Taman Mini Indonesia Indah, Wajah 38 Daerah

Taman Mini Indoesia Indah menajdi wahana melestarikan kebudayaan Indonesia.

Taman Mini Indonesia Indah atau biasa disebut TMII adalah cara “mudah” mengenal Indonesia dan semua tradisi serta kebudayaannya. Ini adalah taman bagi wajah seluruh provinsi di Indonesia. Sayangnya, hingga Juli 2023 baru ada 33 anjungan dari 38 provinsi yang ada di Indonesia.

Taman Mini Indonesia Indah

Dari Sabang hingga Merauke, ribuan ragam corak adat dan budaya telah melengkapi berbagai aspek kehidupan di Indonesia. Masing-masing adat dan budaya Indonesia ini telah menjadi identitas setiap daerah di seluruh penjuru Nusantara.

Kekayaan Nusantara inilah yang menjadi gagasan pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) oleh Ibu Negara waktu itu, Siti Hartinah, atau yang lebih dikenal sebagai Tien Soeharto. Berdiri di atas area seluas 150 hektare, Taman Mini hadir sebagai rangkuman kebudayaan 27 provinsi (waktu itu, 1970-an) bangsa Indonesia dalam bentuk miniatur kepulauan.

Taman Mini Indonesia Indah terdiri dari anjungan-anjungan dari 38 daerah.
Rumah Gadang sebagai salah satu simbol budaya Minangkabau. Foto: dok. shutterstock

Taman ini dibangun lengkap dengan anjungan daerah, bangunan dan arsitektur tradisional, kesenian daerah, juga taman rekreasi. Tak luput pula berbagai macam wahana yang menawarkan sarana seni, rekreasi, dan edukasi bagi pengunjung.

Gagasan ini tercetus pada 13 Maret 1970 dan diresmikan pada 1975 dengan harapan agar budaya dan kekayaan Indonesia dapat terus dilestarikan dengan baik. Harapannya agar keunggulan unik masing-masing daerah Nusantara dapat selalu terjaga untuk generasi mendatang.

Semuanya ada yang diwakili oleh anjungan daerah. Ada pula yang hadur melalui sejumlah museum, misalnya Museum Fauna; Dunia Laut Tawar; Taman Burung, atau film yang diputar di Theater Keong Emas.

Anjungan daerah adalah bangunan-bangunan rumah adat yang bercirikan arsitektur tradisional khas daerah Indonesia. Hingga Juli 2023 sudah 33 Anjungan Daerah yang dibangun berderet mengelilingi danau Miniatur Arsipel Indonesia. Ini melambangkan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Tiap provinsi menampilkan sekurangnya tiga bentuk rumah adat khas daerah, berada di satu kawasan yang disediakan untuk provinsi bersangkutan. Ke depan seiring pemekaran provinsi-provinsi di Indonesi, akan dibangun anjungan lainnya.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah dari banyaknya suku bangsa dan budaya yang menghiasi nusantara. Setiap corak peristiwa sejarah kita turut berperan dalam membangun Indonesia menjadi negara yang kini kita kenal. Hal ini menjadi salah satu dari segelintir alasan mengapa melestarikan sejarah Indonesia harus menjadi prioritas generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

Taman Burung TMII dok TMII
Taman Burung TMII menjadi wahana untuk mengamati dan mempelajari burungburung. Foto: dok TMII

Selaras dengan tema yang diusung TMII yaitu tempat wisata edukasi budaya Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah menghadirkan 18 museum yang merangkum berbagai sejarah Indonesia melalui wisata edukasi. Setiap museum yang terdapat di Taman Mini Indonesia Indah dibangun untuk memenuhi pengetahuan masyarakat akan sejarah kehidupan, sosial, peradaban, budaya, teknologi Indonesia dan masih banyak lagi.

Mulai dari Museum Keprajuritan, Museum Hakka, Museum Listrik sampai Museum Fauna Indonesia Komodo dan Taman Reptil, setiap museum di TMII memiliki beragam tema dan pameran yang dapat membawa pengunjung merasakan pengalaman belajar sejarah yang unik.

Di sini, pengunjung bisa menambah pengetahuan sambil bermain dengan teknologi interaktif Virtual Reality (VR), menonton film, menyaksikan peragaan ketenagalistrikan, membuat batik, dan masih banyak lagi.

Museum fauna Indonesia “Komodo” memiliki tema dunia satwa Indonesia yang menghadirkan satwa-satwa yang hidup maupun yang telah diawetkan. Bangunan arsitektur dari museum ini berbentuk seperti Komodo, salah satu spesies reptil purba khas Nusa Tenggara Timur, dan menempati lahan seluas 10.120 meter persegi. 

Pameran keanekaragaman fauna nusantara yang terdapat di museum ini disajikan berdasarkan kelompok persebarannya, yakni dari barat ke timur. Ini menunjukkan persebaran hewan dari Sumatera sampai Papua.

Tidak hanya itu, museum ini juga memamerkan keanekaragaman berdasarkan persebaran dari pantai ke pegunungan, untuk menunjukkan habitat masing-masing satwa Indonesia.

Museum Fauna TMII dok TMII
Museum Faunsa TMII. Foto: dok TMII

Taman Reptilia yang menghadirkan koleksi reptil hidup memperbolehkan pengunjung untuk berinteraksi langsung dengan satwa-satwa unik yang terdapat di Taman Mini Indonesia Indah seperti ular sanca, ular berkaki, komodo, biawak, penyu, kura-kura buaya, iguana, dan masih banyak lagi reptil lainnya.

Selain itu, pengunjung anak-anak juga dapat menelusuri rasa ingin tahunya lebih lanjut dengan bermain bersama ular sanca di Taman Sentuh, yang tentunya lengkap dengan pengawasan para ahli dari spesies tersebut.

Sementara itu, mengambil tema Indonesia dan Dunia Air Tawar, taman ini memamerkan keanekaragaman hayati air tawar yang didominasi berbagai ekosistem akuarium untuk sarana rekreasi, pendidikan, penelitian, konservasi alam dan juga atraksi bagi pengunjung.

Menyimpan 6.000 ekor satwa dari 126 spesies yang berbeda, Dunia Air Tawar Taman Mini  merupakan taman biota air tawar terbesar dan terlengkap kedua di dunia serta terbesar di Asia.

Spesies-spesies di taman ini berasal dari berbagai perairan di Indonesia, seperti Arwana (Scleropages formosus), hiu gergaji (Pristis microdon), ikan buntal, dan lain-lain, maupun spesies yang berasal dari belahan dunia lain seperti ikan piranha, ikan kupu-kupu, dan masih banyak lagi.

Selain terdapat koleksi yang menakjubkan, taman ini dilengkapi museum, perpustakaan, auditorium, akuarium Nusantara, Pojok Reptilia, dan ruang karantina untuk pengembangbiakan koleksi dan penampungan hasil petani dan nelayan yang dapat diperjualbelikan kepada masyarakat. Taman ini juga membuka kesempatan bagi masyarakat dan mahasiswa untuk melakukan observasi dan penelitian yang berkaitan dengan edukasi dan peluang bisnis.

Yang tak kalah serunya tentu menonton keindahan Indonesia melalui layar IMEX di Teater Keong Emas. Teknologi ini membuat penontonnya serasa terbang dan menyelam di lokasinya.

Taman Mini Indonesia Indah

Jl Raya Taman Mini, Jakarta Timur. DKI Jakarta, Indonesia.

Senin Sampai Jumat: 6-17

Sabtu Minggu, & libur nasional : 5-17

agendaIndonesia

*****

Liburan Ke Likupang, 1 Destinasi Super

Liburan di Likupang, salah satu surga wisata bahari di Indonesia utara.

Liburan ke Likupang di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, yuk! Inilah salah satu destinasi super prioritas Indonesia yang perlu dilirik buat mereka yang senang dengan wisata bahari.

Liburan ke Likupang

Mungkin sebagian dari kita masih belum begitu familiar dengan surga tersembunyi di Kabupaten Minahasa Utara. Termasuk kenyataan kalau Likupang ini menyimpan banyak sekali tempat wisata alam yang dapat dieksplorasi.

Liburan ke Likupang, salah satu surga wisata bahari di sebelah utara Indonesia.
Wisata pantai di Likupang, Sulawesi Utara. Foto: Dok. shutterstock

Sejak masa kanak-kanan kita, bila menyebut destinasi favorit di Sulawesi Utara, maka nama yang muncul kalua bukan Manado, pastilah Bunaken. Yang terakhir ini bahkan lebih dahulu popular dibandingkan Raja Ampat dan Wakatobi.

Nama Likupang memang masih sangat jarang diketahui wisatawan. Sejatinya Likupang memiliki potensi wisata yang luar biasa indah, dan pastinya tak kalah dari Manado maupun Bunaken.

Bermodalkan keindahan alam yang dimiliki, membuat liburan ke Likupang kian mendapat sorotan dan berpotensi menjadi salah satu destinasi pariwisata unggulan Indonesia kelas dunia. Sebut saja di antaranya hamparan perbukitan hijau, pantai pasir putih yang indah, bawah laut yang masih terjaga, atau kuliner menggugah selera.

