Cosplay, Merayakan Kostum Sejak 1960

cosplay adalah permainan kostum yang terus membesar komunitasnya di dunia.

Cosplay menjadi salah satu budaya pop yang menyebar ke banyak belahan dunia. Termasuk di Indonesia. Utamanya digemari oleh orang-orang muda. Begitupun, tak sedikit mereka yang sudah tak lagi terhitung muda yang menggandrunginya. Bisa jadi mereka memang bagian dari budaya pop ini sejak masih belia.

Cosplay, Merayakan Kostum

Istilah itu sendiri adalah penyebutan untuk menggambarkan seseorang yang berdandan atau berkostum menyerupai karakter tokoh dari buku komik, anime, manga, dan film. Dari akar katanya, ada yang menyebut istilah ini merupakan singkatan dari costume dan play, secara harafiah bisa diebut sebagai bermain kostum.

Merayakan kostum sejak 1960, kini banyak anak muda di dunia semakin menikmatinya.
Para penggemar permainan kostum di Jepang. Foto: dok shuterstock

Mengutip Epic Cosplay, meski sesungguhnya tidak ada definisi baku, istilah ini biasanya mengacu tindakan memakai kostum untuk membuat kembali penampilan karakter dari karya fiksi. Orang yang melakukan itu disebut cosplayer atau biasa disingkat coser.

Berdasarkan sejarahnya, berbagai penggunaan kostum sudah ada cukup lama. Di Amerika Serikat diyakini mulai muncul sekitar tahun 1960-an. Dulunya populer dengan acara-acara yang mengenakan kostum tertentu, termasuk topeng-topeng berbagai karakter film fiksi. Hal ini mirip seperti perayaan Haloween yang juga mengenakan kostum unik.

Namun permainan kostum ini menjadi mendunia ketika mulai memasuki Jepang pada 1970-an. Mengutip Who Magazine, ada berbagai pandangan terkait mula praktik permainan kostum. Praktik ini dimulai di Jepang pada 1970-an ketika mahasiswa berpakaian seperti karakter manga dan anime favorit mereka di konvensi fiksi ilmiah.

Istilah ini pertama kali digunakan dalam artikel di edisi Juni 1983 oleh Nobuyuki Takahashi dalam majalah My Anime. Dan semakin populer setelah penyelenggaraan costume show yang pertama kali dilaksanakan 1978 di Ashinoko. Pada akhirnya costume show tersebut jadi acara tetap sejak 1980 diselenggarakan oleh Nihon SF Taikai.

Seiring berkembangnya komunitas, kegembiraan ini pun mulai hadir di event pameran, games hingga kompetisi atau kontes tersendiri bagi para penggemarnya. Penggemarnya telah tersebar di seluruh penjuru dunia Amerika, RRC, Eropa, Filipina hingga Indonesia.

Kini istilah ini justru digunakan secara umum untuk berbagai jenis permainan kostum. Dari tahun ke tahun, ia semakin populer dan berkembang pesat tak hanya di Jepang melainkan juga di sejumlah negara.

Di Indonesia istilah ini mulai populer sejak ada sejumlah anak muda yang mengenakan fashion atau style Harajuku. Dan semakin diminati dan muncul dalam berbagai acara dengan kegiatan-kegiatan yang menerapkan permainan kostum.

Secara umum di kalangan pecintanya, ada beberapa pengkategorian kegiatan penggemarnya. Ini juga kadang kemudian merembet pada pembentukan komunitasnya. Pertama adalah Anime atau Manga. Ini berarti berbagai kostum dan aksesoris yang dikenakan adalah ala karakter anime ataupun manga. Ke dua, Game berarti kostum ataupun aksesoris yang dikenakan menyerupai karakter di sebuah games tertentu.

‘Kategori’ ke tiga adalah Dongeng berarti kostum ataupun aksesoris yang dikenakan menyerupai karakter yang ada di dongeng, baik itu film, kartun, ataupun tokoh fiksi lainnya. Lalu ke empat adalah Harajuku Style, yang berarti kostum ataupun aksesoris yang dikenakan ala anak-anak muda yang senang nongkrong di kawasan Harajuku, Tokyo. Dan terakhir Original yang berarti kostum atau aksesoris yang dikenakan seperti karakter tokoh game kerajaan yang lebih modern. Artinya tanpa dipengaruhi karakter anime, tokusastu dan seterusnya.

Di Indonesia sendiri ada sejumlah event yang menjadi ajang berkumpulnya para coser. Berikut lima event yang sukup besar diselenggarakan di Indonesia:

Indonesia Comic Con

Merupakan acara POP Culture dan salah satu event permainan kostum terbesar di Indonesia. Acara ini diselenggarakan untuk merayakan cinta dan semangat para penggemar kostum, Comic dan Pop Culture. Indonesia Comic Con pertama dihelat pada 2015 dan dihadiri dari berbagai komunitas, di antaranya Pop Culture, Comic Artist, Cosplayer dan Youtuber. Acara ini sering mengundang bintang tamu ternama Internasional.

Showtime
Media yang menaungi para komunitas permainan kostum dan mengadakan event di Indonesia secara daring dengan hadiah yang menggiurkan. Para coser juga dapat berinteraksi secara langsung dengan para idolanya. Tidak hanya, itu pada portal ini terdapat juga berita-berita terkini tentang perkembangan mereka di Indonesia.

Ennichisai
Merupakan Festival Seni, Kuliner dan salah satu event Terbesar di Indonesia. Ennichisai atau juga dikenal dengan Festival Little Tokyo diadakan setiap tahun rutin di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.

Gelar Jepang UI
Gelar Jepang UI atau yang sering dikenal dengan GJUI, merupakan event Jejepangan dengan mata acara kebudayaan. Event GJUI diadakan setiap tahun di kampus Universitas Indonesia – Depok, tepatnya di Pusat Studi Jepang.

Clas:H
Clash merupakan salah satu event kostum Indonesia yang diadakan di kota-kota regional. Dengan misi menyebarkan budaya coser dan memberi kesempatan para coser daerah untuk mengambil bagian dalam komunitas di Indonesia dan bahkan dunia.

Ada banyak komunitas penggemar permainan kostum sejak mulai berkembang di Indonesia pada era 2000-an. Salah satunya adalah Cosplay Jakarta yang dibentuk dari berbagai pecinta animasi, manga, video game, dan permainan kostum. Mereka terbentuk sejak 2008 silam dan hingga kini memiliki anggota hingga ribuan. Komunitas ini termasuk yang aktif berkumpul.


Di kota kembang, ada Komunitas Cosplay Bandung adalah salah satu komunitas permainan kostum di kota ini. Sejak berdiri pada 2008, komunitas ini masih aktif hingga kini. Jumlah anggotanya telah mencapai lebih dari 2.000 orang.

Bali juga memiliki beberapa komunitas. Tak hanya itu, terdapat forum yang menggabungkan berbagai komunitas di Bali menjadi satu, yaitu Happy Cosplay. Forum ini didirikan pada tahun 2013 dan masih aktif di dalam dunia permainan kostum sampai sekarang.

Begitun di Yogyakarta ada Albatros Force, atau di Surabaya ada Cosura. Di ibukota Jawa Timur ini juga cukup sering menghelat acara komunitas.

agendaIndonesia                                              

*****

Kopi Indonesia, 6 Yang Pahitnya Lezat

Kopi Indonesia semakin menjadi primadona kulinari dan oleh-oleh dari negeri ini. Foto: shutterstock

Kopi Indonesia menjadi salah satu produk yang terus mengalami kemajuan sangat pesat dan kian digemari para peminumnya. Baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ini tentu saja karena kepopuleran kopi Indonesia terus meningkat setiap harinya.

Kopi Indonesia

Berdasar Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, konsumsi kopi nasional pada 2016 mencapai sekitar 249.800 ton, dan tumbuh menjadi 314.400 pada 2018. Pada 2021 konsumsi kopi diperkirakan mencapai 370 ribu ton.

Meningkatnya jumlah konsumsi kopi nasional tentunya dibarengi dengan tingkat produksi kopi di dalam negeri. Berdasarkan data BPS 2019, Indonesia berhasil memproduksi kopi sebanyak 742 ribu ton. Dari total keseluruhan kopi Indonesia tersebut, wilayah Sumatera Selatan masih menjadi lumbung kopi terbesar di Indonesia. Provinsi ini berhasil memproduksi kopi sebanyak 184.168 ton, atau hampir setara dengan 25 persen produksi kopi nasional pada 2018. Di tahun yang sama nilai ekspor kopi nusantara berhasil mencapai Rp 9,5 triliun.

