, yang tidak bisa ditemui di olahan perkedel pada umumnya. Bentuknya pun tak bundar, namun gepeng layaknya bakwan jagung.

Perkedel nike cocok dinikmati bersama pakis tumis pepaya, goropa atau kerapu woku, dan oci atau ikan gembung bakar. Tentu makin lezat bila dicocol sambal dabu-dabu yang pedas menggugah selera, plus nasi putih hangat. Harga seporsi perkedel, isi lima, Rp 30 ribu.

Raja Oci

Jalan Jendral Sudirman Nomor 85, Pinaesaan, Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara

Buka pukul 11.00-22.00 Wita

Mujair Woku Si Neleyan

Masakan woku memang tak bisa dilepaskan dari budaya makan masyarakat Minahasa. Sajian berkuah kuning kental ini selalu berhasil menggoda penikmat kuliner untuk menjajalnya sewaktu berkunjung ke Sulawesi Utara. Salah satu yang patut dicoba adalah masakan woku di restoran milik Wali Kota Tomohon Jimmy Eman. Lokasinya di Tomohon, satu jam waktu perjalanan dari Zero Point Manado.

Bila biasanya bahan utama woku adalah ikan laut, di restoran berkapasitas 200 orang ini, woku disajikan menggunakan air tawar. Ikannya menggunakan mujair yang segar lantaran langsung dijaring dari kolam yang berlokasi di samping warung tersebut. Mujair diolah matang, namun tak terlalu masak. Tekstur ikannya tidak rusak. Bagian-bagian tubuhnya pun masih utuh, tak ada yang meluruh atau larut dengan bumbu. Ikan seberat 500 gram itu lantas disiram dengan kuah kuning. Warna kuning berasal dari kunyit.

Kala dihirup, aromanya kental dengan rempah-rempah. Yang paling menyengat adalah daun woka– daun lontar yang umum dipakai untuk membungkus nasi. Aroma lain, yang berasal dari daun jeruk, daun pandan, dan jahe, melengkapi dan menyeimbangkan, menghasilkan wewangian yang khas, lagi harmonis. Tak ada yang terlalu tajam dan membikin eneg.

Mujair woku ini dibanderol dengan harga Rp 60 ribu, bisa dinikmati bersama dua orang lainnya. Makannya disandingkan dengan kangkung bunga pepaya untuk menyamarkan bau amis dan perkedel jagung untuk memberikan sensasi kriuk. Tak lupa disantap dengan nasi putih hangat.

Si Neleyan

Jalan Raya Tomohon, Talete 1, Tomohon, Sulawesi Utara

Buka pukul 09.00-21.00 Wita

F. Rosana/A. Prasetyo

3 Suguhan Warisan Kuliner Bagansiapiapi

Soto Bagan di Bagansiapiapi

3 suguhan warisan kuliner Bagansiapiapi menjadi pelengkap saat mengunjungi kota di Provinsi Riau ini. Kota ini mungkin nyaris tak terdengar, hingga beberapa tahun lalu ketika tradisi Bakar tongkangmenjadi  sebuah tradisi yang makin dilirik sebagai atraksi pariwisata Indonesia.

3 Suguhan Warisan Kuliner Bagansiapiapi

Awalnya tradisi ini hanya menjadi atraksi masyarakat Bagansiapi-api, Provinsi Riau. Namun, beberepa tahun terakhir ia menjadi wisata bakar tongkang yang makin banyak diminati untuk disaksikan. Bahkan pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia, juga wisatawan manca negara.

Kota ini tak ubahnya sebuah muara pertemuan budaya antara Tionghoa dan Melayu. Beragam peninggalan masa lampau bersisa. Kuliner adalah salah satunya. Jenis makanan, cara masak, dan kaidah menyajikan menjadi warisan yang turun-temurun dapat dinikmati penduduk asli, juga pelancong yang sengaja bertandang.

Sepiring Kenikmatan Kwetiau Melayu

“Saya Chinese dan suami saya Bugis. Warung ini dimiliki oleh keluarga dengan latar belakang kultur yang sangat berbeda.” Indrawati meracik kwetiau sambil berkisah. “Sedangkan kami tinggal di tanah Melayu. Makanya punya masakan dengan cita rasa campuran,” tuturnya, membuka obrolan. “Sreeng….” Bau wangi merebak. Muasalnya dari bumbu, kaldu udang, telur, dan potongan mi khas Tionghoa.

Di kota kecil Bagansiapiapi, yang dihuni mayoritas warga keturunan Fujian, Cina Selatan, memang gampang ditemukan warung kwetiau semacam ini. Maklum, masakan tersebutlah yang sejatinya paling mula diperkenalkan orang Hokkian dan Tio Ciu di kota itu. Meski banyak saingan, warung Indrawati dan suami, yang diberi nama warung Wira—Wira adalah nama anaknya—termasuk yang paling ramai lantaran punya cita rasa khas, lagi halal. Orang-orang menyebutnya warung kwetiau Melayu. “Yang makan pun kebanyakan orang Melayu,” katanya.

Sudah 14 tahun Indrawati rutin meladeni pesanan mi tebal berbahan tepung beras itu. Jadi, meski sambil mengobrol, konsentrasinya tak bakal buyar. Satu per satu bumbu dapur—bawang, merica, dan komplemen lain—tak terlewat masuk wajan. Masakannya yang terkenal nikmat dan kepiawaiannya menjamu tamu menjadi modal utama untuk mengundang pelanggan. “Rahasianya hanya bawang putih. Asal bisa memperkuat rasa bawang putihnya, tanpa berlebihan, masakan akan jadi enak. Plus harus ramah,” ucapnya sembari berseloroh.

Tentu, kenikmatannya memuncak dengan campuran udang khas Bagan yang punya cita rasa gurih. Tak perlu menambah daging sapi atau ayam buat membikin rasa menjadi kaya. “Ya, kekuatannya memang juga berasal dari udang Bagan, tak perlu lain-lain lagi,” tuturnya. Kalau sedang musim pasang mati, mereka akan menyimpan udang sebanyak-banyaknya supaya tak kehabisan stok.

Sepiring kwetiau racikan Indrawati dihargai Rp 13 ribu. Murah dan lezat. Plus, ditambah dengan kopi Bagan, keasyikan menikmati kota tua itu makin komplet. Tak heran kalau nama perempuan separuh baya berkulit putih dan bermata sipit ini belakangan kerap mejeng di halaman berita lokal.

Warung Kwetiau Wira

Buka pukul 06.00-12.00 (cabang Wira II buka sampai malam)

Alamat: Jalan Pahlawan, Bagansiapiapi, Riau

Sate kerang bagansiapiapi
Sate kerang Bagansiapiapi. Dok. A. Prasetyo-TL

Wangi Asap Pembakaran Kerang

Olahan kerang memang umum ditemui di pesisir, tak terkecuali Bagansiapiapi. Kerang bisa dimasak segala rupa. Namun salah satu yang paling kesohor dan populer di kalangan wisatawan yang mengunjungi Bagan, juga masyarakat sekitarnya, ialah olahan sate. Sebetulnya, secara spesifik, yang terkenal adalah sate kerang di warung sederhana milik Ismini. Perempuan keturunan Melayu itu namanya selalu disebut-sebut oleh pelancong kalau mereka menyambangi gerbang sisi barat Provinsi Riau ini.

Gerobak Ismini memang bukan gerobak yang masih berusia hijau muda. Sudah 17 tahun keberadaannya nangkring di Jalan Perdagangan, di sebuah ruko di persimpangan. Di sana, ia berbagi tempat bersama sejumlah penjaja makanan lain.