Jika berangkat dari Jakarta atau Makassar dengan penerbangan pagi, pengunjung bisa langsung menuju Likupang. Cobalah dulu mengunjungi Desa Bahoi, desa ekowisata yang berada di Kecamatan Likupang Barat. Butuh waktu sekitar 1,5 jam menggunakan mobil dari Bandara Sam Ratulangi di Manado menuju desa ini. Desa Bahoi punya beragam tempat wisata, mulai dari hutan bakau hingga keindahan alam bawah lautnya yang mempesona.

Liburan ke Likupang tak hanya pantai, ada pulau bukit dan danau. Seperti Danau Linau.
Danau Linau di Likupang, Sulawesi Utara. Foto: dok. shutterstock


Masyarakat desa pun sangat sadar akan prinsip-prinsip ekowisata. Ini tampak dari keberadaan ekosistem hutan bakau di Desa Bahoi yang dikelola sendiri oleh masyarakat. Kegiatan lain yang bisa dilakukan di Desa Bahoi adalah snorkeling dan diving.
Pilihan lain adalah ke desa wisata Pulisan di Likupang Timur. Berjarak sekitar 48 km dari Kota Manado, ada banyak hal yang bisa dieksplor di desa ini. Misalnya mengunjungi berbagai destinasi wisata perbukitan di Likupang. Mulai dari Bukit Pulisan hingga Bukit Larata.

Desa wisata Pulisan menawarkan paket wisata laut yang lengkap. Desa ini terletak di jantung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Likupang. Untuk bisa sampai di Pantai Pulisan, meski jaraknya ‘hanya’ sekitar 48 kilomater, wisatawan harus menempuh perjalanan darat selama sekitar dua jam dari kota Manado. Meski cukup jauh, semua terbayar oleh eksotisme pantai berpasir putih ini. Selain terumbu karang beraneka warna, Kamu bisa melihat pemandangan di dalam air dengan jelas. Tak hanya itu, adanya batu karang yang menyerupai gua,menjadi daya tarik tersendiri.

Di kawasan pantai Pulisan juga terdapat bukit padang sabana yang memiliki suasana menyejukkan. Dari bukit yang memperlihatkan hamparan padang rumput dengan pemandangan laut yang indah. Untuk menuju ke puncaknya, wisatawan harus melewati perjalanan yang agak menantang selama satu jam. Namun, saat mencapai puncak, perjuangannya bakal terbayar lunas.

Selain Bukit Pulisan, destinasi wisata perbukitan di Likupang yang bisa dikunjungi adalah Bukit Larata. Tidak kalah memesona, Bukit Larata juga menawarkan keindahan bukit savana dengan padang rumput yang berpadu dengan pemandangan laut.

Tentu saja liburan ke Likupang tetap menjadi surga bagi para pecinta wisata pantai dan bahari. Selain pantai Pulisan, wisata pantai di Likupang berikutnya adalah Pantai Paal. Berlokasi di Desa Marinsow, Kecamatan Likupang Timur, Pantai Paal dikenal dengan pemandangan eksotis dan air laut berwarna gradasi biru tosca yang cantik.

Keindahan pemandangan laut di pantai Pulisan dan Paal sangat cocok untuk snorkeling, berjemur, atau sekadar menikmati hembusan angin dan mendengarkan deburan ombak menenangkan. Jika tak puas dengan ke duanya masih ada Pantai Sampiran, dan Pantai Surabaya.

Jika pun masih tak puas dengan pantai-pantai tersebut, wisayawan bisa menciptakan pengalaman baru berlibur di Likupang dengan mengunjungi Pulau Lihaga, yang dikenal memiliki keindahan bawah laut tiada duanya.

Dari likupang pengunjung bisa naik kapal bermotor ke Pulau Lihaga. Ada dua jenis kapal bermotor yang disewakan. Tarif untuk menyewa kapal bermotor dengan kapasitas penumpang maksimal 15 orang, berkisar Rp100 ribu per orang. Namun bila berkunjung secara rombongan lebih dari 20 orang, bisa juga menyewa kapal dengan tarif sebesar Rp800 ribu hingga Rp1 juta.

Pulau seluas 8 hektare ini memiliki pasir putih lembut dan air laut berwarna biru yang sangat jernih. Air lautnya yang sangat tenang sangat cocok untuk snorkeling sambil menikmati keindahan bawah laut yang menakjubkan.

Setelah keliling ke berbagai destinasi wisata di Likupang, perut terasa lapar dan waktunya mencicipi makanan khas Likupang yang lezat. Bubur tinutuan merupakan makanan khas yang sangat identik dengan kuliner Sulawesi Utara.

Liburan ke Likupang jangan lupa mencicipi kulinernya. Salah satunya ada bubur tinutuan.
Bubur tinutuan atau bubur Manado. Foto: shutterstock

Masyarakat mengenalnya juga dengan sebutan bubur Manado. Namun, bubur ini tak hanyak ada di Manado, melainkan juga di Likupang. Bubur tinutuan sangat khas,di dalamnya ada beragam sayuran segar. Sebut saja kangkung, bayam, kemangi, pipilan jagung, ubi, dan labu kuning. Sebagai pelengkap, biasanya akan ada cakalang atau cacahan daging sapi yang ditaburkan di atas bubur.

Selain itu ada juga milu siram, sup jagung yang dibuat dengan udang atau daging ikan. Cita rasa asam dari jeruk nipis dan pedas dari cabai, jadi kombinasi rasa yang unik untuk melengkapi eksplorasi para wisatawan di Likupang.

Jika ingin yang lain, coba sarapan yang lebih ringan saja yaitu pisang goroho yang dicocol dengan sambal roa. Jenis pisang ini hanya tumbuh di Sulawesi Utara. Bentuknya panjang dan ramping.

Pisang ini diolah dengan cara diiris tipis lalu digoreng. Namun, ada juga yang digoreng dengan baluran tepung. teksturnya akan mirip dengan keripik pisang tetapi dimakan dengan sambal. Sebagai pendamping pisang goroho dan sambal roa, masyarakat lokal biasanya menyeduh secangkir kopi, teh, atau minuman hangat lainnya.

Satu lagi makanan khas Sulawesi Utara yang menggunakan ikan cakalang sebagai bahan untuk mengolahnya. Namanya lalampa. Makanan yang terbuat dari ketan yang diisi dengan ikan cakalang, dan dibungkus dengan daun pisang satu ini memiliki aroma harum dan rasa gurih yang dapat menggoyang lidah.

Lalampa ini mirip dengan lemper. Namun, ada beberapa hal yang membedakan. Pertama, isian lalampa berupa ikan cakalang. Kedua, selain dikukus, lalampa juga harus dibakar. Sebelum dibakar, lalampa diolesi dengan minyak sayur sehingga aromanya dan rasanya lebih kuat.

Ayo agendakan liburan ke Likupang. Nikmati alam dan kulinernya.

agendaIndonesia

*****

Mulang Pekelem 1 Ritual di Danau Segara Anak

Segara Anak Gunung Rinjani

Mulang Pekelem 1 ritual pemeluk agama Hindu di Segara Anak, Gunung Rinjani, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Mungkin belum banyak yang tahu, dan ini bisa dipahami. Sebab ritual ini digelar lima tahunan oleh umat Hindu dan dilakukan tepat di Segara Anak.

Mulang Pakelem 1 Ritual di Gunung Rinjani

Segara Anak adalah danau maar yang berada di ketinggian 2.008 mdpl. Pesona Segara Anak biasanya akan membuat pendaki terpukau lantaran airnya biru seperti laut. Namun tiap lima tahun sekali, Rinjani dan Segara Anak tak cuma pesona alamnya yang menarik. Ritual sakral umat Hindu yang sakral turut menjadi pemandangan yang menyita perhatian.

Umat Hindu, khususnya warga Lombok dan Nusa Tenggara Barat, yang menggelar ritual di Segara Anak membawa hantaran berupa benda berharga dan hewan peliharaan. Misalnya emas, ayam, kambing atau kepala kerbau. Benda dan hewan itu dilarutkan di danau Segara Anak setelah pemangku adat membawanya ke tengah menggunakan getek.

Uniknya, benda-benda berharga, khususnya emas, tak akan bisa dicari setelah dihanyutkan. Sebab, emas telah tenggelam di kedalaman 230 meter air danau.

Ritual pekelem dihelat untuk merefleksikan konsep Tri Hita Karana. Konsep tersebut menggambarkan harmonisasi antara makhluk hidup, alam, dan Sang Pencipta. Sejumlah umat Hindu, pada upacara tersebut, akan menggelar ritus di tempat tertentu yang diyakini merupakan tempat bersemayamnya para dewa, termasuk Segara Anak.

Sejatinya, ritual Mulang Pekelem adalah perjalanan panjang. Pasalnya, selama tiga hari umat Hindu akan mendaki Gunung Rinjani lalu turun ke Danau Segara Anak, yang diyakini sebagai pusat spiritual di Tanah Sasak. Di tempat-tempat yang sudah ditentukan umat akan menjalankan upacara keagamaan.

