Nasi Goreng di Jakarta Selatan, 5 Pilihan Yang Maknyus

Nasi goreng di Jakarta Selatan mungkin ada ratusan, bahkan mungkin ribuan. Tapi selalu saja ada yang menonjol. Sama-sama nasi goreng, tapi campuran dan bumbunya berbeda-beda.

Nasi Goreng di Jakarta Selatan

Nasi goreng sejatinya memang bukan milik Indonesia. Konon, olahan ini sudah disajikan bangsa Tionghoa sejak 4.000 SM. Dalam catatan sejarah, nasi goreng rupanya juga menjadi menu alternatif bagi orang Belanda yang tidak begitu menyukai nasi putih. Kini, di banyak tempat di dunia hidangan ini tersebar di berbagai negara. Baik di restoran Tionghoa, Vietnam, atau Indonesia.

Yang unik dari nasi goreng, meski namanya sama, bumbu dan rasanya bisa berbeda. Bahkan diberi label daerah asal, sehingga menambah kekhasannya. Berikut ini lima pilihan nasi goreng di Jakarta Selatan.

Nasi Goreng di Jakarta Selatan banyak ragamnya, dari yang kambing hingga yang seafood.
Nasi goreng kambing Kebon Sirih. Foto: Dok TL

Rasa Rempah dari Kebon Sirih

Jika melihat namanya sudah bisa ditebak kedai ini pasti ada hubunganya dengan Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih. Betul, kedai nasi goreng ini memang pertama kali buka di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Kemudian buka cabang di beberapa lokasi, salah satunya di Jalan Karang Tengah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Ciri khasnya, aroma minyak samin yang harum sudah tercium saat kita memasuki kedai ini.

Satu kuali nasi goreng yang sudah siap saji tampak dalam wajan yang dipanaskan dengan kompor gas. Model menglahnya sama dengan yang di Kebon Sirih, satu kali masak bisa untuk puluhan porsi. Saat dihidangkan, yang pertama kali tercium adalah aroma rempah-rempah khas Timur Tengah. Rasanya memang kaya rempah. Bumbunya antara lain kapulaga, kunyit, sereh, dan lada. Cara memasaknya serupa dengan nasi kebuli, sehingga memunculkan rasa gurih di setiap suapan.

Nasi Goreng Kebon Sirih; Jalan Karang Tengah Nomor 1C, Lebak Bulus, Jakarta Selatan

nasi goreng di Jakarta Selatan ada ratusan, bahkan ribuan, tapi ada beberapa yang menonjol.
Nasi Goreng Kambing di sekitar Kuningan, Jakarta Selatan. Foto: Dok. TL

Ramuan Kambing di Pedurenan

Untuk menuju kedai ini, dari gedung Dharma Wanita, kita cukup berjalan lurus dan mengamati sisi kanan jalan, temukan spanduk bergambar siluet kambing. Di kedai nasi goreng NGK, daging kambing dimasak terlebih dulu secara terpisah dengan cara direbus bersama bumbu-bumbu. Jadi, dagingnya terasa lebih empuk. Daging kambing itu kemudian diolah menjadi sajian nasi goreng yang gurih. Tidak mengherankan kalau NGK masih tetap diminati sejak berdiri pada 1986. Tersedia pilihan rasa pedas dan sedang, sesuai dengan selera.

Nasi Goreng Kambing NGK Dharma Wanita; Jalan Pedurenan Masjid; Belakang Gedung Dharma Wanita Kuningan, Jakarta Selatan

Seafood di Blok S

Di ujung Jalan Bhakti, Blok S, Kebayoran, tampak spanduk putih bertulisan “Nasi Goreng Betawi 99”. Warungnya buka mulai pukul 16.00, dari Senin sampai Minggu. Di kedai ini, nasi goreng seafood menjadi pesanan yang paling sering ditulis pramusaji. Seafood sebelumnya diolah dengan bumbu tersendiri. Kemudian, sebagian diolah menjadi nasi goreng. Sedangkan sebagian lagi dimasak dengan api kecil dan diberi bumbu lain. Hidangan laut yang dimasak terpisah itu pun ditata di atas nasi goreng.

Pilihan lainnya, nasi goreng dengan daging kambing yang direbus terlebih dulu dalam ramuan jahe, asam, kunyit, dan sereh sebelum dicampur dengan nasi. Sebagai penutup, cobalah minuman primadona kedai ini: jus alpukat. Terasa legit dengan campuran susu kental, sirup, dan es serut.

Nasi Goreng Betawi 99; Jalan Bhakti 1 Blok S, Senopati, Jakarta Selatan

Sedap dengan Aroma Arang

Rumah Makan Bumen Jaya di Pejompongan, Jakarta Selatan, termasuk yang sudah lama mengibarkan olahan nasi goreng. Hidangan andalan Bumen adalah Nasi Goreng Ayam dan Mi Godog. Usia rumah makan ini sudah sekitar 49 tahun. Dimasak menggunakan anglo dengan bahan bakar arang membuat aroma nasi goreng ayamnya terasa khas. Pada setiap gigitan nasi goreng terselip rasa kaldu sapi yang sebelumnya dicampur dengan beras. Walhasil, selain pulen, nasi goreng menjadi legit.

Karena tidak begitu banyak menggunakan minyak, tekstur nasinya kering legit. Yang menjadi idaman adalah suwiran ayam di Bumen Jaya, yang ditabur begitu banyak di atas nasi dan kemudian ditambahkan telur mata sapi. Porsi nasi goreng Jawa ini cukup besar, sehingga benar-benar klop untuk memadamkan rasa lapar. Jika ingin variasi lain, di sini juga ada nasi goreng kambing.

Nasi Goreng Bumen Jaya; Jalan Pejompongan 1; Jakarta Selatan

Sajian Ala Pekalongan

Bila Anda ingin merasakan nasi goreng yang komplet, coba singgah ke Nasi Goreng Pekalongan. Campurannya berupa daging, ayam, udang, cumi-cumi, dan ati ampela untuk nasi goreng spesial.

Didirikan pada 1986, Nasi Goreng Pekalongan masih mempertahankan rasa pedas yang khas. Bumbu merah terlihat dominan ketika nasi goreng ini dihidangkan. Campuran rempah-rempah dan sedikit kecap membuat tampilan nasi begitu padat.

Kehadiran daging di dalam sepiring nasi goreng juga tak kalah enak. Selain itu, ada cumi-cumi yang kenyal, udang yang matang, serta ayam yang dagingnya terasa manis. Benar-benar memperkaya rasa nasi goreng. Bagi penggemar rasa pedas, Nasi Goreng Pekalongan bisa jadi salah satu pilihan karena pedasnya tidak merusak cita rasa aslinya.

Nasi Goreng Pekalongan; Jalan Rumah Sakit Fatmawati 1; Pondok Labu, Jakarta Selatan

agendaIndonesia

*****

Pulau Pisang Lampung, Ombak 7-12 Meter

Pulau Pisang Lampung mempunyai segudang potensi pariwisata.

Pulau Pisang Lampung berada di sisi paling barat provinsi ini. Suguhannya beragam: pantai berpasir putih, blue marlin, hingga penenun tapis. Dan ombak yang semakin diincap para peselancar.

Pulau Pisang Lampung

Janji bertemu di Dermaga Krui, Pesisir Barat, sebenarnya pukul 08.00, tapi masih 30 menit dari waktu yang disepakati, telepon seluler saya berbunyi terus. Rupanya pemilik perahu sudah menunggu sejak pukul 07.00 di dermaga yang berada di wilayah barat Lampung tersebut. Dermaga kecil itu tak jauh dari Pasar Krui yang dilintasi bus-bus luar antarkota yang memilih jalur selatan Sumatera.

Tak tampak dari luar karena deretan jungkung—perahu kayu—tertutup gerbang. Tapi akhirnya bisa ditemukan juga dermaga itu. Tak terbayang akan menggunakan jungkung yang disebutkan bisa menampung 20 orang tersebut. “Sebagian kan berdiri,” ujar Yusri, penduduk Krui yang mengantar saya dan rekan-rekan pagi itu. Saya pun terdiam, membayangkan 20 orang terombang-ambing di tengah laut. Beruntung, pagi itu rombongan hanya terdiri atas delapan orang, termasuk juru mudi. Saya pun bisa duduk nyaman di bagian tengah. Mentari masih hangat. Perjalanan biasanya ditempuh selama sekitar satu jam.

Sebenarnya ada pilihan lain dengan waktu lebih pendek, atau 20 menit dari dermaga Tembakak. “Hanya, sekarang ombak lagi besar-besarnya. Bisa-bisa jungkung kebalik,” ujar Yusri.  Wah… tak apalah lebih lama, pikir saya, yang penting selamat.

Saya disambut laut yang tenang dan sinar surya yang hangat pagi itu. Nikmat sekali terayun-ayun di perahu kayu di tengah laut. Hening, hanya kecipak air yang beradu dengan tepi perahu. Bisa jadi setiap orang terdiam karena tengah asyik dengan lamunan masing-masing. Tiba-tiba sebuah lompatan di udara tampak dari kejauhan. Wah… aksi apakah itu?

Lumba-lumba,” ujar juru mudi. Senyum saya pun melebar, perahu diarahkan menuju hewan mamalia tersebut. Namun rupanya tak hanya ada sepasang karena, tak lama kemudian, belasan lumba-lumba seperti memberi sambutan. Mereka mengiringi perahu di sisi kiri dan kanan. Jenis Tursiops truncates atau lumba-lumba hidung botol itu terlihat menggemaskan. Gerakan bagian kepala dan ekornya membuat saya terus tertawa dan berteriak. Karena perahu kami satu-satunya di perairan itu, banyak lumba-lumba yang mengerubungi. Bila ada beberapa perahu, biasanya mereka pun berpencar.

Tak lama pulau pun tampak dari kejauhan. “Dari kejauhan, bentuknya seperti pisang,” ucap salah satu pengantar. Saya mencoba mencermatinya. Bisa jadi memang seperti pisang, tapi yang pasti tak banyak pohon pisang di sana, seperti bayangan saya. Yang pertama menyambut saya malahan ombak yang kencang sehingga perlu waktu yang tepat untuk turun dari perahu.

Deretan perahu nelayan memberi warna khas di pesisirnya. Tak lama kemudian, perahu lain berisi turis asing pun tiba. Sebelumnya, kami sempat bertemu dengan mereka di kawasan wisata Tanjung Setia. Mereka tengah bermain selancar. Rupanya mereka mencari ombak lain yang menantang. Sekitar pulau ini terkenal akan ombak yang tingginya 5-7 meter, bahkan mencapai 12 meter, pada bulan-bulan tertentu.

Pulau Pisang Lampung punya banyak potensi wisata, di antaranya surfing.
Salah satu magnet Pulau Pisang adalah ombaknya yang bagus untuk berselancar. Foto: Ilustrasi-unsplash

Setelah menyusuri pasir putih hingga ke dermaga, saya tergoda untuk mencermati hasil tangkapan nelayan.  Kecamatan ini memang dikenal dengan hasil laut yang ditangkap dengan cara tradisional. Dan blue marlin, salah satu ikan yang khas. Selain itu, ada kucingan yang mirip dengan kepiting. Melintasi kelompok yang tengah membakar ikan, aromanya begitu menggoda. Tak ada rumah makan di pulau ini, tapi turis bisa memesan ikan dan membakarnya. Pagi menjelang siang itu cukup membahagiakan karena saya pun mendapat suguhan ikan goreng dari keluarga pengantar, yang memang asli Pulau Pisang.

Setelah mengisi perut, saatnya menyusuri pulau seluas 148,82 hektare itu. Jalan kaki menjadi pilihan. Saya melewati rumah-rumah kayu atau lamban balak, menemukan orang yang tengah membuat minyak kelapa asli. Ada petunjuk arah nama-nama desa di beberapa titik. Seperti  Labuhan, Lok, Sukadana, Pasar, Sukamarga, dan Bandardalam. Tak lama, di sebuah rumah lawas, saya menemukan penyulam emas di atas tapis. Kain tradisional khas Lampung ini memang juga menjadi ciri khas Pulau Pisang. Berbentuk sarung yang bisa dikenakan atau hiasan dinding. Para penenun yang bisa ditemukan di sekitar Bandar Lampung, umumnya berasal dari pulau ini.

Tak puas dengan memperlihatkan aktivitas warga, Sang pengantar pun mengajak saya dan rekan ke kebun cengkeh di atas bukit. Uniknya, jalan sudah disemen sehingga para petani bisa melaju di jalan kecil mulus dengan sepeda motor. Beberapa kali saya harus menepi karena kendaraan roda dua lewat.

Beruntung, masih banyak pohon sehingga cukup teduh meski sebenarnya sinar mentari mulai terik. Akhirnya tiba juga di balik bukit dan, di depan mata, Samudra Hindia tampak sedang menyuguhkan permainan ombaknya. Gulungannya besar dan langsung menghantam bukit karang. Masih ada pantai berpasir putih meski tak begitu landai. Hanya sejenak, saya kembali ke balik pepohonan berjalan menuju sisi lain dari pulau dan menemukan sebuah kapal terdampar. Tepatnya, kapal tunda atau tug boat. Dan menjadi lokasi yang akhirnya sering dikunjungi turis. Apalagi di sekitarnya berdiri karang-karang menghias perairan.

Tak jauh dari tempat kapal terdampar tersebut, ada jajaran pohon kelapa dan rumput hijau, dan pantai pun cukup landai. Saya pun menikmati deburan ombak keras dari sana. Kaki saya dibiarkan berselonjor. Lumayan juga perjalanan naik-turun bukit.

Kembali ke dermaga, jalan menurun dilalui. Melewati kampung dengan sederet lumban balak yang tidak terawat, bahkan juga masjidnya. Para pemiliknya sudah jarang datang sehingga rumah-rumah kayu itu menjelang roboh. Jalan menurun bukit, melewati sebuah sekolah dasar, hingga akhirnya kembali ke rumah-rumah di pekon Labuhan dan beristirahat di rumah warga.

Lelah masih bergelayut setelah berkeliling pulau sekitar 2 jam, tapi seorang pemuda datang, menyebutkan bahwa kami sudah ditunggu di perahu. Kembali ke Krui tidak boleh lebih dari pukul 14.00. Sebab, lewat waktu tersebut, ombak akan meninggi. Masih enggan untuk berdiri, kaki pun melangkah dengan berat. Rupanya, kelompok turis asing yang bersamaan datang dengan kami sudah berangkat lebih dulu. Saya melihat perahu mereka sudah melaju.

Pasir putih pun terus saya jejaki, belum puas rasanya menyentuh kehalusannya. Ombak tampak kian besar. Saya pun bersiap-siap menghadapi guncangan. Perjalanan pulang, bisa jadi lebih panjang karena perahu akan terus digoyang ombak. Dan…  tak ada pula lumba-lumba yang menggoda. Saya pun duduk pasrah berselonjor di tengah perahu. Tak lama kemudian, air mulai menyembur masuk membasahi wajah dan pakaian. Bukannya kaget, saya malah tergelak.

Memang tak perlu cemas dan takut. Para nelayan sudah biasa bergelut dengan ombak “nakal” ini. Mendekati dermaga Krui, godaan di laut itu mereda. Tapi apa mau dikata, saya sudah basah kuyup. Seharusnya memang saya menginap dan baru esok pagi kembali ke Krui, sehingga bisa merasakan kembali laut yang tenang dan tarian lumba-lumba.

agendaIndonesia/Rita N./TL

*****

Museum Bank Indonesia, Sejarah Ekonomi Sejak 1828

Museum Bank Indonesia di antaranya memiliki koleksi koin emas derham.

Museum Bank Indonesia barangkali bisa menjadi alternatif pilihan tempat wisata yang bersifat edukatif. Tak cuma untuk anak-anak, mahasiwa bahkan orang awam pun mungkin bisa mendapatkan pengetahuan penting di sini.

Museum Bank Indonesia

Museum Bank Indonesia memamerkan berbagai koleksi uang yang pernah digunakan Indonesia dari masa ke masa. Sementara itu, benda-benda dan dokumen-dokumen bersejarah di dalamnya akan sangat berguna bagi masyarakat. Di sebuah gedung lawas, perjalanan perekonomian bangsa ini diulas. 