Warung Ismini mulai hidup sore hingga malam. Sejak pukul 16.00 hingga 23.00, asap dari pembakaran selalu mengepul. Aromanya merebak. Bebauan wangi laut bercampur arang menjadi ucapan selamat datang buat pengunjung. Kala rombongan kami berkunjung, Ismini sedang asyik menyiramkan kuah kacang ke piring berisi sepuluh tusuk sate kerang. Saya memesan satu porsi dan sejurus kemudian sudah mendarat di meja.

Tampilannya tak berlainan dengan sate ayam. Hanya, dagingnya lebih hitam sehingga terkesan gosong. Tatkala masuk mulut, kerang bercampur bumbu kacang itu seakan pecah. Krispy, namun tetap juicy. Bau amis sudah hilang, tersaru bumbu kacang yang digiling tak terlalu halus. Yang membikin enak adalah lontongnya. Lontong berpotongan dadu ini punya tekstur kenyal, mirip dengan gendar atau puli, tak umum seperti yang biasanya dibikin penjaja sate. Sepiring kenikmatan sate kerang bisa dibayar hanya dengan Rp 12 ribu.

Sate Kerang Ismini

Alamat: Jalan Perdagangan, Bagansiapiapi, Riau

Buka pukul 16.00-23.00

Bihun Goreng dalam Semangkuk Soto Bagan

Dalam semangkuk soto, yang umum dijumpai adalah bihun rebus bersama daging ayam atau sapi, kol, dan tauge. Namun tak demikian dengan soto yang ditemui di Bagansiapapi. Kasman, pegiat budaya asal Pekanbaru, yang mengatarkan kami berkeliling di kota kecil itu, mengharuskan saya mencicipi soto autentik yang berlokasi di Jalan Perdagangan.

Sekilas, kala masuk ke warung sederhana bergaya ruko kuno ini, atmosfernya sama seperti kedai-kedai lain. Saat menengok gerobak di tempat itu, racikan dan bumbu-bumbu yang terpampang pun selayaknya gerobak soto di berbagai tempat. Namun, saat Subardi—ipar si empunya warung—meraup bihun, saya cukup tercengang. “Nah, di sini khasnya memang soto dengan isi bihun goreng,” kata Kasman. Bihun itu ditaburkan ke mangkuk hingga penuh, bahkan menutupi komplemen lain. Setelahnya, kuah santan kental bercampur bumbu soto, seperti bawang merah, bawang putih, dan ketumbar, disiramkan ke dalam mangkuk.

Sejurus kemudian, asap langsung mengepul. Bihun goreng yang semula chrispy berubah menjadi lembek dan berbuih. Di sinilah sensasi menikmati soto Bagan mencapai puncaknya. Dalam keadaan hangat hampir panas, bihun goreng yang sudah lembek masih menyisakan tekstur garing kala dikunyah. Gurihnya gorengan bercampur santan memunculkan rasa yang harmonis. Bila dirasa-rasa, kuahnya cukup mirip dengan soto Medan. Hanya, lebih kuat aroma kunyitnya.

Tak heran, sejak dibuka pukul 06.00, warung yang sudah berdiri 12 tahun ini selalu ramai. Orang-orang gemar menyantap keunikan rasa, juga harga yang murah. Seporsi soto Bagan dihargai Rp 15 ribu, plus nasi.

Soto Bagan

Jalan Peradagangan, Bagansiapiapi, Riau

Buka pukul 06.00-23.00

F. Rosana/A. Prasetyo/Dok. TL

Kebun Raya Purwodadi, Indah Mulai 1941

Kebun Raya Purwodadi adalah yang terbesar di Jawa Timur.

Kebun Raya Purwodadi tentu saja masih popular dibandingkan Kebun Raya Bogor di Jawa Barat. Padahal, ini merupakan salah satu tempat penelitian terbesar yang ada di Jawa Timur. Tempat ini pun dapat dikunjungi sebagai objek wisata.

Kebun Raya Purwodadi

Selain untuk wisata, Kebun Raya Purwodadi juga menjadi tempat edukasi yang cocok untuk anak-anak, remaja dan orang dewasa. Kebun raya ini menjadi favorit masyarakat Jawa Timur dan sekitarnya karena terletak di lokasi yang strategis dan mudah dijangkau.

Kebun Raya Purwodadi menyajikan pemandangan indah dan suasana yang sangat asri. Kebun Raya ini, yang juga dikenal dengan nama Hortus Ilkim Kering Purwodadi, didirikan pada 30 Januari 1941 oleh Dr. L.G.M. Baas Becking.

Kebun Raya Purwodadi dengan koleksi tanaman palemnya.
Koleksi palem di kebun raya ini. Foto.Dok Kebun Raya Purwodadi

Kebun ini sesungguhnya merupakan salah satu dari tiga cabang Kebun Raya Indonesia, atau Kebun Raya Bogor. Tugas dan fungsi kebun di Purwodadi ini mengkoleksi tumbuhan yang hidup di dataran rendah kering.

Kebun Raya di Jawa Timur ini merupakan Balai Konservasi Tumbuhan yang bernaung dibawah dan bertanggung jawab kepada Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati-LIPI (Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia), saat ini menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Kebun Raya dan fasilitasnya untuk pertama kalinya dibuka bagi umum pada 10 Maret 1963. Setelah pembukaan Kebun Raya untuk umum, pembangunan sarana fisik dan pembangunan sistem pengelolaan kebun semakin digalakkan.

Sejak 1980 sebagian tanaman ditata kembali menurut kelompok suku yang menganut sistem klasifikasi Engler dan Prantl. Penyempurnaan vak koleksi, pembangunan gedung kantor, penambahan koleksi melalui eksplorasi, pertukaran biji menjadi program selanjutnya dari kebun raya ini.

Dalam perkembangannya, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya diharapkan akan menjadi pusat konservasi dan penelitian tumbuhan dataran rendah kering Indonesia. Di Kebun Raya ini terdapat padang rumput yang luas yang biasa digunakan untuk kegiatan, dan juga rumah kaca yang menyimpan koleksi-koleksi tanaman.

Taman Buah Kebun Raya Purwodadi Dok. KR Purwodadi
Area Taman Buah. Foto. Koleksi KR Purwodadi

Ada beragam koleksi tanaman di kebun raya ini. Misalnya saja koleksi palem, koleksi anggrek, koleksi bambu. Ada pula koleksi buah-buahan tropis, termasuk aneka mangga.

Koleksi Palem Kebun Raya Purwodadi yang paling dekat berada di sebelah kanan pintu masuk. Di sana pengunjung dapat melihat koleksi palem yang menjulang tinggi.

Di sini pengunjung dapat berswafoto dengan latar belakang koleksi palem dengan epic. Palem sendiri termasuk dalam family Arecaceae yang merupakan jenis palem yang dijumpai sejak zaman Cretaceus, sekitar 120 juta tahun yang lalu.

Arecaceae menarik dari segi botani. Keindahan bentuknya, keaneragaman jenis dan kegunaannya. Palem merupakan salah satu kelompok tumbuhan tinggi yang berkeping satu (monocotyledoneae).

Jenis palem tertentu juga mempunyai potensi sebagai sumber karbohidrat yang berupa pati atau gula, nipaj, sagu, kelapa, sumber minyak seperti kelapa dan kelapa sawit, bahan bangunan seperti kelapa, nibung, dan wanga, bahan anyam-anyaman seperti rotan dan lontar dan bahan penyegar seperti pinang sirih.

Gardenia Resto KR Purwodadi
Gardenia Resto untuk ngaso dan makan siang. Foto: KR Purwodadi

Kebun Raya Purwodadi yang mempunyai tugas untuk melaksanakan inventarisasi, eksplorasi, penanaman koleksi, pemeliharaan tumbuhan dataran kering yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan berpotensi untuk di koleksi atau di konservasi.