Gunung Rinjani adalah gunung tertinggi ketiga di Tanah Air dengan ketinggian mencapai 3.726 meter dari permukaan laut. Bagi umat Hindu, gunung ini mempunyai nilai spiritual yang tinggi. Seperti halnya Gunung Himalaya di India atau Gunung Semeru di Pulau Jawa, Rinjani menjadi sebuah tempat yang dianggap mempunyai getar kesucian yang tinggi. Tempat para Dewa kerap berkumpul untuk memberikan anugerah kehidupan.

Di kawasan ini, tumbuh-tumbuhan dan binatang hidup dengan penuh vitalitas. Itu semua dipercaya berkat dukungan energi dari Sang Gunung. Air dari Danau Segara Anak mengairi sebagian besar sawah di Pulau Lombok dan menjadi sumber kehidupan bagi orang Sasak. Tak heran, Gunung Rinjani kerap disebut sebagai gunung kehidupan.

Konon, kesucian Gunung Rinjani telah diyakini umat Hindu sejak abad XVI. Pada kurun waktu itulah Yadnya Mulang Pekelem dan Bumi Sudha pertama kali digelar. Sejak itulah, upacara tersebut hingga kini tetap diteruskan para penganut agama Hindu di Lombok. Kepatuhan dan kesetiaan mutlak atas adanya kehidupan yang lebih agung di luar kehidupan manusia membuat mereka mempertahankan tradisi ini.

Saat ini, setiap kali upacara Pekelem digelar, ada sekitar 5.000 umat Hindu naik melewati jalur pendakian. Mereka berjalan sembari memakai pakain upacara lengkap. Benda-benda hantarannya turut dibawa. “Bahkan kambing pun dituntun naik ke atas gunung,” ujarnya.

Di sepanjang jalan, ia akan mendengarkan gemerincing lonceng sembahyang. “Tepat tengah malam saat gelap gulita, orang-orang akan sembahyang,” katanya. Suasana sakral menderap sepanjang ritual itu berlangsung.

Meskipun upacara ini milik penganut agama Hindu, namun setiap kali ritual ini digelar, ratusan orang akan ikut naik ke Rinjani dan ikut menyaksikan jalannya upacara.

Tenda di Punggung Gunung Rinjani Lombok
Tenda-tenda pengunjung Gunung Rinjani selama upacara keagamaan. Dok. Unsplash

Perjalanan ke danau Segara Anak yang memakan waktu dua hari dari Mataram akan ditempuh. Jika ikut menyaksikan upacara, maka akan memakan waktu 4-5 hari. Umumnya mereka yang menyaksikan adalah para penikmat petualangan di alam bebas dan pecinta alam. Lelah perjalanan rasanya terbayarkan, danau Segara Anak yang begitu luas, cantiknya pemandangan Rinjani, serta pengalaman menjadi saksi ritual lima tahunan menjadi obat.

Beberapa hari sebelum upacara Pekelem berlangsung, biasanya di pinggiran danau Segara Anak sudah banyak berdiri tenda yang digunakan umat Hindu yang akan melaksanakan Mulang Pekelem. Ada ratusan tenda yang tersebar di berbagai tempat t di sekitar danau. Selain tenda untuk menginap, ada pula tenda-tenda yang menjual makanan dan minuman. Sementara itu, pengunjung yang hanya menyaksikan, biasanya membangun tendanya di punggung-punggung bukit.

Buat pengunjung, prosesi upacara adatnya sendiri mungkin biasa saja. Seperti jika mengikuti upacara Kesada di gunung Bromo, Jawa Timur. Begitupun kesakralan yang meruao dari lembah Segara Anak adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan.


Seperti disebut di muka, yang menarik adalah peristiwa keesokan harinya, ketika pemangku adat dan peserta upacara membawa begitu banyak ragam benda berharga seperti emas, perak, tembaga dan uang logam yang dikumpulkan umat Hindu yang akan ditenggelamkan ketengah danau Segara Anak. Ritual penenggelaman benda-benda berharga ini memiliki makna sebuah pengorbanan umat Hindu kepada Dewata.

Seusai upacara, orang-orang akan turun dari Rijani, tentu setelah mendaki dari lembah danau terlebih dahulu. Mereka kembali ke kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Aktivitas pendaki pun kembali seperti semula. Yang unik, biasanya setelah upacara seperti itu, Danau Segara Anak bakal menjadi tempat mancing favorit lagi bagi para pendaki. Sebab di danau itu hidup ikan-ikan mujair. Kalau beruntung, konon, pendaki akan memperoleh mujair yang di dalam perutnya terdapat perhiasan emas.

Buat Anda, Rinjani bisa menjadi salah satu pilihan agenda perjalanan untuk menikmati indahnya pulau Lombok. Ayo agendakan Indonesia mu.

F. Rosana

Kopi Toko Djawa, Dari Jalan Braga Nomor 81

Kopi Toko Djawa Bandung cabang Jalan Teuku Umar.

Kopi Toko Djawa saat ini menjadi salah satu romantisme menikmati kota Bandung. Kopi dan masa lalu yang asyik.

Kopi Toko Djawa

Sebagai kedai kopi, sesungguhnya tempat ini bukanlah tempat yang sudah memiliki rekam jejak yang panjang. Praktis ia baru berdiri pada 2017. Namun tempat awal berdirinya menjadi pertanda yang unik bagi kota dan orang Bandung.

Nama tempat ngopi ini, Kopi Toko Djawa, bagi orang Bandung asli pasti sudah tahu kalau sebelumnya adalah Toko Buku Djawa. Toko buku ini berada di Jalan Braga Nomor 81 ini adalah toko buku legendaris yang sudah ada sejak 1955.

Kopi Toko Djawa berada di pusat kenangan orang tentang Bandung.

Perubahan zaman dan disrupsi teknologi menyebabkan toko buku terdesak dan mulai ditinggalkan pembeli buku yang beralih ke e-book. Melalui sejumlah pertimbangan, toko buku ini beralih menjadi kedai kopi. Mungkin pilihan bisnis yang tepat, bisa pula momentum waktunya pas, kedai kopi ini menjadi hit.

Orang Indonesia, juga orang Bandung, bagaimana pun menyimpan romantisme yang bagus. Dan bagi orang Bandung, Jalan Braga adalah pusat masa lalu yang penuh kenangan. Tempat orang selalu ingin kembali. Tempatnya, gedung-gedungnya.

Setiap tempat pasti memiliki kenangan tersendiri, entah itu karena peninggalan sejarah, atau pun karena ikatan emosional yang dimiliki para pengunjung atas tempat tersebut.

Maka berdirilah kedai Kopi Toko Djawa di sini. Ia tampak begitu asyik karena berada di gedung kolonial yang penuh pesona dengan gaya art deco-nya. Pemiliknya tak perlu melakukan renovasi habis-habisan karena gedungnya sendiri sudah indah.

Toko Kopi Djawa IG TKD

Hal itulah yang kemudian menjadi salah satu pertimbangan seorang Alvin Januardi, sebagai pemilik Kopi Toko Djawa. Ia menggubah Toko Buku Djawa yang menyimpan banyak kenangan di masa kejayaannya dulu menjadi sebuah kedai kopi.

Usaha kopi, kedai maupun biji kopinya, memang menjamur dalam beberapa tahun terakhir di banyak kota di Indonesia. Namun, situasi itu tak menggoyahkan niat Alvin membangun kedainya sendiri.

Setelah mengurus berbagai urusan tetek bengek usaha, Alvin dan dua partnernya yang pernah tinggal di Australia membuka kedai ini pertama kali pada 2017. Mereka memutuskan untuk tetap mempertahankan nama “Djawa” untuk kedai kopi itu, pertimbangannya agar orang teringat kenangan mereka.

Apa yang ditawarkan oleh Kopi Toko Djawa dapat memberikan pengalaman berbeda dalam menikmati kopi dan berbagai hidangan lainnya.

Pada saat itu, kedai ini masih kecil. Tempat pertama di Jalan Braga itu paling bisa memuat 10-15 orang. Itu pun tak langsung hit. Baru setelah 1-2 bulan berjalan mulailah mereka mendapat respon yang lumayan.

Kopi Toko Djawa Bandung IG TKD

Dengan respon pasar yang membaik, dan ada ruang di bagian belakang ruang kedainya, tempat ngopi itu diperluas ke belakang. Waktu berjalan dan usaha pun semakin berkembang. Sampai saat ini Kopi Toko Djawa telah memiliki delapan gerai.

Di Bandung ada di Jalan Braga, Jalan Riau, Ciumbuleuit, Critical 11, Teuku Umar, dan di Buah Batu. Tak berhenti di Bandung, kedi kopi ini juga memperluas usahanya kei Jakarta dengan dua gerai. Di Menteng dan Pondok Indah.

Selain keunikan bangunan gerai pertama mereka, ada beberapa hal yang menjadi kekuatan Kopi Toko Djawa ini.