Wilayah barat Jakarta disiram sinar mentari yang terik pada November lalu, tapi tak mengurungkan niat sejumlah orang untuk melangkah ke kawasan Kota dan mengunjungi Museum Bank Indonesia. Berada di Jalan Pintu Besar Utara No 3, bangunan ini dari luar memang menggoda untuk ditengok. Maklum merupakan gedung lawas dengan arsitektur neo-klasik.

Bangunan sudah hadir pada masa pendudukan Belanda. Hanya, pada awalnya digunakan sebagai rumah sakit. Beralih menjadi kantor perbankan pada 1828 dan digunakan oleh De Javasche Bank. Saat Indonesia meraih kemerdekaan, bank pun dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia (BI) pada 1958. Tak lama digunakan BI, pada 1962 pindah ke gedung baru dan bangunan lama pun difungsikan sebagai museum.

Museum Bank Indonesia terdiri dari dua lantai yang berisi segala pengetahuan mengenai ekonomi, moneter, dan perbankan yang diperlukan masyarakat. Berkunjung ke tempat ini akan memberikan pemahaman tentang latar belakang serta dampak dari kebijakan-kebijakan Bank Indonesia yang diambil dari waktu ke waktu.

Memasuki museum, saya menemukan beragam informasi mengenai peran Bank Indonesia dan kebijakan-kebijakan bank sentral ini dalam perekonomian Indonesia. Segala hal yang berkaitan dengan perekonomian Indonesia dulu bisa ditemukan di sini. Museum menyuguhkan informasi dalam beberapa media, di antaranya multimedia. Awalnya, pengunjung dibawa ke sebuah ruangan dengan sejumlah info ihwal pendirian Bank Indonesia. Nah, dengan menggunakan teknologi itu, pengunjung bisa merasakan perjalanan BI pada masa lalu tersebut.

 Dari ruangan sejarah, saya berpindah ke ruang teater berdaya tampung 60 orang. Ruangan ini tentu menampilkan sejarah BI. Kemudian, disambung memasuki sebuah ruangan Numismatic. Di ruangan ini, pengunjung bisa melihat koleksi mata uang dari awal masa kerajaan Hindu-Buddha, kerajaan Islam, kolonial, hingga setelah merdeka. Ruangan dengan cahaya yang redup dan dingin ini menciptakan suasana tenang dan nyaman. Dengan bantuan kaca pembesar, saya melihat koleksi mata uang yang ada di sini.

Dari sana pengunjung bisa meneruskan langkah ke ruang lain. Kali ini ruang “bersinar” karena berisi emas dan diberi nama ruang Moneter Gold. Ada tumpukan replikasi emas batangan dan pengunjung bisa memegang serta mengangkat satu batang replika yang sudah ada di salah satu sudut ruangan. Dengan begitu, kita bisa memperkirakan berapa berat satu batang emas. Ada pula koleksi koin emas derham atau dirham yang dipergunakan untuk perdagangan di Aceh pada masa lalu.

Selain itu, ada ruangan percetakan uang yang digabung bersama ruangan sirkulasi uang. Di sini, pengunjung bisa menyimak proses uang dicetak dan diedarkan. Dari perencanaan, mencetak, distribusi, peredaran, hingga menariknya kembali. Saya juga melihat replika dari pesawat Bank Indonesia yang pertama kali mendistribusikan uang ke seluruh wilayah di Indonesia di ruang ini.

Ada sebuah ruangan yang dikhususkan untuk pameran yang diadakan pada waktu-waktu tertentu. Biasanya yang ditampilkan berupa karya fotografi, lukisan, batik, dan lain-lain. Ke luar dari museum, ada buah tangan yang bisa dijadikan kenang-kenangan. Bisa dilihat di ruangan khusus ini, silakan disimak juga bila berminat. Sesekali tengok juga website Museum Bank Indonesia, siapa tahu ada pameran yang sedang digelar, sehingga bisa satu kayuh dayung, dua kegiatan dilakukan.

Hanya, seperti sejumlah museum, di sini juga ada sejumlah peraturan. Di antaranya, di beberapa ruangan, meski boleh mengambil gambar dengan kamera, tidak boleh menggunakan bantuan flash. Sejak dilakukan peresmian yang kedua kalinya pada 2009 oleh presiden kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono, memang antusiasme orang untuk berkunjung meningkat. Baik wisatawan lokal maupun asing. Sebenarnya museum dibuka pertama kali pada 15 Desember 2006, tapi pembukaan secara resmi baru pada 2009. Pengunjung dipungut biaya Rp 5 ribu, sedangkan khusus pelajar, mahasiswa dan anak-anak di bawah 3 tahun bisa menikmati secara bebas menikmati perjalanan perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.

Museum Bank Indonesia; Jalan Pintu Besar Utara No 3; Jakarta Barat

Buka:Selasa-Minggu, pukul 08.00-16.00

Tutup: Hari Senin dan hari libur nasional

agendaIndonesia

*****

Jajanan Enak ala Pontianak, 5 Yang Wajib Icip

Jajanan enak ala Pontianak ada banyak macamnya, selain kwetiau atau mitiau yang sudah dikenal banyak orang. Ada pilihan lain jika kebetulan main ke ibu kota Kalimantan Barat ini, Dari sajian hidangan laut, es krim, hingga kopi.

Jajanan Enak ala Pontianak

Sajian kuliner Nusantara begitu beragam. Ada makanan yang selintas terlihat sama, namun begitu diicipi, ternyata rasanya berbeda. Hal serupa juga ditemukan di Kota Khatulistiwa ini. Menu sajian kuliner di Pontianak ada juga yang terlihat sama dengan jenis makanan atau masakan di Jawa ataupun daerah lainnya, tapi ternyata isinya berbeda. Di antaranya pengkang. Jika mendengar penjelasannya yang berbahan ketan, rasanya ini mengingatkan kita dengan lemper. Tampilannya saja yang berbeda karena dijapit bambu. Ada pula olahan kepiting serta sajian pedas khas Melayu. Berikut 5 jajanan Pontianak yang bisa dicoba karena beda dan pasti enak.

Es Krim Petrus

Karena tokonya tepat berada di depan sekolah Santo Petrus, warga Pontianak lebih mengenal Toko Es Krim Angi ini dengan nama es krim Petrus. Berbeda dengan es krim pada umumnya, es krim tersebut menggunakan wadah dari kelapa muda. Dengan begitu, selain dapat menikmati segarnya es krim, pengunjung dapat sekalian menikmati daging kelapa mudanya.

Es krimnya lumayan lembut. Kabarnya, resep es krim itu dibuat secara turun-menurun lebih dari 60 tahun. Pilihan rasanya juga beragam, mulai  cokelat, vanila, stroberi, durian, nangka, ketan, cempedak, hingga alpukat. Satu porsi es krim ukuran kecil Rp 12,500, sedangkan ukuran besar dengan batok kelapa Rp 23 ribu.

Es Krim Angi; Jalan KS Tubun No 8; Pontianak

Jajanan enak ala Pontianak di antaranya adalah pengkang yang mirip dengan lemper. Hanya saja pengkang berisi udang ebi.
Pengkang, makanan khas Pontianak, Kalimantan Barat. Foto: Dok. TL

Pengkang, Lemper Isi Udang

Namanya Pengkang. Sekilas menu ini mirip lemper. Sama-sama terbuat dari ketan yang dibungkus daun pisang dan dibakar. Cuma bedanya, pengkang berisi udang kering alias ebi. Bedanya lagi, saat dibakar, pengkang dijepit dengan bambu yang diikat tali yang terbuat dari alang-alang. Warga sekitar menyebutnya tali pundung.

Pengkang disajikan dengan sambal kerang. Harga per buah rekannya lemper ini hanya Rp 9.000. Sedangkan sambal kerang yang benar-benar membuat lidah bergoyang dipatok Rp 25 ribu per porsi. Es lidah buaya atau es biji selasih seharga Rp 15 ribu bisa menjadi minuman pilihan yang menyegarkan.

Pondok Pengkang Peniti; Jalan Raya Peniti Luar Km 30; Pontianak

Jajanan enak ala Pontianak bisa dipilih dari yang seafood atau sekadar ngopi.
Kepiting asap yang bisa dicicipi di Pontianak, Kalimantan Barat. Foto: Dok. TL

Kepiting Asap

Sajian dari ikan laut sepertinya jadi ikon sajian kuliner tak resmi Kota Pontianak. Betapa tidak, rumah makan yang populer di Kota Bumi Khatulistiwa itu kebanyakan adalah rumah makan yang menyajikan hidangan laut. Salah satu yang terkenal adalah menu kepiting asap di restoran yang pernah dikunjungi Presiden RI ke-7, Joko Widodo, yakni Pondok Kakap Seafood Restaurant.

Cara memasaknya terbilang tak lazim. Dua ekor kepiting kira-kira berukuran 8 ons yang sudah diberi rempah-rempah dibungkus dengan aluminium foil lalu dibakar. Rasanya lumayan pedas, tapi memang pas di lidah. Dalam penyajiannya disertakan pula dua pilihan sambal: cabai rawit yang diblender dan sambal terasi yang diberi jeruk nipis. Satu porsi untuk dua ekor kepiting berukuran 8 ons dihargai Rp 150 ribu.

Pondok Kakap Seafood; Jalan Ismail Marzuki No 33; Pontianak

Pedas Menyegarkan

Rumah makan Pondok Ale-Ale di Jalan Putri Candramidi ini menyediakan menu khas Melayu Kalimantan Barat. Yang jadi menu andalannya adalah asam pedas Ketapang. Sesuai dengan nama menunya, makanan ini memang terasa pedas dan menyegarkan. Rasa asamnya muncul dari penggunaan asam Jawa, nanas, dan terong asam dalam masakan.

Tingkat kepedasannya dapat diatur sesuai dengan selera, dari level I sampai level III untuk yang paling pedas. Perbedaan tingkat kepedasannya mirip dengan keripik pedas terkenal asal Jawa Barat. Untuk pilihan lauknya dapat berupa ikan atau kerang. Harga per porsinya mulai Rp 35 ribu. Menu tersebut cocok bagi penggemar masakan pedas.

Pondok Ale-Ale; Jalan Putri Candramidi No 10; Pontianak

Kopi Malam

Jika ingin menikmati kopi pada malam hari, berkunjunglah ke Jalan Gajah Mada, Pontianak. Di jalan ini boleh dibilang sentranya warung kopi. Di sepanjang jalan hampir dipenuhi deretan warung kopi yang selalu dipenuhi para penikmat kopi setiap malamnya. Saya sempat mampir di salah satu warung kopi yang berada di seberang hotel berbintang.

Rasa kopinya tidak terlalu heboh. Tapi suasana untuk bercengkerama amatlah mendukung. Kopi yang disediakan juga beragam, mulai kopi saring, kopi bubuk, hingga kopi susu. Sebagai pendamping minuman disediakan pisang goreng, martabak, dan kue. Harga per cangkir kopi mulai Rp 10 ribu.

Warung Kopi Winny; Jalan Gajah Mada No 159; Pontianak

agendaIndonesia/Andry T./Aditya N./TL

*****

Kopi Oksibil Papua, Ini 5 Keistimewaannya

Kopi Oksibil Papua menjadi salah keunggulan daerah itu dan sering disebut emas hitam.

Kopi Oksibil, Pegunungan Bintang, Papua, adalah salah satu biji kopi terbaik dari Indonesia. Kualitas biji kopi di Indonesia tak perlu diragukan lagi. Hampir setiap tahun, kopi dari berbagai daerah di Tanah Air memenangi kontes di level internasional.

Kopi Oksibil Papua

Kondisi geografis Indonesia yang berupa barisan pegunungan membuat kopi tumbuh dengan baik. Alhasil, selain menjuarai kompetisi kopi level dunia, Indonesia tercatat sebagai pemasok biji kopi ke tiga terbesar di dunia setelah Vietnam dan Brasil.

Bicara biji kopi Indonesia, hampir semua berkualitas baik. Namun, salah satu yang terbaik tumbuh di daratan Pegunungan Bintang, tepatnya di Oksibil, Papua. Seorang roaster yang memperoleh sertifikasi dari Speciality Coffee Associaton of America, Hideo Gunawan, pernah mengadakan penjelajahan singkat mengenai kopi Oksibil selama dua pekan pada Februari 2018.

Secara umum Hideo mengatakan, kopi Oksibil Papua berwarna hitam pekat. Ketika disruput, terasa pahit di mulut, tetapi lalu meninggalkan jejak rasa sitrun di lidah. Itulah pengalamannya mencicipi kopi Oksibil dari Pegunungan Bintang, Papua.

Kopi Oksibil Papua cocok diseduh dengan cara apapun, namun rasa sitrusnya keluar ketika diseduh dengan cara tubruk
Menyeduh kopi dengan cara V60.

Biji kopi jenis arabika typica ini dapat disajikan dengan berbagai metode, di antaranya V60, tubruk, atau dicampur dengan susu dan menjadi latte. Membandingkan penyeduhan V60 atau dicampur susu, rasa sitrun yang menjadi karakteristik utama kopi oksibil Papua ini paling terasa saat disajikan ternyata adalah kopi yang diseduh dengan metode tubruk. Pohon kopi arabika typica umumnya lebih besar dengan buah yang lebih sedikit dibandingkan dengan pohon kopi varietas lain, seperti yang banyak ditanam di Sumatera.

Pohon-pohon kopi yang ditanam pada ketinggian sekitar 1.900 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini juga memiliki usia produktif yang lebih lama, yakni mencapai 30 tahun, dibandingkan dengan pohon kopi jenis hibrida yang hanya sampai 10 tahun.

Suhu dingin berkisar 15 derajat Celcius, tanah yang subur, dan buah yang lebih sedikit menjadikan zat gizi yang tersimpan dalam biji kopi Oksibil makin tinggi dan rasanya menjadi lebih enak. Ada lima distrik yang sudah menghasilkan kopi. Peminatnya sudah tinggi dari luar negeri seperti Australia, Selandia Baru, atau Eropa.

Kalau ada yang memiliki kesempatan mengunjungi Oksibil di Papua, selain menikmati keindahan alamnya, saat mengunjungi kota kecil yang berpenduduk 100.686 jiwa ini wajib mencicipi kopinya. Orang sering menyebutnya sebagai Kopi Koteka khas Pegunungan Bintang atau orang juga menyebutnya kopi Oksibil Papua.

Kopi Papua dari Pegunungan Bintang merupakan kopi organik dengan kualitas terbaik. Ini berkat tanah Papua yang masih sangat subur sehingga kualitas kopi yang dihasilkan sangat baik. Kopi yang ditanam petani secara tradisional tanpa menggunakan pupuk kimia juga tanpa pestisida sehingga menghasilkan kopi kualitas baik.

Sejatinya apa saja keistimewaan kopi Osibil Papua ini? Seorang barista di Jakarta menjelaskan sejumlah keistimewaan kopi Oksibil. Di antaranya berikut ini.

Berjenis Arabica Tipika

Biji kopi Oksibil berjenis Arabica Tipika. Pohon kopi jenis ini bukan merupakan hibrida atau hasil perkawinan. Ciri-cirinya, jarak antar-dompol buah berjauhan. Ukuran pohonnya pun lebih besar. Ini menunjukkan kualitas varietal kopi lebih baik daripada kopi Arabica pada umumnya.

Pohon kopi Arabica Tipika memiliki usia produktif hingga 30 tahun. Berbeda dengan pohon hibrida yang batas usia produktifnya hanya sampai 10-11 tahun.

Ditanam di Ketinggian dan Suhu Ideal

Pohon kopi Oksibil ditanam di ketinggian lebih dari 1.900 mdpl, melampaui rata-rata kopi lainnya yang tumbuh di daratan 1.500 mdpl. Suhu di ketinggian itu berkisar 18-23 derajat. Ditilik dari ketinggian dan suhunya, ini merupakan lahan ideal bagi kopi Arabica untuk tumbuh baik.  

Makin dingin suatu tempat, biji akan makin lama matang. Alhasil, gizi pada kopi pun makin menumpuk. Proses pematangan yang lamban akan membuat biji biji memiliki acidity atau tingkat keasaman yang tinggi.

