Menikmati 1 Senja dan Ikan Bakar di Kedonganan

Ocdeanman Indonesia 2022 diselenggarakan di pantai Jimbaran, Bali.

Menikmati 1 senja dan ikan bakar di Bali mungkin banyak orang yang pikirannya langsung melayang ke pantai Jimbaran di daerah selatan pulau ini. Pikiran yang keliru, Jimbaran memang dikenal wisatawan yang ingin menikmati bakar-bakaran masakan laut di pulau Dewata.

Menikmati 1 Senja dan Ikan Bakar

Jimbaran, atau lebih tepatnya Pasar Kedonganan, memang salah satu sentra hasil laut di Bali. Tak hanya wisatawan domestik, banyak wisatawan domestik menikmati kunjungan ke pasar ini. Kuliner makanan laut yang masih segar. Umumnya wisatawan langsung menuju ke warung-warung atau kafe-kafe di pantai Jimbaran. Namun tak jarang ada pula yang memilih menuju ke pasar Kedonganan.

Tidak banyak memang yang sengaja singgah dan mengitari pasar tersebut. Alasannya, pasar ini terletakdi ujung utara Jimbaran dan tertutup oleh ingar-bingar restoran di sepanjang pantai. Padahal, konon, restoran atau kafe atau warung seafood di kawasan ini juga mengambil ikan mentah dari pasar Kedonganan. Meskipun ada pula yang sudah punya langganan nelayan sebagai pemasok.

Menikmati 1 senja dan ikan bakar di kawasan Jimbaran, Bali, tepatnya di Pasar Kedongan.
Para Nelayan tiba di pantai Jimbaran Utara yang langsung terhubung dengan Pasar Kedonganan, Bali. Foto: DOk. shutterstock

Banyak wisatawan yang datang ke pasar ini untuk mengambil foto, ber-swafoto, atau sekadar melihat-lihat suasana. Pasar Ikan Kedonganan cukup terkenal bagi wisatawan yang senang blusukan, baik domestik maupun mancanegara. Namun ada pula yang datang untuk membeli. Juga minta dibakarkan di tempat-tempat yang memang melayani jasa memasakan.

Sore akhir Maret lalu, misalnya, terlihat ada beberapa orang yang melihat ikan-ikan yang dipajang di lapak-lapak pedagang. Seringkali ada kebingungan di antara penjual maupun pembeli soal mana ikan yang enak. Buat penjual, tentu, semuanya enak, namun buat pembeli kadang memiliki favorit.

Di situ barangkali kelebihan jika wisatawan membeli di resto atau kafe. Tentu ada harga lebih yang mesti dibayarkan jika dibandingkan langsung ke pasar.

Selama ini, Jimbaran memang dikenal sebagai salah satu tempat makan bersuasana asyik di Bali. Restoran-restoran kelas atas sengaja mengambil lokasi tepat di tepi pantai, sehingga para pengunjung bisa menikmati santapan laut sembari melihat detik-detik tenggelamnya mentari. Memang mengesankan.

Saat mempunyai uang yang memadai, Jimbaran adalah pilihan tepat. Namun jika kantong mepet, ada pilihan lain yang tidak kalah seru. Melangkahlah ke ujung utara dan “nangkring” di sekitar Pasar Ikan Kedonganan.

Di bibir pantai yang berhadapan langsung dengan pasar ikan, banyak bersandar kapal nelayan tradisional. Nelayan dan para pemilik lapak pasar ini didominasi oleh orang Jawa. Ini bisa diketahui saat mendengar logat Jawa Timur dan Madura dari mulut para penjual.

Menikmati 1 senja dan ikan bakar bisa dilakukan tanpa meorogoh kocek terlalu dalam dengan langsung membeli ke pasar.
Suasana di dalam Pasar Kedonganan, Jimbaran, Bali. Foto: Dok. shutterstock

Bau ikan laut langsung menyeruak ketika kita melangkahkan kaki ke dalam pasar. Lantai becek membuat kita harus berhati-hati agar tidak terpeleset. Pasar ini terletak di dalam bangunan tertutup dan beratap seng, sehingga kondisinya cukup remang-remang. Pengunjung bisa  mengitari pasar terlebih dulu sebelum memutuskan memilih ikan. Melihat kepiting segar, udang dalam berbagai ukuran, lobster raksasa, dan cumi-cumi, kadang rasanya ingin mencicipi semua. Namun jika cuma sendirian atau rombongan kecil, sesuaikan pilihan jenis ikan yang mau dibeli.

Ada baiknya mengetahui dulu ikan apa yang mau disantap. Ini sangat membantu menentukan pilihan. Juga harga. Yang terakhir ini bisa mencari tahu dengan ngobrol ke orang-orang di sekitar pasar. Sore itu kami memilih udang dan ikan ekor kuning.

Lalu, akan dibawa ke mana ikan-ikan yang dibeli tersebut? Di sinilah keunikan Pasar Ikan Kedongana. Mirip dengan Muara Karang di Jakarta, pengunjung bisa menemukan warung-warung yang menyediakan jasa pembakaran ikan tak jauh dari pasar. Yang perlu Anda lakukan hanya menimbang ikan di warung tersebut, memesan nasi putih dan es kelapa muda, lantas bersantai menikmati angin sepoi-sepoi dari pantai sembari menunggu ikan matang.

Untuk dua kilogram sajian laut yang saya beli, hanya dikenai biaya pembakaran Rp 60 ribuan. Itu pun sudah termasuk sambal matah dan sambal terasi favorit saya. Jadi, total pengeluaran untuk makan berdua termasuk beli ikannya tak lebih dari Rp 300 ribu. Murah kan?

Menikmati 1 senja dan ikan bakar di Pasar Kedonganan Bali.
Ikan dan yang lain bisa langsung minta dibakarkan di warung sekitar Pasar Kedonganan, Bali. Foto: Dok. shutterstock

Sekitar 20 menit kemudian, makanan terhidang di atas meja kayu. Warung-warung di pasar ini sederhana dan terkesan ala kadarnya. Tentu, dari segi fasilitas, sangat jauh dibandingkan dengan restoran besar di sepanjang Jimbaran. Tapi soal rasa, boleh diadu.

Pengunjung boleh mengacungkan jempol untuk juru masak warung, yang mampu meracik bumbu ikan bakar hingga meresap ke dalam daging. Manisnya pas, dengan sedikit rasa asam dari kucuran jeruk nipis. Sebaiknya, Anda membeli ikan yang tak terlalu besar agar proses pembakaran merata. Kerang hijau yang disajikan juga matang dengan sempurna. Sungguh nikmat dipadu dengan sambal matah, yang terbuat dari potongan cabai, bawang merah, dan tomat segar.

Senja mulai jatuh. Di kejauhan, kita bisa melihat kerlip lampu-lampu deretan restoran di pinggiran pantai Jimbaran. Para pengunjungnya tampak memadati area tepi pantai untuk menikmati senja. Dari tempat kami berada, tampak pula pemandangan matahari tenggelam.

Saat perut sudah kenyang, pengunjung bisa beranjak menuju pantai. Langit jingga diramaikan pesawat terbang yang lalu-lalang. Maklum, kawasan Jimbaran cukup dekat dengan Bandara Ngurah Rai. Dari pantai cukup terlihat pesawat yang lepas landas atau baru mendarat. Di ufuk barat, matahari sudah memerah dan membulat mendekati garis horizon pantai. Sebuah pengalaman baru di Bali: berbelanja di pasar ikan sembari menikmati senja yang indah.

TL/agendaIndonesia

*****

Bakwan Malang, 1 Nama Berasosiasi ke 2 Jenis Makanan

Bakwan Malang, makanan khas Malang

Bakwan Malang menjadi salah satu makanan yang dicari wisatawan ketika mengunjungi kota terbesar ke dua di Jawa Timur ini. Begitupun, kadang nama ini menimbulkan kebingungan: adakah yang dicari itu makanan sejenis bakso, ataukah sejenis gorengan?

Bakwan Malang

Orang luar Malang sering menyebut bakso Malang dengan panggilan Bakwan Malang. Bagi warga Malang sendiri makanan ini tetap disebut bakso. Sebab, buat mereka bakwan adalah jenis gorengan berbahan dasar tepung ditambah beberapa sayuran, seperti kubis, kecambah, dan wortel yang dipotong kecil-kecil. DI sejumlah daerah lain kudapan ini memiliki sebutan khas, di Jawa Barat misalnya, disebut bala-bala. Sementara Di sebagian Jawa Tengah dinamai pia-pia. Sebagian daerah di Jawa Timur lainnya, termasuk Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Blitar, dan Mojokerto mengenalnya dengan nama ote-ote.

Jika ditelisik lebih luas, makanan gorengan yang disebut sebagai bakwan ada di lebih banyak daerah. Dengan penyebutan yang beragam. Di Lumajang dan Madiun disebut weci. Di luar Jawa, sebagian warga Sulawesi Selatan menyebut bakwan sebagai kandoang, sedangkan di sebagian Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur (NTT) makanan ini populer dengan nama makao.

Lalu bagaimana hubungan bakwan yang gorengan dengan bakso di Malang? Apa boleh buat, orang dari luar Malang kadung menyebut bakso Malang ini dengan sebutan bakwan Malang. Mereka punya dalih. Meskipun sepintas terliha sama, ada beberapa perbedaan antara bakso umumnya dan bakso Malang.

Menurut pecintanya, bakso yang umumnya disebut Bakso Solo, Jawa Tengah, isinya biasanya terdiri dari campuran bakso halus atau bakso urat dan mi kuning atau mi putih. Kuah bakso Solo terlihat lebih kental karena merupakan kaldu daging sapi, yang umumnya merupakan kaldu hasil rebusan tulang-tulang iga dan sum-sum sapi yang membuatnya betul-betul gurih dan berlemak. Pada kuahnya, kadang juga disertakan kondimen seperti lemak atau tetelan daging.

Sementara itu, Bakwan Malang memiliki kuah yang lebih ringan dan bening. Ia memiliki pilihan jenis bakso yang lebih bervariasi, seperti bakso halus, bakso urat, bakso goreng, bakwan rebus, pangsit goreng, dan tahu rebus. Kadang juga menawarkan sejumput mi kuning.

Pada perkembangannya kondimen Bakwan Malang semakin bertambah variasinya. Ada kedai-kedai yang, misalnya, menambahkan adonan daging yang dibungkus dengan kulit pangsit yang kemudian digoreng seperti risoles. Pilihan daging di dalam pangsitnya juga bervariasi: sapi, ayam, udang, atau campuran di antaranya. Baksonya pun ada yang digoreng. Kondimen bakwan Malang tergantung selera dan pilihan pembelinya. 

Manapun pilihan orang, bakso Solo atau bakso Malang, ataupun bakwan dalam arti gorengan berbahan tepung, sejatinya ke dua makanan itu berakar dari tradisi kuliner Tionghoa. Nama bakso berasal dari kata ‘Bak-So’ dalam bahasa Hokkien yang secara harfiah berarti ‘daging giling’.

Sedangkan kata bakwan juga berasal dari bahasa Hokkien yang berarti “bak” yang artinya daging dan “wan” yang bermakna bola. Jadi, secara harfiah, bakwan dalam bahasa Cina berarti daging berbentuk bola. Sesungguhnya bakwan dalam istilah Cina lebih merujuk pada bakso yang dibuat dari campuran daging dan tepung.

Bakso atau bakwan sendiri di negeri asalnya, dimulai pada akhir Dinasti Ming, di sekitar awal abad ke-17 di Fuzhou. Ceritanya ada seorang pria bernama Meng Bo, tinggal di sebuah desa kecil. Ia tinggal bersama Ibunya. Saat Ibunya makin menua dan mulai tak bisa lagi mengkonsumsi daging karena terlalu liat.

Meng Bo mencari cara agar Ibunya bisa makan daging lagi. Konon, pada suatu saat ia melihat kue mochi. Dari sana lah Meng Bo mengolah daging yang biasanya keras dan a lot ditumbuk kemudian dibentuk bulat. Agar lebih mudah dinikmati, daging bulat-bulat tadi disantap bersama kuah kaldu hangat. Sejak saat itu sang ibu bisa menikmati daging lagi dengan rasa yang tidak kalah nikmatnya dengan daging biasa.

Lantas, kenapa ada nama bakwan di Indonesia yang berbeda dengan di negara asalnya? Bisa jadi, hal ini disebabkan karena bakwan yang kita kenal merupakan campuran dari berbagai macam budaya yang masuk Indonesia. Bakwan yang dikenal di Indonesia sekarang merupakan hasil adaptasi dan kreasi dari warga lokal. Tepung tetap dipertahankan, namun daging yang harganya relatif mahal, diganti dengan sayur.

Banyak sekali variasi bakso atau bakwan yang dapat Anda nikmati di Malang, mulai dari bakso yang di gerobak sampai yang ada di restoran. Untuk yang di restoran di antaranya ada: Bakso President, Bakso Cak Man, Bakso Horeg, Bakso Damas, Bakso Dong, Bakso Bakar Pahlawan Trip, