Dolan Ke Malino, 5 Atraksi Asyik

Dolan ke Malino Highlands dan menikamti sejumlah atraksi menarik.

Dolan ke Malino di Sulawesi Selatan, selain menikmati hawa sejuk pegunungan, wisatawan juga bisa asyik dengan sejumlah atraksi yang ada di sini. Mulai dari menyruput teh langsung dari perkebunan teh di kawasan ini, juga menikmati pemandangan alamnya yang indah.

Dolan Ke Malino

Sulawesi tidak hanya memiliki pemandangan bawah laut yang menakjubkan, pulau ini juga disebut-sebut sebagai surganya wisata dataran tinggi. Pesona alam dataran tinggi Sulawesi yang paling fenomenal adalah Malino Highlands.

Malino Highlands terletak di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Untuk mencapai destinasi ini wisatawan memerlukan waktu kendara 2-3 jam dari Kota Makassar, dengan jarak tempuh sekitar 80 kilometer.

Perkebunan Teh Malino Kemenparekraf
Ataksi utama di Malino Highlands tentu saja adalah menikmati alah satu tek kualitas terbaik. Foto: Kemenprekraf

Meskipun terdengar cukup jauh, namun wisatawan yang berniat mengunjungi atau dolan ke Malino Highlands tidak akan kecewa selama di perjalanan. Pasalnya, jalur menuju Malino Highlands ini didominasi dengan panorama cantik khas dataran tinggi Makassar.

Secara geografis, Malino Highlands berada di ketinggian 1.200 mdpl. Jika ditotal, luas wilayah Malino Highlands mencapai 200 hektar. Di sini wisatawan dapat menikmati panorama hamparan perkebunan teh nan luas dengan udara sejuk khas pegunungan. Karena keindahannya, banyak pihak yang memasukkan dolan ke Malino Highlands sebagai salah satu lokasi yang cocok untuk relaksasi.

Racikan Teh ala Malino Highlands

Menurut cerita masyarakat setempat, area kebun teh di Malino Highlands dulunya memiliki luas 900 hektare, dan bisa menyuplai teh ke seluruh daerah Sulawesi. Meski saat ini areanya menyempit, namun teh Malino tetap menjadi komoditas teh unggulan di Indonesia.

Bahkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, menyebutkan jika teh dan kopi ala Perkebunan Teh Malino merupakan salah satu teh terbaik di dunia.

Bagi wisatawan menyeruput teh saat berwisata dolan ke Malino Highlands memang tidak boleh dilewatkan. Pasalnya, diterpa udara dingin, kehangatan teh bisa menjadi obat paling ampuh untuk memberikan kenyamanan pada tubuh.

Tak perlu bingung, di destinasi wisata ini terdapat beberapa kafe yang menyajikan teh-teh terbaik khas Malino. Wisatawan dapat mencoba berbagai varian teh tersebut ditemani dengan kudapan khas setempat. Selain itu, wisatawan pun bisa membeli teh khas Malino sebagai oleh-oleh dolan ke Malino.

Malino tidak hanya menyuguhkan keindahan khas perkebunan teh saja. Destinasi wisata ini juga memiliki beragam wisata lainnya yang tidak kalah menarik. Beberapa jenis daya tarik wisata yang berada di wilayah Malino Highlands.

Wisata Air Terjun

Tidak jauh dari lokasi perkebunan teh wisatawan bisa menikmati keindahan dua air terjun sekaligus. Air terjun tersebut adalah Air Terjun Takapala dan Air Terjun Ketemu Jodoh. Masing-masing berjarak 600 dan 800 meter menyusuri jalan menurun dari puncak perkebunan teh Malino.

Taman Bunga Malino

Masih berada di kawasan Malino Highlands, wisatawan yang dolan ke Malino bisa menikmati bunga warna-warni yang cantik memanjakan mata. Lokasi ini disebut dengan Taman Bunga Malino. Bukan sekadar taman bunga biasa, lokasi ini juga menjadi sentra penelitian tanaman bunga yang dijadikan komoditi ekspor.

Dolan ke Malino selain menyruput tek juga menikmati alam yang indah.
Trek di kawasan perkebunan bisa dipakai untuk bersepeda Foto: dok. shutterstock

Kawasan Hutan Pinus

Seperti yang sempat disinggung di awal, Malino Highlands dikelilingi oleh panorama hutan pinus nan eksotis. Keindahannya membawa nuansa magis yang menenangkan bagi wisatawan yang datang untuk berekreasi. Deretan pohon pinus ini bisa dinikmati tidak jauh dari lokasi perkebunan teh Malino Highlands.

Wisata Memacu Adrenalin

Selain destinasi wisata di atas, pihak pengelola Malino Highlands juga menyiapkan beragam atraksi wisata yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Atraksi wisata ini meliputi beragam aktivitas seru yang didesain khusus untuk wisatawan yang ingin memacu adrenalin.

Aktivitas ini berupa paralayang, menunggang kuda, bungee jumping, trampolines, cross country running, bersepeda, taman satwa, outbond, jalur tracking, hingga teropong untuk melihat benda-benda angkasa. Di lokasi ini juga terdapat mini zoo yang dilengkapi dengan berbagai koleksi satwa.

Malino Highland malinohighlands com
Trekking dan bersepeda bisa menjadi pilihan.

Untuk pengunjung yang ingin bermalam di area Malino Highlands tersedia berbagai akomodasi penginapan. Lengkapnya fasilitas di destinasi ini tidak bisa dilepaskan dari upaya pemerintah daerah setempat untuk mengembangkan potensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Malino.

Jadi, tertarik menikmati pemandangan dan suasana khas perkebunan teh Malino?

agendaIndonesia/kemenparekraf

*****

Kepulauan Mentawai Dan 72 Titik Surfing

Untaian 213 pulau eksotik di mentawai dengan pasir putih dan tarian ombak.

Kepulauan Mentawai mungkin ramai diperbincangkan orang saat gempa bumi 2019 lalu. Sejatinya, kepulauan ini sudah menjadi buah bibir banyak orang karena ombak lautnya. Ia menjadi salah satu spot pilihan peselancar dunia di Indonesia. Selain G-land di Banyuwangi, Jawa Timur.

Kepulauan Mentawai

Masyarakat Mentawai, dan sejumlah peselancar, dengan berani menyebut Kepulauan Mentawai sebagai King of Surfing Spot di Indonesia. Mereka menunjuk sejumlah referensi dari majalah surfing internasional menyebutkan tantangan gulungan ombak di perairan Mentawai sebagai kelas dunia.

Kabupaten Mentawai di Provinsi Sumatera Barat ini terkenal sebagai salah satu lokasi surfing terbaik di dunia sejak 1993. Kepulauan ini dikunjungi sedikitnya empat ribu peselancar asing setiap tahunnyan pada musim ombak, yakni mulai Maret hingga September. Terdapat 72 spot ombak surfing di sini. Dua titik ombak, yang dinamai oleh para peselancar sebagai spot Lances Right dan Macaronies, disebut-sebut sebagai 10 titik terbaik di dunia. Ombaknya selalu konsisten.

Sejumlah peselancarprofesional menuturkan, ketinggian ombak di Pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan mencapai 4 meter dengan pecahan gelombang enam kali. Ada 72 titik surfing yang menjadi favorit para peselancar dunia dari Australia, Selandia Baru, Jepang, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Amerika Latin, dan lain-lain.

Setiap Musim surfing,
yakni Maret-September, ribuan peselancar
datang via Padang ke Desa Tuapejat, Pulau Sipora. Jumlahnya lebih banyak wisatawan asing dibandingkan wisatawan domestik. Perbandingannya lebih dari 7.000 wisatawan asing per tahun, sedangkan turis domestik berkisar 2.000 orang.

Ada dua jalur untuk menuju Mentawai. Pertama jalur laut. Selama ini ada Kapal Cepat MV Mentawai yang berangkat dari pelabuhan laut kota Padang ke Pulau Sipora. Jadwal kapal ini tiga kali sepekan dengan daya tampung 200 penumpang untuk satu trip. Dengan tarif tiket sekitar Rp 250-300 ribu per orang, perjalanan menuju Sipora sekitar 3 jam. Bisa pula menggunakan jalur udara dari bandara Minangkabau di Padang menuju Bandara Rokot di Sipora. Sayangnya tiket lebih mahal dan jumlah maskapai dan jadwalnya lebih terbatas.

Penginapan atau akomodasi berupa resor dan homestay juga bermunculan di Mentawai. Sayangnya, masyarakat setempat memang belum banyak berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi yang berkenaan dengan bidang pariwisata. Dari total 30 resor, 50 persen di antaranya milik asing. Masyarakat lokal lebih banyak memanfaatkan bisnis turunannya seperti warung makan dan penyewaan kendaraan bermotornya.

Ada juga sejumlah wisata
minat khusus lain yang tersedia
di Mentawai, seperti fishing di 43 titik, trekking di Desa Madobak Hutan Taman Nasional Siberut, dan mengamati satwa penghuni hutan bakau. Sisi kebudayaan
juga menyajikan kepercayaan tradisional Sabulungan yang berbasis animisme dan budaya tato di kalangan Sikerei (tabib), yang telah ada sejak 1.500 sebelum Masehi atau termasuk yang tertua di dunia.

Masyarakat Mentawai memang sangat dekat dan menghormati alam sekitar mereka. Mereka mempercayai ada tiga roh yang mereka percaya melindungi kehidupan alam Kepulauan Mentawai. Ketiganya ialah Tai Ka Manua sebagai penjaga langit, Tai
 Ka Bagat Koat sebagai penjaga laut, dan Tai Ka Leleu sebagai penjaga hutan dan pegunungan. Dalam praktek kehidupan sehari-hari, peraturan tidak tertulis melarang penduduk Mentawai menebang pohon sembarangan. Penebangan pohon harus melalui ritual khusus. Membuang sampah atau kotoran manusia ke sungai juga hal yang tabu.

Dalam kepercayaan tradisional Mentawai, pohon, sungai, dan seluruh isi alam adalah kehidupan yang patut dihormati. “Penghormatan terhadap kehidupan alam ini yang membuat sungai-sungai di Siberut masih terjaga kejernihannya,” ujar seorang warga lokal. Jika terjadi ketidakseimbangan antara ketiga kehidupan alam tersebut, masyarakat setempat percaya salah satu roh penjaga dapat menunjukkan kemarahannya.

Dinas Pariwisata setempat juga tengah mengembangkan paket Desa Wisata di Madobak dan Simatalu, bagian Barat Pulau Siberut, yang menjadi domisili suku asli Mentawai. Kedua desa itu tengah diusulkan sebagai kawasan konservasi budaya. Paket wisata lain yang juga dirancang adalah wisata herbal karena banyak tanaman herbal di Hutan Taman Nasional Siberut.

Pulau Siberut menjadi satu-satunya pulau di Mentawai yang masih didiami sikerei atau tabib atau ahli pengobatan tradisional. Uma atau rumah tradisional, tempat kediaman sikerei beserta keluarganya juga telah diusulkan kepada UNESCO menjadi warisan budaya dunia. Di uma ini, sikerei melakukan segala aktivitas kehidupannya, seperti menggelar upacara kelahiran dan kematian, pertunjukan tarian budaya, membuat tato di tubuh, mengukir gigi, dan lain-lain

Di jalur trekking di Taman Nasional Siberut, turis bisa melihat langsung satwa endemik, seperti monyet, tupai, musang, tikus, 150 jenis burung termasuk burung hantu, ular, kadal, kura-kura, kodok dan serangga. Sedangkan flora di dalam taman nasional ialah jelutung, gaharu, anggrek, rotan, dan bunga bangkai.

Hampir seluruh wilayah Mentawai memiliki potensi wisata. Jika satu wilayah tidak memiliki gulungan ombak yang menantang, masih ada pantai berpasir putih, taman laut di Teluk Pokai dan Teluk Kaurai, hutan mangrove,
air terjun, dan perbukitan.

Pantai Mapadeggat salah satu pantai yang indah di Pulau Sipora. Pantai hanya jarak 6 km dari Dermaga Tuapeijat. Pantainya panjang dengan pasir yang putih. Sangat alami dengan barisan pohon kelapa yang menambah keindahannya. Di sini kita bisa berenang, snorkeling atau sekadar belajar surfing.

Meski dibalut dengan keterbatasan, penduduk
dan segenap pemangku kepentingan di Mentawai tetap menyambut terbuka seluruh turis lokal dan asing dengan keramahtamahannya.

agendaIndonesia.com

Waterfront Bajo, 1 Ikon Baru Labuhan Bajo

Waterfront Bajo menjadi ikon baru wisata di Labuhan Bajo, Manggarai Barat, NTT.--Fptp Kemenparekraf

Waterfront Bajo menjadi ikon baru di Labuhan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Ini merupakan salah satu dari program penataan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo. Saat ini infrastrukturnya telah rampung dibangun, siap digunakan dan telah dilengkapi dengan fasilitas kelas dunia dan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan.

Waterfront Bajo

Banyak wisatawan lokal mengaku kagum dengan pembangunan Waterfront City Labuan Bajo. Selama ini, mereka hanya melihat bangunan megah berkelas dunia tersebut di televisi dan internet. Kini, warga Labuan Bajo dan sekitarnya, bisa melihat langsung tempat yang indah nan megah di Labuan Bajo.

Waterfront Bajo juga menjadi hub bagi mereka yang ingin mengunjungi Pulau Padar.
Pukau Padar sebagai salah satu destinasi ketika wisatawan mengunjungi Labuhan Bajo. Foto: shutterstock

Sejak rampung pembangunan Waterfront City atau kini juga sering disebut Waterfront Bajo  di Labuan Bajo tempat itu menjadi magnet baru bagi warga dan wisatawan. Terlebih setiap sore hari, tempat yang disebut sebagai titik nol kota Labuan Bajo itu selalu dipadati wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Para wisatawan tampak berfoto di atas tangga-tangga Waterfront dengan latar belakang pantai dan gugusan pulau-pulau mungil di sekitar kota Labuan Bajo.

Sore hari saat menjelang matahari tenggelam, pelabuhan Bajo dengan latar pulau-pulau kecil seperti Pulau Bajo atau pulau Monyet. Sungguh pemandangan yang ikonik.

Ada juga, misalnya, wisatawan yang datang untuk sekadar nongkrong santai bersama keluarga dan kerabat. Mereka duduk-duduk santai sambil menunggu saat matahari tengggelam seraya menikmati kopi khas Manggarai. Ini banyak dijajakan penjual kopi keliling.

Wajah baru Pantai Marina Bukit Pramuka ini memang menjadi magnet baru bagi warga dan wisatawan, selalu ramai pengunjung apalagi di saat sore hari. Bukannya tanpa alasan, kota pinggir pantai ini adalah titik nol kota Labuan Bajo yang tiap harinya penuh dengan aktifitas seni dan promosi UMKM yang dapat mengembangkan pariwisata dan perekonomian Labuan Bajo.

Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina menyatakan, adanya wisata baru tersebut sebagai satuan kerja di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (Flores) memegang fungsi koordinasi lintas dalam rangka mempercepat pembangunan pariwisata di Labuan Bajo.

Badan Otoritas Labuan Bajo dan Flores (BOLBF) bersama beberapa lembaga dan pemangku kepentingan telah merampungkan pembangunan Waterfront City pada Februari 2022 lalu. Waterfront City Labuan Bajo terdiri dari lima zona.

Terdapat lima zona yang bisa dikunjungi dari mulai kulineran, jalan santai, nonton pertunjukkan seni, hingga cinderamata yang unik semua ada disini. Ke limanya yaitu Zona 1 (Bukit Pramuka) sebagai tempat untuk pejalan kaki; Zona 2 (Kampung Air), berupa zona terbuka dengan tema Tangga Bajo; Zona 3 (dermaga, plaza dan ruang publik), Zona 4 (Marina dan bagian dari plaza hotel), dan Zona 5 (struktur kantilever).

Setiap zona akan dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung lainnya. Satu yang menjadi sorotan adalah pembangunan Tourist Information Center (TIC) yang berada di Zona 4. Bekerjasama dengan Kementrian Perhubungan, TIC ini dibangun dan dikelola bersama guna membantu pengunjung yang datang dalam pencarian informasi terkait pariwisata di Labuan Bajo.

Pembangunan Waterfront City Labuan Bajo sangat mengutamakan keterlibatan penduduk sekitar. Misalnya saja sejak awal mula mendesain Zona 2 dan 3 yang dibangun di Kampung Air, BPOLBF berembuk dengan masyarakat setempat agar pembangunan ini sesuai dengan ekspektasi mereka. Selain itu, Kampung Air juga akan menjadi wilayah heritage (tradisi) dan beberapa rumah di sana akan direnovasi menjadi homestay, kios dan kafe yang akan dibina langsung melalui program BPOLBF.

Waterfront Bajo dibangun menjadi ikon baru dari Labuhan Bajo.
. Puncak Waringin sebagai creative hub di Labuhan Bajo. Foto: Shuttestock

Di dekat waterfront Bajo pemerintah juga membangun creative hub Puncak Waringin. Dibangun di atas lahan seluas 1700 meter persegi, creative Hub Puncak Waringin terdiri dari dua bangunan utama. Pertama Rumah Tenun dan kedua Rumah Souvenir.

Bangunan Rumah Tenun terdiri dari area kios kuliner, hingga berbagai workshop subsector kriya. Sementara Rumah Souvenir adalah sebuah bangunan yang terdiri dari ruang pameran sekaligus menjual cindera mata karya pelaku ekonomi kreatif lokal.

Waterfront Bajo adalah ruang publik. Jadi siapapun boleh menggunakan area waterfront untuk aktivitas, baik itu aktivitas dari komunitas dan bisa diisi oleh event-event selama mendapat izin dari pihak pengelola waterfront, menjaga kebersihan, dan menjaga segala fasilitas yang dibangun tersebut. Sebagai bangunan yang didesain sebagai ruang publik, BPOLBF bersama kementerian dan lembaga terkait berupaya untuk selalu melibatkan masyarakat lokal dan mengenalkan salah satu bangunan ikonik Labuan Bajo itu ke dunia.


Dengan hadirnya Waterfront City, Shana berharap Labuan Bajo bisa menjadi destinasi wisata yang dapat memberikan pengalaman penuh tentang Labuhan Bajo dan Nusa Tenggara Timur melalui berbagai pilihan wisata alam, budaya dan aktivitas lainya. Waterfront City Labuan Bajo merupakan salah satu simbol kesiapan BPOLBF untuk pariwisata yang lebih baik di Nusa Tenggara Timur sebagai Destinasi Super Prioritas.

agendaIndonesia

*****

Keliling Asia Afrika di 1 Lokasi Bandung? Wow …

Keliling Asia Afrika dalam 1 hari di kota Bandung

Keliling Asia Afrika bisa dinikmati dalam satu hari dan tak perlu jauh-jauh lompat antar-negara, cukup datang ke Bandung. Di ibu kota Jawa Barat ini sejak 8 Desember 2019 punya sebuah spot wisata menarik: The Great Asia Africa. Sempat ditutup saat awal pandemi Covid-19, namun pertengahan Juni 2020 dibuka kembali dengan protokol kesehatan yang ketat.

Keliling Asia Afrika

The Great Asia Africa berlokasi di Lembang, Bandung. Lokasinya yang berada di kawasan wisata berudara sejuk membuat spot wisata yang termsuk baru ini perlu dipertimbangkan masuk dalam daftar kunjung saat main ke kota kembang ini.

Sesuai namanya, tempat wisata ini menyatukan konsep wisata kekinian, alam, sekaligus edukasi tentang sejumlah negara di benua Asia dan Afrika. Wisatawan bisa melihat dan menikmati bangunan-bangunan ikonik di sejumlah negara. Selain itu, tempat ini memiliki daya tarik lainnya.

Tempat wisata yang tepatnya berada di kawasan Lembang ini terkenal karena menawarkan sensasi keliling tujuh negara tanpa harus berangkat ke negeri-negeri tersebut. Ini karena terdapat miniatur destinasi wisata terkenal dari tujuh negara itu. Para pengunjung bisa melihat beberapa landmark terkenal di negara-negara seperti Thailand, Korea Selatan, Jepang, India, serta negara dari Afrika dan kawasan Timur Tengah dan tentu saja Indonesia.

Keliling Asia Afrika bisa dilakukan dengan mengunjungi The Great Asia Africa di Lembang, Bandung.
Keliling Asia Afrika di Bandung salah satunya ke negeri Korea Selatan. Foto: dok. shutterstock


Sejumlah landmark negara-negara tersebut dibangun dan ditata sedemikian rupa hingga mirip aslinya. Salah satunya, misalnya, duplikat Fushimi Inari Taisha, kuil Shinto yang berada di Fushimi-ku, Kyoto, Jepang. Atau, pengunjung juga bisa menyambangi miniatur desa tradisional di Korea Selatan. Jika berkunjung ke area tersebut, wisatawan seakan sedang berlibur ke Bukchon Hanok Village atau Kampung Utara di Seoul, Korea Selatan.

Tak kalah jika dibandingkan saat berwisata di Jepang, Korea, India atau negara lain. Di kawasan-kawasan masing-masing negara, pengunjung juga bisa menjajal pakaian tradisional negara-negara itu. Selain miniatur negara berupa bangunan, The Great Asia Afrika juga menghadirkan berbagai budaya dari tujuh negara seperti kostum khas hingga tradisi yang biasa digelar di negara-negara Asia Afrika tersebut.

Pengunjung, misalnya, bisa menyewa pakaian adat Lehenga Choli yang dikenal berasal dari Rajasthan, India. Pakaian ini sering dipakai pada saat festival, pernikahan, atau acara khusus di India. Usai menyewa, pengunjung bisa langsung foto di salah satu spot miniatur kota Jaipur.

Tak hanya berfoto dan berkeliling, ada fasilitas transportasi kereta derek untuk berkeliling. Pengunjung bisa menggunakan fasilitas kereta derek. Kereta ini akan memudahkan untuk berkeliling ke setiap landmark yang ada. Pengelola The Great Asia Afrika telah menyediakan dua buah kereta derek yang siap mengantarkan pengunjung menjelajahi tujuh negara.

Selain mencoba pakaian tradisional masing-masing negara, pengunjung juga bisa menikmati tradisi lainnya. Misalnya tradisi kulinernya. Ada tradisi minum teh ala Jepang, ada pula cara membuat kimchi dan lainnya dari Korea Selatan. Ada pula sate khas Afrika yang dijajakan dengan potongan pisang. Jadi pengunjung ada pengalaman merasakan tradisi dari negara luar tanpa harus datang langsung ke negeri tersebut.


Ada pula atraksi-atraksi khas negara-negara tersebut. Misalnya saja ada penampilan penari-penari India. Juga Thailand. Pengunjung juga bisa membeli makanan, suvenir, dan belajar kebudayaan dari masing-masing negara.


Sejak dibuka kembali 13 Juni 2020, The Great Asia Afrika Lembang Bandung mempunyai waktu operasional mulai pukul 09.00-18.00 WIB setiap harinya. Pengelola melakukan protokol kesehatan yang cukup ketat. Terdapat beberapa protokol kesehatan yang wajib ditaati seluruh pengunjung dan petugas The Great Asia Afrika Lembang di antaranya menggunakan masker, menjaga jarak, mengecek suhu tubuh, dan rajin mencuci tangan.

Pihak pengelola The Great Asia Afrika Lembang juga sempat hanya mengkhususkan menerima pengunjung untuk mereka yang ber-KTP Jawa Barat saja. Namun mulai 9 Juli 2020, pengunjung asal luar Jawa Barat atau bukan KTP Jawa Barat sudah bisa berkunjung kembali–tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Semua tetap dengan tiket masuk sebesar Rp 50 ribu per orang.

Keliling Asia Afrika berwisata sambil menikmati tradisi dan kuliner negeri-negeri Asia dan Afrika.
Salah satu sudut di Great Asia Africa Bandung. Foto: dok. shutterstock


Pembukaan wahana wisata ini di Bandung tentu saja tak lepas dari sejarah kota ini menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika. Makanya disini menampilkan bangunan dan budaya dari sebagian negara Asia Afrika tersebut.


Suasana di negara-negara yang berbeda, membuat The Great Asia Afrika memiliki banyak spot Instagramable. Bangunan dan ornamen unik di sana sangat mendukung untuk menghasilkan foto-foto dokumentasi yang maksimal dan layak dipamerkan ke handai taulan.