Proses Pengelolaan Manual

Segala proses pengelolaan kopi dilakukan secara manual di Oksibil, tapi petani setempat paham cara memperlakukan biji dengan tepat. Mulai pengulitan hingga penyangraian. Namun, tanpa diedukasi sebelumnya, insting petani untuk memperlakukan biji kopi diklaim sudah tepat.

Misalnya petani akan memetik biji yang benar-benar sudah merah. Lalu mereka tak menjemur biji kopi di atas lahan tanah, sehingga kualitas tetap terjaga.

Panen Hampir Sepanjang Tahun

Meski ada panen raya, biji kopi Oksibil akan terus diproduksi sepanjang tahun. “Panen per petani itu tidak sama waktunya sehingga kesannya biji kopi Oksibil ada terus,” kata Hideo. Adapun panen besar akan dirayakan umumnya bulan Mei. Tiap panen, petani yang masing-masing memiliki 1.000 pohon kopi akan memproduksi 300-600 kilogram biji.

Kopi Oksibil Papua ditanam dan dirawat dengan cara manual.
Biji kopi arabica

Dikemas Unik dengan Koteka

Koteka saja sudah unik, apalagi diisi dengan kopi. Kopi Koteka menjadi merek unggulan petani lokal. Pemerintah setempat tengah menggalakkannya menjadi oleh-oleh. Kopi Koteka telah dipromosikan ke beberapa negara di Eropa dan Australia. Keberadaannya sebagai kopi khas Papua banyak diminati orang asing.

Kopinya dinamakan koteka karena sesuai ciri khas masyarakat setempat. Tapi sesungguhnya koteka sendiri adalah singkatan dari kopi, ternak, dan kakao, program pembangunan ekonomi di kabupaten tersebut.

agendaIndonesia

*****

Sop Buntut Ibu Samino, Enak Sejak 1973

Sop Buntur Ibu Samino adalah masakan legendaris di Jakarta.

Sop Buntut Ibu Samino di Jakarta rasanya hampir sama legendarisnya dengan sop buntut Borobudur. Secara racikan ke duanya berbeda. Sop buntut Borobudur kuahnya lebih kental dan berwarna merah karena tomat. Sementara di tempat ibu Samino lebih bening, meski gurihnya sangat terasa.

Sop Buntut Ibu Samino

Hal lain yang membedakan ke duanya adalah lokasi. Yang pertama di hotel berbintang lima, sedangkan Ibu Samino ada di warung kecil. Harganya tentu menjadi berbeda pula.

Buat yang sudah lama tinggal di Jakarta, Ibu Samino sudah berjualan menu sopnya sejak lama. Dulu sekali ia membuka warungnya di bagian belakang kantor Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dulu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Adalah suami istri Samino yang melihat peluang berjualan menu sop buntut di Jakarta. Pada 1973 itu masih sangat jarang ada restoran atau warung makan yang berjualan menu tersebut. Karenanya, mulailah mereka berjualan sop buntut, menu yang merupakan peninggalan orang-orang Belanda di masa colonial.

Sop Buntur Ibu Samino buka mulai 1973 di belakang kantor Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.
Gerai Ibu Samino di Rasuna Said, Jakarta. Foto: IG Sop Buntut Ibu Samino

Dulu di awal-awal warung Sop Buntut Ibu Samino buka, orang suka menyebut warung ini sebagai “sop buntut nopo malih?” (Sop buntut apa lagi?). Ini karena pemesanan dilakukan dengan kertas seadanya atau kadang cuma secara lisan. Ketika mau membayar, ibu Samino sang juru hitung akan bertanya, “nopo malih?” Dan ia berhitung dengan cepat, seolah ada kalkulator di kepalanya.

Waktu berlalu, warung Sop Buntut Ibu Samino berpindah lokasi. Yang terlama ada di Jalan Arteri Permata Hijau atau Jalan Tentara Pelajar di seputar Patal Senayan. Ada pula beberapa gerai cabang lainnya. Dan tak ada lagi ibu Samino yang akan bertanya, nopo malih? Semua sudah dilakukan karyawannya.

Warung ini menjadi legendaris karena utamanya menyajikan menu spesialis sop buntut dengan varian yang rasanya paling komplit. Mulai dari sop buntut biasa, goreng, bakar, cabe ijo, atau balado. Semua disajikan dengan kuah sop buntutnya yang khas.

Masih di seputar buntut sapi, Sop Buntut Ibu Samino juga menyediakan masakan non-sop namun dengan bahan buntut sapi. Misalnya saja ada soto Betawi buntut. Yang ini kuahnya berbeda dengan sop buntut. Masakannya berkuah dengan santan namun dengan buntut sapi yang empuk. Masih di sop Betawi, ada pula pilihan dagingnya berupa iga sapi. Kuahnya sama dengan sop Betawi buntut. Yang tak disertai kuah hanyalah nasi goreng buntut.

Sop Buntut Ibu Samino
Sop Buntut Ibu Samino reguler. Foto: IG Ibu Samino

Rahasia kelezatan sop buntut di sini ada pada bumbu khas yang diracik sendiri oleh ibu Samino. Cita rasa yang disajikan terasa sangat kuat dan membuat lidah bergoyang. Terutama ketika menyeruput kuahnya.

Selain varian pengolahan atas buntutnya, ada pula varian berdasar porsinya. Porsi biasa umumnya terdiri dari tiga potong buntut yang dagingnya sangat empuk dan hamper lepas dari tulang buntutnya. Ada pula porsi spesial yang isinya dua kali lipat porsi biasa.

Warung Sob Buntut Ibu Samino tak cuma melayani pesanan sop buntut. Masih di soal sop, di rumah makan ini ada juga punya menu sop iga sapi yang tak kalah gurihnya. Selain itu ada pula menu-menu lain, umumnya masakan Jawa Tengah.

Bagi yang tak suka masakan olahan sapi, ada pula yang serba ayam. Ada ayam goreng biasa, ayam goreng kremes, ayam bakar, juga ayam balado. Mereka juga menyediakan menu bebek, variannya sama dengan masakan ayam. Ada yang goreng, bakar atau balado.

Sop Buntut Balado Ibu Samino
Sop Buntut Balado. Foto IG Ibu Samino

Sebelum pandemi restoran ini juga menyediakan masakan Yogya seperti gudeg. Namun tampaknya menu ini cukup rumit dan penggemarnya tak banyak di sini, sehingga kemudian dihilangkan dan kembali fokus ke menu andalan sop buntut.

Untuk minuman di restoran Sop Buntut Ibu Samino tersedia menu yang cukup variative. Mulai dari aneka juice buah segar hingga aneka kopi yang kekinian, misalnya Kopi Jack (Jakarta With Love) dan Kopi Tubruk Hitam. Ada pula minuman tradisional seperti beras kencur. Ini tampaknya sesuai dengan citra tempat makan ini menjual menu-menu Jawa.

Sop Buntut Ibu Samino

Jalan Tentara Pelajar (Arteri Permata Hijau-Patal Senayan) Nomor 22, Kelurahan Grogol Utara, Jakarta Selatan

Jalan Pakubuwono VI No.11E Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

agendaIndonesia

*****

Lontong Cap Go Meh, Kuliner Khusus di Hari Ke15

Lontong Cap Go Meh hari-hari ini banyak disajikan di resto-resto tanpa mengenal waktu. Padahal, pada mulanya, ini adalah sajian khas penutupan perayaan tahun baru Imlek. Khususnya di hari ke 15, cap go meh.

Lontong Cap Go Meh

Dari namanya, orang bisa langsung mahfum jika lontong cap go meh berkaitan erat dengan budaya dan tradisi masyarakat Tionghoa. Persepsi itu tidak keliru, meski harus hati-hati melihatnya. Masakan ini sebenarnya hanya masuk khasanah khusus Peranakan-Jawa. Sedangkan kaum peranakan di Kalimantan dan Sumatera tidak mengenal hidangan ini. Oleh karena itu, hidangan ini hanya ada pada perayaan Imlek di kalangan masyarakat Tionghoa di Jawa, khususnya Semarang, Jawa Timur, dan  Betawi.