Tak hanya itu, kopi Indonesia juga mendapatkan apresiasi pecinta kopi secara global. Indonesia berhasil menjadi produsen biji kopi terbesar ke-4 di dunia (2019). Dengan jumlah rata-rata kopi nusantara yang dihasilkan adalah sekitar 742 ribu ton. Menariknya, pertumbuhan ekspor kopi nusantara terus berlanjut pada periode Januari hingga April 2020 sebesar 1,34 persen, menjadi 158.780 ton, jika dibandingkan periode yang sama pada 2019.

Kopi Indonesia diproduksi dari Sumatera hingga Papua.
Buah kopi sedang dipetik. Foto: shutterstock

Melihat geliat produksi kopi Indonesia, budaya kopi atau ngopi semakin menjadi primadona industri kuliner tanah air. Trend ekonomi yang sedang tumbuh pesat di kota-kota besar hingga kota Kecamatan saat ini adalah menjamurnya kedai kopi.

Kini semakin banyak orang yang memilih ngumpul dan kongkow di kedai-kedai kopi. Itu belum lagi dengan semakin banyak orang yang memilih menyeduh dengan cara manual brew sendiri di rumah.

Di balik banyaknya kedai kopi di Indonesia, ada satu hal yang menarik, yaitu kopi-kopi Indonesia dari kebun-kebun di pelosok nusantara tetap menjadi primadonanya. Semakin banyak kedai kopi yang menawarkan berbagai macam kopi origin nusantara. Hal inilah yang menjadikan tingkat konsumsi kopi Indonesia terus naik selama lima tahun terakhir.

Pada 2014-2015 jumlah konsumsi kopi Indonesia hanya sebesar 4.417 kantong, dan meningkat 4.550 kantong (2015-2016). Namun dalam periode 2018-2019 jumlah konsumsi kopi nusantara meningkat hingga mencapai 4.800 kantong berkapasitas 60 kg.

Tak hanya dalam negeri, kopi nusantara juga banyak diminati pecinta kopi dunia. Sebagai contoh, gerai kopi internasional Starbucks Reserve turut menyajikan berbagai jenis kopi nusantara di kedai mereka. Mulai dari kopi Toraja Sapan Village, kopi Jawa Barat, hingga kopi Bali yang ternyata meninggalkan cita rasa tersendiri bagi masyarakat dunia.

Berbicara tentang kopi Indonesia, kita perlu mengetahui jenis-jenis kopi paling terkenal di negeri sendiri, bahkan dunia. Dengan demikian, kalau sedang melakukan perjalanan ke daerah-daerah tertentu, bisa membawa oleh-oleh kopi.

Kopi Aceh Kemenparekraf
Kopi dek kedai-kedai tradisional Aceh. Foto: Dok. Kemenparekraf

Kopi Aceh Gayo

Kopi Aceh Gayo menjadi salah satu jenis kopi nusantara yang cukup populer, baik di dalam negeri maupun mancanegara. Salah satu karakteristik dari jenis kopi nusantara ini adalah aroma yang kuat dan gurih, dengan tingkat keasaman yang rendah.

Kopi Aceh Gayo ini termasuk jenis arabika karena tumbuhnya di ketinggian sekitar 1.000-1.200 mdpl. Selain itu, daerah Gayo juga sudah masuk sebagai daerah komoditas kopi internasional. Biji kopi Aceh Gayo paling banyak diminati masyarakat Jepang.

Kopi Ciwidey

Kopi Ciwidey juga menjadi salah satu jenis kopi Indonesia, primadona di negeri sendiri. Bahkan, kopi Ciwidey pernah mendapatkan predikat sebagai kopi termahal di Indonesia dan tercatat dalam rekor MURI 2017.

Saat lelang yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Pacific Coffee Conference di Jakarta pada 2017, kopi Ciwidey dihargai Rp2.050.000 per kilogram. Angka ini sangat mengejutka, khususnya bagi  pecinta kopi, karena harga kopi tertinggi pada lelang sebelumnya hanya sampai di angka Rp 650 ribu per kilogram.

Salah satu alasan mengapa kopi Ciwidey layak dihargai mahal adalah karena rasa dan aromanya yang unik. Kopi Ciwidey memiliki rasa yang cenderung manis saat diminum. Rasa tersebut didapat setelah melewati proses yang cukup panjang demi mendapatkan biji kopi yang berkualitas.

Kopi Toraja

Tak kalah nikmat dari jenis kopi sebelumnya adalah kopi Toraja, yang popularitasnya bukan hanya di nusantara namun hingga mancanegara. Hal ini berkat rasa kopi Toraja yang unik dibandingkan dengan jenis kopi nusantara lainnya.

Keunikan dari kopi Toraja didapat dari perpaduan rasa coklat, tembakau, dan karamel di tiap seduhan kopinya. Tekstur dari kopi Toraja dikenal sangat halus dan harum, sehingga akan membuat setiap orang yang meminumnya menjadi lebih rileks.

Kopi Mandailing

Kopi Mandailing merupakan kopi jenis arabika yang ditanam di daerah Mandailing Natal, Sumatera Utara. Tidak hanya cocok dan populer di kalangan masyarakat Indonesia, kopi Mandailing juga menjadi primadona bagi orang Eropa. Hal ini disebabkan kopi Mandailing memiliki cita rasa yang lezat, kekentalan yang cukup tinggi, namun tingkat keasaman yang rendah.

Selain itu, kopi Mandailing memberikan sentuhan rasa yang unik di lidah. Rasa agak pedas, namun tetap bersahaja. Saat ini kopi Mandailing menarik perhatian pecinta kopi di banyak negara, seperti Jepang, Eropa, hingga Amerika Serikat.

Kopi Bali Kintamani Kemenparekraf
Kopi Bali Kintamani sudah dalam kemasan. Foto: DOk. Kemenpareraf

Kopi Bali Kintamani

Kopi Kintamani dari Bali jadi kopi nusantara yang juga cukup popular di dunia. Kopi ini merupakan jenis kopi arabika, karena ditanam di ketinggian lebih dari 1.000 mdpl. Letak kebunnya kebanyakan di dekat Gunung Batur. Kopi Kintamani memiliki rasa yang cenderung fruity atau terasa segar seperti ada jejak rasa buah. Body dari kopi ini juga tak tebal dengan aroma yang cukup kuat. Rasanya tak terlalu pahit.

agendaIndonesia

*****


Ronggeng Gunung, 1 Juru Kawih Banyak Penari

Ronggeng Gunung shutterstock

Ronggeng Gunung adalah kesenian yang berusaha menghapus citra tak sedap yang kerap dipersepsikan orang soal ronggeng. Di balik tari tradisional ini terselip cerita menarik. Dan, kini muncul sebagai hiburan yang jauh dari kesan vulgar.

Ronggeng Gunung Pangandaran

Suara gendang, gong, bonang, dan kecrek saling bersahutan, membentuk irama sederhana yang terdengar dari kejauhan saat saya memasuki Dusun Cimanggu, Desa Parakanmanggu, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, akhir Januari lalu. Sebuah dusun sederhana ini relatif jauh dari pusat kota Pangandaran. Jalan menanjak menuju dusun pun masih berupa tanah bebatuan.

Siang itu, seorang warga Dusun Cimanggu rupanya sedang melangsungkan acara pernikahan. Dalam bahasa setempat dikenal dengan istilah ‘hajatan’. Panggung yang berdiri di sisi jalan terisi penuh oleh pemusik. Sementara itu, di halaman tempat hajatan berlangsung, sudah ada sekitar 12 orang tengah menari. Enam di antara mereka adalah penari yang mengenakan kebaya. Sedangkan sisanya ialah para tamu undangan, baik pria maupun wanita, baik tua maupun muda.

Mereka terlihat bersemangat menari dan mengikuti alunan musik serta kawih (nyanyian). Gerakannya kompak, ke kiri dan ke kanan. Saya perhatikan gerakan tangan dan kakinya mirip seperti bela diri pencak silat. “Memang mirip dengan pencak silat,” kata Edi Rusmiadi, Ketua Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata Kabupaten Pangandaran, membenarkan dugaan saya.