Untuk Arecaceae sendiri kebun raya ini memiliki koleksi berjumlah 60 marga, 117 jenis, dan 435 individu. Koleksi Palem yang berada di Kebun Raya Purwodadi terdiri dari 12 jenis yang dilindungi. 

Koleksi yang dilindungi itu, misalnya Bindang; Palem Raja; Palem Jawa; Pinang Merah Kalimantan; Pinang Merah Bangka; Bertan; Daun Payung; Palem Kipas Sumatera; Palem Sumatera; Korma Rawa; Manga; dan Pinang Jawa.

Selain palem, seperti disebut di muka, kebun raya ini mempunyai banyak koleksi anggrek dari berbagai jenis dan dari berbagai daerah. Koleksi anggrek tersebut banyak didapat dari hasil eksplorasi dan ada pula dari hasil sumbangan. Koleksi anggrek ditata dengan rapi di rumah kaca khusus anggek.

Salah satu jenis anggrek langka yang dimiliki oleh Kebun Raya Purwodadi adalah anggrek sepatu/selop (Paphiopedilum glaucophyllum). Anggrek langka ini juga menjadi maskot kebun raya di sini.

Daya tarik utama anggrek sepatu terletak pada labellum atau bibir bunganya yang berbentuk kantong, berwarna ungu, dengan ornamen totol-totol di kelopak bunganya. Selain anggrek selop, anggrek hitam juga termasuk ke dalam jenis anggrek langka yang dimiliki kebun ini.

Saat ini buah-buahan segar memang mudah untuk didapat di Supermarket. Tetapi ada yang lebih nikmat yaitu memetik buah sendiri. Kenikmatan itulah yang ditawarkan oleh Kebun Raya Purwodadi.

Berawal dari peresmian 2 Febuari 2020, kebun raya ini memanfaatkan lahan dan sebagai sarana edukasi di dekat Lawn Bungur sebagai Taman Buah Lokal. Pemanfaatan tersebut juga karena pelestarian tanaman, maka pihak dari Kebun Raya Purwodadi membudidayakan aneka tanaman buah lokal mulai dari yang langkah hingga mudah di dapatkan di sekitar masyarakat.

Meskipun saat ini hanya sekedar bibit, namun diperkirakan pada 2025-2026 nanti buahnya akan dapat di petik.

Dalam peresmian Taman Buah Lokal ini ditandai dengan penanaman tanaman Matoa (Pometia Pinnata J.R Forst. & G. Forst) tanaman asli Papua. Taman Buah Lokal sendiri terdapat 30 spesies dari 19 suku tanaman buah lokal.

Ayo agendakan kunjungan kalian ke kebun-kebun raya. 

Kebun Raya Purwodadi

Jl. Raya Surabaya – Malang Kilometer 65, Sembung Lor, Purwodadi,

Pasuruan, Jawa Timur

agendaIndonesia

*****

Desa Dasun Rembang, Jejak Bahari Abad 13

Desa Dasun Rembang adalah salah satu jejak sejarah bahari Indonesia. Foto: Dok. Desa.Dasun.id

Desa Dasun Rembang, Jawa Tengah, belumlah desa wisata yang menjadi favorit dikunjungi wisatawan. Baik domestic dan mancanegara. Mungkin karena publikasinya kurang, mungkin pula disebabkan kalah moncer dari wisata di sekitarnya.

Desa Dasun Rembang

 Dasun di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah,, merupakan desa kecil yang sesungguhnya memiliki keunggulan dalam sejarah, khususnya di bidang perkapalan. Dahulu tempat ini menjadi tempat pembuatan kapal. Bukan saja di masa pendudukan Belanda, bahkan diperkirakan sejak abad 13. Hingga saat ini masih ditemukan dok-dok kapal di sepanjang SUngai Dasun.

Tak hanya sisa dok dari galangan kapal, di desa ini mata pencarian masyarakatnya juga masih terkait dengan laut. Dasun terkenal sebagai desa penghasil garam dan ikan bandeng di Lasem, Rembang.

Selain itu, kawasan ini juga memiliki hutan mangrove di sepanjang sungai Dasun yang menawan. Puluhan kapal nelayan yang berjajar di tambatan perahu di sungai menandakan desa ini merupakan salah satu desa maritim di Indonesia.

Pada 18 Desember 2016, Desa Dasun Rembang ini telah mendeklarasikan sebagai desa wisata dengan nama Wisata Bahasi Dasunberbasis konservasi dan edukasi. Potensi-potensi wisata unggulannya adalah Situs-situs sejarah, Susur Sungai Dasun, Tambatan Perahu Dasun, Pantai Dasun, Tambak Dasun, Ruang Terbuka Hijau Dasun, dan berbagai macam wisata kuliner.

Keberadaan Desa Dasun Rembang ini, daari catatan sejarah, sudah ada sejak zaman Kerajaan Pucangsulo di abad ke-13. Kerajaan yang disebut sebagai cikal bakal kerajaan-kerajaan di Jawa. Dikutip dari situs Kemenparekraf.go.id, desa ini sudah dikenal dengan potensi baharinya. Sejak abad ke-13, desa ini sudah menjadi pusat produksi kapal bagi Kerajaan Majapahit.

Desa Dasun Rembang pernah dikenal sebagai pusat produksi kapal sejak abad 13 dan era Majapahit.
Peninggalan dok kapal. Foto: Dokumentasi Desa.Dasun.id


Dari catatan itu disebutkan, pembuatan kapal itu diperuntukan bagi keperluan militer dan perdagangan. Pengawasan pembuatan kapal-kapal tersebut langsung dipimpin Prabu Rajasa Wardana yang merupakan suami dari Bhre Lasem dan saat itu menjabat Panglima Angkatan laut Majapahit.


Pada masa Kesultanan Demak, galangan kapal Desa Dasun masih tetap ada dan disebutkan berhasil menyelesaikan 100 kapal bagi Kesultanan Demak. Kapal-kapal inilah yang dipergunakan untuk ekspedisi Adipati Unus ke Malaka untuk melawan Portugis.
Saat ini di tepi sungai Dasun masih terdapat dok kapal peninggalan kolonial Belanda dan masa kependudukan Jepang. Konon, sungai ini juga adalah pintu masuk distribusi candu di masa penjajahan Belanda. Ini dibukitkan dengan adanya Rumah Candu atau Lawang Ombo di Desa Soditan.


Sungai Dasun memang merupakan titik utama bagi desa ini. Sebagai sungai utama di Kecamatan Lasem, keberadaan sungai ini dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai lalu lintas perahu. Penduduk Desa Dasun juga memiliki anco yang digunakan untuk mencari udang, rebon, ikan blanak dan ikan bandeng hingga kakap. Selain itu, terdapat juga wahana susur sungai yang menarik.

Desa Dasun Rembang juga punya keistimewaan sebagai tambak garam terbesar di pesisir utara Jawa.
Tumpukan garam hasil tambak garam di Desa Dasun Rembang. Foto: Dok. shutterstok


Hal lain yang tak kalah menarik jika berkunjung ke desa Dasun Rembang ini adalah mengamati dan mempelajari proses pembuatan garam tradisional. Seperti pagi itu, ketika sejumlah wisatawan mengunjungi desa itu.

Tampak tiga petani garam larut dengan pekerjaannya masing-masing. Salah satu di antara mereka terlihat sibuk menyiduk air dari sebuah lahan dan memindahkannya ke lahan yang lain. Dua lainnya memasang terpal di tanah petak selebar kira-kira 5 meter.