Dari cerita mulut ke mulut, lontong Cap Go Meh ini disebut-sebut sebagai adaptasi masyarakat Tionghoa terhadap masakan lokal Indonesia, khususnya di Jawa. Dahulu pendatang Tionghoa pertama kali bermukim di kota-kota pelabuhan di pesisir utara Jawa, seperti Semarang, Pekalongan, Lasem dan Surabaya. Masakan ini dipercaya sebagai lambang asimilasi budaya antara kaum peranakan dan masyarakat Jawa.

Lontong Cap Go Meh sendiri sebenarnya tidak berbeda dari lontong sayur biasa. Kondimennya pun mirip, yaitu lontong yang sudah terpotong-potong disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh atau sayur labu siam, sambal goreng hati, acar, telur pindang, bubuk koya, abon sapi, sambal, serta tidak lupa kerupuk.

Lalu di mana percampuran budayanya? Apa bagian dari masakan ini yang dibawa masyarakat Tionghoa?

Sebelum masuk Indonesia, masyarakat Tionghoa mempunyai masakan sejenis lontong, yakni yuanxiao. Ini adalah bola-bola tepung beras yang padat kuliner khas Ca Go Meh di Tionghoa. Ada anggapan tradisional Tionghoa yang menyatakan bahwa Yuanxiao yang padat melambangkan keberuntungan.

Masakan yang padat ini penting sebagai kebalikan dari bubur yang “diharamkan” saat perayaan Imlek. Bubur yang encer diangap membawa sial jika disajikan saat Imlek hingga hari ke 15.

Pada saat Laksamana Cheng Ho pada Dinasti Ming, sekitar tahun 1368-1644, masuk ke wilayah pesisir Jawa, terutama di sisi Semarang, banyak angota pasukannya yang berinteraksi dengan masyarakat setempat. Dari pertemuan ini  terjadi perkawinan dengan perempuan-perempuan Jawa.


Dalam kehidupan sehari-hari, mereka lantas melihat ada lontong yang mirip Yuanxiao, hanya bentuknya panjang. Ini dianggap semakin melengkapi dengan falsafah saat perayaan Imlek yang biasanya identik dengan doa panjang umur. Bentuk lontong yang panjang juga dianggap melambangkan umur yang panjang.

Bagi masyarakat peranakan di Jawa, lontong Cap Go Meh dipercaya sebagai makanan yang membawa keberuntungan. Selain bentuk lontong yang melambangkan umur yang panjang, telur ayam dalam berbagai budaya juga dipercaya sebagai simbol keberuntungan, sedangkan kuah santan serta bumbu dengan kunyit dipercaya sebagai lambang emas dan kemakmuran.

Nama Cap Go Meh sendiri diambil dari dialek Hokkian yang berarti ‘malam ke 15’ alias malam bulan purnama menurut penanggalan Imlek. Dan Cap Go Meh adalah penutup dari perayaan tahun baru Imlek.

Rupanya kemudian berkembang, masyarakat peranakan melihat tradisi kuliner ketupat lebaran dan opor ayam. Mereka melihat bagaimana para santrai yang tersebar di banyak kota di pesisir utara Jawa merayakan Lebaran dengan menyantap ketupat atau lontong opor. Ini yang kemudian diadopsi dan dikawinkan dengan tradisi Imlek.

Lontong Cap Go Meh ada di banyak kota di pesisir pulau Jawa.
Lontong Cap Go Meh memiliki berbagai variasi, sesuai karakter masyarakat setempat. Foto: Unsplash

Dalam perjalanannya, lontong Cap Go Meh bisa berbeda di sejulah daerah. Di kawasan pecinan di Jakarta, Semarang, maupun Surabaya paduan kondimen lontong Cap Go Meh bisa tidak sama. Di Jakarta, misalnya, lontong Cap Go Meh biasanya menggunakan sayur lodeh. Sedangkan di kawasan lain bisa. Yang wajib adalah harus ada lontong dan opor ayam, sambel goreng jeroan, sama kerupuk udang.
Lalu, di mana orang bisa mendapatkan lontong Cap Go Meh yang enak? Rasa tentu saja selera, tapi berikut ada beberapa tempat yang menyajikannya.

Gado-gado Bonbin; Jl. Cikini IV No. 1, Jakarta Pusat

Gado Gado Bon Bin memang terkenal banget nih sama gado-gadonya yang melegenda. Tapi Selain gado-gado, lontong cap go meh di sini tidak kalah enak.

Lontong Cap Go Meh & Rujak Cingur Surabaya; Summarecon Mall Lt2

Lokasi Serpong yang jauh nggak akan terasa kalau dibalas dengan kelezatan lontong cap gomeh yang satu ini. Dengan sentuhan resep khas Surabaya

Sate Khas Senayan

Di resto ini menu lontong Cap Go Meh tersedia hampir sepanjang waktu dan dengan kondimen yang lengkap. Gerainya yang banyak memudahkan orang mendapatkan menu ini.

agendaIndonesia

*****

Buah Tangan Banyuwangi, 5 Yang Layak Dibawa

Buah tangan Banyuwangi banyak ragamnya, dari yang berbentuk produk kerajinan seperti batik atau patung dan topeng barong, ada juga beragam penganan. Batik? Betul, memang batik Banyuwangi belum sepopuler saudara-saudaranya dari Yogya, Solo, Pekalongan, Cirebon, bahkan Madura, namun ia salah satu yang memiliki ciri khas.

Buah Tangan Banyuwangi

Kota di ujung timur pulau Jawa ini juga memiliki aneka panganan kecil yang unik. Sebutlah bagiak, yang mengingatkan kita pada bagea dari Manado, atau ada pula ladrang dan sale pisang. Berikut ada enam oleh-oleh Banyuwangi, Jawa Timur, yang layak dibawa pulang sebagai buah tangan.

Batik Banyuwangi

Batik Banyuwangi dikenal sebagai batik pesisiran. Motifnya beragam, umumnya flora dan fauna, yang terkenal adalah motif Kopi Pecah hingga Gajah Oling. Ada juga motif Kangkung Setingkes, Kawung, Gedekan, Sembruk Cacing.

Yang terkenal adalah motif gajah oling, itu sebabnya batik Banyuwangi sering juga dieknal sebagai batik gajah uling. Motif ini berupa belalai gajah yang membentuk tanda tanya. Kini batik Banyuwangi memiliki 43 motif lain. Hampir seluruh motif memiliki filosofi tersendiri.

Sejarah batik Banyuwangi masih dipengaruhi batik Mataraman. Selain itu, ada juga pengaruh Timur Tengah, Tiongkok dan lainnya. Karena itu, batik Banyuwangi semarak dengan warna-warni biru, merah, kuning, hijau, dan oranye. Tersedia dalam bahan katun dan sutra, baik tulis maupun cetak.

Umah Batik Sayu Wiwit; Jalan Sayu Wiwit, Kelurahan Temenggungan; Banyuwangi

Anyaman Bambu

Produk kerajinan lain yang bisa dijadikan buah tangan adalah produk kerajinan anyaman bambu. Adalah desa Gintangan di Kecamatan Rogojampi sebagai  sentra produk anyaman bambu terbesar di Banyuwangi, bahkan di Jawa Timur. Sentra ini menghasilkan lebih dari 100 produk kerajinan bambu. Dari hiasan dinding hingga perlengkapan dapur. Dipasarkan tak hanya di Indonesia, tapi juga ke luar negeri seperti Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara di Asia Tenggara.

Salah satu produsen produk anyaman bambu adalah Widya Handicraft. Tempat ini memproduksi aneka produk dari stoples bambu, tempat buah, wadah tisu, tempat koran, kap lampu, wadah perhiasan, dan lain-lain. Harga bervariasi atau bergantung pada ukuran dan tingkat kerumitan. Tempat buah dan satu set stoples, misalnya, harganya mulai Rp 100 ribuan. Semua produk menggunakan bambu apus yang terkenal kuat dan banyak tumbuh di kawasan itu.

Widya Handicraft; Desa Gintangan; Rogojampi; Banyuwangi

Buah tangan Banyuwangi banyak ragamnya, mulai dari produk kerajinan hingga panganan.
Kesenian Barong Banyuwangi yang biasa dipentaskan saat ada warga yang punya hajat. Foto: shutterstock

Patung Barong

Di Banyuwangi ada kebiasaan masyarakat asli setempat, dikenal sebagai masyarakat Using, saat mempunyai hajatan akan menggelar kesenian Barong. Sepintas, barong Banyuwangi mirip dengan barong Bali. Bedanya barong Banyuwangi  lebih kecil dan ornamennya didominasi warna merah-kuning. Di Desa Kemiren, barong dipakai untuk ritual bersih desa setelah Lebaran.