Kemudian, mereka melangkah ke depan membentuk putaran. Entah sudah berapa kali putaran mereka lalukan. Namun tak sedikit pun terlihat raut lelah di wajah mereka. Bahkan ada sepasang penari yang bertingkah lucu dan membuat geli orang-orang yang menyaksikan. Suasana pun menjadi riuh dan gembira. Tidak terlihat kontak fisik yang menimbulkan kesan vulgar, jauh dari kesan yang selama ini beredar bahwa penari Ronggeng adalah penggoda laki-laki.

“Ini yang dinamakan tarian Ronggeng Gunung,” ujar Apan Rachmat, Ketua Lingkung Seni Jembar Mustika. Pria yang menggunakan pakaian ala Sunda atau pangsi lengkap dengan ikat kepala itu mengatakan jumlah penari Ronggeng tergantung permintaan penggelar hajat. “Bisa enam penari dan bisa juga tujuh penari. Tergantung permintaan,” ucapnya.

Dulu, kata Apan, Ronggeng gunung hanya dibawakan oleh seorang penari, yang sekaligus merangkap sebagai juru kawih (penyanyi). “Belakangan berkembang hadir dengan banyak penari dan hanya satu juru kawih.”

Menurut Apan, Ronggeng Gunung sudah menjadi tradisi kesenian Pangandaran sejak lama. Ada beberapa versi tentang lahirnya kesenian tersebut. Namun versi yang terkenal adalah kisah Dewi Samboja. Kala itu, Dewi Samboja sangat bersedih atas kematian Angkalarang, suaminya, yang dibunuh oleh pemimpin bajak laut bernama Kalasamudra. Untuk menghilangkan kesedihan sekaligus kemarahan putrinya, maka ayahandanya, Prabu Siliwangi, meminta Dewi menuntut balas.

Untuk mewujudkan permintaan ayahnya tersebut, Dewi Samboja harus menyamar sebagai seorang penari Ronggeng agar dapat mendekati Kalasamudra. Bahkan Dewi rela mengganti namanya menjadi Nini Bogem. Singkat cerita, tarian Ronggeng di tempat Kalasamudra pun digelar. Ketika menari bersama, Dewi Samboja berhasil membunuh Kalasamudra.

Cerita mengenai asal-usul tari, yang digunakan untuk balas dendam tersebut, membuat Ronggeng Gunung terasa mengenaskan. Namun, ujar Apan, tarian Ronggeng Gunung kini lebih bersifat sebagai hiburan, seperti perkawinan, khitanan, dan penerimaan tamu.

Ronggeng Gunung sebagai sarana hiburan juga diakui Ida Nurbaya, penari Ronggeng, siang itu. “Tarian ini lebih bersifat hiburan. Lewat tarian ini, saya dapat mengenal orang dari berbagai kalangan,” ucap perempuan berusia 34 tahun itu. Ida mengaku mengenal Ronggeng saat usianya 17 tahun. Ida, yang telah berumah tangga dan dikaruniai dua anak itu, tak khawatir dengan kesan negatif sebagai penari Ronggeng.

Hal yang sama juga diamini Yulia Sri Mulyati. Siswa SLTA, yang juga ikut menari Ronggeng Gunung, justru bangga. Bahkan beberapa kali ia sempat diajak memperkenalkan Ronggeng Gunung ke sejumlah daerah, mewakili Kabupaten Pangandaran.

Tak terasa dua jam berlalu. Para tamu yang ikut menari sudah mengembalikan selendang yang diberikan oleh penari Ronggeng. Di ujung selendang sudah terikat sejumlah uang sebagai tanda “sawer”. Namun bukan berarti gelaran Ronggeng Gunung sudah berakhir. Masih ada sesi terakhir yang akan digelar pada malam nanti sebagai bagian dari tradisi seni asli Pangandaran. l

Andry T./Prima M./Dok. TL

Pasir Pantai Ngurbloat Kei Nomor 1 Lembutnya

Pasir Pantai Ngurbloat, untuk menujunya mendarat dulu di Airport Sadsuitubun di Langgur

Pasir Pantai Ngurbloat di Pulau Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, disebut-sebut sebagai nomor 1 di dunia lembutnya. Pantai Ngurbloat atau sering pula disebut sebagai Pantai Pasir Panjang yang lokasinya berada di pesisir Desa Ngilngof ini memang memiliki pasir sehalus bedak bayi. Jika itu dianggap hiperbola, warga setempat suka menyebut, “Sering dijuluki pasir selembut tepung,” kata Budhi Toffi, dari Dinas Pariwisata Maluku Tenggara.

Pasir Pantai Ngurbloat

Julukan tersebut benar-benar bukan alias yang hiperbola. Saat mengunjunginya Kepulauan Kei, dan merasakan langsung halusnya tekstur pasir di sana. Menginjakkan kaki di Pantai Ngurbloat, telapak serasa bersentuhan dengan tumpukan tepung. Tak terasa sedikit pun kepingan pecahan karang atau tekstur kasar seperti saat sedang menginjak kaki di pasir pantai-pantai lain.

Butiran-butirannya pun sangat kecil, bak bedak bayi. Lembutnya tekstur pasir Pantai Ngilngof membuat takjub wisatawan. “Kalau jalan di pantai kakinya enggak sakit,” tutur Paul, pelancong asal Jakarta.

Gaung pantai yang berjarak 12 kilometer dari Bandar Udara Karel Sadsuitubun di kota Langgur, ibukota Maluku Tenggara ini, tak cuma kesohor sebagai pantai dengan pasir yang lembut. Panjang bibir pantainya, yang membentang sejauh 3 kilometer, juga menyita perhatian. “Maka itu dinamakan Pantai Pasir Panjang, yang dalam bahasa lokal disebut Ngurbloat,” ucap Budhi.

Pantai Ngurbloat Kei Kecil
Pasir Pantai Ngurbloat yang terkenal lembut.

Pantai Ngurbloat menghadap langsung ke pulau-pulau kecil. Pulau-pulau itu tercatat dalam area Kawasan Sepuluh Pulau. Tak jauh dari kawasan, terdapat sejumlah spot menyelam atau diving. Salah satu spotnya hanya berjarak 600 meter dari bibir Pantai Ngurbloat. Spot tersebut memiliki tekstur dasar laut yang curam atau membentuk cliff .

Pantai Ngurbkoat kesohor setelah agenda wisata nasional, Festival Meti Kei, digelar di sini pada 2017. Untuk menuju Pantai Ngurbloat, wisatawan bisa menumpang angkutan umum dari Pasar Langgur. Tarifnya Rp 5.000 sekali jalan. Angkutan lokal itu berhenti tepat di jalan raya depan pantai.

Bisa juga menunggang travel dari Bandara Karel Sadsuitubun dengan tarif Rp 150 ribu. Bila wisatawan datang bergerombol ke Pantai Ngurbloat, Budhi menyarankan mereka menyewa mobil dengan harga berkisar Rp 600 ribu, sudah termasuk sopir dan bahan bakar minyak. Adapun tarif retribusi per mobil Rp 20 ribu, sedangkan motor Rp 5 ribu.

Namun berkunjung ke Pulau kei Kecil tak cuma pantai Ngurbloat. Ada atraksi lain, berenang di dalam gua. Ini yang terus ditawarkan pemerintah setempat sebagai salah satu atraksi untuk wisatawan. Adalah Gua Hawang atau Hawang Cave di Pulau Kei Kecil sebagai tempat untuk berenang di dalamnya. Gua yang berjarak 24 kilometer dari Bandar Udara (Bandara) Karel Sadsuitubun Langgur ini memiliki kolam air payau di dalamnya.

Kolam Gua Hawang berasal dari aliran mata air Evu yang arus airnya lantas bermuara di laut. Di gua ini, wisatawan bisa berenang bebas di antara stalaktit dan stalagmit. Konon, berenang di sini bisa awet muda. Airnya berkhasiat mengencangkan sel-sel wajah yang mengendur.

Dari jalan masuk menuju gua, kolam air payau itu tampak jelas. Airnya kebiruan seperti air laut. Juga bergradasi antara tosca, biru muda, dan biru tua. Saking jernihnya, dasar goa di beberapa sisi tampak jelas dari tepi kolam.