Di sekitar ketiga petani itu tampak bertumpuk-tumpuk garam kering siap panen. “Garam ini dipanen pada sore atau pagi,” kata salah satu di antaranya, Sugeng yang berusia 43 tahun.

Inilah pemandangan Desa Dasun Rembang saban pagi. Para warga bekerja serius menambak garam. Tiga petani itu hanya sebagian kecilnya. Desa Dasun memang dikenal sebagai pemroduksi garam terbesar di pesisir pantai utara Jawa.

Wisatawan yang pergi ke Lasem biasanya akan mampir ke Dasun. Mereka bakal disuguhi sajian yang komplet dari sisi visual maupun sosial. Ada hamparan lahan tambak garam luas menyapu mata.

Tak perlu terkejut. Pemandangan ini memang hampir dapat ditemui di semua lokasi di pesisir Lasem. Lanskapnya indah beserta objek yang lengkap: alam, manusia dan aktivitasnya. Apabila beruntung, wisatawan bisa bertemu dengan burung kuntul.

Meski tampak diam dan serius menambak, para petambak garam tak sungkan mengajari orang yang datang untuk ikut menggarap lahan garam. Sugeng tadi misalnya, menjabarkan alur menambak garam.

“Coba lihat, gerojokan itu,” ujarnya sambil menunjuk pipa yang dipompa dengan genset. Tampak air mengalir deras dari pipa itu. Air itu disedot langsung dari laut.

Desa Dasun Rembang merupakan desa wisata bahari, salah satunya adalah atraksi produksi garam tradisional.
Petani memanen garam di tambak. Foto: ilustrasi dok. ANTARA FOTO/Arnas Padda

Air laut yang masuk ke lahan tambak tak langsung bisa mengendap menjadi garam. Petani harus mengukur larutannya menggunakan alat tradisional bernama baumeter. Baumeter ini dimasukkan ke selongsong bambu. “Kalau mau mengukur kadar garamnya, masukkan air ke bambu,” kata Sugeng.

Air tua alias yang telah siap menjadi garam biasanya memiliki kadar kekentalan 22-23. “Kalau masih 0, harus diputer dulu aliran airnya. Caranya ya digayung, dipindah dari satu lahan ke lahan lain,” ujarnya.

Air yang telah tua itu akan dialirkan ke petak-petak lahan beralas terpal. Di sanalah air laut akan mengalami proses pengendapan menjadi garam. “Biasanya 3-7 hari sudah jadi garam,” katanya.

Tiap-tiap petak akan menghasilkan kira-kira 350 kilogram garam. Garam yang baik adalah yang memiliki kristal berukuran besar. Warnanya pun lebih putih dan bersih, tidak tercampur lumpur dan kotoran lainnya.

Keseruan memanen garam ini menurut mereka hanya bisa dirasakan saat musim kemarau. Juni-Juli-Agustus adalah waktu terbaik menambak garam. Sedangkan saat hujan, penambak garam berhenti atau berganti isi tambaknya.

Musim hujan, petani garam rehat dari aktivitasnya. Mereka mencari pekerjaan lain untuk menambah tabungannya.

Sementara itu saat musim hujan, tambak garam dibiarkan terisi air, kemudian ditaburi benih ikan bandeng. Tidak ada perawatan khusus, hanya sebar benih dan dibiarkan saja sampai panen. Untuk makanan, ikan bandeng memakan lumut-lumut yang ada di tambak.

Desa Dasun Rembang menarik untuk dikunjungi. Belajar sejarah, sambal belajar soal garam tradisional dan bandeng.

agendaIndonesia

*****

Mie Koclok Mang Sam, Gurih sejak 1951

Mie Koclok Mang Sam Cirebon, kuliner legendaris kota Udang.

Mie Koclok Mang Sam harus diakui sebagai salah satu kuliner kota Cirebon, Jawa Barat, yang paling diburu para pendatang. Wujudnya yang berkuah kental, serta disajikan saat hangat membuatnya jadi makanan yang kerap disantap warga setempat saat malam hari atau hujan.

Mie Koclok Mang Sam

Kita mungkin sudah pernah melihat atau menyantap ragam masakan mie berkuah, seperti mie rebus Jawa ala Yogyakarta, mie kocok Bandung, atau mie celor khas Palembang. Mie koclok sendiri agak mirip secara wujud, namun dalam penyajiannya memiliki keunikan tersendiri.

Mie yang digunakan adalah mie kuning telur yang dimasak dengan cara direbus seraya dikocok di dalam air panas selama beberapa saat. Konon, hal inilah yang menjadi alasan mengapa ia kemudian kondang disebut sebagai mie koclok.

Mie Koclok Mang Sam menjadi salah satu ikon Cirebon, selain Tari Topeng Cirebon
Tari Topeng Cirebon salah satu budaya kota ini. Foto: shutterstock

Cara memasaknya sebetulnya agak mirip dengan mie kocok Bandung, namun ada beberapa hal yang membedakannya. Kalau mie kocok didominasi bahan pelengkap dari sapi seperti kikil dan babat, maka bahan pelengkap mie koclok meliputi kol, taoge, ayam suwir, dan telur rebus.

Sementara itu, kuah hangat yang digunakan pada mie koclok berasal dari paduan kaldu ayam dan tepung tapioka, yang membuatnya terlihat lebih kental. Berbeda dengan mie kocok yang kuahnya menggunakan kaldu sapi dan terlihat bening.

Kuahnya yang cenderung bertekstur kental lantas menjadi keunikan tersendiri, ditambah racikan bumbunya yang memberikan sensasi rasa gurih. Terkadang, mie koclok juga dihidangkan dengan cabe, sambal atau merica, agar menambah cita rasa pedas di dalamnya.

Karena karakternya tersebut, maka tak heran bila kuliner satu ini umumnya lebih populer disantap kala malam hari. Kuah hangatnya dengan cita rasa gurih akan mampu menghangatkan tubuh. Dipadu dengan mie yang kenyal, membuatnya terasa pas dan nikmat di lidah.

Kuliner ini disinyalir sudah beredar di sekitaran kota udang tersebut sejak awal era kemerdekaan pada tahun 1945. Bahkan, warung mie koclok Mang Sam sendiri adalah salah satu warung penjual mie koclok tertua di Cirebon, karena sudah berdiri sejak tahun 1951 silam.

Mulanya, warung ini berjualan di area pasar Balong kini berada. Seiring pembangunan pasar Balong yang berlangsung pada sekitar tahun 1970-an, warung tersebut lantas berpindah tempat ke kawasan jalan Pekiringan, yang tidak jauh dari pasar Balong.

Mi Koclok Khas Cirebon IG Cynthchevyll
Kuah yang kental menjadi salah satu ciri khas mie koclok Cirebon. Foto: dok milik IG Cynthchevyll

Lokasinya berada di sebuah gang kecil yang berseberangan dengan Apotek Pasar Balong. Kendati sempat didapati beberapa warung mie koclok dengan nama serupa, nyatanya warung mie koclok Mang Sam yang asli tidak membuka cabang di tempat lain.

Lebih dari tujuh puluh tahun berselang, warung tersebut kini dikelola oleh generasi ketiga dari pendiri usaha tersebut. Namun nyatanya animo pengunjung masih terus tinggi, lantaran cita rasanya yang senantiasa konsisten terjaga.

Sejak dulu hingga kini, mereka masih mempertahankan metode memasak dengan menggunakan arang. Kuah mie koclok buatan mereka juga disebut-sebut tak terlalu kental dan pas dengan selera kebanyakan orang, sehingga tak membuat enek saat disantap.