Selain sebagai kesenian, sama seperti juga dengan di Bali, barong Banyuwangi juga dibuat barang kerajinannya sebagai kenang-kenangan. Suvenir barong Banyuwangi memiliki tinggi sekitar 30 sentimeter dengan panjang 25-an  sentimeter. Barong ini dilengkapi dengan suara gamelan yang direkam dari aslinya dan dapat bergerak ke kanan dan kekiri. Selain barong, ada juga patung penari gandrung.  

Kerajinan Kayu Rahmat Jaya; Jalan Dr Rasyad N0 249, Banyuwangi

Alat Musik Kalimba

Kalimba sejatinya alat musik dari Afrika Selatan. Alat musik yang terdiri dari kotak suara dan tuts-tuts logam ang ymenempel di bagian atas dan biasanya dimainkan dengan ke dua jempol tangan. Kalimba terbuat dari tempurung kelapa dan kayu sebagai penutup. Tujuh baris lempang besi berjajar di atasnya berfungsi sebagai tuts. Ada bolongan di tengahnya.

Ada tiga jenis kalimba. Pertama, perpaduan tempurung kelapa dan kayu sonokeling; lalu ada pula kalimba dengan hiasan cat warna-warni; dan terakhir yang banyak ditemui, mungkin karena yang termurah, ialah kalimba dengan penutup kayu mahoni polos. Dengan harga yang tak terlalu mahal, di bawah Rp 100 ribu, alat ini layak dibawa untuk oleh-oleh atau kenang-kenangan.

Supriyanto Kalimba; Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi; Banyuwangi

Kue Bagiak

Bagiak adalah kue kering tradisional Banyuwangi yang dulu hanya disajikan saat Lebaran. Bentuknya seperti telunjuk orang dewasa. Berwarna putih kecokelatan. Berbahan utama tepung tapioka dan parutan kelapa yang disangrai.

Bisa ditemui di berbagai pusat oleh-oleh Banyuwangi.

Saat ini pengunjung bisa mencicipi berbagai macam varian rasa yang ditawarkan kue bagiak. Beberapa di antaranya adalah kacang, jahe, susu, durian, vanilla, pandan atau lainnya. Banyak wisatawan membawa untuk oleh-oleh, selain harganya tidak mahal, bagiak juga mudah ditemui di toko-toko oleh-oleh. Dan satu lagi, kue kering ini tahan lama.

Rumah Kue Gajah Oling; Jalan Imam Bonjol 34; Banyuwangi

agendaIndonesia

*****

Kota Singkawang, Cap Go Meh Dan 1000 Tatung

Kota Singkawang punya Festival Cap Go Meh yang menampilkan parade tatung.

Kota Singkawang di Kalimantan Barat selalu menjadi pusat perhatian wisatawan saat perayaan Cap Go Meh. Tidak saja di Indonesia, tapi sudah meluas ke manca negara.

Kota Singkawang

Pagi di Singkawang saat hari ke-15 setelah Imlek –karenanya disebut Cap go meh, yang artinya hari ke 15—seluruh penjuru kota ini menjadi riuh dan meriah. Itu tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2021, Cap go Meh yang mestinya jatuh pada Jumat 26 Februari—mungkin tak akan semeriah biasanya. Mungkin pandemi menelan keriuhan itu.

Dalam situasi “normal”, biasanya sejak pagi-pagi sekali kota ini sudah mulai “dibisingkan” dengan suara gendang yang bertalu-talu dan bersahutan dengan gemerincing cymbal. Mereka punya nada dan biarama yang khas. Sehari sebelumnya bahkan biasanya suasana mistis mulai mengintip di sudut-sudut kota. Aroma hio atau dupa mulai meruar dari kelenteng-kelenteng.

Singkawang, seperti disebut di muka, memang terkenal sebagai pusat perayaan Cap Go Meh di Indonesia. Cap Go Meh di kota ini bahkan sudah menjadi agenda festival yang memikat wisatawan dari dalam maupun luar negeri.

Suasana Cap Go Meh sudah mulai terasa sejak tahun baru Imlek, dan getarannya terus terasa selama 15 hari. Puncak acaranya biasanya berupa parade tatung. Istilah tatung ini diberikan kepada para dukun pemanggil roh. Buat yang percaya, mereka ini manusia pilihan dewa di mana roh-roh berkenan manjing atau merasuk ke dalam diri mereka.

Dalam parade, para tatung berpakaian dengan perbagai gaya. Biasanya dengan warna-warna cerah. Warna kostum mereka hitam, kuning, merah atau hijau. Mereka tampil bak dewa, ksatria, jenderal, atau panglima perang. Perisai dan pedang yang mereka bawa berkilau-kilau oleh sepuhan emas dan perak. Mereka biasanya mengusung bendera segitiga yang memuat nama para tatung tersebut. Para tatung ini ada yang berjalan kaki, ada yang ditandu. Ini bukan sekadar atribut festival, tapi memperlihatkan posisi sosial mereka di masyarakat. Sebagian memikul tandu sembari menyipratkan air penolak bala.

Maksud posisi sosial ini adalah kepercayaan publik kepada “kesaktian” mereka. Di luar acara Cap Go Meh, para tatung ini sejatinya adalah paranormal yang mampu meramal nasib dan mengobati penyakit.aJadi, semakin “sakti” seorang tatung dan dipercaya masyarakat yang minta dibacakan nasib mereka, atau datang untuk berobat, artinya akan banyak sumbangan masuk. Dana sumbangan inilah yang salah satunya bisa berwujud tandu yang mereka pakai saat parade.

Bagi yang percaya, tatung ini dipercaya sebagaimana manusia pilihan dewa. Masyarakat Singkawang, dan juga sebagian di kota lain di Kalimantan Barat seperti Pontianak dan Sambas, meyakini mereka dapat membantu manusia mencapai kedamaian, atau pengobatan. Caranya, mereka membiarkan badannya dirasuki roh.

Kota Singkawang terkenal sebagai salah satu China Town dengan Festival Cap Go Meh yang dramatis dengan penampilan para tatung.
Festival Cap Go Meh di Singkawang, Kalimantan Barat, menampilkan parade para tatung. Foto: shutterstock

Saat kerasukan itulah, jarum-jarum besi sepanjang 50 sentimeter bisa menembus pipi, bibir, bahkan lidah mereka tanpa satu tetes darah pun yang menetes. Konon, mereka harus menjadi vegetarian selama tiga hari sebelum upacara atau parade, agar jiwa mereka menjadi bersih dan kuat untuk ditusuk.

Cap Go Meh sejatinya merupakan hari terakhir perayaan Imlek, dan biasanya dilakukan sembahyangan tahun baru untuk memohon berkah. Di Singkawang, ritual sembahyang saat Cap Go Meh ditujukan pada Dewa Langit atau Ket Sam Thoi. Sebagai Kota Seribu Kelenteng, masyarakat Singkawang menganut kepercayaan Konghucu dan mengucapkan syukur pada dewa-dewi kepercayaan mereka.

Banyaknya warga keturunan Tionghoa di Singkawang, yang sering disebut juga sebagai kota seribu klenteng ini, membuatnya menjadi salah satu tempat perayaan Imlek dan Cap Go Meh yang menarik dikunjungi. Sebagaimana dilaporkan tirto.id yang mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) 2011, Singkawang memiliki 246.306 penduduk dan 42 persen di antaranya adalah warga keturunan Tionghoa. Sisanya ada dari suku Jawa, Dayak, Melayu dan lainnya.
Masyarakat Tionghoa sudah ada di kota ini sejak ratusan tahun lalu, atau setidaknya mulai tahun 1740. Orang dari luar ini bisa jadi melihat Singkawang sebagai pecinan besar. 