Di tengah gua, terdapat sebuah stalagmit yang menjulang tinggi bak tongkat bumi muncul dari permukaan. Stalagmit ini menjadi titik pemisah antara air dalam dan air dangkal. Air dalam berkedalaman sampai 3,5 meter. Sedangkan sisi dangkal hanya memiliki kedalaman 1,5 meter.

Kala masuk ke air, suhu kolam itu terasa sangat dingin. Namun segar. Bak berenang di laut yang jernih, tapi airnya tak asin. Di dinding-dinding gua, muncul tetesan air murni langsung dari stalaktit. Tetesan itu menimbulkan bunyi pung pung dan akan membuat sensasi berenang di alam liar makin seru.

Wisatawan yang berenang di Gua Hawang akan ditemani oleh anak-anak lokal. Mereka tak sungkan memandu turis untuk menyelam menyusuri dinding-dinding relief di gua tersebut.

Untuk menuju lokasi, perjalanan menuju Gua Hawang bisa ditempuh dengan menumpang angkutan umum dari Pasar Langgur dengan tujuan Desa Leguan. Angkutan tersebut akan melewati kawasan wisata Gua Hawang. Tarifnya Rp 7 ribu sekali jalan.

Selain wisata alamnya, saat melancong ke Pulau Kei jangan lupa berburu kuliner malam hari. Cobalah mencicipi olahan rica-rica ikan baronang dan sakuda. Dua ikan ini menjadi menu wajib yang pasti direkomendasikan warga lokal kepada para pelancong. Baronang dan sakuda ialah jenis ikan yang paling banyak dijumpai di perairan Kei. Kedua ikan ini memiliki daging yang tebal dengan rasa bawaan yang memang sudah gurih.

Baronang dan sakuda umumnya dimasak dengan campuran cabai keriting, bawang putih, bawang merah, dan kemiri, lantas dibakar. Bumbu rica-rica yang kuat, dipadu aroma bebakaran ikan yang wangi, berhasil membangkitkan selera makan. Apalagi ikan-ikan tersebut langsung dipasok dari nelayan setempat, yang sudah pasti segar.

Lezatnya ikan baronang dan sakuda rica-rica sukses membikin turis jatuh hati. Salah satunya Anggi, wisatawan asal Jakarta, yang ditemui di warung Forganza. “Enak banget. Juara. Ada sensasi manisnya. Mungkin karena ikannya adalah ikan segar,” tuturnya. Rasa rica-rica ikan baronang dan sakuda makin sedap terasa saat dikudap bersama sambal terasi. Terasinya pun didatangkan langsung dari Kepulauan Aru.

Untuk melengkapi santap malam, warga lokal biasanya menambahkan sayur bunga pepaya pada menu utamanya. Sayur ini menjadi pelengkap yang wajib ada, selain sambal terasi. “Makan ikan tanpa sayur bunga pepaya itu rasanya aneh,” kata seorang teman yang menemani jalan kali ini.

F. ROSANA

11 Spot Wisata Keren di Sulawesi Utara

Liburan di Likupang dengan pilihan pantai dan bukit

11 spot wisata keren di Sulawesi Utara mesti menjadi agenda liburan yang akan datang Anda. Sudah sejak lama provinsi ini menjadi salah satu destinasi tujuan para wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam yang tiada duanya. Baik itu menyelam, snorkeling, menikmati pantai hingga wisata rohani.

11 Spot Wisata Keren

Terlebih kini muncul nama baru yang digadang-gadang menarik perhatian wisatawan nusantara dan mancanegara, yakni Likupang. Promosi besar-besaran tentang Likupang mendorong sejumlah spot lain di Sulawesi Utara ikut naik daun. Jadi jika mengagendakan mampir ke provinsi ini, jelajahi 11 spot wisata keren berikut.

Likupang

Pilihan pertama saat ini sebagai salah satu dari 11 spot wisata keren di Sulawesi Utara tentu saja adalah Likupang. Di sini banyak pilihan menikamti alam, mulai dari snorkeling, diving, atau trekking ke sejumlah bukit seperti Bukit Pulisan dan Larata.

11 spot wisata keren di Sulawesi Utara, salah satunya Likupang sebagai destinasi wisata prioritas
Pantai di Likupang.

Likupang merupakan satu dari lima destinasi super prioritas pemerintah. Posisinya ada di Kabupaten Minahasa Utara. Selain digadang-gadang menjadi salah satu nirwana Indonesia setelah Bali, Likupang memang mempunyai banyak keindahan alam dan budaya yang menarik untuk dijelajahi.

Taman Laut Bunaken

Ini merupakan destinasi wisata unggulan di Sulawesi Utara yang menjadi Segitiga Terumbu Karang Dunia. Pada 2005, Taman Laut Bunaken telah dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO dan menjadi lokasi incaran penyelam dari seluruh dunia. Hingga saat ini Taman Laut Bunaken menjadi rumah lebih dari 3.000 jenis ikan, reptil, moluska, dan mamalia laut.

Pulau Manado Tua

Yang satu ini sama dengan Bunaken, termasuk spot wisata lama Sulawesi Utara. Sebagai destinasi wisata, Manado Tua memiliki beragam pantai yang menarik. Pantai-pantai itu misalnya Apang Datu, Apeng Gugu, Apeng Salah, dan Batu Layar.

Waktu terbaik mengunjungi pulau ini adalah saat nyare atau ketika air laut dalam kondisi surut. Pada saat itu pengunjung bisa menikmati gugusan terumbu karang di permukaan karang tanpa harus menyelam atau snorkeling.

Pulau Siladen

Pulau Siladen disebut-sebut sebagai surga para perenang, karena punya air laut yang tenang dan jernih. Destinasi wisata di Sulawesi Utara ini berlokasi di sebelah timur wisata Bunaken dan punya pemandangan bawah laut yang menakjubkan. Pengunjung dapat melihat biota laut dan terumbu karang di sini, bahkan tanpa harus menyelam terlalu dalam.

Pulau Mahoro

Pulau ini memeiliki pasir putih yang begitu bersih dengan air laut yang bening. Pemandangan ini semakin cantic karena dipadukan dengan jajaran bukit hijau yang membentang sepanjang pulau. Pulau Mahoro pernah menjadi lokasi pengambilan gambar reality show Korea Selatan: Law of The Jungle.

Pantai Malalayang

Lokasi pantai ini tak jauh dari pusat kota Manado sehingga sangat mudah untuk dijangkau. Salah satu daya tarik Pantai Malalayang adalah panorama matahari terbenamnya yang cantik. Dari pantai ini, wisatawan juga dapat melihat Bunaken dan Manado Tua di kejauhan.

Tak hanya pulau-pulau cantik, Sulawesi Utara juga memiliki spot-spot nonpantai sebagai bagian dari 11 spot wisata keren di provinsi ini.

Danau Linow

11 spot wisata keren di Sulawesi Utara dari pantai, pulau, danau hingga air terjun.
Danau Linow di Sulawesi Utara. Foto: Dok. shutterstock

Danau Linow memiliki keunikan berupa warna air danau yang bisa berubah-ubah. Biasanya ada 3 warna air danau yang muncul, yakni hijau, biru, dan kuning kecokelatan. Ketika pertama kali datang ke Danau Linow, bau belerang yang pekat akan langsung tercium. Konon bau ini muncul karena sisa letusan Gunung Mahawu ratusan tahun silam.

Air Terjun Kima Atas

Destinasi wisata di Sulawesi Utara satu ini bisa dibilang masih tersembunyi, karena terletak di antara hutan yang hijau nan asri sehingga masih sangat sepi pengunjung. Meski begitu, panorama air terjun setinggi 8 meter dari Air Terjun Kima Atas tetap menawan. Di lokasi ini, Pengunjung dapat berenang di kolam kecil yang terbentuk dari jatuhan Air Terjun Kima Atas.

Air Terjun Tinoor

Destinasi wisata di Sulawesi Utara berikut ini sering dijuluki sebagai surga tersembunyi di Minahasa. Pasalnya, di sini ada beberapa air terjun yang saling bertemu satu sama lain, sehingga tampak membentuk untaian benang putih nan halus. Ditambah lagi, lokasi Air Terjun Tinoor berada di kaki gunung sehingga membuat suasana di sekitar makin sejuk dan asri.

