Olah Rasa di Atas Roda Berkecepatan 20 Km/Jam

Olah Rasa di Atas Roda, seperti sepatu roda namun cuma punya satu roda.

Olah rasa di atas roda rasanya membingungkan orang. Bagaimana orang bisa melakukan olah rasa seraya melatih fokus dan keseimbangan diri. Yang lebih unik, kegiatan ini juga memberikan euforia dengan mengolah rasa.

Olah Rasa di Atas Roda

Wusss… wusss…. Seorang pemuda meluncur di atas sebuah roda. Disusul kemudian beberapa pemuda lainnya, masih dengan mengendarai alat serupa. Tubuh mereka seakan melayang. Terlihat begitu mengasyikkan. Bergerak lincah kian kemari. Sejurus kemudian, mereka membentuk semacam formasi.

Kelompok pemuda yang tergabung dalam komunitas Peazemakerz itu rupanya sedang berlatih airwheel. Komunitas yang terbentuk pada 2 Juli 2003 ini ternyata ingin memberikan sebuah pertunjukan seni yang berbeda dengan biasanya.

“Selama ini Peazemakerz menggabungkan unsur street dance, parkour, dan capoeira dalam sebuah pertunjukan seninya. Kali ini, kami mencoba koreografi dengan memasukkan unsur airwheel sebagai bagian untuk pertunjukan seni,” ujar Mochammad Subhan, Ketua Peazemakerz, kepada TL di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tak ayal, aksi mereka mengundang perhatian orang yang tengah berolahraga di kawasan itu, terutama tertuju pada airwheel yang mereka gunakan. Airwheel, kata Subhan,sejatinya merupakan alat transportasi mini yang digerakkan dengan baterai. ”Bisa melaju 18-20 kilometer per jam. Sedangkan untuk pengisian ulang baterai dibutuhkan waktu sekitar 1-1,5 jam dan mampu bertahan hingga 3 jam pemakaian,” ujarnya. Adapun beban yang mampu ditopang alat ini maksimal sekitar 120 kilogram.

Untuk dapat mengendarai airwheel, Subhan menyebutkan, keseimbangan tubuh sangatlah dibutuhkan agar pengendaranya dapat berdiri tegak lurus. Sedangkan untuk menjalankan alat ini, tubuh dicondongkan ke depan dan ke belakang untuk memperlambatnya. Sedangkan untuk mengarahkannya, tubuh dimiringkan ke kanan atau ke kiri. Sekilas memang terlihat begitu mudah.

Kami sempat dipersilakan oleh Gladwin, anggota Peazemakerz, untuk mencobanya. Ups, ternyata tidak mudah. Meski kaki kanan sudah menempel di pedal, ternyata sukar menaikkan kaki kiri di pedal satunya lagi. Bahkan, untuk dapat berdiri dan menyeimbangkan tubuh, saya terpaksa berpegangan pada Gladwin. Lagi-lagi, roda airwheel bergerak mengikuti gerakan kaki yang belum terbiasa menyeimbangkannya. Keinginan untuk berjalan dengan airwheel tipe roda satu itu pun terpaksa kami urungkan.

Namun keinginan mencoba menaiki airwheel kesampaian juga ketika saya mencoba airwheel tipe roda dua yang memakai setang. Alat yang satu ini mirip segway yang pernah dipakai anggota Kepolisian Republik Indonesia yang berdinas saat car-free day di seputar kawasan Sudirman dan Thamrin. Karena memiliki roda dua, airwheel tipe ini relatif lebih seimbang. Saya, yang baru pertama kali mencobanya, tidak kesulitan menggunakannya.

Kendati begitu, tetap saja saya perlu menyesuaikan keseimbangan tubuh saat akan menjalankan ataupun menghentikannya. Untuk menjalankannya, kita hanya perlu mencondongkan tubuh ke depan. Sebaliknya, kita hanya perlu mencondongkan tubuh ke belakang untuk menghentikannya. Sama seperti cara mengendarai airwheel tipe roda satu. Dan, wusss… saya pun meluncur bebas meskipun masih tersendat-sendat.

olah rasa di atas roda dengan kecepatan 20 kilometer per jam membutuhkan seni dan ketrampilan.
Olah rasa di atas roda merupakan paduan olah raga dan seni. Foto: theairwheel.sg

Cuma, memang, sensasi airwheel tipe roda dua dengan setang ini masih kurang ketimbang tipe roda satu. Hanya, untuk dapat mengendarainya, perlu waktu. ”Untuk itu, Peazemakerz membuat kesempatan berlatih airwheel yang digelar setiap Selasa sore di Gelora Bung Karno,” ujar Erma Engelien, salah seorang pendiri.

 Untuk kelas pemula, kata Erma, latihan digelar seminggu sekali selama satu bulan. Untuk biayanya, dikenai Rp 475 ribu. ”Dalam satu kelas hanya berisi lima orang dengan dua pelatih,” ucap Erma. Bagi yang belum memiliki airwheel, tak perlu khawatir. Sebab, mereka bisa menyewanya. ”Untuk sekali latihan, hanya dikenai Rp 50 ribu.”

Di Indonesia, airwheel sebenarnya sudah diperkenalkan sekitar setahun yang lalu setelah populer di Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Selain tipe roda satu dan roda dua dengan setang, ada yang tipe roda dua tanpa setang. Namanya airboard. Harga airwheel di pasar bervariasi, tergantung spesifikasinya. Dari Rp 6 juta hingga Rp 20 juta.

Penggunaan airwheel sudah meningkat di Indonesia seiring dengan komunitasnya yang bermunculan, seperti di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya. ”Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari airwheel ini. Alat ini dapat melatih fokus diri, keseimbangan, dan cukup memperbaiki struktur tulang belakang,” kata Erma.

Selain itu, sepertinya, alat transportasi yang mudah dijinjing ini ramah lingkungan dan menimbulkan euforia bagi pengendaranya. Betul begitu? Wusss… wusss….

agendaIndonesia/Andry T. untuk TL

*****

6 Sentra Batik Favorit di Pekalongan

Ini 6 sentra batik favorit di Pekalongan, Jawa Tengah. Foto shutterstock

Inia da 6 sentra batik favorit alau berkunjung ke Pekalongan, Jawa Tengah. Rasanya kurang afdol jika main ke kota ini tidak sekalian mencari atau setidaknya melihat-lihat produk batik khas kota batik ini. Sejak dulu, Pekalongan memang sangat identik dengan batik, yang kini industrinya tak hanya mahsyur di level nasional, namun juga sudah merambah level internasional.

6 Sentra Batik Favorit Pekalongan

Menariknya, kultur batik di Pekalongan punya perbedaan cukup mendasar dibandingkan dengan kota-kota seperti Yogyakarta dan Solo. Batik Pekalongan cenderung lebih berani pada kreasinya, dengan motif yang lebih variatif dan lebih terang. Ini disebabkan karena Pekalongan juga merupakan kota pelabuhan yang besar di Jawa Tengah, di mana dulu pengaruh budaya asing dari Tiongkok, India, Jepang dan sebagainya bisa masuk.

Inilah 6 sentra batik favorit di Pekalongan yang menjadi tujuan wisata ke kora di Jawa Tengah ini.
Pekalongan Kota Batik Dunia. Foto: Ada 6 sentra batik favorit di kota ini. Dok. DPMPTSP Kota Pekalongan.

Masuknya pengaruh tersebut membuat batik Pekalongan lebih casual, dibanding batik Solo atau Yogyakarta yang masih banyak terpengaruh adat dan filosofi Keraton. Dan kreatifitas ini tidak berhenti pada keragaman motif saja. Contohnya batik pagi sore, salah satu inovasi dimana ada dua motif batik yang berbeda dalam satu kain. Sehingga, batik bisa digunakan dalam dua kesempatan berbeda dengan dua motif berbeda.

Bahkan, kini terdapat pula Museum Batik Pekalongan yang tidak hanya menjadi tempat edukasi dan destinasi wisata, tetapi juga sebagai pusat riset dan pengembangan kultur serta ilmu membatik. Selain itu, terdapat 6sentra batik favorit yang menjajakan beragam produk batik yang otentik dan menarik untuk diboyong sebagai oleh-oleh, seperti berikut ini.

  1. Pasar Grosir Batik Setono

Tempat belanja batik di Pekalongan yang paling ramai dan favorit adalah Pasar Grosir Batik Setono, yang juga adalah salah satu sentra perdagangan batik di kota ini. Berdiri pada 15 Desember 1941, kemunculan pasar ini dipicu oleh kecenderungan bahwa produk hasil industri batik Pekalongan lebih banyak dikirim dan dijual di kota-kota lain.

Maka dari itu, didirikanlah pasar ini di sebuah bangunan yang dulunya merupakan pabrik tekstil, untuk menampung pengusaha batik kecil dan menengah agar bisa langsung menjajakan produknya. Di sisi lain, konsumen juga lebih dimudahkan dalam mencari produk batik, utamanya mereka yang memang datang ke Pekalongan untuk membeli batik.

Terhitung ada sekitar 550 toko yang berada di salah satu dari 6 sentra batik favorit pasar yang buka setiap hari dari jam 08.00 hingga 21.00 ini. Mayoritas dari mereka adalah penjual kain dan pakaian siap pakai batik, namun ada juga yang menjual aksesoris atau kerajinan tangan bertemakan batik. Lokasinya yang berada di jalan Dr. Sutomo nomor 1-2 juga terhitung strategis, karena langsung berhadapan dengan ruas jalan akses menuju tol Trans Jawa rute Pemalang-Batang.