Seiring berjalan waktu, warung mie koclok Mang Sam kemudian juga mulai bereksperimen dengan beberapa menu-menu baru nan unik yang turut menarik perhatian konsumen. Salah satunya adalah Mie Gado-gado, yang memadukan gado-gado dengan mie koclok.

Sebelumnya, mereka sudah sempat berjualan gado-gado di samping mie koclok seperti biasanya. Karena menu gado-gado tersebut cukup diterima baik, mereka kemudian mulai berinovasi dengan menggabungkan kedua menu itu.

Secara mendasar, hidangan ini merupakan perpaduan lontong, sayuran dan bumbu kacang selayaknya gado-gado pada umumnya. Namun gado-gado kemudian ditambahkan mie, ayam suwir, telor rebus dan guyuran kuah kental nan hangat ala mie koclok.

Sebagai pemanis, di atasnya diberikan remahan emping dan kerupuk udang. Ternyata, respons pengunjung terbilang positif terhadap eksperimen ini, dengan perpaduan antara kuah kentalnya dengan bumbu kacang gado-gado yang disebut unik dan berbeda dari yang lain.

Harga menu-menu tersebut pun terbilang cukup terjangkau, setiap seporsinya dihargai Rp 25 ribu. Bagi pengunjung yang lebih suka menyantap bihun ketimbang mie, warung mie koclok Mang Sam juga menyediakan pilihan menu-menu tersebut dengan menggunakan bihun putih.

Karena umumnya populer sebagai kuliner favorit ketika malam hari, maka salah satu teman makannya adalah menu minuman hangat seperti wedang ronde. Lain dari itu, tersedia pula beragam minuman dingin dan juice buah segar.

Jam buka warung pun biasanya mulai dari jam 15.00 hingga tengah malam. Tentunya ini untuk mengakomodasi konsumen yang umumnya ramai berdatangan untuk makan malam, atau hanya sekedar mencari kudapan hangat di tengah malam.

Mie Koclok Mang Sam

Jl. Pekiringan no. 110, Cirebon

agendaIndonesia/audha alief p.

****

Pasar Beringharjo Gaya Artdeco 1925

Pasar Beringharjo dibangun dengan gaya artdeco

Pasar Beringharjo di Yogyakarta sejak lama bukan cuma urusan jual beli urusan dapur atau sembako. Ia sudah menjadi ikon kota pelajar ini bahkan sejak Indonesia belum merdeka.

Pasar Beringharjo

Berlokasi di jantung kota, tepatnya di Jalan Pabringan Nomor 1 atau Jalan Ahmad Yani di ujung Selatan Jalan Malioboro dan berdekatan dengan Benteng Vredeburg serta Taman Budaya, Beringharjo jauh dari sepi. Hampir 24 jam, jika pedagang-pedagang makanan malam hari seperti gudeg ikut diperhitungkan.

Menurut sejarahnya, dulunya wilayah pasar Beringharjo adalah hutan beringin yang kemudian berkembang menjadi tempat transaksi ekonomi setelah Kesultanan Ngayogyakarta berdiri pada 1758. Nama ‘Beringharjo’ sendiri diberikan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Nama ini memiliki arti wilayah yang semula pohon beringin (bering)  dandiharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo). Kini, para wisatawan memaknai pasar ini sebagai tempat belanja yang menyenangkan.

Pasar Beringharjo menjadi alternatif wisata di kota Yogyakarta
Pedagang batik di Pasar Beringharjo Yogyakarta. Foto: Dok. shutterstock

Pada 24 Maret 1925 Keraton Yogyakarta menugaskan Perusahaan Beton Hindia Belanda membangun 11 kios untuk los-los di pasar tersebut. Pada akhir Agustus 1925, ada 11 kios yang diselesaikan di pasar Beringharjo itu. Salah satu ciri arsitektur bangunnnya adalah campuran antara gaya kolonial dan tradisional Jawa. Bagian gerbang masuknya sendiri bergaya artdeco.

Sejak adanya bangunan-bangunan itulah Beringharjo menjadi pasar tertua yang memiliki nilai sejarah dan tak terpisahkan dari Keraton Yogyakarta. Pasar yang telah berkali-kali dipugar ini melambangkan satu tahapan kehidupan manusia. Dalam konteks Yogyakarta, Beringharjo juga merupakan salah satu pilar dari filsafat ‘Catur Tunggal’, yakni  Kraton, Alun-alun Utara, Masjid Agung, dan Pasar Beringharjo. Jika Kraton melambangkan pemerintahan, alun-alun melambangkan ruang publik, masjid sebagai tempat ibadah, dan pasar untuk fungsi ekonomi.

Mendapat julukan Eender Mooiste Passer Op Java atau pasar terindah di pulau Jawa saat masa kolonial, kini Beringharjo menjadi salah satu pasar yang paling ramai dikunjungi di Yogyakarta. Ia bahkan menjadi salah satu destinasi wisata penting untuk kota ini.

Salah satu daya tarik pasar ini karena ia menyimpan berbagai “harta” terpendam. Ada banyak ragam benda kerajinan unik. Di lantai 3, misalnya, di bagian belakang gedung pasar, ada deretan kios-kios yang menjual barang-barang etnik yang lucu dan menarik. Ada banyak benda anyaman yang terbuat dari rotan dan bahan lainnya dengan bentuk estetik. Selain banyak barang unik, di kios-kios tersebut juga menyediakan barang dengan harga yang terjangkau.

Bagi orang Yogya, pasar ini juga sering disebut sebagai pasar Gedhe, karena memang pasar yang terbesar di kota ini. Selain itu, ragam barang dagangan yang ditawarkan juga beraneka.

Misalnya saja, kini banyak orang yang datang ke beringharjo untuk memanjakan lidah. Di bagian depan dan belakang pasar sebelah barat merupakan tempat yang tepat untuk memanjakan lidah dengan jajanan pasar. Di sebelah utara bagian depan, Orang bisa jajan es cendol khas Yogyakarta adalah adalah pilihan jitu. Es cendol Yogyakarta memiliki citarasa yang lebih kaya. Pilihannya ada Es Cendol Mbah Hari. Minuman lain yang tersedia adalah es kelapa muda dengan sirup gula jawa dan jamu seperti kunyit asam dan beras kencur.

Pasar beringharjo tak hanya soal batik dan kerajinan tapi juga kuliner.
Salah satu kunjungan wisatawan ke Beringharjo adalah menikmati kuliner khas kota ini. Foto: dok. shutterstock

Selain minuman, ada juga makanan besar. Banyak wisatawan atau masyarakat lokal yang datang ke pasar justru untuk menikmati kulinernya. Di selatan area parkir di Lantai 2, misalnya, di sana ada Sego Empal Bu Warno. Atau di dekatnya ada gado-gado Bu Hadi. Ada pula Soto Pithes Mbah Galak. Dan yang tak kalah menarik adalah Sate Kere yang banyak ditemui di dekat pintu selatan.

Serbuan utama wisatawan kalah datang ke Beringharjo tentu saja batik. Pasar ini adalah tempat terbaik karena koleksi batiknya lengkap. Mulai batik kain maupun sudah jadi pakaian, bahan katun hingga sutra, dan harga puluhan ribu sampai hampir sejuta tersedia di pasar ini. Koleksi batik kain dijumpai di los pasar bagian barat sebelah utara. Sementara koleksi pakaian batik dijumpai hampir di seluruh pasar bagian barat. Selain pakaian batik, di bagian barat juga menawarkan baju surjan, blangkon, dan sarung tenun maupun batik.

Pasar ini juga tempat untuk kolektor barang antik berburu. Sentra penjualan barang antik terdapat di lantai 3 pasar bagian timur. Di tempat itu, anda bisa mendapati mesin ketik tua, helm buatan tahun 60-an yang bagian depannya memiliki mika sebatas hidung dan sebagainya. Di lantai itu pula, anda dapat memburu barang bekas berkualitas bila mau. Berbagai macam barang bekas impor seperti sepatu atau tas.

Selain di bagian dalam pasar, sisi luarnya juga menawarkan hal-hal yang tak kalah menarik. Kawasan Lor Pasar, yang dahulu dikenal dengan Kampung Pecinan, adalah wilayah yang paling terkenal. Anda bisa mencari kaset-kaset lawas. Atau mencari barang kerajinan logam juga koleksi uang lama.

Dan seperti disebut di atas, meski pasar resmi tutup pukul lima sore, tapi dinamika pedagang tidak berhenti pada jam itu. Bagian depan pasar masih menawarkan berbagai macam panganan khas. Martabak dengan berbagai isinya, terang bulan yang legit bercampur coklat dan kacang, serta klepon isi gula jawa yang lezat bisa dibeli setiap sorenya.

Ada pula penganan brem bulat dengan tekstur lebih lembut dan krasikan (semacam dodol). Di sebelah selatan, dapat ditemui bakpia isi kacang hijau yang biasa dijual masih hangat dan kue basah seperti hung kwe dan nagasari.

Sekitar magrib hingga lewat tengah malam, biasanya terdapat penjual gudeg di depan pasar yang juga menawarkan kikil dan varian oseng-oseng. Sambil makan, pengunjung bisa mendengarkan musik tradisional Jawa yang diputar atau bercakap dengan penjual tentang kehidupan Yogyakarta.

agendaIndonesia

*****

Wisata Bintan Dengan 3 Wajahnya

Pantai yang bisa dinikmati dalam wisata Bintan

Wisata Bintan dengan 3 wajahnya mungkin tidak sepopular Belitung, meskipun sebagai destinasi wisata, pulau ini lebih dahulu dipromosikan. Namun, kemudian Bintan perkembang menjadi tujuan wisata sedikit eksklusif. Begitupun, Bintan yang berada di Provinsi Kepulauan Riau memang punya pesona alam yang indah. Tak hanya itu, Bintan ternyata juga memiliki sejumlah tempat yang membuatnya layak menjadi pilihan berlibur.

Wisata Bintan Dengan 3 Wajahnya

Kawasan wisata Bintan rasanya kini makin ramah bagi wisatawan Indonesia. Buktinya, saat ini, pulau wisata itu tak hanya ramai dikunjungi turis asing, seperti dari Singapura, Cina, dan Malaysia, tapi juga wisatawan Nusantara atau lokal. Ramainya Pulau Bintan oleh kunjungan turis lokal disebabkan lantaran banyaknya destinasi publik yang kini mulai dipromosikan untuk wisatawan lokal. Terutama 3 wajahnya: sejarah Kesultanan Melayu, budaya religi Budha, dan pantai-pantainya.

Provinsi Kepulauan Riau sendiri seperti miniatur Indonesia, betul-betul wilayah dengan rangkaian pulau-pulau.  Dari catatan, setidaknya ada sekitar 2.408 pulau besar dan kecil di provinsi ini. Tentu saja, yang paling terkenal hanya ada dua, yakni Pulau Batam dan Pulau Bintan.

Pulau Bintan adalah tempat Tanjungpinang ibukota Provinsi Kepulauan Riau berada. Dengan budaya Melayunya yang kental, di sini wisatawan bisa mengenal lebih dekat kesultanan Melayu, mengunjungi vihara unik, dan tentunya menikmati keindahan pantainya. Ayo kita coba jelajahi Bintan.

Yang pertama tentu saja menikmati peninggalan masa lampau Bintan. Sejarah Kesultanan Melayu. Untuk ini wisatawan dari Tanjungpinang harus menyeberang ke Pulau penyengat. Ini bisa dicapai hanya 15 menit perjalanan dengan perahu dari Pelabuhan Sri Bintan Pura di Tanjungpinang.

Di pulau berukuran 3,2 kilometer persegi ini, wisatawan bisa menelusuri sejarah Kesultanan Melayu karena pada abad ke-18 merupakan pusat Kesultanan Johor-Riau. Salah satu peninggalannya adalah Masjid Raya Sultan Riau. Cerita unik tentang masjid ini karena konon dibangun dengan menggunakan perekat berupa putih telur.

Selain masjid, ada beberapa peninggalan lainnya, seperti tempat pemandian Perigi Puteri, gudang mesiu, makam raja, rumah-rumah asli warga melayu, serta meriam di Bukit Kursi. Jika pun ingin bersantai, Pulau Penyengat memiliki pantai berpasir putih yang menakjubkan.

Hal yang tak kalah unik dari Bintan, meskipun asal muasalnya sebagai kesultanan melayu yang kental dengan tradisi Islam, wilayah ini juga mempunyai wajah tradisi Tiongkok. Jika dari penyengat kita kembali ke Tanjung Pinang, di sana terdapat tempat ibadah umat Budha yang menarik untuk dikunjungi, yaitu Vihara Avalokitesvara Graha yang berada di jalur Tanjung Pinang-Uban. Vihara itu disebut-sebut sebagai vihara terbesar se-Asia Tenggara. Di bagian dalamnya, ada patung Dewi Kuan Yin dengan tinggi 16,8 meter dan berlapis emas 22 karat.

Selain itu, ada sejumlah wihara lain yang unik. Misalnya, Vihara Ksitigarbha Bodhisattva alias Patung Seribu Wajah. Disebut demikian karena vihara ini memiliki begitu banyak patung. Ini mungkin masih termasuk merupakan destinasi wisata baru di Bintan.

Dulunya, tempat ini merupakan destinasi religi umat Buddha, tapi sekarang bisa dikunjungi semua umat. Di vihara itu, lebih dari 500 patung Lohan setinggi manusia bisa ditemui. Patung Seribu Wajah tersebut memiliki roman muka berbeda-beda.

Di bawah setiap patung terdapat tulisan Mandarin, yang menjelaskan sosok patung seribu wajah itu beserta namanya. Konon, ratusan patung tersebut merupakan representasi dari para murid Buddha yang disebut Arahat. Bila ingin mengunjungnya, vihara ini terletak di Jalan Asia Afrika KM 14. Waktu tempuhnya sekitar 20 menit berkendara dari Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah.

Pada malam hari, wiatawan bisa menghabiskan dengan menikmati pantai dan hembusan angin laut. Tanjungpinang memiliki garis pantai yang cukup panjang, dan yang menarik adalah pesisir timurnya. Dari mulai Pantai Trikora, pantai yang berpasir putih dengan hiasan batu-batu granit. Selain itu, ada sejumlah akomodasi bagi wisatawan yang ingin mencecap suasana lebih lama dan nyaman.

Jalanan di Kawasan Lagoi Bintan chuttersnap unsplash
Jalanan di Kawasan Lagoi di wisata Bintan. Dok. unsplash

Pantai Trikora membentang mulai Pantai Trikora 1 hingga Pantai Trikora 4. Panjang garis pantainya mencapai 25 kilometer. Di ujung Pantai Trikora, terdapat sebuah perkampungan nelayan yang menjadi tempat bermukimnya Suku Laut. Penduduknya rata-rata menjual ikan segar. Wisatawan bisa datang untuk berbelanja langsung atau sekadar mengobrol dengan para penduduk kampung itu. Mereka tinggal di rumah-rumah apung yang eksotis.

Lokasi Pantai Trikora cukup jauh dengan Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah. Bila ditempuh dengan kendaraan waktunya mencapai 1,5 jam. Namun di sini wisatawan dapat menikmati suasana yang asri dan jauh dari ingar-bingar.