Air Terjun Tumimperas

Suara gemercik air yang merdu menjadi salah satu daya tarik Air Terjun Tumimperas. Sementara pesona utama dari destinasi wisata di Sulawesi Utara ini terletak pada airnya yang berwarna biru jernih. Air Terjun Tumimperas memiliki tinggi sekitar 52 meter dan dikelilingi oleh pepohonan hijau sehingga menambah kesejukannya.

Taman Hutan Raya Gunung Tumpa

Selain laut dan pantai, wistawan juga bisa melihat seluruh kota di Sulawesi Utara dari ketinggian. Ini bisa dilakukan jika berkunjung ke Taman Hutan Raya Gunung Tumpa. Berada di ketinggian 600 meter di atas permukaan laut, wisatawan dapat menikmati pemandangan Gunung Lokon, Gunung Klabat, dan Pulau Manado Tua dari lokasi tempat satu ini.

Itu 11 spot wisata keren di Sulawesi Utara. Masukkan dalam agendamu megunjungi tempat-tempat tersebut.

agendaIndonesia

*****

Tenun Gringsing, Ikat Ganda Butuh 5 Tahun

Tenun Grinsing Bali salah satu kekayaan budaya Indonesia. Foto shutterstock

Tenun Gringsing menjadi pembicaraan banyak orang ketika dipilih menjadi salah satu tanda mata bagi tamu negara dalam perhelatan G20 di Bali. Ini jelas istimewa, karena kain tenun Gringsing terletak pada teknik pembuatannya, yakni ia satu-satunya kain tenun yang dibuat dengan teknik dobel ikat di Indonesia.

Tenun Gringsing

Proses pembuatan kain tenun yang satu ini dikenal cukup rumit dan membutuhkan waktu lama. Pasalnya, proses penenunan kain tenun Gringsing membutuhkan sekitar dua bulan, sementara untuk motif ikat ganda bisa memakan waktu lebih lama hingga 2-5 tahun.

Bukan hanya itu saja, daya tarik kain tenun Grinsing juga terdapat pada proses pembuatannya yang 100 persen menggunakan tangan, atau tanpa bantuan mesin apapun.

Ciri khas kain tenun Gringsing juga ada pada proses pewarnaannya. Bukan dengan bahan pewarna kimia, kain tenun khas Desa Wisata Tenganan Pegringsingan ini menggunakan warna yang dihasilkan minyak kemiri, agar warnanya lebih pekat dan tahan lama.

Tenun Gringsing motif ikat ganda membutuhkan waktu penenunan hingga lima tahun.
Gadis Bali menggunakan kain tenun Gringsing. Foto: shutterstock

Demi mendapatkan warna yang sempurna, tentu saja membutuhkan proses yang cukup panjang. Menariknya, untuk menghasilkan warna yang nyata pada motif tenun Gringsing membutuhkan waktu lebih dari tiga bulan.

Untuk mendapatkan warna yang sempurna dan sesuai pakem yang telah ditentukan secara turun-temurun, proses pewarnaan kain tenun Gringsing harus dilakukan secara berulang. Proses pewarnaan kain tenun ini juga dilakukan untuk menjaga serta melindungi keaslian dan nilai ritual kain tenun Gringsing.

Daya tarik kain tenun Gringsing juga berasal dari nilai-nilai dalam setiap motif dan warna yang digunakan. Setiap motif dan warna pada kain tenun Gringsing memiliki makna yang melambangkan keseimbangan antar manusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhan.

Kain gringsing adalah salah satu warisan budaya kuno Bali yang masih bertahan sampai saat ini. Kata gringsing sendiri terdiri dari kata “gring” yang berarti ‘sakit’ dan “sing” yang berarti ‘tidak’ sehingga dapat dimaknai bahwa kain gringsing merupakan kain magis yang membuat pemakainya terhindar dari bala.

Kain yang berasal dari Desa Tenganan, Bali ini menggunakan teknik ikat ganda dan memerlukan waktu rata-rata lima tahun untuk menyelesaikannya. Proses tenunnya sendiri membutuhkan waktu sekitar dua bulan, tetapi proses pembuatan motif ikat gandanya memerlukan waktu yang lama.

Selain itu, kain tenun asal Karangasem ini juga dipercaya sebagai pelindung. Sehingga, tidak jarang biasanya kain Gringsing digunakan masyarakat Bali dalam upacara pernikahan atau upacara keagamaan.

Aneka Motif Tenun Tenganan
Aneka motif tenun Gringsing. Foto: dok. kompas.com

Sebagai kain tradisional khas Bali, kain tenun Tenganan ini memiliki banyak motif yang menyimpan makna. Seperti motif lubeng misalnya, yang bercirikan kalajengking, dan sering digunakan sebagai busana adat dalam upacara keagamaan.

Selanjutnya motif sanan empeg, yang identik dengan kotak poleng merah hitam. Lalu, ada motif cecempakaan yang dikenal dengan motif bunga cempaka, dan sering digunakan sebagai busana adat dalam upacara keagamaan.

Kemudian juga ada motif cemplong, yang bercirikan sebuah bunga besar di antara bunga-bunga yang kecil di sekitarnya. Selain itu, ada juga motif tenun yang menggunakan tokoh pewayangan.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, daya tarik Kain tenun dari Tenganan ini tidak hanya berasal dari motifnya saja. Namun, juga bisa kita melihat dari pewarnaan yang digunakan.

Tidak hanya sekadar menggunakan bahan alami, warna-warna yang dipilih memiliki makna mendalam. Secara umum, kain Gringsing memiliki tiga warna yang disebut dengan Tridatu, yaitu warna merah, kuning, dan hitam.

Warna merah berasal dari akar mengkudu, melambangkan api sebagai panas bumi sumber energi dan kehidupan di bumi. Kemudian warna kuning dari campuran minyak kemiri, melambangkan angin atau oksigen dalam setiap kehidupan manusia. Sedangkan warna hitam yang berasal dari pohon taum, yang melambangkan air pemberi penghidupan bagi seluruh makhluk di bumi.

Dalam acara-acara adat, kain tenun Gringsing biasanya digunakan sebagai selendang atau senteng oleh wanita, sedangkan pria digunakan sebagai ikat pinggang.

Seperti disebut di depan, kain gringsing merupakan satu-satunya tenun ikat ganda yang berasal dari Indonesia. Karena itu, harga kain gringsing Bali sangat mahal, karena selain produksinya yang cukup sulit dan tidak sebentar, ketersediaan bahan yang digunakan untuk membuat kain gringsing juga terbatas.

Tenun Gringsing Tenganan dipakai untuk para penari. Foto: shutterstck
Para penari Rejang Tenganan dalam upacara Usaba di Desa Tenganan. Foto: shutterstock

Kain tenun gringsing disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama karya Empu Prapañca, di sana tertulis tirai-tirai di salah satu kereta kencana Hayam Wuruk, Sri Nata Wilwatikta, terbuat dari kain gringsing. Hingga hari ini, di tengah masyarakat Tenganan Bali, kain gringsing digunakan untuk berbagai upacara, seperti upacara keagamaan, upacara kikir gigi, dan upacara pernikahan.

agendaIndonesia/berbagai sumber

*****

Tenun Endek Bali, Warisan Kerajaan Gelgel Dari Abad 18

Tenun Endek Bali akan dipakai setidaknya seminggu sekali oleh ribuan pegawai pemerintahan provinsi Bali.

Tenun Endek Bali mungkin akhir-akhir ini tidak semencuat kain-kain tenun dari Nusa Tenggara. Barat maupun Timur. Namun tenun ini sejatinya mempunyai jejak sejarah yang panjang.

Tenun Endek Bali

Suara gelak tawa terdengar nyaring. Kepala saya langsung menengadah ke lantai kedua bangunan terbuka yang berada di Banjar Jerokapal, Desa Gelgel, Kabupaten Klungklung, Bali, itu. Ada alat tenun yang terbuat dari kayu. Jari dan tangan ibu-ibu pun terlihat di atas alat tersebut. Bibir mereka sesekali melontarkan gurauan. Suara kayu beradu tawa. Begitulah suasana khas di Pertenunan Astiti. Mulai menenun pukul 9.00, mereka meneruskan warisan leluluhur membuat tenun endek dan songket.