Jangan lupa pula untuk mengunjungi toko oleh-oleh di The Great Asia Africa. Mulai dari aksesoris, kerajinan tangan, kerajinan kayu, hingga alat musik dari negara-negara tersebut tersedia .

agendaIndonesia

*****

Pulau Kenawa Sumbawa, 1 Savana dan 1 Bukit

Kapal phinisi komodo bisa hop in-hop off, salah satunya ke Pulau Kenawa

Pulau Kenawa Sumbawa, 1 savana, 1 bukit, dan nyaris tanpa penghuni. Bisakah dibayangkan mencoba petualangan di sebuah pulau tanpa penghuni? Kedengarannya asyik dan menantang. Bukan saja karena harus bertahan hidup tanpa listrik dan tinggal di tenda tanpa penerangan, tapi juga mesti menempuh perjalanan menyeberang lautan yang penuh tantangan.

Pulau Kenawa Sumbawa

Adalah pulau Kenawa di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, sebuah pulau kecil yang masih tanpa penghuni. Pulau ini memang belum sepopuler pulau-pulau kecil lain di sekitar pulau Lombok seperti Gili Trawangan atau Gili Air. Namun sejatinya, ia punya lanskap alam yang tak kalah elok dibanding dua pulau tersebut.

Pulau ini luasnya hanya 13 hektare. Di sana nihil penerangan dan kehidupan manusia. Hanya ada padang savana dan sebuah bukit. Tempat ini rasanya cocok untuk menyepi. Sebuah liburan yang tenang. Biasanya untuk berkemah dan snorkeling.

Menuju ke Kenawa pengunjung, tentu, harus menggunakan moda perahu nelayan atau kapal-kapal kayu milik penduduk setempat. Kapal kayu banyak dijumpai di tepi Pelabuhan Poto Tano, Sumbawa Besar. Dari Lombok Timur, pertama kita menyebarang ke a pulau Sumbawa. Biaya per orang sekitar Rp 17 ribu. Dari dermaga feri Poto Pano di Sumbawa, kita tinggal menuju ke dermaga penduduk, di mana perahu-perahu mereka ditambatkan. Jaraknya sekitar 500 meter dari dermaga feri

Di dermaga penduduk, kita harus menemui pemilik kapal. Biasanya ada yang mau disewa utuh, namun jika beruntung kita bisa share sewa dengan pengunjung lain. Jadi lebih murah. Satu perahu cadik untuk sekitar 6 orang biasanya bisa disewa Rp 300-400 ribu untuk pulang pergi. Namun, jika kita hendak menginap atau berkemah dan minta dijemput keesokan harinya kita harus tawar-menawar lagi.

Untuk menuju Kenawa, pengunjung harus menyusuri laut di perairan Sumbawa ke arah barat laut pulau itu. Kapal penduduk yang kami pakai, milik Jaharudin,  seperti kapal kayu nelayan lainnya: kapal kayu dengan dua cadik di sisi kanan dan kiri.

Di lambung kapal terdapat tempat duduk kayu. Tempat duduk itu berhadap-hadapan. Penumpang biasanya diminta duduk berhadapan, supaya seimbang kanan dan kirinya. Cek juga soal ketersediaan pelampung. Maklum kapal penduduk yang rata-rata memang mahir berenang, tapi wisatawan?

Belakangan rata-rata pemilik kapal sudah menyediakan pelampung yang tersedia di dekat tempat duduk karena sering disewa pengunjung. Jumlah pelampung itu cukup banyak. Kira-kira lebih dari delapan. Jumlah yang melebihi kapasitas penumpang. Jika ingin aman, pengunjung bisa memakai pelampung sejak awal.

Kapal kayu umumnya tak melaju terlalu kencang, sebab cuma dengan satu mesin. Suara deru kapal langsung memekak. Badan kapal berjalan bergelombang, naik dan turun megikuti gelombang laut. Byar..byar… Suara cadik keras menabrak ombak.

Kapal itu tak berdinding. Kami bisa menyaksikan pemandangan sekeliling 360 derajat. Tangan kami juga bisa menyentuh laut. Cukup dijulurkan dan badan merunduk sedikit. Air laut berwarna biru agak tua, itu menandakan perairan tersebut agak dalam.

Makin ke tengah laut, warna air makin biru tua. Gelombang pun makin tinggi dan percikan air makin banyak masuk ke badan kapal. Tas penumpang tak ayal basah. Karena itu, sebaiknya tas dibalut rain cover supaya isinya tak ikut kuyup.

Perjalanan menyusuri laut lepas menuju pulau tak berpenghuni itu berlangsung 45 menit jika gelombang laut agak tinggi. Jika laut sedang tenang, perjalanan akan ditempuh sekitar 30 menitan. Meski menantang, pengalaman ini mahal harganya. Butuh keberanian dan kepercayaan terhadap nakhoda, juga kerendahan hati pada alam.

Tiba di Kenawa, ada satu dermaga untuk kapal merapat. Namun kadang, tak sedikit pengunjung yang memilih turun langsung ke air. Maklum airnya bening dan tak dalam, seakan memanggil untuk diterjuni.

Tak ada permukiman di Kenawa. Namun, saat ini ada sebuah warung yang dihuni penduduk lokal daratan bernama Ibu Nur. Ia tinggal di gubuk di pinggir pulau, kadang kembali ke daratan besar di Sumbawa. Bu Nur ini menyewakan tenda buat tamu-tamu yang ingin menginap. Tenda disewakannya dengan harga mulai Rp 30 ribu, sesuai ukuran besar dan kecilnya.

Bu Nur tentu saja juga menjual bermacam-macam makanan. Namun, tak ada salahnya, jika pengunjung membawa bekal yang cukup jika hendak main ke Kenawa. Terutama jika hendak menginap. Bawa bekal yang cukup, termasuk perlengkapan P3K. Dan jangan lupa minta nomor kontak di Poto Tano ketika lapor hendak menyebrang, untuk jaga-jaga jika ada kondisi tidak diinginkan.

Di Kenawa, pelancong akan langsung disuguhi komposisi alam yang harmonis, puluhan gradasi warna laut, karang-karang hidup, dan beragam jenis ikan yang menari-nari tak jauh dari sandaran kapal. Air yang jernih serupa kaca memudahkan pandangan wisatawan menemukan ikan-ikan nemo yang sembunyi di balik koral.

Di sisi barat, kalau langit cerah, pengunjung akan memperoleh pemandangan Gunung Rinjani. Di tengah-tengah pulau Kenawa sendiri, terdapat sebuah bukit cukup tinggi yang berbentuk seperti kerucut. Bukit ini menjadi ikon Kenawa.

Jika pengunjung mendakinya, dari puncak orang-orang dapat menyaksikan seluruh sisi Kenawa, mulai muka hingga punggungnya. Namun, meski tak terlampau tinggi, bukit tersebut cukup sulit didaki. Jalurnya yang terjal dan licin membuat kaki sulit berpijak.

Di kanan-kiri jalur pendakian menuju bukit, tak ada pepohonan. Memang, pulau ini tak ditumbuhi pepohonan tinggi. Hanya rerumputan dan beberapa tanaman bakau.

Bila angin berembus, suara rumput yang bergesekan satu sama lain terdengar seperti lagu alam yang membuat pikiran menjadi tenang. Bahkan suaranya lebih mirip dengan instrumen pengantar meditasi. Ditambah lagi dengan gemericit burung yang bertengger di ranting-ranting kering atau lalu-lalang di atas pulau.

Sewaktu matahari terbit dan terbenam, rerumputan di Pulau Kenawa akan berubah warna menjadi kemerahan oleh pantulan cahaya matahari. Pemandangan tersebut membuat pulau makin sempurna menjadi tempat untuk mendamaikan diri.

Tertarik? Ayo agendakan Indonesia-mu.

F. Rosana/shutterstock

Dolan Ke Borobudur, 5 Wajib Kunjung

Dolan ke Borobudur, selain menikmati kemegahan candi Budha terbesar juga ada sejumlah destinasi lain. Foto: dok shutterstock

Dolan ke Borobudur di kawasan Magelang, Jawa Tengah, tak hanya mengunjungi candi Budha terbesar di dunia itu, namun juga dapat berkeliling ke sejumlah tepat di sekitarannya. Ada soal wisata agro yang unik karena banyak dijumpai buah langka, ada tempat nongkrong kekinian, ada juga desa wisata yang keren.