Bila ingin menikmati pantai lain di Bintan, wisatawan harus melangkah lebih jauh lagi atau sekitar 65 kilometer dari Tanjungpinang. Di sana ada Pantai Lagoi yang dipenuhi resor dan hotel berbintang. Akomodasi dan sarananya lengkap, bahkan terdapat lapangan golf. Kawasan wisata di Kabupaten Bintan ini digandrungi turis Korea, Cina, Jepang, dan Singapura. Bagi warga dari Negeri Jiran, Malaysia, dapat mencapainya lebih cepat dengan kapal feri khusus dari Tanah Merah, Singapura, dengan jumlah keberangkatan empat kali dalam sehari.

Spot lain yang bisa dikunjungi wisatawan adalah tur Mangrove. Hutan bakau atau Mangrove Bintan bisa dijumpai di Sungat Sebong. Kawasan ini memisahkan Kampung Lagoi dan Desa Sebong Lagoi. Wisatawan dapat menjelajahi hutan bakau itu dengan perahu motor yang disediakan.

Ada tiga zona hutan yang bisa dikunjungi, yakni zona asin, zona payau, serta zona tawar. Zona asin merupakan tempat untuk menikmati pembuatan dapur arang yang kini menjadi sarang ular. Adapun zona payau merupakan tempat untuk melihat satwa hutan bakau, seperti monyet, lebah, dan ular sanca. Sedangkan zona terakhir, yakni zona tawar, wisatawan bakal menyaksikan beragam flora tumbuh subur.

Satu lagi yang layak dinikmati selagi di Bintan: Gurun Pasir Busung. Tak perlu jauh-jauh ke Timur Tengah untuk mendapatkan foto berlatar gurun pasir yang eksotis. Di Bintan pun ada. Gundukan-gundukan pasir terlihat benar-benar seperti di Gurun Sahara. Gurun pasir ini merupakan bekas tambang yang sudah tidak aktif.

Gurun Pasir Busung berlokasi di Raya Busung, Busung, Seri Kuala Lobam. Jaraknya lebih-kurang 40 kilometer dari Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah. Adapun waktu tempuhnya berkisar 1 jam.

Kalau Anda sempat main ke Bintan, jangan lupa saat perut keroncongan, ada beragam sajian khas kota ini, seperti gonggong, sup ikan, ikan asam pedas, nasi lemak, hingga mi lendir, mi kuning basah yang diguyur dengan kuah kacang encer. Adapun bila ingin bersantai, ada deretan kedai kopi yang biasa dijadikan tempat nongkrong warga.

Jadi, kapan mengagendakan main ke Bintan? Ayo agendakan Indonesia-mu sejak sekarang.

F. Rosana/R. Kesuma/

Masakan Makassar, 5 Menu Untuk Makan Siang

Wisata kuliner memang asyik, tapi awa dengan metabolisme tubuh. Foto shutterstock

Masakan Makassar selalu menggoda selera. Kota yang pernah menjadi pusat transit perdagangan rempah-rempah terbesar pada masa kolonial, memiliki beragam warisan kekayaan. Salah satunya kuliner. Rasanya semua bahan pangan ada di kulinari kota Angin Mamiri ini.

Masakan Makassar

Segala jenis olahan yang kaya bumbu terdapat di kota yang dulunya bernama Ujung Pandang itu. Misalnya rica-rica, coto, atau konro. Kekayaan kuliner dengan paduan bumbunya yang royal dihimpun dari perpaduan budaya masak berbagai bangsa melalui para pedagang yang konon pernah mampir di Makassar.

Buat orang Jakarta, untuk menyantap kuliner otentik Makassar tentu tak perlu jauh-jauh pergi ke Sulawesi Selatan. Kuliner itu sekarang sudah bisa ditemui di banyak kota. Termasuk Jakarta.

Ada sejumlah restoran yang khusus menyediakan kuliner Makassar dengan bahan-bahan masakan asli yang didatangkan dari Sulawesi Selatan. Ada restoran Sulawesi@Megakuningan yang berlokasi di Kawasan Mega Kuningan. Ada Sop Konro Karebosi di Jalan Boulevard Raya, Kelapa Gading. Semuanya enak.

Cobalah sekali-kali agendakan makan siang dengan menjajal beragam masakan di resto-resto dengan menu khas masakan Makassar. Berikut ini masakan kuliner khas Makassar yang bisa menjadi pilihan dan cocok untuk makan siang.

Ikan Kaneke Bakar Tradisional

Kaneke adalah ikan khas perairan Celebes dan Papua. Saat disajikan di restoran, ikan yang juga dikenal dengansebutan sweetlips ini umumnya dipilih yang memiliki ukuran besar dengan kisaran berat mencapai1,7 kilogram. Menyantapnya pun ramai-ramai, bahkan bisa untuk 10 orang.

Ikan kaneke dibakar menggunakan arang batok. Sistem pembakaran alami membuat aroma makin harum. Tekstur kaneke tidak rusak oleh pembakaran lantaran waktu memasaknya tidak terlalu lama, yakni berkisar 20 menit.

Ikan kaneke nikmat disantap dengan tiga sambal khas, yakni dabu-dabu, mangga camangi, dan petis. Meski judulnya sambal, rasa pedasnya tak terlalu menyiksa. Bila dicocol, pedasnya sambal juga tidak merusak rasa asli ikan.

Sukang Rica Parape

Ikan sukang atau dikenal juga dengan sebutan ikan kambing-kambing juga berasal dari perairan Sulawesi. Ikan ini cukup berdaging dan tak banyak durinya. Jadi kalau makan masakan Makassar ikan sukang tak perlu repot memilah daging dengan durinya.

Masakan Makassar sangat lengkap, dari ikan laut hingga olahan daging sapi.
Ikan Sukang Rica. Foto: Dok. shutterstock

Selain gampang disantap, bumbu khas yang disiram di atas ikan membikin lidah tak berhenti bergoyang. Menariknya, dalam sekali penyajian, ikan ini dihidangkan dengan dua bumbu yang bisa dipilih, yakni rica (pedas) dan parepe (manis).

Bumbu manis berasal dari bumbu bawang putih, gula aren, dan resep rahasia lainnya. Bawang, meski terlihat mendominasi, aromanya tak mencolok, juga tidak membuat mulut bau.

Sementara itu, bumbu rica pedas dikhususkan bagi pecinta sambal. Cabai yang digunakan ialah yang berjenis rawit. Aroma dan warnanya segar, menggugah selera makan.

Coto Makassar

Belum makan masakan Makassar rasanya kalau belum makan coto. Masakan ini sekilas tak ada bedanya dengan soto santan daging sapi. Namun kuahnya lebih keruh dan mlekoh. Ini karena kuahnya juga memanfaatkan kacang tanah.

Masakan Makassar yang terkenal tentu saja coto Makassar. Awalnya menggunakan jerohan sapi, kini banyak yang menyajikan daging juga.
Coto Makassar cocok disantap dengan buras. Foto: Dok. shutterstock

Mirip dengan soto Betawi, awalnya coto Makassar dimasak dengan jerogan sapi. Namun dalam perkembangannya banyak yang menawarkan daging sapi.

Orang-orang Makassar asli biasanya menyantap coto dengan buras. Buras mirip dengan ketupat, namun bentuknya persegi panjang dan ukurannya lebih kecil. Namun buat yang tak biasa menyantap buras, masakan ini bisa dimakan dengan nasi putih biasa.