Selain berbagai menu yang ditawarkan, mereka berusha menonjolkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia untuk jadi daya tarik tersendiri, terlihat dari interior kedainya yang dibalut dengan kain-kain Sumba dan banyak berkolaborasi dengan perajin lokal untuk menciptakan lingkungan.

Selain itu, yang unik di sini adalah tidak adanya fasilitas wifi. Tak seperti kebanyakan warung kopi kekininan yang berlomba memberi fasilitas sambungan internet ke pelanggannya, kedai ini justru menghindarinya.

Jadi jangan berpikir bawa laptop dan bekerja di sini sambil menyeruput kopi.  Tempat ini di mana pengunjung datang untuk ngobrol bareng teman dan menikmati kopi.

Sama seperti toko-toko kopi lainnya, Kopi Toko Djawa pun memiliki berbagai menu signature. Betul, variasi menu di kedai ini tak jauh berbeda dari kedai kopi lainnya, namun sekali-kali datang dan cobalah Es Kopi Awan, ini bukan sekadar es kopi biasa. Ini kopi dengan gula aren dan foam susu yang tebal.

Atau coba jugalah es kopi dengan gula jawa. Ini adalah specialty lain mereka dan semua orang sepertinya sangat suka es kopi ini.

Hal lain yang bisa dilakukan pengunjung jika datang ke gerai di Braga, adalah mencari pernik-pernik kecil di lantai dua. Mulai dari kartu pos, tote bag, produk organik dan banyak lagi.

Ruang duduk di lantai dua juga bisa untuk ngopi, ini terbagi dua ruangan. Di ruang agak tertutup dan ruang agak terbuka karena terkena sinar matahari berkat jendelanya yang besar. Tapi semuanya enak buat ngopi.

Kopi Toko Djawa

Jalan Braga Nomor 81, Bandung

Jalan RE Martadinata (Riau) Nomor 205, Bandung

Jalan Ciumbeleuit Nomor 73, Bandung

Jalan Buah Batu Nomor 163, Bandung

agendaIndonesia

*****

Kebun Raya Cibodas, Konservasi Dari 1852

Kebun Raya Cibodas sudah berusia hampir 200 tahun

Kebun Raya Cibodas mungkin sering terlewatkan oleh banyak wisatawan. Terlebih untuk menuju ke tempat ini harus melalui jalur lalu lintas yang terkenal padat. Padahal di sini orang bisa mendapatkan pengetahuan sekaligus wisata.

Kebun Raya Cibodas

Didirikan pada 11 April 1852 oleh Johannes Ellias Teijsmann, seorang kurator Kebun Raya Bogor pada waktu itu. Namanya pun mulanya adalah Bergtuin te Tjibodas atai Kebun Pegunungan Cibodas.

Pada awalnya kebun ini dimaksudkan sebagai tempat aklimatisasi jenis-jenis tumbuhan asal luar negeri yang mempunyai nilai penting dan ekonomi yang tinggi. Salah satunya adalah pohon Kina (Cinchona calisaya).

Kebun Raya Cibodas memiliki konservatorium.

Tempat ini kemudian berkembang menjadi bagian dari Kebun Raya Bogor dengan nama Cabang Balai Kebun Raya Cibodas. Lalu mulai 2003 status Kebun Raya ini menjadi lebih mandiri sebagai Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan KRCibodas. Ia berada di bawah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dalam kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Lokasi Kebun Raya ini berada di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango pada ketinggian kurang lebih 1.300 – 1.425 meter di atas permukaan laut. Luasnya mencapai 84,99 hektare.

Temperatur di sini rata-rata 20,06 °C, kelembaban 80,82 persen dan rata-rata curah hujan 2.950 mm per tahun. Kebun Raya Cibodas merupakan tempat yang nyaman untuk beristirahat sambil menikmati keindahan berbagai jenis tumbuhan yang berasal dari Indonesia dan negara-negara lain.

Kebun Raya ini berjarak kurang lebih 100 kilometer dari Jakarta dan sekitar 80 kilometer dari Bandung, Jawa Barat. Dikelilingi oleh pegunungan dan pohon di sekitarnya, kebun ini memiliki padang rumput, kolam besar, dan air terjun.

Area kolam besar Cibodas merupakan area padang rumput dengan kontur pegunungan yang luas. Kolam Besar didirikan pada 1901 oleh Dr. Melichior Treub yang difungsikan untuk menambah keanekaragaman koleksi tumbuhan air.

Taman Mawar Kebun Raya Cibodas KR Cibodas
Taman Mawar sebagai salah satu keragaman Kebun Raya ini. Foto: dok. KR Cibodas

Saat ini Kolam Besar menjadi salah satu daya tarik wisata yang menjadi favorit pengunjung. Di sekitar area ini juga terdapat guest house yang bisa digunakan untuk bermalam di Kebun Raya Cibodas.

Sementara itu, ada pula air terjun Cibogo. Lokasinya sangat mudah dijangkau, hanya 250 meter dari pintu masuk utama atau sekitar 10 menit perjalanan.

Air terjun Cibogo ini bertetangga dengan jalan air di Taman Sakura. Ukuran air terjun Cibogo tidak terlalu besar tapi debit airnya cukup deras. Tinggi air terjun Cibogo antara 15 sampai 18 meter, dan terdapat kolam kecil di bawah air terjun ini. Sehingga sangat aman untuk dikunjungi.

Taman Sakura adalah daya tarik lain dari Kebun Raya Cibodas. Mereka memiliki tujuh jenis Sakura, yaitu Prunus cerasoides, Prunus yedoensis, Prunus yamasakura, Prunus lannesiana, Prunus sp, Prunus arborea dan Prunus costata.

Namun di Sakura Garden ekarang ini baru terdapat 5 jenis Sakura yaitu Prunus cerasoides, Prunus yedoensis, Prunus yamasakura, Prunus lannesiana dan Prunus sp, sedangkan jenis yang dikoleksikan ada tiga jenis, yaitu Prunus arborea dari Java, Prunus costata dari Irian/ Papua dan Prunus cerasoides dari Himalaya.

Taman Rhododendron KR Cibodas KR Cibodas
Koleksi Rhondodendrom Kebun Raya ini. Foto: KR Cibodas

Sakura Garden sendiri dibuat pada Maret 2007 – Desember 2007 dengan luas 6.647 meter persegi dan dibuat untuk memperkaya taman tematik yang ada di Kebun Raya Cibodas. 

Sakura bisa berbunga 2 kali dalam satu tahun, yaitu sekitar bulan Januari-Februari dan Juli-Agustus, suatu hal yang sungguh menakjubkan. Bunga ini mekarnya bisa bertahan sekitar empat hari. Masa yang diperlukan sejak tumbuh kuncup hingga gugur bunga adalah sekitar satu minggu.

Hal lain yang juga menarik adalah jalan Araucaria. Ini adalah tumbuhan runjung yang unik, tidak biasa, dan selalu hijau sehingga terlihat tampak menarik. Karakteristik pohon ini memiliki batang tegak besar yang dapat mencapai ketinggian 30-80 m. Cabangnya menyebar secara horizontal dan ditutupi daun yang kasar terlihat mirip seperti jarum.

Tanaman ini dapat hidup hingga 1000 tahun, meskipun pada faktanya pertumbuhan tanaman ini tergolong lambat. Di habitat aslinya, di benua Amerika, tanaman ini terancam punah karena eksploitasi berlebihan dan seringnya kebakaran hutan. Namun keberadaan tanaman ini dapat ditemui di Kebun Raya Cibodas, yang berlokasi di depan Guest House, tumbuh dengan rapi berjajar membentuk lorong.

Taman tematik lain adalah Taman Liana yang merupakan taman yang dibangun di area seluas 1.200 meter persegi. Taman ini dipenuhi dengan koleksi tumbuhan liana, yakni tumbuhan yang tumbuh memanjat pada tumbuhan lain atau panjatan buatan manusia yang lebih besar atau lebih tinggi, dalam upaya mendapatkan cahaya matahari, tetapi akarnya tetap berada di dalam tanah sebagai sarana untuk mendapatkan makanan.

Koleksi tanaman liana merupakan hasil kegiatan eksplorasi dari kawasan Aceh, Bengkulu, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Tengah. Dari jenis koleksi tersebut 40-50 persen tanaman liana memiliki fungsi sebagai obat tradisional.

Kadsura menjadi salah satu koleksi menarik di Taman Liana karena sulit diidentifikasi di alam. Kadsura daunnya berbentuk hati, buahnya berwarna merah, berbiji banyak dan merambat di pohon. Taman yang ada di Jawa Barat ini kerap digunakan sebagai obat untuk wanita yang baru saja melahirkan.

Ada pula Taman Mawar di Kebun Raya Cibodas. Tanaman mawar termasuk dalam suku Rosaceae. Karakter tanaman ini memiliki batang berduri dan bunga cantik yang dapat memikat siapapun.