Dolan ke Borobudur

Resmi dibentuk sejak 2018, Badan Otorita Borobudur (BOB) hadir sebagai realisasi dari Peraturan Presiden tentang Pembentukan Badan Otoritas Pariwisata Borobudur. Kehadiran Badan Otorita Borobudur bukan hanya untuk menggenjot pariwisata dan ekonomi kreatif di kawasan candi, melainkan juga menjaga kelestarian situs warisan dunia tersebut.

Belakangan Badan Otorita Borobudur mengembangkan Zona Otorita seluas 309 Hektare. Zona ini merupakan kawasan pariwisata eksklusif yang bernuansa alam, dan mengusung konsep kelestarian serta keramahan pada alam.

Dolan ke Borobudur juga bisa meniikmati sejumlah desa wisata, taman buah, juga tempat nongkrong.
Destinasi utama doan ke Borobudur tentu saja mengunjungi candinya. Foto: Dok. shutterstock

Area Badan Otorita Borobudur meliputi: Magelang, Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, dan Semarang. Menariknya, di sekitar area Badan Otorita Borobudur terdapat beberapa destinasi wisata yang mengusung konsep sustainable tourism, atau pariwisata berkelanjutan yang layak dikunjungi. Berikut beberapa daftar destinasi kalau donal ke borobudur.

Kebun Buah Langka Sedayu

Dolan ke Borobudur bisa dimulai ke kota pelajar Yogyakarta. Di sini ada destinasi wisata perkebunan yang menjadi rumah bagi 350 tanaman buah langka. Kebun buah ini telah dikembangkan sejak 2012, namun baru dibuka untuk umum pada 2015.

Salah satu tanaman unik yang ada di Kebun Buah Sedayu adalah jambu stroberi. Dari namanya saja sudah terlihat keunikannya. Tanaman dari Amerika Selatan ini memiliki warna merah menyala dan punya rasa asam. Meski banyak buah unik, namun jangan coba-coba memetik buah ini di kebun tanpa pengawasan petugas. Karena ini termasuk buah langka.

Desa Wisata Nglanggeran

Masih berada di Yogyakarta, Dolan ke Borobudur juga dapat mengunjungi Desa Wisata Nglanggeran. Desa yang menerapkan konsep ekowisata ini memiliki beberapa destinasi unggulan, seperti Embung Nglanggeran dan Air Terjun Kedung Kandang.

Selain wisata alam, Desa Wisata Nglanggeran juga memiliki budaya khas yang menjadi daya tarik wisata, seperti seni musik karawitan dan reog mataraman. Terdapat juga peternakan kambing etawa di area ini yang menambah keunikan Desa Wisata Nglanggeran.

Perbukitan Menoreh

Berada di wilayah Kulon Progo (Yogyakarta) dan Purworejo (Jawa Tengah), dari Perbukitan Menoreh para wisatawan yang dolan ke Borobudur bisa menikmati pemandangan Kulon Progo dari ketinggian. Ada beberapa di area Perbukitan Menoreh antara lain Puncak Suroloyo, Gunung Kendil, Tumpeng Menoreh, dan Puncak Widosari. 

Tumpeng Menoreh menjadi salah satu acara jika dolan ke Borobudur.
Tumpeng Menoreh. Foto: DOk. Shuttterstock

Untuk menambahkan nilai jual Perbukitan Menoreh, pemerintah berencana menambahkan unsur budaya dan kuliner, seperti di Tumpeng Menoreh. Di lokasi ini ada beragam menu lokal yang dibuat langsung oleh penduduk sekitar, seperti ayam madu wijen hingga garang asem.

Geopark Sewu

Geopark Gunung Sewu sebenarnya masih ada kaitannya dengan Desa Wisata Nglanggeran. Namun di destinasi wisata ini lebih menekankan pada wisata alamnya. Secara keseluruhan, Geopark Gunung Sewu meliputi: gunung, sungai, lembah, air terjun, gua, hingga kawasan pantai. 

Jika Sobat Parekraf bosan mengunjungi wisata alam, di area ini terdapat gedung etalase. Di dalam gedung ini tersimpan ratusan bebatuan dan fosil yang berasal dari kawasan Geopark Gunung Sewu, serta daerah-daerah sekitar geopark, seperti Kebumen.

Dolan Deso ke Desa Karangrejo

Terakhir, bagi yang ingin menikmati dolan ke Borobudur bisa menikmati wisata berkelanjutan di kawasan Badan Otorita Borobudur. Cobalah bermain atau mengunjungi Desa Wisata Karangrejo. Desa wisata ini berhasil mendapatkan sertifikasi sebagai Desa Wisata Berkelanjutan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf). 

Salah satu daya tarik di desa seluas 174 hektare ini adalah Gereja Ayam atau Bukit Rhema, Kebun Buah Karangrejo, serta Bukit Barede. Menariknya lagi, pengelola Desa Wisata Karangrejo juga menyediakan paket-paket wisata, yang terdiri dari belajar bercocok tanam, menyusuri sungai dengan naik mobil jeep, dan berkeliling desa dengan sepeda onthel.

Itulah lima destinasi wisata berkelanjutan di kawasan Badan Otorita Borobudur. Sesuai dengan konsepnya, area-area ini saling berdekatan dengan Kompleks Candi Borobudur, sehingga mudah untuk dijangkau selepas mengunjungi Candi Buddha terbesar di dunia ini.

Ayo dolan ke Borobudur.

agendaIndonesia/Kemenprekraf

*****

3 Warung Legendaris Bandung yang Tetap Digandrungi

Mie Koclok Bandung

3 warung legendaris Bandung ini mungkin bisa menjadi pilihan saat mencari sarapan atau bahkan makan malam di ibukota Jawa Barat ini. Ada yang punya sejarah sangat panjang.

3 Warung Legendaris Bandung

Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum. Kira-kira begitulah kalimat gambaran kalimat untuk kemolekan tanah yang melingkupi Kota Bandung ini di mata sang budayawan kawakan, Martinus Antonius Weselinus Brouwer. Kalimat tersebut menyiratkan limpahan kekayaan alam yang tak ada habisnya dan dapat dinikmati secara komplet: melalui amatan dan pengecapan. Karena itu, urusan soal cecap-mencecap kuliner Bandung, tak perlu khawatir. Ada banyak penganan legendaris yang bisa dijajal dari pagi sampai malam. Di antaranya, tiga warung yang namanya cukup naik daun.

Kentang Ongklok Bu Eha andi prasetyo
Menu kuliner Bandung berupa kentang ongklok di Warung Nyonya Veteran, Bandung. Dok. TL

Sarapan di Warung Nyonya Veteran

Potret Soekarno berbingkai usang terlihat menyoroti gerik Nyonya Eha yang lincah menghitung harga lauk yang kudu dibayar pelanggannya. Di samping bingkai foto itu, terpajang sejumlah artikel koran harian yang memuat cerita tentang warung yang berlokasi di tengah Pasar Cihapit, kompleks Jalan Riau, ini. Salah satunya menyebut kalau si pemilik warung merupakan keluarga veteran. Mereka lantas bersahabat baik dengan istri kedua mantan Presiden RI—Soekarno—Inggit Garnasih. “Mertua saya dulu memang dekat sekali dengan Bu Inggit. Beliau dan anak-anaknya pak Karno, seperti Guruh dan Guntur, sering makan di sini,” tutur perempuan berusia 70-an itu, meyakinkan.

Dulu warung yang buka di kompleks perumahan Belanda itu jadi favorit para penggede pada masanya. “Warung ini buka sejak 1948 dan sempat vakum setahun karena keadaan politik yang genting,” tutur perempuan berkerudung itu. Menu utamanya ialah empal gepuk, perkedel, dan ati limpa yang dipertahankan sampai kini. Ada juga beberapa menu yang sudah dihilangkan, di antaranya kentang ongklok dan kastrol kacang merah. Hal ini disebabkan juru masaknya, yakni mertua Eha, tutup usia. Kini, menu makin bervariasi, tapi tetap menonjolkan ciri masakan Sunda, salah satunya pepes oncom. Warung yang buka sedari subuh ini bakal diserbu antara pukul 07.00 hingga 09.00. Selepas itu, menu sudah tak lengkap.