Mie Titi

Mie titi adalah mi kering asli Makassar. Mie ini disajikan bersama kuah sagu yang kental. Kuahnya sendiri terasa kenyal dan gurih. Jika tak memiliki bayangan soal masakan Makassar ini, bisa membayangkan ifumi di resto-resto Chinese food. Mie-nya digoreng kering lalu disiram dengan masakan sayuran.

Masakan Makassar juga ada yang berupa bakmi kering dengan sayuran.
Mie Titi mirip dengan ifumi. Foto: dokumentasi milik Resep Koki

Sayurannya sendiri di dalamnya terdapat jamur hitam, bakso ikan, sawi putih, cumi-cumi, dan udang. Bila kuah disiram ke mie, tekstur mi yang kering akan melembek.

Ayam Topalada

Ayam topalada sebenarnya merujuk pada masakan ayam cabai merah. Namun bumbunya lebih royal karena dicampur dengan sereh dan rempah-rempah lainnya.

Ayam topalada merupakan alternatif bagi tamu yang tak suka olahan-olahan seafood. Merahnya ayam tak cuma berasal dari cabai, tapi juga saus merah. Bukan saus pabrikan, saus merah itu didatangkan langsung dari Makassar.

Tentu saja masih banyak masakan Makassar lain yang cocok disantap untuk makan siang. Ada konro, sop, atau palubasa. Semuanya enak.

Di Jakarta, selain di Sulawesi@MegaKuningan, pecinta kuliner Makassar juga bisa menemukan masakan Makassar serupa di beberapa restoran di Jakarta. Misalnya di Pondok Ikan Bakar Ujung Pandang. Restoran ini terletak di Jalan Gandaria 1, Jakarta Selatan. Menu yang tersaji pun serupa. Ada ikan kaneke, sukang, juga coto Makassar dan mie titi.

Bila ingin menyantap masakan khas Makassar dengan suasana yang lebih santai, Anda dapat melipir ke kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Daeng Tata, dengan kedainya  Mamink Daeng Tata, menjajakan menu-menu khas Makassar. Warung pinggir jalan ini menjajakan coto Makassar dan sop konro khas Sulawesi Selatan. Disediakan juga menu ikan. Namun, jenis yang tersedia tak cukup komplet.

agendaIndonesia/Rosana

*****

Ini 4 Pantai Eksotis Dengan Pasir Hitam

Pantai Parangtritis micbima unsplash

Ini 4 pantai eksotis dengan pasir hitam. Banyak orang mungkin terpesona dengan pantai-pantai berpasir putih. Dengan kombinasi air laut yang biru cemerlang, pantai-pantai itu memang mempesona. Tapi pantai yang berpasir hitam pun sesungguhnya tak kalah menawan.

Ini 4 Pantai Eksotis

Putih dalam banyak hal dinilai lebih cantik, bahkan pasir pantai. Biasanya, orang akan berburu pantai-pantai berpasir putih, yang begitu jelas menunjukkan keindahan. Bahkan tak di tempat yang lebih terbatas, ada pantai-pantai dengan pasir berwarna pink akibat ulah ganggang di perairan tersebut.

Begitupun tak berarti pantai-pantai berpasir hitam tak memancarkan pesona. Buktinya, ada sejumlah pantai berpasir hitam yang terkenal di kalangan wisatawan dan dari masa ke masa selalu diburu wisatawan.

Jika sesekali ingin menikmati pantai-pantai berpasir hitan ada sejumlah pilihan. Selain pantai Senggigi di Pulau Lombok, beberapa di antara lainnya berada di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa. Pilihan itu bisa disimak di bawah ini.

Karang Hawu, Pelabuhan Ratu, Sukabumi

Dari Jakarta bisa mengarahkan kendaraan menuju Ciawi, kemudian mengambil arah ke Sukabumi hingga menemukan arah ke Pelabuhan Ratu. Berada di Kecamatan Cisolok, Sukabumi, di tepi pantai terpampang jelas namanya. Namanya juga menunjukkan ciri dari pantai yang memiliki karang menjorok ke laut dan memiliki lubang yang berbentuk seperti tungku memasak. Dalam bahasa Sunda, ‘hawu’ berarti ‘tungku’.

Lekat dengan legenda Nyi Loro Kidul, pantai ini banyak diburu saat liburan, termasuk oleh para peselancar. Sebab, ombaknya yang menggoda. Berkarang dan berpasir hitam ternyata membuahkan pesona tersendiri. Apalagi di kawasan wisata ini dengan mudah ditemukan beragam kelas akomodasi, rumah makan, gerai suvenir, hingga tempat penyewaan perlengkapan berselancar di laut. Di sepanjang jalur Sukabumi selatan pun bisa ditemukan pantai-pantai lain, seperti Cimaja, Pelabuhan Ratu.

Pangandaran

Pantai Pangandaran, yang kini berada di Kabupaten Pangandaran, tidak pernah sepi dari kunjungan turis. Dari waktu ke waktu, wisatawan terus meningkat. Apalagi ditambah pilihan obyek wisatanya. Menyodorkan keindahan mentari terbit dan tenggelam, pantai ini sebagaian memiliki pasir hitam. Meski pasirnya tampak gelap, tidak pernah membuat turis berpaling.

Berjarak sekita 400 kilometer dari Jakarta dan 223 kilometer dari Bandung, perjalanan panjang melalui jalur darat ditempuh untuk mencapai pantai ini. Namun pantai tetap diburu, apalagi ada pilihan singkat dengan penerbangan dari Bandara Halim Perdanakusumah menuju Bandara Nusa Wiru dengan frekueunsi satu kali sehari oleh maskapai Susi Air. Tak hanya menikmati pantai dan keindahan yang bisa dicicipi, ada pengalaman lagi saat menjelajah Cagar Alam Pananjung, Cukang Taneuh, Pantai Batu Karas, dengan segudang kegiatan.

Parang Tritis, Bantul

Pantai yang berjarak sekitar 27 kilometer di selatan Yogyakarta ini dikenal dengan gundukan pasirnya. Hamparan pasirnya yang cokelat kehitaman muncul di beberapa layar lebar. Ini justru menjadi ciri khas dan area untuk mengadakan berbagai kegiatan, selain menjadi lokasi yang nyaman untuk menikmati debur ombak dan keindahan mentari tenggelam.

Di sore hari, pelancong bisa menyusuri pantai dengan berbagai cara, mulai dengan berjalan kaki, naik bendi, menunggang kuda, hingga mengendarai ATV. Pantai ini juga kerap menjadi tempat pemotretan pasangan untuk prewedding. Sebab, kala senja datang, tempat ini terasa romantis. Pantai yang menjadi bagian dari Kabupaten Bantul ini juga kerap dikunjungi para penggemar sandboarding untuk beraksi.  

Senggigi, Lombok Barat

Meski pantai-pantai di Pulau Lombok banyak yang menonjolkan pesona pasir putihnya, pantai Senggigi tetap tak pernah sepi. Apalagi menjadi pintu untuk mencapai tiga pulau kecil atau gili yang sekarang namanya sudah begitu kondang, yakni Meno, Air, dan Trawangan. Dengan keindahan mentari tenggelam, pantai berpasir hitam ini menjadi tempat mengasyikkan untuk menikmati senja.

Apalagi di kawasan Senggigi, telah berjajar hotel-hotel berbintang dan beragam kafe sehingga menjadi kawasan wisata yang hidup dari pagi hingga tengah malam. Bahkan untuk penyuka belanja, khususnya kerajinan tangan, di pantai juga bisa ditemukan pasar seni. Dijual pula aneka kain lokal, kerajinan dari kayu, rotan, dan material lainnya.

Agendakan main ke pantai-pantai berpasir hitam. Dan agendakan Indonesiamu mulai sekarang.

Rita N-TL