Nama Singkawang sendiri, masih dari tirto.id, berasal kata San Kew Jong, yang dalam bahasa Hakka berarti: gunung, muara, dan laut. Nama Singkawang mulai dicatat orang Eropa setidaknya sejak 1834, seperti ditulis George Windwor Earl dalam The Eastern Seas. Tidak mengherankan perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Singkawang juga menyuguhkan budaya Tionghoa yang kental.
Festival Cap Go Meh sudah puluhan tahun diselenggarakan di Singkawang. Dengan puncak acaranya pada parade para tatung. Konon saking banyaknya tatung yang muncul saat parade, ada yang menyebut 1.000 tatung memenuhi jalanan kota ini.

Bagi yang datang ke Singkawang ketika parade tatung tapi ngeri untuk menyaksikannya, bisa memilih atraksi lain: Festival Lampion. Ini biasanya juga diselenggarakan dalam rangkaian Imlek di Singkawang.Tak hanya barisan lampion yang digantung, tapi juga pawai lampion dan dekorasi Imlek. Berkali-kali festival lampion ini jga memecahkan rekor Muri. Pada 2009 ada 10.895 lampion dinyalakan di Singkawang. Lalu, pada 2018 ada 20.607 lampion dinyalakan.

Tahun 2021 ini, terkait pandemi, mungkin parade tatung akan ditiadakan. Namun, mudah-mudahan ada puluhan ribu lampion yang menyala.

agendaIndonesia

*****

Kuliner Bulevar PIK, 5 Pembangkit Selera

Kuliner Bulevar PIK semakin menjadi pilihan untuk bersantap dan berkumpul handai taulan.

Kuliner Bulevar PIK kian hari kian menjadi pilihan untuk bersantap atau sekadar nongkrong dan bersosialisasi. Bersenang-senang. PIK atau Pantai Indah Kapuk pernah tidak dianggap sebagai pilihan untuk wisata kuliner, beberapa tahun terakhir sinarnya makin mencorong. Apa lagi setelah kini hadir PIK 2.

Kuliner Bulevar PIK

Pantai Indah Kapuk makin menjadi salah satu destinasi kuliner populer. Ada sebuah bulevar dengan deretan kafe yang menggoda, dari makanan hingga interiornya. Mulai steak, pasta, hingga bubble tea dan es parut. Sulit juga jika sekali waktu harus memilih rumah makan terbaik di sini. Hingga beberapa tempat yang sama populernya tidak ditulis di sini. Pilihan di bawah ini pastinya dapat memuaskan lidah nusantara dan internasional serta bagi pencari menu yang mencari rasa autentik.

Bulevar Crown Golf merepukan kawasan ruko yang berlokasi di PIK 1, ada banyak pilihan makanan. Jika belum pernah menyambanginya, ada baiknya melakukan riset kecil-kecilan agar waktu tak habis hanya untuk menimbang-nimbang mana yang dipilih.

Buat Yang Seneng Nongkrong

Namanya Eighteen Pies, dari namanya sudah ketahuan apa sajian andalan mereka, meski menu lainnya juga banyak. Menu makanan beratnya juga ada. Cafe ini menyajikan beragam pastry yang bikin kita betah nongkrong, terutama untuk kaum hawa. Buka apa-apa, desain interiornya mengusung tema modern klasik dengan sentuhan feminin yang kuat.

Menu yang ditawarkan ada ragam kuliner Indonesia dan Chinnese. Jika cuma ingin santai dan menantap yang ringan, ada kue-kue yang enak. Ragam pastry juga banyak. Misalnya, bisa cobainspecialty cake-nya: nastar crumble, yang dikombinasikan dengan teh panas. Ada berbagai pilihan teh. Bila ingin yang agak berat, karena waktunya nanggung untuk makan besar, bisa memilih sandwich. Misalnya saja croissant dengan isian chicken katsu, sunny side egg alias telur ceplok, mayo dan disajikan dengan salad. 

Eighteen Pies; Ruko Crown Golf, Blok D No. 16, Bukit Golf Mediterania; Jl. Marina Indah Raya, Pantai Indah Kapuk, Jakarta

Bebek Nomor 1

Bihun Bebek A Eng, restoran dari Medan, memiliki sejarah yang panjang. Kisahnya dimulai sejak Perang Dunia II. Yakni ketika satu keluarga dari Guang Dong, Cina, bermigrasi ke ibu kota Sumatera Utara. Untuk bertahan hidup, mereka membuka kedai bakmi sederhana di Jalan Semarang, Medan, dengan berbekal resep keluarga dari Tiongkok. Rupanya, rasanya cocok dengan lidah setempat, sehingga sajian itu pun dengan cepat dikenal luas. Kini tak perlu ke Medan untuk bisa mencicipinya, karena telah ada cabangnya di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Seperti halnya bakmi ayam, sajiannya merupakan paduan antara bakmi dan irisan daging bebek rebus. Bakminya lembut, tapi tidak lembek dan daging bebeknya sangat empuk. Yang membikin kian lezat adalah kuahnya. Bakmi ini disajikan dalam sebuah mangkuk besar.

Bihun Bebek A Eng; Ruko Crown Golf Block A 36; Bukit Golf Mediterania; Pantai Indah Kapuk, Jakarta

Kehangatan ala Jepang

Demam Jepang tampaknya tak pernah hilang di Jakarta. Yang paling populer tentu ramen. Ada banyak restoran ramen di kota ini. Tapi beberapa penggemar ramen mengklaim bahwa Ikkudo Ichi di Pantai Indah Kapuk merupakan salah satu yang terbaik.

IKKUDO ICHI

Ketika saya singgah ke resto ini, sang pelayan menyebutkan pilihan favorit tamu adalah ikkudo tori kara. Merupakan paduan irisan daging ayam, telur setengah matang, daun bawang, dan biji wijen, ramen ini dicampur dengan saus kara spesial sehingga menambah rasa pedas. Untuk temannya, bisa pesan age tori gyoza alias bakpau ayam. Tentu juga dengan secangkir ocha atau teh Jepang.

Ikkudo Ichi; Rukan Crown Golf Block D No. 2-3; Bukit Golf Mediterania; Pantai Indah Kapuk, Jakarta

Alternatif untuk Keluarga

Kebanyakan tempat makan berlomba memberikan rasa dan tempat terbaik. Shao Kao, restoran sate barbeku Cina, dihadirkan dengan penataan sederhana. Bisa ditemukan di sebelah Sate Khas Senayan. Benar-benar sebuah rumah makan yang bersahaja. Hal ini menjadikan Shao Kao pilihan yang tepat untuk makan dan bersantai bersama keluarga dan teman.

SHAO KAO 2

Pilihan hidangannya bermacam-macam, antara lain, bakmi, nasi, sayuran, dan sate—daging sapi, kambing, ayam, dan babi. Selain itu, ada kulit ayam dan beragam jamur. Plus, otak-otak dan pao. Tamu bisa meminta untuk dibuatkan sajian pedas sesuai selera.

Shao Kao; Ruko Cordoba Block F No. 6; Bukit Golf Mediterania; Pantai Indah Kapuk, Jakarta

Pilihan Sechuan Hot Pot

Untuk yang senang shabu-shabu atau pangang-memanggang sendiri, ada pilihan Shu Guo Yin Xiang,  Chinese restaurant dengan specialisasi Sechuan hot pot. Penggemarnya cukup banyak, sehingga karena lokasinya di ruko yang tidak terlalu besar, jika pas jam makan siap-siap antri saja.

Suasananya sangat oriental jadi sangat pas jika ingin merayakan Imlek atau Cap Go Meh di sini. Dari luar terlihat biasa saja, namun ketika kita masuk ke dalamnya ternyata daftar tunggunya cukup panjang. Rata-rata meja di sini di siapkan untuk 4 orang.

Utamanya makan di sini tentu saja shabu-shabu, tapi yang istimewa pilihan saus atau sambel atau bumbu celupnya sangat banyak. Yang tidak biasa mungkin bisa bingung, jangan ragu untuk bertanya ke waiter. Termasuk jika ingin mencampur atau antara satu bumbu dan saos yang lain.
Shu Guo Yin Xiang; Ruko Crown Golf, Blok D No. 62-63, Bukit Golf Mediterania; Jl. Marina Indah Raya, Pantai Indah Kapuk, Jakarta

agendaIndonesia/Fiz R./Arcaya M.

******