Warung Bu Eha

Alamat: Pasar Cihapit, Jalan Cihapit No. 8A, Cihapit, Bandung Wetan, Cihapit, Bandung Wetan

Harga mulai Rp 5.000 hingga Rp 40 ribu

Menikmati Siang di Lembang

Menjelang siang, mencicipi dinginnya Lembang sembari mengisi perut adalah harmonisasi yang hampir sempurna. Nasi timbel menjadi salah satu menu khas Sunda yang enak disantap di dataran tinggi ini.  Restoran yang menyediakan menu tersebut adalah Warung Hejo. Lokasinya kira-kira 300 meter dari De Ranch—peternakan kuda yang terbuka untuk umum. Sesuai dengan namanya, restoran ini mengangkat konsep budaya lokal. Hanya, bangunannya dipadukan dengan gaya Jawa. Di lahan yang tak lebih dari 200 meter persegi itu, berdiri rumah joglo dengan koleksi benda-benda kuno. Ada sepeda ontel, radio, dan motor klasik model Prancis. Sementara itu, di halamannya ada taman yang bisa digunakan untuk bersantap lesehan a la piknik keluarga.

Soal menu, Warung Hejo menyediakan berbagai olahan Sunda yang dikolaborasikan dengan sentuhan Jawa. Nasi timbel, misalnya. Paket nasi dibungkus daun pisang lengkap dengan komplemennya, yakni teri, tempe, tahu, ayam, dan lalapan, ini disandingkan dengan sayur asam berbumbu manis, seperti yang umum dimasak orang Jawa Tengah. Meski sentuhan khas Sunda masih dominan, utamanya dengan penambahan sambal cabai hijau. Ada juga menu lain, seperti ikan mas goreng, cimplung, karedok, dan pepes peda.

Warung Hejo

Jalan Kayu Ambon, Nomor 102, Kayu Ambon, Lembang, Bandung Barat

Harga mulai Rp 5.000 hingga Rp 50 ribu

Seduhan Malam Mi Kocok Bandung

Orang-orang bergantian keluar-masuk warung sederhana yang letaknya tak jauh dari perempatan Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan, Lengkong, itu. Kendaraan berjajar rapat, hampir menutupi pintu masuk. Kursi di dalam bangunan bergaya konvensional itu selalu penuh. Semua pengunjung sama-sama menunggu sang idola, yakni mi kocok. Ketika ditiriskan, asapnya mengepul, membumbungkan wangi yang membikin perut melintir lapar. Daun bawang, kikil, dan tauge berturut-turut dimasukkan ke mangkuk, menjadi teman mi. Begitu mendarat di meja, mi dengan kuah segar itu langsung habis dilahap.

Gaung Mi Kocok Mang Dadeng sudah terdengar sejak 1967. Dulu, orang tua Dadeng—yang kini namanya dipakai untuk warung itu—menjual mi kocok dengan gerobak yang dipikul. Ia berjualan keliling, dari rumah ke rumah. Hingga lama-lama, karena cita rasanya, mi itu kesohor. Mi kocok kemudian diteruskan kakak-kakak Dadeng, dan selanjutnya Dadeng, hingga 1990. Kini, warung itu sudah melewati generasi ketiga.

Mi Kocok Bandung Mang Dadeng

Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan Nomor 67, Turangga, Lengkong, Bandung

Harga mulai Rp 20 ribu hingga Rp 40 ribu

F. Rosana/A. Prasetyo/Dok. TL

Taman Buah Mekarsari, Wisata 264 Hektare

Taman Buah Mekarsari merupakan salah satu agrowisata terbesar di dunia.

Taman Buah Mekarsari bisa dibilang merupakan sentra pelestarian ragam buah-buahan tropis terbesar di dunia. Tak hanya eksis sebagai objek wisata saja, taman ini juga berfungsi sebagai pusat pembudidayaan serta penelitian berbagai varietas buah-buahan serta bibit-bibitnya.

Taman Buah Mekarsari

Tak kurang sekitar 100 ribu pohon yang terdiri dari 1.470 varietas buah-buahan yang kini dirawat dan dilestarikan di sini. Selain itu, beragam jenis sayuran, bunga dan tanaman hias lainnya juga dapat ditemukan di taman di kawasan Cileungsi, Jawa Barat ini.

Taman buah Mekarsari ini dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 264 hektare. Dulunya, lahan ini merupakan bekas perkebunan karet. Oleh mendiang Tien Soeharto, istri mendiang Presiden Soeharto, lahan ini kemudian diubah menjadi tempat percontohan, penelitian dan pembudidayaan buah-buahan.

Taman Buah Mekarsari juga menyediakan spot untuk mengenal fauna.
Berinteraksi dengan hewan sebagai edukasi utuk anak. Foto: DOk Taman Buah Mekarsari

Harapannya, taman ini dapat meningkatkan kualitas buah-buahan Indonesia. Di sisi lain, taman juga mampu membuka lapangan kerja dan edukasi bagi mereka yang ingin atau sedang bekerja di bidang perkebunan buah-buahan pada khususnya, dan juga masyarakat luas pada umumnya.

Lalu, taman buah Mekarsari ini juga diperuntukkan sebagai objek wisata yang menarik dan mengedukasi. Dan yang tak kalah penting, taman ini dapat menjadi alat promosi bagi hasil budidaya buah-buahan Indonesia, tidak hanya dalam skala nasional tetapi juga secara internasional.

Setelah pembangunan dimulai sejak, akhirnya pada 14 Oktober 1995 taman tersebut rampung dan resmi dibuka. Peresmian taman ini dilakukan oleh mantan presiden Soeharto kala itu, bertepatan dengan perayaan hari pangan sedunia.

Pada dasarnya, mayoritas buah-buahan musiman yang umum ditemui di Indonesia seperti jeruk, pisang, nangka, nanas, melon, durian, jambu biji, jambu air, duku, lengkeng, salak, markisa, mangga, alpukat, belimbing dan buah naga dapat ditemui di taman ini.

Namun, taman buah Mekarsari ini juga menjadi tempat pembudidayaan beberapa jenis buah-buahan yang cukup langka dan tidak banyak beredar, seperti sawo kecik, maja, kepel, kesemek, mundar, menteng, rukam dan lain-lainnya.

Rumah Pohon untuk menginap di Taman Buah Mekarsari.

Selain usaha pelestarian, taman ini juga menjadi sentra penelitian untuk mengkaji dan menguji bibit-bibit unggul dari buah-buahan tersebut. Bahkan pengunjung juga dapat membeli bibit unggul tersebut untuk ditanam sendiri, mulai dari harga puluhan ribu hingga jutaan rupiah.

Tak hanya itu, beberapa kajian yang dilakukan di taman ini juga meliputi eksperimen persilangan antara beberapa varietas buah-buahan, misalnya ‘nangkadak’ yang merupakan hasil dari persilangan antara buah nangka dan cempedak.

Untuk dapat berkeliling menikmati pemandangan asri kebun buah-buahan ini, ada beberapa cara yang dapat ditempuh. Salah satunya adalah garden drive thru, yakni berkeliling taman dengan menggunakan mobil pribadi.

Dalam rute yang akan ditempuh, beberapa titik pemberhentian disesuaikan dengan musim panen beberapa jenis buah. Pengunjung dapat berhenti untuk melihat-lihat buah yang siap panen dari pohonnya, serta mencoba buahnya langsung.

Selain itu, akan ada spot-spot pemberhentian lainnya, seperti plaza air terjun yang disediakan bagi yang ingin berfoto. Pengunjung akan dikenakan tiket per orang seharga Rp 70 ribu, atau Rp 60 ribu bagi anak-anak usia di bawah sepuluh tahun.

Cara lainnya adalah dengan menggunakan kereta keliling yang disediakan pengelola taman. Ada beberapa tarif yang dikenakan bergantung pada paket tiket terusan wahana yang dipilih, mulai dari Rp 35 ribu hingga Rp 50 ribu.

Pengunjung juga dimungkinkan untuk berkeliling taman buah Mekarsari dengan menggunakan sepeda. Namun khusus untuk yang ingin menggunakan sepeda diminta untuk melakukan reservasi terlebih dulu, serta datang dalam jumlah rombongan tertentu.

Selain kebun buah-buahan, di area taman ini sendiri terdapat beragam jenis wahana rekreasi bagi pengunjung. Misalnya area piknik di sekitar danau dengan beberapa wahana air yang tersedia, seperti sepeda air dan perahu naga.

Ada pula area peternakan D’Farm yang menjadi rumah bagi berbagai hewan ternak seperti kelinci, kuda, domba, ikan dan lain-lainnya. Pengunjung dapat memberi makan kepada hewan-hewan tersebut, memancing ikan serta berkuda.

Pilihan wahana lainnya pun menyesuaikan berbagai usia pengunjung. Bagi anak-anak dengan usia 12 tahun ke bawah, tersedia wahana bermain seperti Istana Balon dan area kegiatan outbond KidsBound.

Adapun bagi yang dewasa dapat menikmati fasilitas seperti berkeliling area taman dengan all-terrain vehicle (ATV), fish therapy untuk kaki, serta area kegiatan outbond khusus untuk dewasa MaxBound dan area panahan.

Bagi yang ingin menginap, disediakan fasilitas penginapan Rumah Pohon, berupa cottage bernuansa kayu di area pepohonan rimbun. Tersedia kelengkapan seperti air conditioning (AC), televisi dan shower air hangat.

Tiap satu cottage dapat ditempati oleh empat orang. Untuk tarif sewa per malam dihargai Rp 990 ribu, sudah termasuk dengan sarapan yang disajikan dan dapat dinikmati di area teras tempat pengunjung dapat menikmati nuansa alam yang asri.

Pengelola juga menyediakan area camping yang dapat direservasi, dengan beberapa fasilitas penunjang seperti area barbecue dan tenda yang muat untuk lima orang. Sesekali juga akan ada event khusus saat musim panen, seperti musim panen salak atau durian.

Untuk tiket masuk masing-masing wahana dan fasilitas taman, rata-rata berkisar antara Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu. Khusus untuk area outbond KidsBound dan MaxBound, tiket masuknya seharga Rp 30 ribu dan Rp 35 ribu, sedangkan ATV dikenai tarif Rp 40 ribu.

Selain tiket masuk taman dan fasilitas tersebut, bagi yang membawa kendaraan bermotor juga membayar tiket masuk kendaraan. Untuk pengguna motor dikenakan Rp 10 ribu, mobil Rp 20 ribu, serta bus Rp 40 ribu.

Yang perlu diperhatikan, untuk saat ini Taman Buah Mekarsari hanya buka untuk umum pada akhir pekan dan hari libur nasional, dari jam 09.00 sampai jam 15.00. Untuk kedatangan pada hari biasa dikhususkan bagi rombongan dan perlu membuat reservasi lebih dulu.

Untuk info lebih lanjut dapat menghubungi 081250029779, 081280988009, atau via email di mekarsari@mekarsari.com, serta dapat mengunjungi akun resmi Instagram @mekarsari_fruitgarden dan Twitter @tamanmekarsari.

Taman Buah Mekarsari

Jl. Raya Cileungsi-Jonggol Km. 3, Bogor

agendaIndonesia/Audha Alief P./Berbagai Sumber

*****

Wisata Jayapura, 3 Wajah Keindahan

Pantai Jayapura Andi Aryadi

Wisata Jayapura di Papua kini tampaknya kalah moncer dibanding Raja Ampat, bahkan Tambrauw. Padahal dulunya, kota ini yang menjadi tujuan pertama jika ingin berkunjung ke tanah cendrawasih itu. Padahal Jayapura tak kalah menarik dan indahnya dibanding sejumlah tempat di Papua lainnya.

Wisata Jayapura

Jika ingin ke Jayapura dari Jakarta, merupakan sebuah perjalanan panjang. Dengan penerbangan langsung diperlukan waktu sekitar 5 jam 20 menit. Namun, bila transit hingga dua kali, pengunjung harus meluangkan waktu 9 jam hingga belasan jam. Biasanya penerbangan akan transit di Makassar, lalu di Biak atau Sorong, sebelum menuju Jayapura.

Bandar udaranya terletak di Sentani, ini sekitar 30-an kilometer dari pusat kotanya. Butuh waktu sekitar 50 menit hingga satu jam dari bandara ke Jayapura melewati kota kecil Abepura, di mana Universitas Cendrawasih berada.

Dulu mungkin orang pergi ke Jayapura, dan Papua, umumnya urusan pekerjaan. Saat ini rasanya lebih banyak orang yang berkunjung untuk urusan wisata. Perjalanan tamsya alam, kata orang. Dan sepertinya, setelah berkunjung ke beberapa lokasi di Papua, Jayapura masih yang terlengkap untuk urusan traveling. Dari atraksi budaya, obyek wisata danau, laut, bukit, hingga tentunya kuliner.

Wilayahnya yang berbukit-bukit tapi mempunyai lahan pesisir membuat Jayapura memiliki obyek wisata beragam. Bahkan, selepas Bandara Sentani pun, tur sejatinya sudah bisa dimulai. Keluar dari bandara, kita bisa langsung check ini di hotel di kawasan Danau Sentani. Dari yang bagian dari hotel chain hingga yang lokal. Yang lake side pun ada.

Dengan singgah di Danau Sentani, yang bisa dicapai dalam waktu 15 menit dari bandara. Di sini, pengunung bisa melepas lelah setelah perjalanan panjang sembari menikmati hidangan lokal di restoran yang berdiri di tepi danau. Dari papeda sampai ikan mujair Danau Sentani yang maknyus.

Danau Sentani memiliki sumber daya alam yang kaya juga indah. Ada berbagai spesies ikan air tawar yang hidup di dalam danau ini. Beberapa di antaranya menjadi spesies endemik Sentani.

Selain menyuguhkan keberagaman alam, danau yang secra adminstrasi berada di wilayah Kabupaten Jayapura ini juga memiliki bukit yang indah. Lucunya, orang setempat suka menyebutnya sebagai Bukit Teletubbies. Mungkin karena tanah berbukitnya yang landai seperti di dalam serial televisi Teletibbies. Mereka yang berkunjung ke bukit ini tak akan melewatkan keindahan matahari terbenam (sunset), momen yang banyak ditunggu-tunggu wisatawan.

Di Sentani jita juga bisa juga singgah ke Bukit MacArthur, menengok jejak Jenderal Douglas MacArthur dari militer Amerika Serikat pada 1944, sekaligus menikmati keindahan alam Papua dari ketinggian. Terletak di Ifar Gunung, melewati jalan menanjak yang penuh kehijauan kiri-kanan. Dari atas tampak juga hamparan Danau Sentani dan pegunungan Cyclops. Atau, bila ingin melihat Jayapura dari ketinggian, ada bukit lain yang bisa disinggahi, yakni Bukit Pemancar. Datang di sore hari, akan terlihat kerlip lampu-lampu di pusat kota.

Masyarakat Papua dalam Festival Danau Sentani
Wisata Jayapura dalam Festival Danau Sentani. Dok. TL

Paling strategis jika ingin berkunjung ke jayapura sesungguhnya saat berlangsung Festival Danau Sentani. Tahun ini, jika jadi diselenggarakan pada 20 Oktober hingga 2 November 2020, merupakan pelaksanaan ke 12.Beruntung bila Anda datang  berbarengan dengan Festival Danau Sentani. Kesempatan menyimak budaya dalam festival tersebut bisa membuat perjalanan dengan menu lengkap.

Puas menikmati Sentani, tujuan selanjutnya adalah Jayapura. Setelah danau dan bukit, saatnya daerah pantai yang disusuri. Ada beberapa pantai yang bisa dipilih dalam tur esok harinya. Pilihannya adalah Pantai Harlem, Pantai
Base G, Pantai Hamadi, Pantai Dok 2, Pantai Amai, Pantai Tablanusu, dan Pantai Holtekamp. Bila mampir ke Pantai Hamadi, bisa sekalian belanja pernak-pernik suvenir berupa kerajinan tangan khas Papua di sana.

Dari pantai-pantai itu, yang paling unik tentu Pantai Tablanusu. Sesungguhnya, pantai ini bisa dikunjungi saat menginap di Sentani, sebab jika hendak ke Desa Wisata Tablanusu, sebab posisinya lebih dekat dari sini.

Dari Sentani untuk menuju desa ini pengunjung bisa naik bus atau mobil menuju Dermaga Deppare dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Jalannanya menurun dan mendaki melalui hutan lebat. Tablanusu sendiri berarti batu menangis. Sebagian besar Desa Tablanusu diselimuti batu koral berwarna hitam. Di mana-mana hamparan batu alam mengkilap. Hampir mirip pantai di Belitung. Jadi jika pengunjung berjalan di pantai dengan menginjak batu koral akan menimbulkan suara seperti orang menangis.