Tanaman ini biasanya diambil manfaatnya untuk dijadikan sebagai tanaman hias dan banyak dijadikan sebagai hadiah simbol kasih sayang. Keberadaan mawar di Kebun Raya Cibodas menampilkan sebanyak 302 pohon dari tujuh hibrid, mulai dari yang berukuran tinggi 50 centimeter sampai 250 centimeter.

Masih banyak lagi keindahan di kebun ini, jadi ayo agendakan perjalananmu ke sini.

Kebun Raya Cibodas

Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindangjaya, Kec. Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,

agendaIndonesia

*****

3 Menu Minahasa Nan Pedas dan Berempah

Cakalang Fufu di Minahasa

3 menu Minahasa nan pedas dan berempah ini layak untuk diburu saat kita pergi ke Manado dan sekitarnya.

3 Menu Minahasa Aroma laut

Melancong ke Sulawesi Utara memang tak lengkap rasanya kalau tidak menjajal olahan hasil baharinya. Di tanah yang kondang dengan sebutan Celebes itu, beragam jenis ikan bisa ditemui. Sebut saja ikan cakalang, roa, dan nike. Bila diolah dengan bumbu-bumbu lokal yang khas—pedas dan berempah—nikmatnya bakal menggoyang lidah. Berikut 3 pilihannya.

Cakalang Fufu Ahmad Yani

Bila melintas di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Sario—kurang lebih 2,7 kilometer dari Zero Point—mata akan disegarkan dengan deretan penjual yang menjajakan cakalang fufu. Mereka membuka lapaknya di pinggir-pinggir jalan. Dagangannya dibiarkan terpajang di atas meja. Orang lewat akan tergoda melihat olahan ikan yang dibumbui garam dan bubuk soda, diasap, dan dijepit kerangka bambu itu. Tampilan yang cokelat keemasan dan aroma anyir laut yang merebak tak mampu ditampik.

Di sana, cakalang fufu ditawarkan dalam aneka ukuran, mulai 500 gram hingga 2 kilogram. Harganya pun dibanderol mulai Rp 50 ribu untuk ikan yang paling kecil hingga Rp 200 ribu untuk yang paling besar. Meski bisa dimakan langsung, menjadi makanan pendamping nasi, atau diolah lagi. Misalnya dimasak woku, dengan komplemen bumbu khas Minahasa. Enak juga dipotong kecil-kecil dan dimakan dengan nasi hangat. Tentu plus sambal roa atau dabu-dabu.

Cakalang fufu bisa dijadikan alternatif oleh-oleh untuk kerabat di luar kota. Sebab, teksturnya kering dan tidak berair. Bila disimpan di tempat sejuk, bisa tahan sampai satu pekan. Tak cuma bisa menemui cakalang fufu, di sepanjang Jalan Ahmad Yani, pelancong bisa berbelanja sambal roa dan terasi ikan, yang diproduksi langsung dari Buton.

Oleh-oleh Cakalang Fufu

Jalan Ahmad Yani, Sario, Manado, Sulawesi Utara

Buka pukul 09.00-21.00 Wita

Perkedel Nike Raja Oci

Olahan nike, ikan yang hanya hidup di Danau Tondano Tomohon—dan Sungai Bone Gorontalo—menjadi makanan yang dicari para pelancong tatkala mereka bertandang ke Manado. Salah satu restoran yang menyajikan masakan ikan mungil berwarna transparan ini adalah Raja Oci, yang beralamat di Jalan Sudirman. Orang beramai-ramai datang ke kedai makan yang telah buka sejak 1994 tersebut.

Fajar Anggun Putra, si pemilik restoran, berhasil mengenalkan perkedel nike yang membuat pengunjung ketagihan. Rasanya unik. Sedikit amis, tapi tidak membuat eneg. Teksturnya lebih keras daripada perkedel perkedel kentang atau perkedel daging. Namun rasanya jauh lebih gurih. Ada aroma ikan yang khas, yang tidak bisa ditemui di olahan perkedel pada umumnya. Bentuknya pun tak bundar, namun gepeng layaknya bakwan jagung.

Perkedel nike cocok dinikmati bersama pakis tumis pepaya, goropa atau kerapu woku, dan oci atau ikan gembung bakar. Tentu makin lezat bila dicocol sambal dabu-dabu yang pedas menggugah selera, plus nasi putih hangat. Harga seporsi perkedel, isi lima, Rp 30 ribu.

Raja Oci

Jalan Jendral Sudirman Nomor 85, Pinaesaan, Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara

Buka pukul 11.00-22.00 Wita

Mujair Woku Si Neleyan

Masakan woku memang tak bisa dilepaskan dari budaya makan masyarakat Minahasa. Sajian berkuah kuning kental ini selalu berhasil menggoda penikmat kuliner untuk menjajalnya sewaktu berkunjung ke Sulawesi Utara. Salah satu yang patut dicoba adalah masakan woku di restoran milik Wali Kota Tomohon Jimmy Eman. Lokasinya di Tomohon, satu jam waktu perjalanan dari Zero Point Manado.

Bila biasanya bahan utama woku adalah ikan laut, di restoran berkapasitas 200 orang ini, woku disajikan menggunakan air tawar. Ikannya menggunakan mujair yang segar lantaran langsung dijaring dari kolam yang berlokasi di samping warung tersebut. Mujair diolah matang, namun tak terlalu masak. Tekstur ikannya tidak rusak. Bagian-bagian tubuhnya pun masih utuh, tak ada yang meluruh atau larut dengan bumbu. Ikan seberat 500 gram itu lantas disiram dengan kuah kuning. Warna kuning berasal dari kunyit.

Kala dihirup, aromanya kental dengan rempah-rempah. Yang paling menyengat adalah daun woka– daun lontar yang umum dipakai untuk membungkus nasi. Aroma lain, yang berasal dari daun jeruk, daun pandan, dan jahe, melengkapi dan menyeimbangkan, menghasilkan wewangian yang khas, lagi harmonis. Tak ada yang terlalu tajam dan membikin eneg.

Mujair woku ini dibanderol dengan harga Rp 60 ribu, bisa dinikmati bersama dua orang lainnya. Makannya disandingkan dengan kangkung bunga pepaya untuk menyamarkan bau amis dan perkedel jagung untuk memberikan sensasi kriuk. Tak lupa disantap dengan nasi putih hangat.

Si Neleyan

Jalan Raya Tomohon, Talete 1, Tomohon, Sulawesi Utara

Buka pukul 09.00-21.00 Wita

F. Rosana/A. Prasetyo

3 Suguhan Warisan Kuliner Bagansiapiapi

Soto Bagan di Bagansiapiapi

3 suguhan warisan kuliner Bagansiapiapi menjadi pelengkap saat mengunjungi kota di Provinsi Riau ini. Kota ini mungkin nyaris tak terdengar, hingga beberapa tahun lalu ketika tradisi Bakar tongkangmenjadi  sebuah tradisi yang makin dilirik sebagai atraksi pariwisata Indonesia.

3 Suguhan Warisan Kuliner Bagansiapiapi

Awalnya tradisi ini hanya menjadi atraksi masyarakat Bagansiapi-api, Provinsi Riau. Namun, beberepa tahun terakhir ia menjadi wisata bakar tongkang yang makin banyak diminati untuk disaksikan. Bahkan pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia, juga wisatawan manca negara.

Kota ini tak ubahnya sebuah muara pertemuan budaya antara Tionghoa dan Melayu. Beragam peninggalan masa lampau bersisa. Kuliner adalah salah satunya. Jenis makanan, cara masak, dan kaidah menyajikan menjadi warisan yang turun-temurun dapat dinikmati penduduk asli, juga pelancong yang sengaja bertandang.

Sepiring Kenikmatan Kwetiau Melayu

“Saya Chinese dan suami saya Bugis. Warung ini dimiliki oleh keluarga dengan latar belakang kultur yang sangat berbeda.” Indrawati meracik kwetiau sambil berkisah. “Sedangkan kami tinggal di tanah Melayu. Makanya punya masakan dengan cita rasa campuran,” tuturnya, membuka obrolan. “Sreeng….” Bau wangi merebak. Muasalnya dari bumbu, kaldu udang, telur, dan potongan mi khas Tionghoa.

Di kota kecil Bagansiapiapi, yang dihuni mayoritas warga keturunan Fujian, Cina Selatan, memang gampang ditemukan warung kwetiau semacam ini. Maklum, masakan tersebutlah yang sejatinya paling mula diperkenalkan orang Hokkian dan Tio Ciu di kota itu. Meski banyak saingan, warung Indrawati dan suami, yang diberi nama warung Wira—Wira adalah nama anaknya—termasuk yang paling ramai lantaran punya cita rasa khas, lagi halal. Orang-orang menyebutnya warung kwetiau Melayu. “Yang makan pun kebanyakan orang Melayu,” katanya.

Sudah 14 tahun Indrawati rutin meladeni pesanan mi tebal berbahan tepung beras itu. Jadi, meski sambil mengobrol, konsentrasinya tak bakal buyar. Satu per satu bumbu dapur—bawang, merica, dan komplemen lain—tak terlewat masuk wajan. Masakannya yang terkenal nikmat dan kepiawaiannya menjamu tamu menjadi modal utama untuk mengundang pelanggan. “Rahasianya hanya bawang putih. Asal bisa memperkuat rasa bawang putihnya, tanpa berlebihan, masakan akan jadi enak. Plus harus ramah,” ucapnya sembari berseloroh.