Salah satunya Ketut Suryani, yang berkenalan dengan alat tenun sejak remaja.  Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, mulai pukul 09.00, ia menggeluti alat tenun. Dia baru beranjak dari tempat menenun pukul 17.00. Dalam satu hari, bisa dihasilkan selembar kain katun endek berukuran 2,25 meter, jenis kain yang jadi ciri khas kabupaten tempat kerajaan-kerajaan Bali di masa lalu itu.

Terkenal dengan Kerajaan Gelgel, Klungkung tak hanya menyisakan bangunan istana dan bersejarah, tapi juga kerajinan tenun. Tenun mulai dikenal pada abad ke-18. Semula kain tenun hanya dikenakan kaum bangsawan atau untuk upacara di pura. Kini kain dikenakan sehari-hari, bahkan seragam berbagai instansi. Sejumah desa di Klungkung dikenal menjadi pusat tenun. Desa Sulang pun sama dengan Geolgel.

Di Gelgel, tempat tenun endek dan songket pun mudah ditemui. Di Jalan Raya Gelgel saja, saya menemukan Dian’s Rumah Songket dan Endek, selain Pertenunan Astiti. Memang tidak di jalan utama, tapi keduanya memasang papan nama cukup besar sehingga mudah dibaca turis atau konsumen. Para penenun umumnya berusia 30-40 tahun. Namun saya menemukan pula ibu berusia 75 tahun yang masing rutin menenun. Wayan Rasaini–nama ibu tersebut – berkutat dengan alat tenun tradisional, cagcag. Alat ini membuatnya harus duduk di lantai, seperti terkungkung dengan alat. Ibu-ibu lain menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Mereka membuat endek.

Kain songket, seperti pada umumnya, diselipi benang-benang emas sehingga terkesan mewah saat digunakan untuk acara dan upacara khusus. Kain endek juga digunakan untuk upacara di pura, selain dikenakan untuk busana sehari-hari. Para penenun memulai kerja memintal benang atau ngulak sesuai dengan corak yang telah disiapkan.

 “Pola motif yang buat anak-anak sekolah,” ujar Ketut Suryani. “Mereka biasanya ke sini setelah pulang sekolah,” ujarnya. Walhasil, para penenun pun tinggal berkarya mengikuti pola ikatan benang. Anak-anak sekolah yang dimaksud ialah pelajar sekolah menengah jurusan desain yang rutin datang mengikat benang mengikuti pola motif yang dibuat pemilik pertenunan, Drs I Nyoman Sudira, MM.


Pensiunan pegawai sekretariat DPRD Klungkung ini sebenarnya baru terjun membantu istrinya setelah memasuki masa purnakarya. Ia mulai mewarnainya sendiri, baik dengan pewarna alam maupun sintetis. Sebelumnya urusan tersebut diserahkan ke orang lain. Tak hanya itu, pria sepuh ini juga memanfaatkan teknologi untuk pembuatan pola dan memindahkan ke gulungan benang lebih mudah dan singkat. Hasilnya tak hanya dijual di balai kerja, tapi juga di  dua gerai di Pasar Seni Semarapura, Klungkung, dan di Jalan Hayam Wuruk, Denpasar. Harga kain endek berukuran 2,25 meter dijual mulai Rp 200 ribu.

Penasaran dengan Desa Sulang, yang juga dikenal dengan kampung penenun, saya pun melanjutkan perjalanan ke desa tersebut, tepatnya di Banjar Kawan, Kecamatan Dawan, Klungkung. Saya mampir ke gerai Endek Gurita milik Kadek Antari, MPd, yang dibuka 4 tahun lalu. Saya bertemu dengan seorang penenun, I Dewa Ayu Nyoman Arti, 50 tahun. Perempuan yang sudah 34 tahun menggeluti bidang ini mengaku hanya berdua menenun di tempat tersebut. “Tapi di sekeliling ini ada 50 orang yang nenun di rumah sendiri-sendiri,” ujarnya.

Nyoman Arti mengaku membuat kreasi sendiri, kecuali ada pesanan. Ia pun lebih banyak membuat motif polos. Kadang corak kotak-kotak yang sekarang banyak permintaan. Harga dipatok tergantung jenis benang. Katun endek berbahan benang katun dengan pewarna alam dijual mulai Rp 600 ribu. Namun kain dengan pewarna sintetis mulai Rp 250 ribu. Kalau bahannya benang sultra, harganya bisa hingga dua kali lipat. l

Teknologi & Motif

Kain Endek, seperti umumnya kain tenun, dibuat dengan teknik ikat. Benang-benang yang akan digunakan harus terlebih dulu diikat sesuai dengan pola. Bila pengerjaannya manual, dibutuhkan berhari-hari, bahkan seminggu. Dengan bantuan teknologi, I Nyoman Sudira terlebih dulu membuat desain di layar komputer dengan program coral drew dan mencetak di selembar bahan untuk spanduk. Kini, hanya dalam 5 menit, pola sudah berpindah ke atas pintalan benang. “Memindahkan pola itu perlu waktu seminggu karena satu jam saja sudah pegal, kan pakai spidol untuk membuat garis satu per satu,” ujar Nyoman.

Nyoman menyebut, dengan teknologi, corak tenun endek bisa dibuat variatif. Ia mengungkapkan tenun endek punya motif asli. Di antaranya wajik atau ceplok. Namun, secara umum, corak endek  meniru pola songket yang umumnya banyak meniru bentuk alam, termasuk flora atau patra. Pada umumnya, bagi umat Hindu, kembang melambangkan kesucian hati. Selain itu, fauna atau karang banyak melambangkan sifat dewa. Disamping itu, ada juga corak dari tokoh pewayangan.

Yang menjadi corak khas Gelgel adalah burung merak, bintang, bulan, digabung dengan motif kembang-kembang atau sulur alias tumbuhan menjalar. Soal warna, trennya berubah-ubah. Tahun ini, misalnya, Nyoman menyebut, tren warnanyacenderung merah muda, sedangkan tahun lalu biru.

Di Desa Sulang, Kecamatan Dawan, tepatnya di gerai Endek Gurita, kemunculan tenun dibarengi dengan teknik lukis dengan corak kupu-kupu dan bunga. Walhasil, ini menjadi label, karena perpaduan seni tenun dan lukis membuat endek lebih berwarna. l

Rita N./B. Rahmanita/Dok TL

Cemilan dari Liwa Lampung, 5 Yang Khas

Cemilan dari Liwa Lampung

Cemilan dari Liwa Lampung tampak seperti kudapan pasar biasa, namun setelah dicoba terasa unik dan khas. Saat sore-sore sambil bercengkerama, kita bisa mencecap nikmatnya kopi robusta atau kopi luwak dipadu kue tar, kue cucuk, atau lainnya.

Cemilan dari Liwa Lampung

Liwa di bagian Barat Lampung boleh jadi namanya dikenal  setelah bencana gempa hebat pada Februari 1994. Namun kabupaten ini mempunyai sederet oleh-oleh yang juga membuat namanya sering disebut-sebut. Yang sudah pasti tentunya kopi robusta dan juga kopi hasil fermentasi dalam pencernaan hewan luwak yang dikenal sebagai kopi luwak.

Selain itu, ada sejumlah kue adat khas Lampung yang bisa menjadi teman untuk menyeruput kopi. Sejumlah perkebunan pun bisa disinggahi dan turis bisa membeli langsung.

Untuk sejumlah kue-kue khas setidaknya ada dua pilihan pembuat kue: Toko Kue Dua Putri yang berada di Jalan Lintas Liwa, Kecamatan Balik Bukit, dan Toko Dina, Jalan Cuk Nyak Dien No 079, Pasar Liwa. Pilihan penganannya seperti berikut ini.  

Kue Tar

Salah satu dari kue adat khas Lampung ini menjadi kue yang wajib dalam hantaran dalam sebuah upacara adat. Mengingatkan saya pada kue serupa yang ditemukan di Bengkulu. Hanya di Bengkulu dibuat dalam loyang ukuran besar, sedangkan di Lampung Barat dibuat dalam bentuk mungil untuk konsumsi per orang.

Yang menjadi ciri adalah selai yang berada di bagian tengah terasa legit. Terbuat dari tepung terigu, pertama-tama si pembuat membuat lapisan dasar pada cetak kue berbentuk bunga itu, lalu diberi selai, dan baru ditutup oleh adonan lagi. Menjadi unik karena bentuk dan motif bunganya. Per buah dijual Rp 2.500. Dijual juga per paket, misalnya, isi 36 buah seharga Rp 45 ribu.

Kue Cucuk

Yang satu ini terbuat dari tepung ketan dan kue sejenis ini bisa ditemukan di beberapa daerah lain di Indonesia. Hanya, setiap daerah memberi nama yang berbeda. Ada yang hanya memberi lubang besar di bagian tengah, sehingga dikenal sebagai kue cincin atau kue ali. Nah, di Liwa disebut dengan nama kue cucuk atau cucur.

Perpaduan antara tepung ketan dan gula merah ini juga menjadi oleh-oleh khas. Ada tiga lubang kecil yang menjadi ciri khas dari daerah ini. Nurmega, pemilik Toko Dina di Pasar Liwa, pun menunjukkan cara pembuatannya kepada saya. Adonan dibuat bulat-bula kecil dan kemudian dipipihkan hingga tipis lalu diberi tiga lubang dengan batang kayu sebesar sumpit. Baru digoreng. Harga per buah Rp 2.500 dan tersedia juga dalam kemasan.

cemilan dari Liwa Lampung berupa kue-kue khas setempat yang unik.
Kue kumbang luyang dari Liwa Lampung yang mirip dengan kue kembang goyang di tempat lain di Indonesia. Foto: Dok. TL

Kumbang Luyang

Yang satu ini pun tak asing bagi saya karena di sejumlah daerah, di Sumatera dan Jawa, bisa ditemukan olahan serupa. Dikenal sebagai kembang goyang karena adonan yang dibuat encer itu menggunakan cetakan besi berbentuk bunga dan digoreng di atas minyak panas dengan cara digoyang-goyang. Ketika sudah garing, penganan ini akan lepas dari cetakannya.

Kami menemukannya di Toko Kue Dua Puteri di Jalan Lintas Liwa, Kecamatan Balik Bukit, Liwa, dan di toko oleh-oleh di Pasar Liwa. Dibuat dalam rasa manis dan asin. Per kemasan dipatok Rp 25 ribu.

Buak Iwa

Buak dalam bahasa Lampung berarti kue, sedangkan iwa bermakna ikan. Kue ikan ini memang bentuknya berupa ikan dan tersedia bermacam-macam ukuran. Dari dua toko yang saya sambangi, keduanya menawarkan yang berbeda dan sama-sama berbentuk ikan.

Sesungguhkan kue bolu biasanya memiliki keunikan pada bentuknya. Dari ukuran kecil dijual seharga Rp 2.000. Mudah ditemukan di toko oleh-oleh atau kue di Liwa.

Gula Merah dan Kopi Luwak

Selain beberapa jenis kue, gula merah pun menjadi oleh-oleh khas kota yang sejuk ini. Anda bisa menemukan gula aren asli yang dibentuk bundar dan dibungkus oleh daun pisang yang mengering. Berat per buahnya 1 kilogram dan harganya Rp 16 ribu. Bisa ditemukan di toko oleh-oleh atau pasar.

Daerah pegununan ini juga terkenal dengan perkebunan kopinya. Kebun kopi robusta tersebar di daerah Way Tenong, Sumber Jaya, dan Sekicau. Bila pulang melalui sisi pegunungan ini, Anda dengan mudah menemukan jajaran pohon kopi dan penjaja bubuknya. Namun bisa juga ditemukan di toko oleh-oleh. Bila ingin yang spesial tentu kopi luwak yang sudah diproses dalam percernaan luwak. Saya temukan di Way Tenong. Melihat kebun, kelincahan luwak, dan tentu saja menyeruput si hitam pekat ini. Mantap!

Rita N/TL/agendaIndonesia

*****

Kipo, Penganan Kotagede Dari Abad 16

Kipo merupakan warisan kuliner Mataram Islam sejak abad 16.

Kipo rasanya banyak yang belum pernah mendengar nama ini, bahkan sebagian masyarakat Yogyakarta. Padahal ini adalah salah satu kuliner khas Yogyakarta. Makanan ini berukuran tak lebih besar dari ukuran ibu jari orang dewasa.

Kipo

Ya, makanan ini saat ini mungkin hanya dapat ditemui di Kotagede, kawasan yang berada di bagian tenggara wilayah Kota Yogyakarta. Produk ini dibuat dengan bahan lokal seperti tepung ketan, gula kelapa, daging kelapa, dan daun suji. Bahan-bahan baku itu sesungguhnya tak sulit ditemui di pasar-pasar tradisional yang ada di manapun.

Makanan yang memiliki rasa manis dan legit ini cukup banyak digemari tidak saja masyarakat lokal Yogyakarta, Kipo juga disukai oleh wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang ke kota Pelajar ini. Namun entah kenapa, makanan ini semakin langka.

Kipo merupakan penganan manis yang disukai oleh Sultan Agung.
Kipo di antara pengananan jajan pasar lainnya. Foto: dok. shutterstock

Kalau merunut sejarahnya, makanan ini sudah ada pada abad ke-16. Pada waktu itu, konon kipo menjadi makanan favorit Sultan Agung.

Selain itu, makanan ini memiliki sejarah yang panjang. Makanan ini disebutkan dengan nama “Kupo” dalam Serat Centhini. Dan dipercaya menjadi kudapan favorit raja-raja Mataram Islam. Namun, seiring perjalanan waktu, makanan ini sempat hilang peredarannya sehingga keberadannya sempat dilupakan.

Ya, bahkan kini, meski ada upaya untuk mengangkatnya kembali, ia telah menjadi satu dari banyaknya makanan khas Jogja yang sudah mulai langka. Banyak orang pasti akan sulit menemukan makanan khas satu ini.

Sekarang ini, salah satu yang masih bertahan menjajakan Kipo ini adalah Bu Djito. Ia memang sejak puluhan tahun lamanya menjajakan penganan ini. Lokasinya berada di Jalan Mondorakan Nomor 27, Kotagede. Selain Kipo sebagai menu andalannya, di kios ini juga terdapat aneka camilan yang disajikan dalam etalase.

Kue tradisional ini yang telah ada dari masa kerajaan Mataram Islam ini pernah mengalami masa punah. Bahkan hingga tahun 1940-an orang sudah tidak membuatnya lagi seiiring dengan kebudayaan kerajaan Mataram yang runtuh.

Setelah bertahun-tahun hilang, makanan ini kembali dipopulerkan oleh Mbah Mangun Irono pada tahun 1946 bersama teman-temannya. Namun karena hanya dia yang telaten membuat Kipo, Mbah Mangunlah yang terus berjualan kue tersebut di Jalan Mondokaran yang dulunya menjadi pasar tiban -pasar kaget kalau di Jakarta, saat pagi hari.

Saat Mbah Mangun sudah lanjut usia, usaha kipo-nya kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Paijem Djito Suhardjono. Ia berjualan di depan rumahnya. Sebab jika menunggu hari pasaran, waktu berjualannya hanya lima hari sekali. 

Namun, jika hari pasaran, Paijem membawa kipio ke Pasar Legi di Kotagede. Mungkin karena terbatasnya tempat berjualan ini, pada waktu itu kipo hanya dikenal di kalangan masyarakat kelas bawah saja.

Pasar Legi yang merupakan pasar awal mula penjualan Kipo kini telah berubah wajah menjadi pasar Kotagede. Pasar yang masih menjalanan aktivitas jual beli hingga saat ini. Di pasar ini, kadang ada warga yang ikut berjualan kipo.

Toko dan pasar ini lah yang akhirnya mengenalkan kembali kipo kepada masyarakat Yogyakarta. Paijem dan keluarganya terus mempertahankan usaha kue tradisonal satu ini.

Selain nama kupo dari sejarahnya, ketika dikenalkan kembali ke masyarakat oleh mbah Mangun, banyak pembeli kue yang bertanya seraya menunjuk kue ini, “Iki opo”. Pertanyaan itu dalam Bahasa Indonesia artinya, “ini apa?”

Pertanyaan yang kerap muncul tersebut akhirnya menjadikan lebel kue unik ini dan bisa diterima oleh masyarakat Jogja. “Nah dari awal itulah mungkin mereka yang belum pernah melihat baru itu, oh makanan tradisional yang notabene lucu karena bentuknya yang kecil, orang juga belum pernah merasakan. Mereka kan terus bertanya ‘iki opo’, kemudian tercetus nama kipo,” terang Paijem. 
Kipo memiliki bentuk lonjong, dengan tekstur kenyal, dan juga warnanya yang kehijauan serta isiannya yang terdiri dari parutan kepada dan gula jawa cair. Bahan utama dari kue ini adalah tepung beras yang dicampur tepung ketan. Adonannya kemudian dicampur dengan parutan kelapa, daun suji, dan pewarna hijau alami serta daun pandan. Tujuannya untuk menimbulkan aroma harum khas makanan unik ini.

Adonannya kemudian dicetak pada piring tanah liat lalu dipanggang dengan alas daun pisang. Setelah hampir masak, adonan parutan kelapa dimasukan bersama dengan gula jawa dan dilipat menjadi dua lalu dipanggang lagi hingga matang. Jika diingat lagi mungkin mirip dengan penganan klepon.

Murdijati Gardjito, peneliti di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada, menyebut bahwa kipo adalah jajanan asli Yogyakarta yang tidak terkontaminasi kudapan asing. Kesederhanaan cara pembuatannya juga teknik memasaknya, membuat makanan ini cukup berat harus bersaing melawan kue-kue yang dioleh dengan teknik yang canggih.

Tapi kipo pernah rebound dan menarik perhatian masyarakat. Rasanya kita harus mengagendakan mencicipi kipo jika berkunjung ke Kotagede.

agendaIndonesia

*****

Nepal Van Java, Kaliangrik Di 1600 Mdpl

Nepal van Java di Dusun Butuh, Kaliangkrik Magelang menjadi salah satu pilihan wisata. Foto: shutterstock

Nepal van Java setahun belakangan ini sedang ramai dibicarakan di ranah industri pariwisata Indonesia. Ini karena keindahannya yang identik dengan pedesaan di Nepal, sehingga Dusun Butuh yang terletak di lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Magelang, menjadi omongan wisatawan domestik dan mancanegara.

Nepal Van Java

Dsun Butuh di Kaliangrik ini dikembangkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menjadi desa wisata. Pertimbangannya ada ribuan desa yang tersebar di seluruh Indonesia, sebagian besar memiliki potensi wisata dan ekonomi kreatif yang dapat dikembangkan.

Nepal van Java berlokasi di Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dusun Butuh merupakan dusun tertinggi di Kabupaten Magelang, yaitu dengan ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Oleh karena itu, saat wisatawa berkunjung akan merasakan udara yang bersih, asri, dan sejuk.

Pertanyaannya kemudian, mengapa dikenal dengan sebutan Nepal van Java? Julukan tersebut diberikan karena letak desa wisata ini yang berada di lereng Gunung Sumbing, dan rumah-rumah penduduknya terlihat bertumpuk khas perumahan di Nepal. Bahkan, saat cuaca sedang cerah kita bisa melihat langsung keindahan Gunung Sumbing yang menjadi latar belakang Dusun Butuh. Karena itu ia disebut Nepal van Java.

Nepal van Java disebut demikian karena suasananya layaknya pedesaan di Nepal.
DUsun Butuh di Kaliangkrik, Magelang, mendapat julukan Nepal van Java. Foto: shutterstock

Ada yang berpendapat, Dusun Butuh mengandalkan pemandangan yang instagramable saja. Betulkah demikian? Tunggu dulu, banyak hal bisa dilakukan saat berkunjung ke Dusun Butuh, atau ke Kaliangkrik dan sekitarnya.

Yang paling utama adalah jelajah kampung. Kita dapat berkeliling desa dan merasakan suasana Dusun Butuh yang asri dan ramah. Tak ada salahnya pula mengikuti aktivitas sehari-hari warga Dusun Butuh, yaitu bertani. Bercocok tanam atau memetik sayur sendiri di Dusun Butuh.

Nepal van Java juga memang dilengkapi berbagai spot yang Instagramable yang dapat kita gunakan untuk berfoto dan membagikannya di media sosial. Beberapa tempat tersebut ada di Gapura Dusun, Teras Nepal, Taman Depok, Teras Masjid, hingga Gapura Pendakian.

Setelah lelah melakukan jelajah kampung, tersedia pula kedai-kedai kopi menawarkan pemandangan indah 360 derajat. Termasuk jika mau menikmati sun rise yang indah, desa wisata Dusun Butuh terdapat beberapa homestay yang nyaman untuk jadi tempat beristirahat, sambil menunggu waktu matahari mulai menyingsing.

Beberapa homestay di antaranya adalah Bintang Homestay, ada pula Wanto Murah, Omah Biru, Shakyla, dan Amanah Homestay. Tarifnya aman di kantong, mulai dari Rp 130 ribu per malam. DI sekitarnya juga banyak tempat makan dan warung kopi.

Nepal Vam Java di Kaki Gunung Sumbing shutterstock
Suasana Dusun Butuh di Kaliangkrik. Foto: shutterstock

Untuk menuju ke Nepal van Java terdapat dua rute yang bisa kita pilih, yaitu melalui Yogyakarta dan Semarang. Bedanya, jika dari Yogyakarta kita membutuhkan waktu tempuh sekitar dua jam. Sedangkan jika dari Semarang dan menggunakan jalan tol, kita memerlukan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan.

Apabila sudah mulai memasuki Kota Magelang, ikuti jalur menuju Pasar Kaliangkrik, yang jaraknya sekitar 12 kilometer. Dari pasar tersebut wisatawan bisa mengikuti jalan hingga tiba di Sekolah Dasar Negeri Desa Temanggung.

Kemudian ambil kanan, dan naik sekitar 6 kilometer ke arah basecamp Sumbing melalui Dusun Butuh, Kaliangkrik. Nantinya kita bisa menemukan lokasi Nepal van Java, sekitar 400-500 meter sebelum basecamp Gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik.

Selain atraksi tersebut, wisatawan juga mengunjungi sejumlah tempat yang masih berada di Kecamatan Kaliangkrik. Misalnya saja main ke Silancur Highland.


Silancur Highland berlokasi di Desa Mangli, Kecamatan Kaliangkrik. Tepatnya di tenggara kaki Gunung Sumbing dan berada di ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl). Melalui tempat wisata tersebut, wisatawan bisa melihat deretan pegunungan indah yang membentang di sisi timur saat cuaca sedang cerah, mulai dari Gunung Merapi hingga Ungaran.

Mangli Sky View Di Sekiar Kaliangrik Pemda Kabupaten Magelang
Mangli Sky View di kawasan Kaliangkrik. Foto: DOk. Kabupaten Magelang


Di sisi barat, pengunjung akan disuguhi pemandangan Gunung Sumbing yang berdiri dengan megah di ketinggian 3.371 mdpl. Pemandangan matahari terbit saat pagi atau gemerlapnya lampu Kota Magelang ketika senja menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan Silancur Highland.

Wisatawan bisa pula berkemah di kawasan ini jika ingin menikmati pemandangan tersebut. Ada juga taman yang dipenuhi oleh bunga warna-warni yang bisa dijadikan sebagai spot yang Instagramable berlatar belakang pegunungan.


Masih di Desa Mangli, pengungnjung juga bisa berwisata menembus awan dengan berkunjung ke Mangli Sky View. Tempat ini berada di ketinggian 1.570 mdpl di sebelah timur Gunung Sumbing.

Hamparan awan di langit cerah merupakan panorama yang disajikan Mangli Sky View. Selama berada di sana, wisatawan bisa berkemah sambil menikmati pemandangan gunung Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, Tidar, Giyanti, Ungaran, dan Sumbing.


Spot lain yang bisa dikunjungi saat di seputaran Kaliangkrik adalah Curug Silawe di Dusun Kopeng, Desa Sutopati. Letaknya yang berada di kaki Gunung Sumbing tidak hanya membuat air curugnya dingin, udara di sekitarnya juga sangat sejuk. Air terjun ini memiliki ketinggian hingga 60 meter. Pepohonan yang mengelilinginya membuat suasan menjadi lebih asri dan tenang.

Sudah pernah main ke Nepal van Java? Jika belum ayo agendakan liburanmu ke tempat ini.

agendaIndonesia

*****