Untuk produk pakaian sendiri beragam dari kemeja, blouse, celana, daster, sarung, mukena dan lain lain. Harganya bergantung pada jenis kain yang digunakan. Misalnya, kemeja dengan bahan katun harganya berkisar dari Rp 25 ribu sampai 35 ribu. Sementara yang menggunakan bahan lebih premium seperti sutra, harganya bisa di kisaran ratusan ribu, bahkan jutaan.

Interior Museum Batik Pekalongan, kunjungan lain selain ke 6 sentra batik favorit di Pekalongan.
^ sentra batik favorit di pekalongan. Museum Batik Pekalongan. Foto: Dok Wikimedia Common
  • International Batik Center

Sentra perdagangan batik lainnya dari 6 sentra batik favorit di Pekalongan yang menjadi rekanan bagi wisatawan yang berburu batik adalah International Batik Center, atau yang biasa dipanggil dengan singkatan IBC. IBC merupakan sebuah kompleks terpadu yang menyatukan kegiatan perdagangan, eksibisi serta edukasi tentang batik, khususnya batik Pekalongan.

Berlokasi di jalan Ahmad Yani nomor 573, IBC menawarkan beberapa fasilitas di samping fungsinya sebagai sentra jual beli batik. Seperti misalnya area galeri yang menampilkan beragam koleksi batik, dari yang tradisional sampai yang kontemporer. Karya-karya pengrajin batik lokal juga ditampilkan di sini.

Terdapat pula area workshop, dimana pengunjung dapat menonton atau ikut belajar langsung tentang teknik membatik, mulai dari pewarnaan hingga mencanting. Lewat fasilitas dan kegiatan tersebut, IBC aktif menjalin hubungan dengan berbagai lembaga dan komunitas seni budaya internasional, dalam upaya meningkatkan kesadaran dan membuka peluang pasar bagi batik Pekalongan di level global.

Meski demikian, tak perlu khawatir dengan harga produk-produknya. Harga produk batik di sini masih tetap tergolong bersahabat, seperti daster yang berkisar dari Rp 35 ribu, atau kemeja yang harganya sekitar Rp 50 ribu. Berada di jalur rute Pantura, ia juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti food court dan area parkir yang luas.

  • Kampung Batik Kauman

Pekalongan juga dikenal dengan beberapa kampungnya yang warganya berbudi daya batik. Contohnya adalah Kampung Batik Kauman, di mana kampung ini disinyalir sudah eksis sejak abad 19 silam. Ini terlihat pada nuansa arsitektur yang tampak banyak terpengaruh oleh gaya arsitektur Eropa, Tiongkok dan Arab tempo dulu. Ini adalah satu dari 6 sentra batik favorit.

Sebagai salah satu kampung yang pertama muncul di wilayah Pekalongan, banyak dari warganya yang kemudian juga berprofesi sebagai pengrajin batik. Dan yang menarik, jika menilik dari ragam motifnya, beberapa produk batik mereka juga turut terpengaruh oleh seni dan budaya dari wilayah-wilayah pendatang tersebut.

Seperti batik encim yang merupakan hasil leburan budaya lokal dan Tiongkok, atau batik jlamprang yang mengambil inspirasi dari budaya Arab dan India. Produk-produk tersebut kemudian menjadi ciri khas dari pengrajin batik di Kauman, yang diresmikan sebagai kampung batik pada 2007.

Hingga kini, terdapat puluhan showroom dan workshop milik warga setempat yang sehari-harinya menerima pengunjung dan memproduksi beragam produk dari batik, seperti kain, kemeja, sarung, serta aksesoris seperti tas dan dompet. Produk-produk tersebut sudah dipasarkan tidak hanya di taraf nasional saja, tapi juga internasional.

Berlokasi di jalan Hayam Wuruk, tidak jauh dari alun-alun kota Pekalongan, terdapat sebuah gapura di depan jalan masuk sebagai penanda, sehingga tidak terlalu sulit untuk mencari lokasinya. Selain berbelanja batik, suasana di sekitar kampung yang terlihat tua nan antik juga menjadi spot menarik untuk berfoto.

  • Kampung Batik Pesindon

Kampung batik lainnya sebagai satu dari 6 sentra batik favorit di Pekalongan yang tak kalah menarik untuk dikunjungi adalah Kampung Batik Pesindon. Lokasinya tak jauh dari Kampung Batik Kauman, dapat diakses lewat jalan Hayam Wuruk, dan terletak di tepi kali Pekalongan. Kampung ini ditetapkan sebagai kampung batik sejak 2020.

Disebut-sebut bahwa kampung ini mayoritas berisi warga pengrajin batik dan peternak ayam. Industri rumahan pengrajin batik di sini sudah ada sejak sekitar 1950-an. Kini, kurang lebih terdapat sekitar 33 showroom yang setiap harinya memproduksi batik dan melayani pengunjung.

Pengunjung dapat menyaksikan langsung proses produksi batik di berbagai studio batik yang berada di hampir tiap sudut gang kampung tersebut. Baik batik tulis maupun batik cap dapat ditemukan di sini, dengan varian produk batik meliputi kain, kemeja, syal, tas serta aksesoris lainnnya.

Terdapat pula workshop yang menawarkan kelas singkat dalam teknik dan proses pembuatan batik. Satu keunikan lainnya, karena di kampung ini terdapat banyak gang, maka di sekitar area kampung akan ditemui penanda arah ke masing-masing showroom dan workshop pengrajin batik, sehingga tak perlu khawatir tersesat.

Salah satu motif batik Pekalongan
Salah satu motif batik Pekalongan. Foto shutterstock
  • Qonita Batik Boutique

Kalau ingin mencari produk batik di Pekalongan yang lebih premium dan fashionable, Qonita Batik Boutique jadi salah satu rekomendasi. Merek batik Pekalongan yang sudah eksis sejak 1995 ini berfokus pada produk batik siap pakai, dengan gaya yang modern dan penggunaan bahan yang premium, utamanya sutra.

Semisal gaun sutra yang kisaran harganya dari Rp 2,25 juta hingga 3 juta, blouse yang harganya berkisar dari Rp 190 ribu sampai 260 ribu, serta produk-produk lain seperti kemeja sutra, daster, mukena, hingga sprei. Harga produk-produk tersebut bergantung dari bahan serta jenis batiknya, baik batik tulis maupun cap.

Meski harganya premium, namun kualitasnya sudah teruji. Bahkan mereka sudah rajin menampilkan beragam kreasi mereka di acara-acara fashion week nasional. Jika tertarik berkunjung, Qonita Batik Boutique berlokasi di jalan Gajah Mada nomor 49, dan buka setiap hari dari jam 08.00 sampai 21.00.

  • Batik Unggul Jaya

Merek batik Pekalongan lainnya yang terbilang cukup populer adalah Batik Unggul Jaya. Terletak di jalan Angkatan 45 nomor 39, Batik Unggul Jaya juga berfokus pada produk batik siap pakai dengan bahan katun berkualitas yang lembut dan adem dipakai, namun dengan harga yang cukup terjangkau.

Masuk ke dalam toko, pengunjung akan disambut dengan puluhan pegawai yang siap membantu memilihkan produk yang diinginkan, dengan deretan produk batik yang dipamerkan, berjejer dari luar hingga ke dalam. Pengunjung dapat berkeliling melihat-lihat dan memilih beragam jenis produk dengan banyak pilihan motif.

Produk-produk tersebut meliputi kemeja, gamis, blouse, blazer, kaftan, celana, rok, daster, dan sebagainya. Bahkan mereka juga menyediakan produk-produk spesifik tertentu untuk memenuhi kebutuhan konsumen, seperti pakaian ukuran jumbo atau big size, serta pakaian untuk ibu menyusui.

Harga produk-produk tersebut pun terbilang cukup reasonable. Kemeja misalnya, dihargai Rp 80 ribu untuk lengan pendek dan Rp 95 ribu untuk lengan panjang. Atau daster yang harganya mulai dari Rp 70 ribu hingga 77,5 ribu. Bagi yang tertarik berkunjung dan melihat sendiri keragaman produknya, Batik Unggul Jaya buka setiap hari dari jam 08.00 hingga 18.00.

agendaIndonesia/audha alief praditra

Ucok Durian Medan, Kelezatan 24 Jam

ucok durian Medan menjadi ikon kuliner kota Medan, Sumatera Utara.

Ucok Durian Medan adalah ikon atau simbol pariwisata ibukota Sumatera Utara. Ia mungkin satu-satunya nama tempat nongkrong, atau tempat kuliner, atau sebutlah apapun itu, yang sangat khas: apapun tentang durian.

Ucok Durian Medan

Kedai Ucok Durian milik Zainal Abidin Chaniago sudah berdiri puluhan tahun, hampir 40 tahun melayani penggemar buah ikonik ini. Ucok, demikian Zainal biasa disapa kerabat dan handai taulannya, nyaris identik dengan durian hingga di depan kedainya ia berani memasang tulisan “Jangan bilang pernah ke Medan!!! Kalau belum mampir ke Ucok Durian”. Mungkin terasa sedikit angkuh, tapi apa boleh buat, begitulah kenyataannya.

Semboyan itu bisa jadi benar. Bebarapa tahun terakhir sejumlah biro perjalanan yang membawa wisatawan domestik maupun dari manca negara memasukkan tempat Ucok ini dalam itinerary tamunya. Umumnya siang sesudah jam makan siang, atau malam hari. Sering kali menjadi spot wisata Medan terakhir pada larut malam.

Betul, kadang bahkan menjelang tengah malam. Tak perlu heran, sebab kedai Ucok Durian buka 24 jam. Ini di saat normal dulu, sebelum pandemi. Jadi pengunjung bisa datang kapan saja. Pagi-pagi sekali pun tak jarang bisa dilihat sudah ada penggila durian yang ‘nongkrong’ di sini.

Kedai Ucok Durian di Jalan Pelajar Nomor 46, Kelurahan Teladan Timur, Kecamatan Medan Kota, ini sudah berdiri sejak 29 tahun yang lalu. Begitupun, Zainal sudah bergelut dengan buah beraroma kuat ini lebih lama lagi. Hampir 40 tahun. Pengalaman panjang yang membuatnya tahu memilih buah durian yang enak. Tak peduli dari kebun atau daerah mana, yang pasti durian darinya ditanggung enak.

Ucok Durian Medan menjadi salah satu pilihan wisata di kota Medan.
Ucok Durian Medan menjadi salah satu ikon kuliner di kota Medan, Sumatera Utara. Foto: shutterstock

Citra jaminan duren enak ini tentu tak diperoleh Zainal seketika. Ia mengaku pernah mengalami jatuh bangun selama berjualan durian puluhan tahun. Ia memulai petualangannya di dunia perdurianan dengan menjadi karyawan di gerai penjualan buah durian di Medan. Namun ia tak sekadar bekerja melayani pembeli. Saat bekerja itu, ia manfaatkan untuk memahami seluk-beluk durian. Soal buahnya, juga jaringan pemasoknya. Bertahun-tahun bekerja di tempat orang, muncul hasrat untuk membuka usaha sendiri. “Saya mulai berjualan dari kaki lima, hingga kini sudah ada kedai dan nama yang  melekat dengan kota Medan,” katanya seraya bercerita dirinya mulai berjualan sendiri sejak usia 24 tahun.

Sambil berjualan, Ucok tak lupa untuk terus belajar mengenai buah durian. Dari berbagai cara. Mulai dari ngobrol dengan pengepul durian yang mengantar durian ke lapaknya berjualan, hingga menyambangi petani durian di berbagai tempat. Itu dilakukannya ke banyak tempat dan kebun pusat-pusat durian di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, bahkan seluruh Sumatra.

Di kedai Ucok ini tersedia durian-durian  segar yang dapat langsung dinikmati pengunjung. Pengunjung bisa memilih cara menikmati duriannya: tinggal duduk di bangku dan minta durian dipilihankan karyawan Ucok; atau langsung memilih sendiri durian yang dikehendaki. Semuanya sama saja. Umumnya sih pengunjung memilih langsung duduk di bangku yang tersedia, durian dipilihkan, dibukakan duriannya, dan mereka tinggal menikmati.


Bagaimana kalau durian yang dipilihkan atau kita pilih sendiri dan dimakan langsung di tempat rasanya kurang sesuai? Jangan khawatir, pengunjung bisa langsung menukarkannya tanpa tambahan harga. Untuk durian yang sudah telanjur terbuka, juga tidak akan terbuang percuma. Nantinya durian-durian ini akan dipasok ke usaha rumahan untuk diolah menjadi aneka camilan berbahan dasar durian

Setiap hari selalu saja ada durian yang datang ke kedai Ucok Durian. Jika sedang musim, jumlahnya bisa mendapat pasokan sekitar 6 ribu buah durian. Lebih dari separuh dari jumlah tersebut umumnya habis diserbu penggila durian pada hari tersebut.

Jika tak habis terserap, atau ada durian yang ditukar konsumennya, Ucok tetap tenang, sebab durian-durian tersebut kemudian disalurkan menjadi aneka olahan berbahan durian. Mulai dari pancake durian, daging durian, durian beku, es krim atau kripik durian. Sebagian malah dijual di kedai tersebut. Sebagian lain dikirim ke lain daerah. Tak hanya di sekitar Medan, bahkan hingga ke pulau Jawa.

Jika punya waktu, tempat ini adalah pilihan untuk duduk reriuangan dengan kawan-kawan (tentu jika kondisi sudah mengijinkan, saat ini masih pandemi). Ngobrol sambil menikmati aneka makanan durian.

Namun, jika pengunjung cuma waktu yang mepet dan harus kembali ke kota asal, karyawan Ucok Durian akan membantu mengupas durian yang dipilih kemudian memasukkannya ke dalam wadah yang tertutup rapat sehingga bau menyengat tidak meruap keluar.

Jadi, sudahkah Anda mengunjungi Ucok Durian di Medan? Jika belum, ayo agendakan kunjungan ke tempat ini jika pada waktunya Anda bisa main ke Medan. Sebab, seperti kata Ucok, rasanya tidak lengkap mengunjungi Medan jika tidak mencicipi durian dari Ucok Durian.


agendaIndonesia

*****

8 Danau Unik di Indonesia Akibat Fenomena Alam

8 danau unik di Indonesia akibat fenomena alam.

8 danau unik di Indonesia dengan berbagai ketidakbiasaannya. Danau-danau ini menunjukkan fenomena alam yang tidak biasa. Mulai danau asin, musiman, hingga yang berubah warna. Layak menjadi kekayaan alam dan pariwisata Indonesia. Apa saja danau-danau itu?

8 Danau Unik di Indonesia

Asin

Danau Satonda terletak di tengah Pulau Satonda dan termasuk wilayah Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Danau ini menyerupai angka delapan dengan diameter masing-masing 950 meter (sebelah selatan) dan 400 meter (sebelah timur). Danau purba ini terbentuk dari letusan Gunung Satonda beribu-ribu tahun lampau. Gunung api Satonda konon berumur lebih tua daripada Gunung Tambora, atau tumbuh bersamaan dengan beberapa gunung api parasit yang tersebar di sekeliling Tambora. 

Danau Satonda dulunya terisi air tawar. Namun letusan Gunung Tambora yang mengakibatkan tsunami mengantar air laut mengisi kawah tersebut dan mengubahnya menjadi danau air asin hingga hari ini. Satu hal yang menarik dan terbilang ajaib dari danau ini adalah riak air danau yang seolah bergerak seiring degnan pasang-surut air laut yang berada di sekeliling Pulau Satonda.

8 danau unik di Indonesia, salah satunya danau Satonda
8 danau unik di Indonesia, salah satunya Danau Satonda. Foto: Dok. ekowisata.org

Musiman 

Danau unik lain adalah Danau Sentarum. Danau ini terletak di sebelah cekungan Sungai Kapuas, yaitu sekitar 700 kilometer dari muara yang menuju Laut Cina Selatan. Sebenarnya danau ini adalah daerah hamparan banjir (lebak lebung). Karena letaknya berada di tengah-tengah jajaran pegunungan, kawasan ini menjadi daerah tangkapan hujan.

Danau Sentarum merupakan danau musiman. Saat musim hujan, kompleks Danau Sentarum akan terendam air akibat aliran air dari pegunungan di sekelilingnya dan dari luapan Sungai Kapuas. Tapi, saat musim kemarau, Danau Sentarum menjadi hamparan kering dan terkadang ditumbuhi rumput seperti padang golf.

8 danau unik di Indonesia yang terjadi karena fenomena alam.
8 danau unik di Indonesia, salah satunya Danau Kelimutu di Ende, Nusa Tenggara Timur. Foto: ilustrasi-dok. TL

Berubah Warna

Di Taman Nasional Kelimutu, Flores, Nusa Tenggara Barat, terdapat tiga danau yang terletak di puncak Gunung Kelimutu. Ketiga danau tersebut memiliki tiga warna berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Kendati begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu.

Konon, danau berwarna biru merupakan tempat berkumpulnya jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama dia hidup selalu melakukan kejahatan. Sedangkan danau yang berwarna putih merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.

Kaca

Desa Lempur, Kerinci, Provinsi Jambi, mempunyai sebuah danau menakjubkan yang dikenal dengan nama Danau Kaco. Danau ini merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat. Danau Kaco memiliki nama yang berarti “Danau Kaca”. Airnya berwarna biru cemerlang, seolah dicelup cat biru laut.

Yang menjadikan danau ini istimewa adalah airnya yang bisa menyala di malam hari, terutama saat bulan purnama. Tak jarang, wisatawan sengaja berkemah di sekitar Danau Kaco saat bulan purnama. Danau yang konon sangat dalam ini juga menjadi habitat bagi ribuan ikan semah.

Kembar

Bukan hanya manusia yang bisa kembar. Ternyata danau juga. Buktinya, dua danau yang bernama Danau di Atas dan Danau di Bawah ini. Terletak di pinggir jalan raya Padang-Muaralabuh-Kerinci, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, kedua danau itu sering juga disebut sebagai ”Danau Kembar” karena letaknya yang berdampingan. Jaraknya hanya terpaut sekitar 300 meter.

Wisatawan dapat membuktikan kemiripan kedua danau tersebut dengan menaiki puncak bukit di antara Danau di Atas dan Danau di Bawah. Untuk berkeliling Danau di Atas, wisatawan bisa ikut kapal motor antar-nagari yang biasa digunakan petani setempat. Tapi untuk Danau di Bawah, turis tidak bisa berkeliling naik kapal.

Merah

Danau Pagaralam, yang berlokasi di perbukitan Raje Mandare di Provinsi Bengkulu, lain daripada yang lain. Biasanya air danau berwarna jernih, hijau, atau biru. Tapi air di danau seluas 6 hektare ini justru berwarna merah darah. Danau ini ditemukan pada 2010 oleh masyarakat sekitar dan sempat membuat heboh karena warna airnya yang tak biasa itu.

Meski berwarna merah darah, saat diambil dengan tangan atau wadah, airnya berwarna seperti air pada umumnya. Menurut warga sekitar, pada malam hari di lokasi sekitar danau ini akan tercium aroma pandan. Di sekitar danau terdapat banyak sisa bangunan yang diyakini sebagai sisa candi dari sebuah kerajaan pada masa silam.

Terperangkap
Danau Kakaban di Pulau Kakaban, Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, ini memiliki luas sekitar 5 kilometer persegi dan berdinding karang terjal setinggi 50 meter. Air laut yang sempat masuk ke danau terperangkap sehingga tidak bisa keluar lagi. Karena perubahan dan evolusi oleh air hujan dan air tanah sejak dua juta tahun silam, air danau ini kemudian menjadi lebih tawar dibanding air laut yang ada di sekitarnya.

Perubahan ini berdampak juga terhadap adaptasi fauna laut yang ada di dalam danau itu. Ubur-ubur, misalnya. Karena terbatasnya makanan, akhirnya ia beradaptasi dengan melakukan simbiosis mutualisme dengan alga, sehingga tidak menyengat. Kakaban merupakan danau prasejarah pada zaman peralihan Holosen.

Cermin

Sesuai dengan namanya, Danau Labuan Cermin memang mengkilap seperti cermin. Tak mengherankan jika danau yang terletak di Desa Batu Putih, Kecamatan Biduk-biduk, Berau, Kalimantan Timur, ini dijuluki “Mirror Lake”karena orang dapat melihat refleksi di atasnya. Keunikan lainnya, Danau Labuan Cermin memiliki dua jenis air, yaitu air tawar dan air asin.

 Bukan hanya itu, dua jenis organisme air juga hidup di danau ini. Ikan air tawar hidup di permukaan danau, sedangkan ikan air asin hidup di dasar danau, karena kedua jenis air tidak bercampur. Batas air laut dan air tawar ini terlihat seperti lapisan awan di dalam danau.

Dari ke delapan danau tersebut, danau mana yang pernah Anda kunjungi? Jika belum satu pun, ayo kalau ada waktu dan pandemi sudag berlalu, agendakan kunjunganmu.

agendaIndonesia

*****

Ombak 5 Meter Impian di Tanjung Setia

Ombak 5 meter di Tanjung Setia Lampung sorga peselancar.

Ombak 5 meter, apalagi jika memiliki panjang gulungan hingga 200 meter, pastilah menjadi impian para surfer atau peselancar. Lucunya, ombak tak selalu bergulung, di saat air laut surut, pantai pun menjadi laboratorium kelautan.

Ombak 5 Meter

Cerita ombak 5 meter ini bukan di Bali atau G-Land Banyuwangi, tapi di pesisir barat Lampung, tepatnya di Tanjung Setia, Pekon, atau Desa Tanjung Setia, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Lampung Barat. Untuk menuju ke lokasi ini, pengunjung bisa terbang selama 40 menit dari Soekarno Hatta ke Bandara Raden Inten II di Bandar Lampung.

Dari bandara, perjalanan dilanjutkan sekitar enam jam dengan jalur darat yang cukup lenggang. Melewati tiga kota —Pring Sewu, Tanggamus, dan Kota Agung, sebelum akhirnya membelah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan menyisir pesisir Barat Provinsi Lampung.

Cobalah memulai menyusuri wilayah ini pada pagi hari. Pantai dengan pasir putih yang masih sepi menjadi pemandangan yang menenangkan. Tenang? Lalu ke mana ombak 5 meter yang dicari peselancar.

Tunggu dulu. Jika kita penyusuri pantai hingga sampai di satu titik pada bagian tanah yang menjorok ke laut alias tanjung, pengunjung baru bisa melihat gulungan ombak yang dikenal luas di antara para peselancar dari pelbagai belahan dunia.

Di situ pengunjung pantai akan mulai terlihat. Umumnya orang asing berkulit putih dengan ‘tentengan’ papan selancar. Kebanyakan pria, tapi ada juga satu-dua kawan perempuan mereka.

Ombak 5 meter menjadi impinan para peselancar di Tanjung Setia. Lampung
Seorang peselancar sedang menikmati gulungan ombak. Foto: Dok. TL

Pria-pria berkulit putih itu tak henti-hentinya menggulung diri dengan ombak dan menantang laut dengan sebilah papan. Ketika lelah, mereka mengaso di halaman homestay yang menghadap ke laut. Namun kadang tak lama mereka kembali menyapa laut dengan tariannya di atas papan.

Cerita para pencinta ombak lebih lengkap diceritakan t dari pemilik penginapan, Dewi. Perempuan asal Sukabumi itu membuka usaha Homestay Utopia pada sekitar sembilan tahun lalu saat Tanjung Setia mulai berkembang.

Dewi menyebut tamunya datang dari berbagai penjuru dunia. Dari Eropa, Australia, Amerika Serikat, dan negara-negara belahan lain, seperti Brasil, hingga Jepang. Lama tinggalnya tidak seperti wisatwan lokal yang hanya berakhir pekan, tapi mereka bisa sampai sebulan hingga dua bulan.

Mayoritas yang datang memang wisatawan asing yang berminat dengan olahraga khusus tersebut. Bahkan ada beberapa homestay yang tidak membuka pintu bagi tamu lokal. Kamar yang disewakan hanya untuk warga asing. Dua hari di Tanjung Setia, agendaIndonesia memang tidak bertemu dengan wisatawan domestik.

Tanjung Setia memang seperti banyak disebut lebih dikenal di mancanegara. Tumbuhnya deretan homestay pun kebanyakan untuk mengakomodasi para pencinta ombak tersebut. Kebanyakan berupa bangunan sederhana. Akhir September lalu, saat kami menyusuri jalan di kawasan itu, ada sebuah homestay yang dibikin lebih apik. Masih terbuat dari kayu, namun dengan pembuatan yang lebih baik. Mungkin menjadi akomodasi paling “mewah”. Tidak hanya di lahan yang menghadap ke laut, tapi juga di sisi lainnya.

Menurut Dewi, Pantai Tanjung Setia yang dikenal dengan ombak 5 meter dan panjang 200 meter bukan satu-satunya yang dipilih para peselancar. “Mereka juga suka ke Way Jambu. Enggak jauh kok dari sini,” ujarnya.

Penasaran, kami pun ke sana. Benar saja, belum tiba di pantai, serombongan peselancar baru saja usai bercanda dengan ombak yang diberi nama khusus “The Sumatran Pipeline” itu. Tak hanya melaju dari pantai ke pantai dengan kendaraan roda empat, tetapi juga tak jarang peselancar yang ditemui seperti di Bali: naik sepeda motor dengan papan selancar yang memburu pantai-pantai dengan ombak tinggi.

Pantai Melasti dan Mandiri, yang tidak jauh dari Pantai Tanjung Setia, pun menjadi pilihan lagi bagi peselancar. Saat tengah menikmati suasana Pantai Labuhan Jungkung yang berada di pusat kota Krui, ibu kota Kabupaten Lampung Barat, tampak sepasang wisatawan tengah bermain dengan ombak. Rupanya yang perempuan baru latihan tahap awal berselancar. Ia memulainya dengan mempelajari gulungan ombak. Dan itu dilakukan di tengah terik sinar mentari.

Ombak 5 meter menjadi tujuan para peselancar di tanjung Setia dan Way Jambu, Lampung.
Pantai Way Jambu di Pesisir Barat Lampung. Foto: Dok. TL

Namun Tanjung Setia tak melulu soal selancar. Pantai ini punya keunikan lain. Pada sisinya yang lain, air lautnya justru terlihat tenang. Terlebih jika sedang surut.

Pada sejumlah bagian, kadang kita akan berpikir ini bukanlah pantai yang asyik untuk bersantai. Pantai tidak terlalu landai dan selebihnya penuh karang. Karang-karang tampak muncul di tepi pantai.

Namun rupanya karang-karang itu punya pesonanya sendiri. Saat air laut surut ternyata membawa keindahan tersembunyi. Pengunjung bisa menemukan bermacam-macam bentuk teripang, landak laut, bulu babi, udang, anemon, kepiting berwarna merah, ikan buntal hingga scorpion fish. Luar biasa!

Ombak 5 meter bukan satu-satunya atraksi, ada pertunjukan laut lain seperti anemon dan lainnya.
Anemon di Pantai Tanjung Setia, Lampung

Rasa bungah benar-benar memenuhi dada. Tanpa harus bersusah payah menyelam, pengunjung dapat menemukan keragaman biota laut. Cobalah ajak teman yang cukup mengenal kehidupan laut, pastilah kita akan dapat pelajaran biologi. Ahai…

Sungguh asyik, sambil mengamati satu per satu karang yang hendak dipijak, pengunjung bisa digoda oleh ikan-ikan kecil yang berlarian. Bahkan ikan-ikan tersebut tak sekadar berlari, tapi melompat untuk menghindar. Mereka mencari tempat yang lebih aman. Kepiting pun tak mau diganggu. Hewan kecil dengan capit itu langsung bersembunyi di balik karang. Serasa berada di dunia lain. Di tengah kehangatan sang surya yang belum lama muncul, “kawan-kawan baru” di laut ini semakin membuat suasana menyenangkan.

Tertarik? Jika perjalanan enam jam dianggap terlalu lama, ada beberapa alternatif jalan menuju Tanjung Setia.

Cobalah cari penerbangan langsung ke Bandara Seray, Krui, di Lampung Barat. Dari sana hanya perlu 30 menit untuk mencapai Tanjung Setia. Bila memilih jalur darat, setelah menyeberang dari Merak ke Bakahuni, dari Terminal Rajabasah bisa memilih bus menuju Krui melalui Jalan Raya Trans-Sumatera sisi barat.

agendaIndonesia/TL/Rita

*****

Museum Angkut Batu, Unjuk 300 Transporter

Museum Angkut Batu memiliki koleksi sekitar 300 an alat transportasi. Foto: shutterstock

Museum Angkut Batu, atau orang suka juga menyebutnya Museum Angkut Malang karena posisi kota Batu yang menempel dengan kota tersebut, beberapa tahun terakhir menjadi salah satu destinasi wisata saat melancong ke Jawa Timur. Menarik, sebab museum ini menyimpan beragam jenis mode transportasi dari yang paling sederhana sampai yang termutakhir.

Museum Angkut Batu

Museum Angkut Batu, lokasi tepatnya berada di kawasan gunung Panderman. Tidak begitu jauh dari Malang, berjarak kurang lebih sekitar 20 kilometer. Museum ini pertama kali dibuka dan diresmikan pada 9 Maret 2014.

Oleh pendiri dan pengelolanya, museum jenis ini diklaim sebagai yang pertama di Asia Tenggara. Dibangun dan dibukanya tempat ini merupakan wujud apresiasi dan sekaligus edukasi tentang industri transportasi dunia, serta sejarahnya dari masa ke masa.

Dibangun di atas lahan seluas 3,8 hektare, Museum Angkut Batu kini memamerkan lebih dari 300 jenis mode transportasi, dari yang tradisional hingga modern. Kesemuanya dibagi dalam zona-zona tersendiri, dengan arsitektur dan penataan yang disesuaikan dengan temanya masing-masing.

Saat pertama masuk, pengunjung akan langsung memasuki zona aula utama. Ruangan ini didesain untuk terkesan mewah dan memamerkan beragam jenis kendaraan terpopuler di dunia, baik yang asli maupun yang berupa replika dan miniatur.

Museum Angkut Batu mempunyai sejumlah zona yang menunjukan kekhasan koleksi yang ditampilkan di sana.
Ada zona yang memperlihatkan kendaraan yang dipergunakan kepolisian di Museum Angkut Batu. Foto: Koleksi Museum Angkut

Selanjutnya, terdapat zona Garbarata yang sarat akan sejarah industri otomotif, baik di tanah air maupun luar negeri. Zona ini dikhususkan bagi jenis-jenis kendaraan yang memiliki nilai sejarah tinggi, atau cerita-cerita unik di baliknya.

Ini misalnya ada Chrysler Windsor Deluxe yang pernah digunakan sebagai mobil kepresidenan oleh presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Atau Land Rover buatan tahun 1958 yang pernah digunakan anggota kerajaan Inggris, termasuk mendiang ratu Elizabeth II.

Yang dipamerkan pun tak hanya jenis-jenis kendaraan zaman dulu. Kendaraan masa kini yang modern dan futuristis, namun bernilai sejarah pun juga ada. Misalnya Tucuxi, prototype mobil listrik yang dimiliki mantan menteri BUMN, Dahlan Iskan.

Selain melihat kendaraan yang dipamerkan, pengunjung juga akan menemukan bioskop mini di zona ini. Di bioskop ini wisatawan dapat menonton film dokumenter tentang sejarah transportasi dari masa ke masa.

Masuk lebih dalam lagi, pengunjung akan menemukan zona Batavia. Sesuai namanya, zona ini dikhususkan untuk mengenang mode transportasi di era pra kemerdekaan. Tak hanya yang ada di Jakarta, meski Batavia adalah nama Jakarta masa lalu. Sepeda, dokar, pedati, hingga kereta kuda zaman kerajaan dapat ditemui di sini.

Sedangkan di zona Pecinan, nuansa pasca kemerdekaan lebih terasa. Desain dari zona ini terinspirasi dari Stasiun Kota Jakarta tempo dulu. Di sini terdapat transportasi umum masyarakat di kala itu seperti becak, bajaj dan bemo.

Tak hanya di lantai dasar, pada bangunan dengan tiga lantai ini pengunjung dapat menemukan beberapa jenis transportasi lainnya di bagian lantai atas. Seperti zona Runway 27 yang mengupas sejarah dunia aviasi serta memamerkan beberapa jenis pesawat dan helikopter.

Contohnya Bell 47J yang merupakan pesawat kepresidenan pertama di era Soekarno. Atau sebuah helikopter milik Amerika Serikat yang disinyalir digunakan oleh intel yang tertangkap di wilayah Indonesia. Sebagai permohonan maaf, helikopter itu dihibahkan kepada Indonesia.

Selain pameran pesawat dan helikopter beserta sejarahnya, di bagian ini pengunjung juga dapat mencoba flight simulator yang didesain mirip seperti yang biasa dipakai oleh pilot untuk berlatih. Untuk mencobanya, wisatawan perlu membayar tarif tambahan seharga Rp 300 ribu.

Bagi yang ingin rehat sejenak sambil makan dan minum, di zona ini juga tersedia food court. Uniknya, food court ini didesain dengan tema dan nuansa yang membuat seakan-akan sedang berada di dalam pesawat.

Museum Angkut Batu juga ada Zona Broadway yang memamerkan koleksi mobil yang dipergunakan di film.
Museum Angkut Batu tak hanya ada di dalam ruang. Foto: dok. shutterstock

Di bagian luar pun terdapat zona-zona yang tak kalah menarik. Seperti misalnya zona Broadway yang didesain bernuansa film-film zaman dulu. Di sini pengunjung dapat berfoto dengan replika bangunan depan Broadway Theater atau dengan mobil-mobil klasik di masa itu.

Di zona ini terkadang juga dilangsungkan pertunjukan parade musikal ala Broadway. Ini merupakan salah satu daya tarik utama di museum ini. Wisatawan bisa menikmati pertunjukan parade tersebut sambil berfoto-foto.

Selain itu, terdapat pula zona Eropa, yang menampilkan suasana mirip negara-negara Eropa dengan replika bangunan-bangunan bersejarahnya, seperti menara Eiffel, Buckingham Palace dan lain sebagainya.

Pada zona ini pula pengunjung akan menemukan berbagai mobil dan motor klasik buatan Eropa yang disesuaikan dengan latar belakangnya. Pada latar perkotaan dan pedesaan Jerman kuno, terdapat mobil-mobil keluaran Mercedes-Benz dan Volkswagen di masa itu.

Lalu pada latar Italia terdapat Fiat dan Vespa klasik. Sedangkan di bagian Inggris, terdapat ragam mobil klasik seperti Mini Cooper dan Rolls Royce, serta kereta kerajaan yang digunakan pada acara kenegaraan di Buckingham Palace.

Terdapat pula zona Las Vegas dengan latar dan gaya arsitektur ala kota kasino tersebut. Selain nuansanya yang khas, mobil-mobil yang terpajang pun menggambarkan tunggangan miliarder yang berkeliaran di sana, mulai dari Lamborghini hingga Hummer.

Dan yang tak kalah unik adalah zona Hollywood yang memamerkan mobil-mobil yang pernah dipakai dalam film-film Hollywood ternama. Misalnya mobil yang digunakan dalam serial film James Bond, dan dalam film Scooby Doo dan Batmobile alias tunggangan karakter Batman.

Khusus untuk Batmobile, terdapat wahana VR (virtual reality) yang menawarkan sensasi seakan-akan sedang mengendarai kendaraan karakter superhero tersebut. Untuk dapat merasakannya, pengunjung perlu membayar tarif sekitar Rp 20 ribu.

Tak hanya itu, kini juga tersedia simulator Formula 1 mirip seperti yang digunakan tim-tim balap jet darat tersebut untuk pengembangan dan latihan. Cukup membayar biaya tambahan Rp 25 ribu, wisatawan dapat mencobanya.

Terakhir, terdapat zona Pasar Apung yang menjajakan berbagai makanan tradisional serta souvenir untuk oleh-oleh. Di sini pengunjung akan menaiki perahu untuk dapat mengelilingi zona ini. Untuk menaiki perahu tersebut, anda dapat menyewanya dengan tarif Rp 10 ribu.

Untuk masuk ke Museum Angkut Batu, pengunjung akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp 100 ribu, baik dewasa maupun anak-anak dan baik weekdays maupun weekend. Namun bagi yang membawa kamera dan ingin berfoto, akan diminta membayar tambahan Rp 30 ribu.

Fasilitas seperti toilet, musholla, charging station, wi-fi dan penitipan barang pun tersedia di museum ini. Untuk mobilitas di sekitar museum, disediakan pula kursi roda serta shuttle car secara gratis.

Museum Angkut buka setiap hari dari jam 12.00 sampai jam 20.00. Untuk info lebih lanjut dapat menghubungi (0341) 595007 atau mengunjungi akun resmi Instagram @museumangkut.

Museum Angkut

Jl. Terusan Sultan Agung no. 2, Batu

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Batik Semarang Pernah Jaya Pada 1919-1925

Batik Semarang belum seterkenal batik Solo, Yogya, atau Pekalongan. Namun, batik yang diproduksi di sebuah kampung di ibukota Jawa Tengah ini pernah sangat berjaya. Mereka tak hanya menjual batik khas, di kampung batik ini orang juga bisa belajar membatik dan mengenal sejarah.

Batik Semarang

Tangannya bergerak lincah. Memandu ujung canting menyusuri pola yang sudah terbentuk di atas bentangan kain putih. Dengan kepala sedikit tertunduk, matanya menyoroti setiap lekukan pola. Sesekali kicauan merdu burung memecah keheningan di antara mereka. Entah sudah berapa jam mereka menggoreskan canting untuk membentuk motif batik yang cantik.

Meski begitu, Kholifatin Niswah, Shelly Nur Septyana, Dwi Bella Putriyani, dan Nonik Aswiyani bukanlah perajin batik. Mereka sebenarnya adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Jepara, Jawa Tengah, yang sedang melakukan praktek kerja lapangan (PKL) di Kampung Batik Semarang. Sudah satu bulan mereka menghabiskan waktu untuk belajar membatik dari dua bulan yang direncanakan.

Bukan tanpa alasan mereka memilih Kampung Batik Semarang sebagai tempat PKL. ”Batik Semarang memiliki motif yang khas dibanding batik dari daerah lain,” kata Kholifatin.

Menurut Tri Mudjiono, Ketua Paguyuban Sentral Batik Semarang, Jawa Tengah, yang ditemui hari itu, motif batik Semarang menonjolkan unsur flora dan fauna sebagai motif utama. ”Misalnya saja buah asem arang dan burung blekok,” ujarnya.

Burung blekok, kata dia, dijadikan motif karena burung blekok putih banyak di kawasan Srondol, Semarang, di masa lalu. Kini hampir susah kita menemui burung berparuh panjang itu. Begitu pula asem arang, yang banyak tumbuh di Semarang. Konon, nama Semarang diambil dari nama pohon asem yang tumbuhnya saling berjauhan tersebut.

Belakangan, motif batik Semarangan kian berkembang. Ikon Kota Semarang, seperti Gedung Lawang Sewu, Tugu Muda, dan Sam Poo Kong, menjadi ciri khas lain batik Semarangan. Sedangkan untuk pewarnaannya, batik Semarang dikenal memiliki warna-warna terang, seperti biru, merah, dan cokelat.

“Teknik batik juga tak berbeda dari batik-batik daerah lain. Batik Semarang mengenal teknik tulis, cap, dan cetak,” ujar Tri saat ditemui di rumahnya yang sekaligus dijadikan ruang pamer. Ketua RW II, Kelurahan Rejamulyo, Semarang Timur, Kota Semarang, itu juga masih ingat betul bahwa batik Semarang mulai menggeliat sekitar 2004, saat Pemerintah Kota Semarang memiliki keinginan mengembalikan nama besar batik Semarangan yang dulu pernah mencapai masa keemasan.

Kampung Batik Semarang pernah mengalami kejayaan pada 1919-1925. Sentra batik di Kota Semarang saat itu sangatlah berkembang. Hal ini karena terjadi krisis yang menyebabkan sulitnya mendapatkan bahan sandang. Akibatnya, masyarakat memenuhi kebutuhan sandangnya sendiri dengan membuat pakaian sendiri.

Namun sayang, sentra batik Semarang ikut luluh-lantak saat Pertempuran Lima Hari di Semarang. Walau telah dihancurkan pasukan tentara Jepang, kejayaan Batik Semarang masih bertahan hingga 1970. Adalah Tan Kong Tien, seorang putra tuan tanah Tan Siauw Liem, yang juga menantu Sri Sultan Hamengku Buwono III, yang mempertahankannya. Setelah menikah dengan RA Dinartiningsih, Tan Kong Tien mewarisi keahlian membatik dari istrinya yang kemudian ia kembangkan. Perusahaannya bernama “Batikkerij Tan Kong Tin” mendapatkan hak monopoli batik untuk wilayah Jawa Tengah. Perusahaannya ini diteruskan oleh putrinya, R. Ng. Sri Murdijanti, hingga 1970.

Sejak saat itu, Kampung Batik Semarang seolah mengalami ”mati suri”. Usaha untuk membangkitkan kembali Kampung Batik Semarang pernah juga dirintis pada awal 1980 tapi gagal bertahan, sampai akhirnya jenis batik ini kembali tenggelam. Batik Semarang baru dihidupkan kembali pada 2004 oleh Pemerintah Kota Semarang. ”Untuk mengembalikan masa kejayaan itu, pemda melakukan serangkaian pelatihan dengan peserta warga yang memiliki kemauan besar untuk belajar membatik,” ujar Tri mengenang.

Hingga saat ini, menurut Tri, sudah ada empat perajin batik di Kampung Batik Semarang. Masing-masing tempat usaha umumnya memiliki lebih dari 10 karyawan, meski ada pula yang hanya memiliki 5 karyawan. Jumlah toko batik saat ini, kata dia, semakin bertambah menjadi 12 unit.

Harga batik Semarang relatif tak jauh berbeda dengan batik lainnya. Harganya Rp 50-250 ribu untuk jenis cap atau cetak. Tergantung tingkat kesulitan dalam pembuatan dan jenis kain yang digunakan. Khusus batik tulis, harganya dimulai dari Rp 250 ribu, bahkan ada yang mencapai Rp 2 jutaan.

Meski belakangan batik Semarang mulai menggeliat, Tri mengakui masih memiliki kendala besar, terutama pada masalah biaya untuk menjahit. ”Ongkos jahit di daerah lain lebih murah ketimbang di Semarang,” ucapnya. Hal itu diiyakan Oktavia Ningrum, pemilik toko Batik Temawon, yang baru buka sekitar satu setengah tahun lalu. ”Ongkos jahit di Semarang relatif lebih mahal,” katanya. Selain itu, kata dia, perajin batik Semarang jarang melakukan pewarnaan sendiri karena permasalahan limbah. ”Maklum, sentra batik Semarang berada di lingkungan rumah warga,” ujar perempuan asal Bogor, Jawa Barat, itu.

Oktavia dan Tri optimistis bahwa batik Semarang akan mendapat tempat di hati para penggemarnya. Mereka sepakat berharap sentra batik Semarang bisa menjadi salah satu tujuan wisata Semarang, seperti kampung batik di kota lainnya.

agendaIndonesia/Andry T./Nita D. untuk TL

Wisata Religi, Mengirim Doa Ke 9 Wali

Wisata Religi Demak ke Masjid Agung . Foto :shutterstock

Wisata religi banyak dilakukan umat muslim ketika memasuki bulan Ramadan. Salah satu yang kerap dilakukan umat muslim di Indonesia adalah melakukan perjalanan religi. Banyak yang beranggapan, dengan melakukan hal itu dapat memberikan ketenangan batin dalam diri.

Wisata Religi

Sekadar informasi, wisata religi dan wisata halal merupakan dua jenis wisata yang berbeda. Menurut Wapres Ma’ruf Amin. “Kalau mengunjungi masjid itu bukan wisata halal, itu namanya wisata religi. Kalau wisata halal itu mengunjungi wisata-wisata, semua wisata yang ada, destinasi wisata yang ada, cuma di destinasi itu ada layanan halal,” ucap Wapres Ma’ruf Amin.

Sedangkan wisata religi bisa diartikan sebagai destinasi wisata yang berhubungan dengan sejarah, tokoh, hingga tempat ibadah. Wisata ini memiliki banyak manfaat bagi mental dan spiritualitas seseorang. Mulai dari meningkatkan keimanan, menambah wawasan keagamaan, hingga menambah wawasan budaya dan sejarah suatu tempat.

Wisata Religi Masjid Kudus Shutterstock
Menara Kudus mejadi ikon dari kota ini. Foto: shutterstock

Perlu diingat kembali, perjalanan religi itu tidak hanya untuk umat muslim saja. Seperti yang kita ketahui, di Indonesia ada enam agama yang diakui: Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Setiap ajaran agama memiliki wisata religinya tersendiri.

Contoh, umat Buddha berwisata ke Candi Borobudur, Jawa Tengah. Sedangkan umat Hindu ke pura yang ada di Bali. Namun, bukan berarti jika wisatawan tidak menganut ajaran agama tersebut tidak bisa mengunjungi destinasinya.

Meski tidak sesuai keyakinan, wisatawan tetap bisa berkunjung dan belajar mengenal budaya dari setiap destinasi religi. Dengan kata lain, wisata religi ini juga dapat meningkatkan toleransi antarumat beragama di Indonesia. Namun, saat berkunjung kita harus tetap menghargai umat yang beribadah dan peraturan yang ada.

Menjelang Ramadan dan Idulfitri, umat Islam kerap melakukan perjalanan religi dengan mengunjungi berbagai masjid bersejarah, maupun makam para Wali Songo, dengan tujuan untuk berziarah dan meningkatkan keimanan. 

Wisata religi sambil berziarah ke makam para Wali Songo seakan menjadi sebuah tradisi yang kerap dilakukan umat muslim di Indonesia. Kesembilan makam para Wali ini tersebar di Pulau Jawa. Ada lima makam Wali di Jawa Timur, tiga makam di Jawa Tengah, dan satu makam di Jawa Barat. 

Selain mengunjungi makam-makam Wali Songo, berkunjung dan beribadah ke masjid-masjid juga merupakan bentuk wisata yang bisa dilakukan umat Islam di bulan Ramadan. Ada beberapa rekomendasi masjid bersejarah di Indonesia yang bisa wisatawan kunjungi untuk wisata religi.

Mulai dari Masjid Istiqlal (Jakarta), Masjid Agung Demak, Masjid Agung Sunan Ampel (Surabaya), Masjid Jogokariyan (Yogyakarta), Masjid Agung (Semarang), hingga Masjid Kuno Bayan Beleq (Lombok). 

Interior Masjid Sunan Ampel Surabaya
Masjid Sunan Ampel Surabaya

Tak hanya untuk meningkatkan kualitas ibadah di bulan Ramadan saja, wisata di masjid-masjid seluruh Indonesia juga bisa menjadi ajang berburu kuliner halal khas dari setiap daerah. Sebab, banyak masjid di berbagai daerah yang ramai dikunjungi wisatawan untuk ngabuburit saat Ramadan. Bahkan, ada beberapa menu khas yang hanya ada saat bulan Ramadan tiba.

Bulan Ramadan kerap dijadikan momentum untuk melakukan perjalan spiritual bagi umat Islam. Salah satu daya tarik wisata di Indonesia adalah ziarah ke makam Wali Songo. Hal ini dilakukan sebagai bentuk mengenang para teladan dalam mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam di Indonesia.

Bagi wisatawan yang ingin melakukan wisata religi ke makam Wali Songo, berikut ini lokasi makam para Wali yang selalu ramai dikunjungi para peziarah.

Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga merupakan tokoh yang sangat fenomenal karena berhasil menciptakan karakter-karakter baru pewayangan, seperti Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng. Selain itu, beliau juga menggubah tembang yang sarat akan muatan Islam, Kidung Rumeksa ing Wengi dan Lir-ilir. Jika ingin berziarah, makam Wali Songo ini berada di Desa Kadilangu, sekitar tiga kilometer dari Masjid Agung Demak.

Sunan Ampel

Bukti sumbangsih Sunan Ampel terhadap kemajuan Islam terlihat dari adanya Kesultanan Demak, berdirinya Masjid Agung Demak dan ajaran Moh Limo. Bagi Sobat Parekraf yang ingin ziarah ke Makam Sunan Ampel bisa datang ke Jalan Ampel Masjid No. 53, Kota Surabaya.

Sunan Drajat

Jika Sunan Ampel memiliki ajaran Moh Limo, Sunan Drajat berdakwah dengan ajaran Pepali Pitu. Salah satu tembang terkenal karya Sunan Drajat adalah tembang tengahan Macapat Pangkur. Makam Sunan Drajat berada di Desa Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur.

Sunan Gresik

Terletak di Jalan Malik Ibrahim, Gresik, makam salah satu Wali Songo ini juga tidak pernah sepi peziarah. Kiprah Sunan Gresik dalam mengajarkan ajaran Islam terbilang cukup unik, karena memakai pendekatan budaya. Beliau berdakwah dengan cara mengajarkan masyarakat untuk bercocok tanam dan bertani.

Sunan Kudus

Jejak dakwah Sunan Kudus dapat dilihat dari desain arsitektur Masjid Agung Kudus, Jawa Tengah yang mirip dengan candi. Kini, peninggalannya tersebut kerap didatangi para peziarah untuk berdoa di masjid tersebut. Sekaligus berziarah ke makam Sunan Kudus yang dimakamkan di bagian belakang Masjid Agung Kudus.

Sunan Bonang

Wali Songo satu ini menyebarkan Islam dengan alat musik, yakni gamelan. Selain itu, Sunan Bonang juga mahir memainkan wayang, serta menguasai seni dan sastra Jawa. Untuk mengenang jasa Sunan Bonang dalam menyebarkan ajaran Islam, wisatawan bisa ziarah ke Makam Wali Songo yang ada di Desa Kutorejo, Tuban, Jawa Timur.

Sunan Muria

Jika ingin wisata religi ke makam Sunan Muria, pengunjung bisa mengunjungi lereng Gunung Muria, Kecamatan Colo. Sama seperti tokoh Wali Songo lain, Sunan Muria juga merangkul tradisi dan budaya setempat. Selama periode dakwahnya, beliau melahirkan karya berupa tembang yang diberi judul Sinom dan Kinanthi.

Sunan Giri

Makam Wali Songo, Sunan Giri, berada di Jalan Sunan Giri, Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Selama masa hidupnya, Sunan Giri berdakwah melalui seni dan budaya. Sunan Giri menciptakan beragam tembang antara lain Padang Bulan, Jor, Gula Ganti, dan Cublak-cublak Suweng.

Sunan Gunung Jati

Perjuangan Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan ajaran Islam dilakukan lewat jalur politik. Beliau menjalin banyak kerja sama untuk mengokohkan dakwah Islam. Setelah wafat, Sunan Gunung Jati dimakamkan di Desa Astana, Cirebon Utara, yang selalu ramai para peziarah yang datang untuk mengenang jasa beliau.

agendaIndonesia/kemenparekraf

*****

Keunikan 3 Pulau yang Memukau di Indonesia

Keunikan 3 pulau yang memukau di Indonesia, mulai dari yang terkecil hingga bentuknya yang unik.

Keunikan 3 pulau yang memukau di Indonesia. Sebagai negara dengan puluhan ribu pulau, wajar saja jika Indonesia memiliki banyak pulau yang unik dan menarik untuk dikunjungi. Pulau-pulau unii tersebut, dari yang terkecil hingga yang hanya muncul di siang hari. Ada pula pulau yang mirip lumba-lumba. Ketiganya mestinya bisa menjadi potensi pariwisata di Indonesia.

Keunikan 3 Pulau

Pulau Terkecil

Indonesia merupakan negara kepulauan, karenanya tidak aneh jika negara ini memiliki banyak pulau-pulau kecil yang bisa dijadikan destinasi wisata. Namun yang luar biasa, ternyata pulau terkecil di dunia ternyata berada di Indonesia. Terkecil dalam arti pulau ini juga dihuni manusia. Meskipun sekarang tidak lagi. Pulau ini ternyata ditinggalkan oleh penduduknya karena mengalami abrasi parah.

Pulau Simping sudah diakui PBB sebagai pulau terkecil di dunia. Meski begitu, pulau ini tetap memiliki pemandangan yang menawan dan dicari wisatawan. Pulau ini terletak di Teluk Mak Jantu. Tepatnya di kawasan Pantai Sinka Island, Singkawang, Kalimantan Barat. Untuk menjangkau pulau ini dibutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan dari Kota Pontianak dengan menggunakan kendaraan pribadi. Meski air lautnya terbilang dangkal, Simping memiliki hamparan pantai yang panjang. Tak perlu menggunakan perahu atau kapal untuk dapat menjangkaunya. Dari Pantai Sinka, wisatawan dapat melewati sebuah jembatan.

Uniknya, Simping, yang terdiri atas pasir, bebatuan, dan pepohonan, sebelumnya disebut dengan nama Pulau Kelapa Dua, karena dulunya cuma ada dua pohon kelapa. Ukurannya sangat mini sebagai tempat tinggal penduduk, yakni kurang dari 1 hektare, saat ini kemungkinan bahkan tinggal setengah hektare.

Pulau Timbul-Tenggelam

Aslinya tentu saja bukan pulau timbul tenggelam. Adalah Pulau Segajah di Bontang Kuala, Kalimantan Timur, juga tak kalah unik dari pulau Simping. Bagaimana tidak, pulau ini hanya muncul saat siang hari ketika air laut surut. Sedangkan pada malam hari, Pulau Segajah seolah tenggelam dan tidak terlihat karena terkena air pasang. Karena itu, jika ingin mengunjungi pulau ini, jam idealnya adalah pagi hingga tengah hari.

Saat air laut surut, biasanya masyarakat sekitar sering mencari kerang di daratan pasirnya untuk diolah menjadi sambal goreng. Ini bisa menjadi salah satu atraksi menarik mengunjungi pulau ini, bahkan jika tertarik bisa ikut mencari kerang dan kemudian minta dimasakkan masyarakat setempat dengan sedikit uang jasa.

Segajah memiliki pasir yang putih dan air laut yang sangat jernih sehingga terlihat dasar lautnya yang dipenuhi bintang laut. Bahkan ada pula ikan badut (clown fish). Tak aneh jika Segajah sering dijadikan spot snorkeling atau diving. Untuk dapat mengunjungi pulau ini, wisatawan bisa menyewa perahu yang ada di Bontang Kuala. Perjalanannya lebih-kurang ditempuh sekitar 20 menit. Pastikan membawa tabir surya untuk melindungi kulit dari sengatan matahari karena tak ada tempat berteduh.

Pada perairan yang dangkal, dasar laut akan terlihat, di sana terdapat kerumunan bintang laut. Dari sekian banyak dominasi bintang laut berwarna cokelat dan kemerahan, terdapat sedikit bintang laut berwarna biru. Jika berniat snorkeling, yang perlu diwaspadai adalah batu karang tajam, serta bulu babi yang menempel pada karang-karang tersebut.

Keunikan 3 pulau yang memukau di Indonesia, mulau dari yang terkecil hingga ke bentuk yang unik.
Keunikan 3 pulau di Indonesia yang memukau, salah satunya pulau Lumba-lumba di Flores, Nusa Tenggara Timur. Foto: selasar.com

Lumba-lumba

Surga dunia, begitu kata orang yang sudah pernah menginjakkan kakinya di Flores, Nusa Tenggara Timur. Banyak tempat yang dapat dijadikan tujuan wisata di sini, seperti pantai berpasir putih, berpasir hitam, sampai yang berwarna pink, dengan air yang sangat jernih dihiasi latar belakang pegunungan yang sangat indah. Bahkan tak jarang, pelancong dapat menyaksikan lumba-lumba yang tengah berlompatan di tengah laut.

Konon, salah satu pulau di lepas pantai utara Pulau Flores memiliki bentuk yang menyerupai lumba-lumba. Dari ketinggian, pulau terumbu karang itu terlihat cantik karena bagai lumba-lumba yang sedang berenang dan muncul ke permukaan. Uniknya lagi, di sekitar pulau ini juga dihuni oleh beberapa lumba-lumba. Wow!

Rasanya jika punya kesempatan berkunjung ke salah satu daerah-daerah tersebut, misalnya sedang ke Singkawang, Kalimantan Barat, dan cukup punya waktu untuk bersantai, tak ada salahnya mengagendakan untuk meluncur ke pulau-pulau unik tersebut.

agendaIndonesia

*****

Lempok Pontianak, 100 Persen Durian Asli

Lempok Pontianak menjadi oleh-oleh yang selalu tersedia sepanjang waktu.

Lempok Pontianak sejak lama menjadi salah satu oleh-oleh wajib jika berkunjung ke ibu kota Kalimantan Barat itu. Mirip dengan lempok Medan, namun tetap memiliki kekhasannya sendiri. Namun berbeda dengan lempok Bangkok yang cenderung lembut atau lembek, dodol berbahan durian dari Khatulistiwa ini lebih kering namun legit.

Lempok Pontianak

Secara wujud fisik, lempok Pontianak terlihat agak mirip dengan dodol yang bertekstur lembut dan empuk. Maklum, di beberapa daerah di Indonesia orang juga dapat menemukan varian dodol rasa durian, termasuk di kota dodol, Garut.

Tetapi ada perbedaan cukup signifikan antara dodol dan lempok durian. Kalau dodol biasanya dibuat dengan tepung beras ketan dengan tambahan elemen lainnya untuk menambah rasa, lempok durian 100 persen terbuat dari daging buah durian yang dimasak.

Daging buah durian tersebut dimasak dengan api yang tidak terlalu besar. Sambil dimasak, daging buah tersebut dicampur dengan gula aren dan garam. Setelah dicampur, kemudian diaduk selama kurang lebih tiga sampai empat jam.

Lempok Pontianak berbeda dengan dodol durian umumnya, lempok bahan utamanya adalah durian.
Durian bahan utama lempok Pontianak.

Setelah selesai proses pengadukan ia menjadi adonan yang kental dan berwarna cenderung gelap. Adonan tersebut didinginkan hingga menjadi padat, dan lempok durian pun siap untuk disajikan. Bisa langsung dibungkus untuk dijual, atau langsung dipotong-potong untuk dihidangkan.

Lempok durian sudah pasti memiliki aroma serta rasa khas durian yang masih terasa cukup kuat. Tetapi tambahan gula aren yang manis dan legit membuatnya bercita rasa cukup unik dan berbeda. Apalagi dengan teksturnya yang terasa lembut di mulut.

Resep kudapan tradisional ini disinyalir banyak dipengaruhi dari budaya dan khazanah kuliner Melayu. Penganan berjenis serupa juga dapat ditemukan di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.

Sejarah munculnya lempok Pontianak ini diyakini para pembuatnya karena stok durian yang begitu melimpah setiap panen, yang biasanya terjadi kurang lebih dua tahun sekali. Situasi tersebut membuat orang-orang mulai tergerak untuk mengolah durian agar mudah dikonsumsi, sehingga tidak sia-sia dan membusuk.

Buah yang kerap dijuluki ‘si raja buah’ tersebut memang lazimnya tumbuh di wilayah tropis. Umumnya ia ditemukan pada area hutan di Sumatera, Kalimantan dan beberapa daerah lain di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand.

Di Pontianak, pembuatan lempok ini cepat berkembang karena tidak membutuhkan modal besar. Ketersediaan durian yang begitu melimpah saat panen membuat harganya menjadi murah saat dijual. Terlebih, lempok durian sendiri tidak membutuhkan banyak bahan baku lainnya.

Meskipun tak banyak yang tahu kapan resepnya ditemukan, namun lempok Pontianak disebut mulai umum diperdagangkan sejak akhir tahun 70-an. Di Kalimantan awalnya penganan ini dapat ditemukan di daerah seperti Samarinda dan Pontianak.

imran abdul jabar bKEi6ohQd5U unsplash
Kalimantan menjadi salah satu sentra penghasil durian di Indonesia. Foto: unsplash

Di Kalimantan sesungguhnya pusat budidaya durian ada di Kalimantan Tengah. Utamanya terletak di daerah-daerah seperti Kabupaten Katingan, Murung Raya, Sukamara, Pulang Pisau, dan Barito Utara. Setiap panen mereka mampu menghasilkan hingga ribuan ton durian.

Jumlah hasil panen yang melimpah tersebut membuat daerah seperti Pontianak turut kebagian kiriman buahnya. Ditambah produk durian asli Kalimantan Barat dari Batang Tarang, Punggur, dan Bengkayang, jadilah stok yang melimpah. Karenanya, kota di titik lintan 0 derajad ini menjadi sentra produksi dan penjualan lempok durian.

Biasanya, langkah awal dalam proses produksi adalah seleksi durian yang dikirim ke rumah produksi, sebelum mulai diolah. Buah-buah yang tidak terpilih kemudian akan langsung dijual untuk umum. Pemilihan buah untuk dagangan langsung dan bahan biasanya brpusat di Pasar Dahlia, Pontianak.

Hal ini sebagai salah satu langkah untuk memastikan lempok durian yang diproduksi senantiasa dalam kualitas yang terbaik. Mengingat durian yang dipanen umumnya datang dari daerah pedalaman, selalu ada risiko beberapa di antaranya sudah kurang segar untuk diolah.

Setelah dipilih, buah-buah tersebut kemudian dikupas dan daging buahnya dipisahkan dari bijinya. Dibutuhkan sekitar satu kilogram daging buah durian setiap kali masak, sehingga akan ada beberapa tenaga kerja yang bertugas untuk mengaduk adonannya hingga jadi.

Setelah jadi, akan ada pula pekerja yang memastikan bahwa tak ada biji yang tertinggal saat dimasak. Kemudian adonan yang telah dingin dibersihkan lagi sebelum dibungkus, atau dipotong lagi sebelum dibungkus.

Lempok Durian Pontianak

Satu bungkus lempok Pontianak berukuran satu kilogram biasanya dihargai sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu. Dalam satu bungkus satu kilogram tersebut biasanya terdiri atas dua potong lempok durian seberat 500 gram.

Yang perlu dicatat, lempok durian Pontianak umumnya tidak menggunakan bahan pengawet tambahan. Justru, penggunaan gula aren dalam pembuatannya disebut tak hanya menambah cita rasa, namun juga menjadi bahan pengawet secara alami.

Lazimnya, lempok durian dapat bertahan di dalam suhu ruangan sampai sekitar satu bulan. Kalau diletakkan di dalam kulkas, maka dapat bertahan sampai kurang lebih tiga bulan. Bisa dikatakan, lempok mampu awet dalam waktu yang cukup lama dan cocok sebagai oleh-oleh.

Ditambah lagi, bahan baku serta proses pembuatannya yang alami membuatnya menjadi penganan tradisional yang sehat bagi tubuh. Durian dikenal dengan kandungan mineral, protein, karbohidrat, folat, atrium, kalsium, zat besi, serta vitamin B1, B2 dan C. Mengonsumsi lempok durian dapat berkhasiat meningkatkan energi, menghindari anemia dan menguatkan bagian tubuh seperti otot, tulang, gigi dan syaraf.

Lempok durian Pontianak mudah didapatkan di toko-toko oleh-oleh atau bahkan di tempat-tempat penjualan durian. Ia tersedia sepanjang tahun, jadi jangan lupa bawa lempok durian kalau jalan-jalan ke Pontianak.

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****