Tentu, kenikmatannya memuncak dengan campuran udang khas Bagan yang punya cita rasa gurih. Tak perlu menambah daging sapi atau ayam buat membikin rasa menjadi kaya. “Ya, kekuatannya memang juga berasal dari udang Bagan, tak perlu lain-lain lagi,” tuturnya. Kalau sedang musim pasang mati, mereka akan menyimpan udang sebanyak-banyaknya supaya tak kehabisan stok.

Sepiring kwetiau racikan Indrawati dihargai Rp 13 ribu. Murah dan lezat. Plus, ditambah dengan kopi Bagan, keasyikan menikmati kota tua itu makin komplet. Tak heran kalau nama perempuan separuh baya berkulit putih dan bermata sipit ini belakangan kerap mejeng di halaman berita lokal.

Warung Kwetiau Wira

Buka pukul 06.00-12.00 (cabang Wira II buka sampai malam)

Alamat: Jalan Pahlawan, Bagansiapiapi, Riau

Sate kerang bagansiapiapi
Sate kerang Bagansiapiapi. Dok. A. Prasetyo-TL

Wangi Asap Pembakaran Kerang

Olahan kerang memang umum ditemui di pesisir, tak terkecuali Bagansiapiapi. Kerang bisa dimasak segala rupa. Namun salah satu yang paling kesohor dan populer di kalangan wisatawan yang mengunjungi Bagan, juga masyarakat sekitarnya, ialah olahan sate. Sebetulnya, secara spesifik, yang terkenal adalah sate kerang di warung sederhana milik Ismini. Perempuan keturunan Melayu itu namanya selalu disebut-sebut oleh pelancong kalau mereka menyambangi gerbang sisi barat Provinsi Riau ini.

Gerobak Ismini memang bukan gerobak yang masih berusia hijau muda. Sudah 17 tahun keberadaannya nangkring di Jalan Perdagangan, di sebuah ruko di persimpangan. Di sana, ia berbagi tempat bersama sejumlah penjaja makanan lain.

Warung Ismini mulai hidup sore hingga malam. Sejak pukul 16.00 hingga 23.00, asap dari pembakaran selalu mengepul. Aromanya merebak. Bebauan wangi laut bercampur arang menjadi ucapan selamat datang buat pengunjung. Kala rombongan kami berkunjung, Ismini sedang asyik menyiramkan kuah kacang ke piring berisi sepuluh tusuk sate kerang. Saya memesan satu porsi dan sejurus kemudian sudah mendarat di meja.

Tampilannya tak berlainan dengan sate ayam. Hanya, dagingnya lebih hitam sehingga terkesan gosong. Tatkala masuk mulut, kerang bercampur bumbu kacang itu seakan pecah. Krispy, namun tetap juicy. Bau amis sudah hilang, tersaru bumbu kacang yang digiling tak terlalu halus. Yang membikin enak adalah lontongnya. Lontong berpotongan dadu ini punya tekstur kenyal, mirip dengan gendar atau puli, tak umum seperti yang biasanya dibikin penjaja sate. Sepiring kenikmatan sate kerang bisa dibayar hanya dengan Rp 12 ribu.

Sate Kerang Ismini

Alamat: Jalan Perdagangan, Bagansiapiapi, Riau

Buka pukul 16.00-23.00

Bihun Goreng dalam Semangkuk Soto Bagan

Dalam semangkuk soto, yang umum dijumpai adalah bihun rebus bersama daging ayam atau sapi, kol, dan tauge. Namun tak demikian dengan soto yang ditemui di Bagansiapapi. Kasman, pegiat budaya asal Pekanbaru, yang mengatarkan kami berkeliling di kota kecil itu, mengharuskan saya mencicipi soto autentik yang berlokasi di Jalan Perdagangan.

Sekilas, kala masuk ke warung sederhana bergaya ruko kuno ini, atmosfernya sama seperti kedai-kedai lain. Saat menengok gerobak di tempat itu, racikan dan bumbu-bumbu yang terpampang pun selayaknya gerobak soto di berbagai tempat. Namun, saat Subardi—ipar si empunya warung—meraup bihun, saya cukup tercengang. “Nah, di sini khasnya memang soto dengan isi bihun goreng,” kata Kasman. Bihun itu ditaburkan ke mangkuk hingga penuh, bahkan menutupi komplemen lain. Setelahnya, kuah santan kental bercampur bumbu soto, seperti bawang merah, bawang putih, dan ketumbar, disiramkan ke dalam mangkuk.

Sejurus kemudian, asap langsung mengepul. Bihun goreng yang semula chrispy berubah menjadi lembek dan berbuih. Di sinilah sensasi menikmati soto Bagan mencapai puncaknya. Dalam keadaan hangat hampir panas, bihun goreng yang sudah lembek masih menyisakan tekstur garing kala dikunyah. Gurihnya gorengan bercampur santan memunculkan rasa yang harmonis. Bila dirasa-rasa, kuahnya cukup mirip dengan soto Medan. Hanya, lebih kuat aroma kunyitnya.

Tak heran, sejak dibuka pukul 06.00, warung yang sudah berdiri 12 tahun ini selalu ramai. Orang-orang gemar menyantap keunikan rasa, juga harga yang murah. Seporsi soto Bagan dihargai Rp 15 ribu, plus nasi.

Soto Bagan

Jalan Peradagangan, Bagansiapiapi, Riau

Buka pukul 06.00-23.00

F. Rosana/A. Prasetyo/Dok. TL

Kebun Raya Purwodadi, Indah Mulai 1941

Kebun Raya Purwodadi adalah yang terbesar di Jawa Timur.

Kebun Raya Purwodadi tentu saja masih popular dibandingkan Kebun Raya Bogor di Jawa Barat. Padahal, ini merupakan salah satu tempat penelitian terbesar yang ada di Jawa Timur. Tempat ini pun dapat dikunjungi sebagai objek wisata.

Kebun Raya Purwodadi

Selain untuk wisata, Kebun Raya Purwodadi juga menjadi tempat edukasi yang cocok untuk anak-anak, remaja dan orang dewasa. Kebun raya ini menjadi favorit masyarakat Jawa Timur dan sekitarnya karena terletak di lokasi yang strategis dan mudah dijangkau.

Kebun Raya Purwodadi menyajikan pemandangan indah dan suasana yang sangat asri. Kebun Raya ini, yang juga dikenal dengan nama Hortus Ilkim Kering Purwodadi, didirikan pada 30 Januari 1941 oleh Dr. L.G.M. Baas Becking.

Kebun Raya Purwodadi dengan koleksi tanaman palemnya.
Koleksi palem di kebun raya ini. Foto.Dok Kebun Raya Purwodadi

Kebun ini sesungguhnya merupakan salah satu dari tiga cabang Kebun Raya Indonesia, atau Kebun Raya Bogor. Tugas dan fungsi kebun di Purwodadi ini mengkoleksi tumbuhan yang hidup di dataran rendah kering.

Kebun Raya di Jawa Timur ini merupakan Balai Konservasi Tumbuhan yang bernaung dibawah dan bertanggung jawab kepada Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati-LIPI (Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia), saat ini menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Kebun Raya dan fasilitasnya untuk pertama kalinya dibuka bagi umum pada 10 Maret 1963. Setelah pembukaan Kebun Raya untuk umum, pembangunan sarana fisik dan pembangunan sistem pengelolaan kebun semakin digalakkan.

Sejak 1980 sebagian tanaman ditata kembali menurut kelompok suku yang menganut sistem klasifikasi Engler dan Prantl. Penyempurnaan vak koleksi, pembangunan gedung kantor, penambahan koleksi melalui eksplorasi, pertukaran biji menjadi program selanjutnya dari kebun raya ini.

Dalam perkembangannya, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya diharapkan akan menjadi pusat konservasi dan penelitian tumbuhan dataran rendah kering Indonesia. Di Kebun Raya ini terdapat padang rumput yang luas yang biasa digunakan untuk kegiatan, dan juga rumah kaca yang menyimpan koleksi-koleksi tanaman.

Taman Buah Kebun Raya Purwodadi Dok. KR Purwodadi
Area Taman Buah. Foto. Koleksi KR Purwodadi

Ada beragam koleksi tanaman di kebun raya ini. Misalnya saja koleksi palem, koleksi anggrek, koleksi bambu. Ada pula koleksi buah-buahan tropis, termasuk aneka mangga.

Koleksi Palem Kebun Raya Purwodadi yang paling dekat berada di sebelah kanan pintu masuk. Di sana pengunjung dapat melihat koleksi palem yang menjulang tinggi.

Di sini pengunjung dapat berswafoto dengan latar belakang koleksi palem dengan epic. Palem sendiri termasuk dalam family Arecaceae yang merupakan jenis palem yang dijumpai sejak zaman Cretaceus, sekitar 120 juta tahun yang lalu.