Selain itu, jika ke Jayapura, sekarang wisatawan gandrung mengunjungi perbatasan Indonesia dan Papua Nugini. Dikenal sebagai Desa Skow, yang ditempuh dua jam dari Jayapura. Desa Skow berbatasan langsung dengan Desa Wutung
di Papua Nugini.

Kemudian, bagi pelancong yang doyan nongkrong dengan keindahan alam, ada tempat yang lagi naik daun, yakni Skyline yang berada di Entrop. Hanya 15 menit dari pusat Kota Jayapura. Pemandangannya berupa Teluk Youtefa dan jembatan Holtekamp yang panjangnya mencapai 1,8 kilometer.

Lalu ambil hari lain untuk mengunjungi Kali Genyem. Lokasinya ada di Berab, Nimbokrang, Jayapura. Kali ini sering disebut Kali Biru atau Kali Biru Genyem.

Jaraknya memang cukup jauh, lokasinya harus ditempuh oleh wisatawan dari kota Jayapura sekitar 3 jam. Medannya turun naik melalui perbukitan dan pegunungan.

Untuk masuk ke Kali Biru, wisatawan yang menggunakan kendaraan bermotor dikenakan tiket masuk sebesar Rp 10 ribu. Sedangkan yang menggunakan  mobil dikenakan tiket Rp 50 ribu.

Meskipun jarak tempuhnya cukup jauh dari kota Jayapura, tapi wisatawan akan disuguhi atraksi air kali yang sangat jernih dan berwarna biru. Rasa lelah dari jauhnya perjalanan yang ditempuh akan terbayarkan lunas di wisata Kali Biru Genyem ini. Bukan hanya pemandangan alamnya saja yang menarik dan menakjubkan untuk didatangi. Masyarakat atau penduduk setempat selalu bersikap ramah menyambut para wisatawan yang berlibur di Kali Biru.

Obyek wisata alam yang letaknya di kawasan perkampungan Genyem ini sangat dikenal para pecinta alam. Selain itu, ada atraksi lain yang tak kalah memikat melihat aktiviras burung cendrawasih. Mungkin belum sepopular Tambrauw, tapi Genyem termasuk habitat burung ini.

Nah, siapa bilang Jayapura kalah indah dengan daerah lain di Papua? Ayo agendakan Indonesia-mu sekarang.

F. Rosana

Asem-asem Koh Liem, 1 Legendaris Semarang

Asem asem Daging Koh Liem

Asem-asem Koh Liem Semarang punya banyak penggemar meski belum sepopular loenpia atau bandeng. Juga mungkin masih kalah terkenal dibandingkan dengan Restoran Oen di Jalan Pemuda, Semarang. Tapi, percayalah, warung makan ini punya penggemar yang fanatik: setiap kali ke Semarang belum mantap jika tak menyeruput kuah asam-manis-pedasnya.

Asem-asem Koh Liem

Lokasi restoran atau warung makan Asem-asem Koh Liem sesungguhnya ada di pusat ibu kota Jawa Tengah itu. Begitu dekat dengan Jalan Gajah Mada, salah satu jalan utama di sana. Namun, karena posisinya di jalan satu arah, orang harus sedikit memutar untuk mencapainya.

Warung makan atau restorannya tak terlalu besar. Menempati satu bangunan bertingkat dari sebuah deret ruko di Jalan Karang Anyar, Semarang. Tempat makannya menempati lantai dasar. Ruangnya terbuka, hanya dibatasi satu partisi kecil yang tertulis namanya yang memisahkan dengan area parkir. Jangan berpikir ada ruang parkir besar, hanya cukup dua mobil dan sejumlah motor.

Dulu, warung tersebut sangat sederhana, cerita yang empunya warung. Bangunannya hanya gubuk tua di pinggir jalan. Didirikan oleh suami-istri Pik Swie Lie alias Koh Liem, yang meninggal pada 2019 lalu. Suarti (53 tahun), ini adalah menantu Koh Liem yang meneruskan mengelola tempat makan ini, mengenang, warungnya menjadi saksi perkembangan kuliner dari masa ke masa. Di tengah era yang semakin modern, mertuanya tetap berkukuh menyajikan kuliner tradisional.

Jika penikmat asem-asem daging mampir ke warung makan ini, aroma dari panci berisi sayur asem-asem Koh Liem langsung menyengat hidung. Aromanya tercium sampai muka warung, mengundang orang untuk bergegas masuk dan memesan. Asap mengepul saban hari, mulai pagi sampai sore. Menu utamanya ya memang asem-asem daging. Meskipun masih banyak menu lainnya

Asem asem Daging Koh Liem

Warung  ini bolehlah disebut salah satu legenda yang banyak dikenal warga sebagai salah satu warung makan tertua di Semarang. Tertulis tahun pertama rumah makan itu berdiri pada salah satu sudut bangunan, yakni pada 1978. Pengaturan duduknya juga tak banyak berubah: ada satu ‘bar’ tempat penerima pesanan yang dikelilingi meja dengan kursi-kursi.

Memang, warung Koh Liem seperti warteg. Pemasaknya di tengah, sedangkan tempat duduk pelanggannya mengitari dapur mini. Di situ, tak cuma asem-asem disediakan. Namun juga berbagai lauk. Ada 50 menu totalnya. Beberapa di antaranya adalah capcay, sayur tahu, udang goreng, sayur bening, sayur lodeh, dan sayur rumahan lainnya.

Begitu kita duduk dan memesan, kuah bening kecoklatan dituang cepat oleh para pelayan warung. Dengan posisi duduk seperti itu, pengunjung bisa menyaksikan secara langsung kuah asem-asem berpindah dari panci perebusan ke mangkuk klasik bergambar ayam jago.

“Yang terkenal memang asem-asemnya karena resepnya dari Oma (istri Koh Liem),” ujar Suarti saat ditemui di warungnya.

Koh Liem  lalu menurunkan resepnya ke anak mantu. Menurut Suarti, rahasia menu andalannya terletak pada campuran tiga bumbu dapur yang membuat sayur tersebut segar, yakni asem Jawa, belimbing wuluh, dan tomat muda. Juga pada daging dan urat yang menjadi komplemen utama pada sayur tersebut.

Sayur asem-asem Koh Liem memang benar-benar segar. Meski isinya sederhana, yakni hanya daging sapi bagian sendoro alias daging dalam, urat, daging usus alias kisi, urat, dan potongan cabai Jepang, semangkuk sayur itu memiliki rasa yang amat kaya. Rasa asam dari asam Jawa-nya tak terlalu mencolok. Sebab, diseimbangkan dengan dua sayuran pencipta rasa asam lainnya, yakni tomat muda dan belimbing wuluh.

Bau dagingnya pun tidak beraroma menyengat alias prengus dalam bahasa Jawa. Teksturnya empuk dan lembut lantaran direbus sampai dua jam. Sedangkan kuahnya terasa manis khas masakan Jawa Tengah. Manisnya lain lantaran menggunakan kecap asli Semarang, yakni kecap Mirama.

Tiap-tiap sendok yang masuk mulut rasanya meningkatkan gairah selera makan. Pengunjung tampak tak rela menuntaskan semangkuk asem-asem itu. Mereka rata-rata menyeruput sampai tetes kuah terakhir. Cukup dinikmati dengan nasi putih saja. Jika mau lebih nikmat nasi putihnya bisa langsung disiram asem-asem daging sapi, alias asem-asem campur. Sebab, bisa juga dipesan nasi putihnya terpisah.

Saat ditanya lebih lanjut seputar bumbu, Suarti enggan menerangkan. Menurut dia, campuran racikan lainnya ialah rahasia dapur. “Rahasianya Oma yang diturunkan sekarang ke anak-anaknya,” ujarnya. Perempuan asli Semarang itu mengatakan telah menerima resep warisan yang sampai sekarang kudu dijaga konsistensinya.

Salah satu cara untuk menjaga konsistensi rasa adalah tak membuka cabang. “Kalau mau makan asem-asem Koh Liem ya harus ke sini,” kata Suarti. Warung ini adalah bangunan ketiga yang ditempati keluarga mereka untuk menjajakan asem-asem. Dua bangunan sebelumnya berlokasi tak jauh dari alamat warung yang sekarang.

Bila ingin menjajal asam-asam Koh Liem, Anda bisa berkunjung ke warungnya mulai pukul 07.00 sampai 17.00. Harga seporsi asem-asem dibanderol Rp 35 ribu.

F. ROSANA-TL