Arecaceae menarik dari segi botani. Keindahan bentuknya, keaneragaman jenis dan kegunaannya. Palem merupakan salah satu kelompok tumbuhan tinggi yang berkeping satu (monocotyledoneae).

Jenis palem tertentu juga mempunyai potensi sebagai sumber karbohidrat yang berupa pati atau gula, nipaj, sagu, kelapa, sumber minyak seperti kelapa dan kelapa sawit, bahan bangunan seperti kelapa, nibung, dan wanga, bahan anyam-anyaman seperti rotan dan lontar dan bahan penyegar seperti pinang sirih.

Gardenia Resto KR Purwodadi
Gardenia Resto untuk ngaso dan makan siang. Foto: KR Purwodadi

Kebun Raya Purwodadi yang mempunyai tugas untuk melaksanakan inventarisasi, eksplorasi, penanaman koleksi, pemeliharaan tumbuhan dataran kering yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan berpotensi untuk di koleksi atau di konservasi.

Untuk Arecaceae sendiri kebun raya ini memiliki koleksi berjumlah 60 marga, 117 jenis, dan 435 individu. Koleksi Palem yang berada di Kebun Raya Purwodadi terdiri dari 12 jenis yang dilindungi. 

Koleksi yang dilindungi itu, misalnya Bindang; Palem Raja; Palem Jawa; Pinang Merah Kalimantan; Pinang Merah Bangka; Bertan; Daun Payung; Palem Kipas Sumatera; Palem Sumatera; Korma Rawa; Manga; dan Pinang Jawa.

Selain palem, seperti disebut di muka, kebun raya ini mempunyai banyak koleksi anggrek dari berbagai jenis dan dari berbagai daerah. Koleksi anggrek tersebut banyak didapat dari hasil eksplorasi dan ada pula dari hasil sumbangan. Koleksi anggrek ditata dengan rapi di rumah kaca khusus anggek.

Salah satu jenis anggrek langka yang dimiliki oleh Kebun Raya Purwodadi adalah anggrek sepatu/selop (Paphiopedilum glaucophyllum). Anggrek langka ini juga menjadi maskot kebun raya di sini.

Daya tarik utama anggrek sepatu terletak pada labellum atau bibir bunganya yang berbentuk kantong, berwarna ungu, dengan ornamen totol-totol di kelopak bunganya. Selain anggrek selop, anggrek hitam juga termasuk ke dalam jenis anggrek langka yang dimiliki kebun ini.

Saat ini buah-buahan segar memang mudah untuk didapat di Supermarket. Tetapi ada yang lebih nikmat yaitu memetik buah sendiri. Kenikmatan itulah yang ditawarkan oleh Kebun Raya Purwodadi.

Berawal dari peresmian 2 Febuari 2020, kebun raya ini memanfaatkan lahan dan sebagai sarana edukasi di dekat Lawn Bungur sebagai Taman Buah Lokal. Pemanfaatan tersebut juga karena pelestarian tanaman, maka pihak dari Kebun Raya Purwodadi membudidayakan aneka tanaman buah lokal mulai dari yang langkah hingga mudah di dapatkan di sekitar masyarakat.

Meskipun saat ini hanya sekedar bibit, namun diperkirakan pada 2025-2026 nanti buahnya akan dapat di petik.

Dalam peresmian Taman Buah Lokal ini ditandai dengan penanaman tanaman Matoa (Pometia Pinnata J.R Forst. & G. Forst) tanaman asli Papua. Taman Buah Lokal sendiri terdapat 30 spesies dari 19 suku tanaman buah lokal.

Ayo agendakan kunjungan kalian ke kebun-kebun raya. 

Kebun Raya Purwodadi

Jl. Raya Surabaya – Malang Kilometer 65, Sembung Lor, Purwodadi,

Pasuruan, Jawa Timur

agendaIndonesia

*****

Desa Dasun Rembang, Jejak Bahari Abad 13

Desa Dasun Rembang adalah salah satu jejak sejarah bahari Indonesia. Foto: Dok. Desa.Dasun.id

Desa Dasun Rembang, Jawa Tengah, belumlah desa wisata yang menjadi favorit dikunjungi wisatawan. Baik domestic dan mancanegara. Mungkin karena publikasinya kurang, mungkin pula disebabkan kalah moncer dari wisata di sekitarnya.

Desa Dasun Rembang

 Dasun di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah,, merupakan desa kecil yang sesungguhnya memiliki keunggulan dalam sejarah, khususnya di bidang perkapalan. Dahulu tempat ini menjadi tempat pembuatan kapal. Bukan saja di masa pendudukan Belanda, bahkan diperkirakan sejak abad 13. Hingga saat ini masih ditemukan dok-dok kapal di sepanjang SUngai Dasun.

Tak hanya sisa dok dari galangan kapal, di desa ini mata pencarian masyarakatnya juga masih terkait dengan laut. Dasun terkenal sebagai desa penghasil garam dan ikan bandeng di Lasem, Rembang.

Selain itu, kawasan ini juga memiliki hutan mangrove di sepanjang sungai Dasun yang menawan. Puluhan kapal nelayan yang berjajar di tambatan perahu di sungai menandakan desa ini merupakan salah satu desa maritim di Indonesia.

Pada 18 Desember 2016, Desa Dasun Rembang ini telah mendeklarasikan sebagai desa wisata dengan nama Wisata Bahasi Dasunberbasis konservasi dan edukasi. Potensi-potensi wisata unggulannya adalah Situs-situs sejarah, Susur Sungai Dasun, Tambatan Perahu Dasun, Pantai Dasun, Tambak Dasun, Ruang Terbuka Hijau Dasun, dan berbagai macam wisata kuliner.

Keberadaan Desa Dasun Rembang ini, daari catatan sejarah, sudah ada sejak zaman Kerajaan Pucangsulo di abad ke-13. Kerajaan yang disebut sebagai cikal bakal kerajaan-kerajaan di Jawa. Dikutip dari situs Kemenparekraf.go.id, desa ini sudah dikenal dengan potensi baharinya. Sejak abad ke-13, desa ini sudah menjadi pusat produksi kapal bagi Kerajaan Majapahit.

Desa Dasun Rembang pernah dikenal sebagai pusat produksi kapal sejak abad 13 dan era Majapahit.
Peninggalan dok kapal. Foto: Dokumentasi Desa.Dasun.id


Dari catatan itu disebutkan, pembuatan kapal itu diperuntukan bagi keperluan militer dan perdagangan. Pengawasan pembuatan kapal-kapal tersebut langsung dipimpin Prabu Rajasa Wardana yang merupakan suami dari Bhre Lasem dan saat itu menjabat Panglima Angkatan laut Majapahit.


Pada masa Kesultanan Demak, galangan kapal Desa Dasun masih tetap ada dan disebutkan berhasil menyelesaikan 100 kapal bagi Kesultanan Demak. Kapal-kapal inilah yang dipergunakan untuk ekspedisi Adipati Unus ke Malaka untuk melawan Portugis.
Saat ini di tepi sungai Dasun masih terdapat dok kapal peninggalan kolonial Belanda dan masa kependudukan Jepang. Konon, sungai ini juga adalah pintu masuk distribusi candu di masa penjajahan Belanda. Ini dibukitkan dengan adanya Rumah Candu atau Lawang Ombo di Desa Soditan.


Sungai Dasun memang merupakan titik utama bagi desa ini. Sebagai sungai utama di Kecamatan Lasem, keberadaan sungai ini dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai lalu lintas perahu. Penduduk Desa Dasun juga memiliki anco yang digunakan untuk mencari udang, rebon, ikan blanak dan ikan bandeng hingga kakap. Selain itu, terdapat juga wahana susur sungai yang menarik.

Desa Dasun Rembang juga punya keistimewaan sebagai tambak garam terbesar di pesisir utara Jawa.
Tumpukan garam hasil tambak garam di Desa Dasun Rembang. Foto: Dok. shutterstok


Hal lain yang tak kalah menarik jika berkunjung ke desa Dasun Rembang ini adalah mengamati dan mempelajari proses pembuatan garam tradisional. Seperti pagi itu, ketika sejumlah wisatawan mengunjungi desa itu.

Tampak tiga petani garam larut dengan pekerjaannya masing-masing. Salah satu di antara mereka terlihat sibuk menyiduk air dari sebuah lahan dan memindahkannya ke lahan yang lain. Dua lainnya memasang terpal di tanah petak selebar kira-kira 5 meter.

Di sekitar ketiga petani itu tampak bertumpuk-tumpuk garam kering siap panen. “Garam ini dipanen pada sore atau pagi,” kata salah satu di antaranya, Sugeng yang berusia 43 tahun.

Inilah pemandangan Desa Dasun Rembang saban pagi. Para warga bekerja serius menambak garam. Tiga petani itu hanya sebagian kecilnya. Desa Dasun memang dikenal sebagai pemroduksi garam terbesar di pesisir pantai utara Jawa.

Wisatawan yang pergi ke Lasem biasanya akan mampir ke Dasun. Mereka bakal disuguhi sajian yang komplet dari sisi visual maupun sosial. Ada hamparan lahan tambak garam luas menyapu mata.

Tak perlu terkejut. Pemandangan ini memang hampir dapat ditemui di semua lokasi di pesisir Lasem. Lanskapnya indah beserta objek yang lengkap: alam, manusia dan aktivitasnya. Apabila beruntung, wisatawan bisa bertemu dengan burung kuntul.

Meski tampak diam dan serius menambak, para petambak garam tak sungkan mengajari orang yang datang untuk ikut menggarap lahan garam. Sugeng tadi misalnya, menjabarkan alur menambak garam.

“Coba lihat, gerojokan itu,” ujarnya sambil menunjuk pipa yang dipompa dengan genset. Tampak air mengalir deras dari pipa itu. Air itu disedot langsung dari laut.

Desa Dasun Rembang merupakan desa wisata bahari, salah satunya adalah atraksi produksi garam tradisional.
Petani memanen garam di tambak. Foto: ilustrasi dok. ANTARA FOTO/Arnas Padda

Air laut yang masuk ke lahan tambak tak langsung bisa mengendap menjadi garam. Petani harus mengukur larutannya menggunakan alat tradisional bernama baumeter. Baumeter ini dimasukkan ke selongsong bambu. “Kalau mau mengukur kadar garamnya, masukkan air ke bambu,” kata Sugeng.

Air tua alias yang telah siap menjadi garam biasanya memiliki kadar kekentalan 22-23. “Kalau masih 0, harus diputer dulu aliran airnya. Caranya ya digayung, dipindah dari satu lahan ke lahan lain,” ujarnya.

Air yang telah tua itu akan dialirkan ke petak-petak lahan beralas terpal. Di sanalah air laut akan mengalami proses pengendapan menjadi garam. “Biasanya 3-7 hari sudah jadi garam,” katanya.

Tiap-tiap petak akan menghasilkan kira-kira 350 kilogram garam. Garam yang baik adalah yang memiliki kristal berukuran besar. Warnanya pun lebih putih dan bersih, tidak tercampur lumpur dan kotoran lainnya.

Keseruan memanen garam ini menurut mereka hanya bisa dirasakan saat musim kemarau. Juni-Juli-Agustus adalah waktu terbaik menambak garam. Sedangkan saat hujan, penambak garam berhenti atau berganti isi tambaknya.

Musim hujan, petani garam rehat dari aktivitasnya. Mereka mencari pekerjaan lain untuk menambah tabungannya.

Sementara itu saat musim hujan, tambak garam dibiarkan terisi air, kemudian ditaburi benih ikan bandeng. Tidak ada perawatan khusus, hanya sebar benih dan dibiarkan saja sampai panen. Untuk makanan, ikan bandeng memakan lumut-lumut yang ada di tambak.

Desa Dasun Rembang menarik untuk dikunjungi. Belajar sejarah, sambal belajar soal garam tradisional dan bandeng.

agendaIndonesia

*****

Mie Koclok Mang Sam, Gurih sejak 1951

Mie Koclok Mang Sam Cirebon, kuliner legendaris kota Udang.

Mie Koclok Mang Sam harus diakui sebagai salah satu kuliner kota Cirebon, Jawa Barat, yang paling diburu para pendatang. Wujudnya yang berkuah kental, serta disajikan saat hangat membuatnya jadi makanan yang kerap disantap warga setempat saat malam hari atau hujan.

Mie Koclok Mang Sam

Kita mungkin sudah pernah melihat atau menyantap ragam masakan mie berkuah, seperti mie rebus Jawa ala Yogyakarta, mie kocok Bandung, atau mie celor khas Palembang. Mie koclok sendiri agak mirip secara wujud, namun dalam penyajiannya memiliki keunikan tersendiri.

Mie yang digunakan adalah mie kuning telur yang dimasak dengan cara direbus seraya dikocok di dalam air panas selama beberapa saat. Konon, hal inilah yang menjadi alasan mengapa ia kemudian kondang disebut sebagai mie koclok.

Mie Koclok Mang Sam menjadi salah satu ikon Cirebon, selain Tari Topeng Cirebon
Tari Topeng Cirebon salah satu budaya kota ini. Foto: shutterstock

Cara memasaknya sebetulnya agak mirip dengan mie kocok Bandung, namun ada beberapa hal yang membedakannya. Kalau mie kocok didominasi bahan pelengkap dari sapi seperti kikil dan babat, maka bahan pelengkap mie koclok meliputi kol, taoge, ayam suwir, dan telur rebus.

Sementara itu, kuah hangat yang digunakan pada mie koclok berasal dari paduan kaldu ayam dan tepung tapioka, yang membuatnya terlihat lebih kental. Berbeda dengan mie kocok yang kuahnya menggunakan kaldu sapi dan terlihat bening.

Kuahnya yang cenderung bertekstur kental lantas menjadi keunikan tersendiri, ditambah racikan bumbunya yang memberikan sensasi rasa gurih. Terkadang, mie koclok juga dihidangkan dengan cabe, sambal atau merica, agar menambah cita rasa pedas di dalamnya.

Karena karakternya tersebut, maka tak heran bila kuliner satu ini umumnya lebih populer disantap kala malam hari. Kuah hangatnya dengan cita rasa gurih akan mampu menghangatkan tubuh. Dipadu dengan mie yang kenyal, membuatnya terasa pas dan nikmat di lidah.

Kuliner ini disinyalir sudah beredar di sekitaran kota udang tersebut sejak awal era kemerdekaan pada tahun 1945. Bahkan, warung mie koclok Mang Sam sendiri adalah salah satu warung penjual mie koclok tertua di Cirebon, karena sudah berdiri sejak tahun 1951 silam.

Mulanya, warung ini berjualan di area pasar Balong kini berada. Seiring pembangunan pasar Balong yang berlangsung pada sekitar tahun 1970-an, warung tersebut lantas berpindah tempat ke kawasan jalan Pekiringan, yang tidak jauh dari pasar Balong.

Mi Koclok Khas Cirebon IG Cynthchevyll
Kuah yang kental menjadi salah satu ciri khas mie koclok Cirebon. Foto: dok milik IG Cynthchevyll

Lokasinya berada di sebuah gang kecil yang berseberangan dengan Apotek Pasar Balong. Kendati sempat didapati beberapa warung mie koclok dengan nama serupa, nyatanya warung mie koclok Mang Sam yang asli tidak membuka cabang di tempat lain.

Lebih dari tujuh puluh tahun berselang, warung tersebut kini dikelola oleh generasi ketiga dari pendiri usaha tersebut. Namun nyatanya animo pengunjung masih terus tinggi, lantaran cita rasanya yang senantiasa konsisten terjaga.

Sejak dulu hingga kini, mereka masih mempertahankan metode memasak dengan menggunakan arang. Kuah mie koclok buatan mereka juga disebut-sebut tak terlalu kental dan pas dengan selera kebanyakan orang, sehingga tak membuat enek saat disantap.

Seiring berjalan waktu, warung mie koclok Mang Sam kemudian juga mulai bereksperimen dengan beberapa menu-menu baru nan unik yang turut menarik perhatian konsumen. Salah satunya adalah Mie Gado-gado, yang memadukan gado-gado dengan mie koclok.

Sebelumnya, mereka sudah sempat berjualan gado-gado di samping mie koclok seperti biasanya. Karena menu gado-gado tersebut cukup diterima baik, mereka kemudian mulai berinovasi dengan menggabungkan kedua menu itu.

Secara mendasar, hidangan ini merupakan perpaduan lontong, sayuran dan bumbu kacang selayaknya gado-gado pada umumnya. Namun gado-gado kemudian ditambahkan mie, ayam suwir, telor rebus dan guyuran kuah kental nan hangat ala mie koclok.

Sebagai pemanis, di atasnya diberikan remahan emping dan kerupuk udang. Ternyata, respons pengunjung terbilang positif terhadap eksperimen ini, dengan perpaduan antara kuah kentalnya dengan bumbu kacang gado-gado yang disebut unik dan berbeda dari yang lain.

Harga menu-menu tersebut pun terbilang cukup terjangkau, setiap seporsinya dihargai Rp 25 ribu. Bagi pengunjung yang lebih suka menyantap bihun ketimbang mie, warung mie koclok Mang Sam juga menyediakan pilihan menu-menu tersebut dengan menggunakan bihun putih.

Karena umumnya populer sebagai kuliner favorit ketika malam hari, maka salah satu teman makannya adalah menu minuman hangat seperti wedang ronde. Lain dari itu, tersedia pula beragam minuman dingin dan juice buah segar.

Jam buka warung pun biasanya mulai dari jam 15.00 hingga tengah malam. Tentunya ini untuk mengakomodasi konsumen yang umumnya ramai berdatangan untuk makan malam, atau hanya sekedar mencari kudapan hangat di tengah malam.

Mie Koclok Mang Sam

Jl. Pekiringan no. 110, Cirebon

agendaIndonesia/audha alief p.

****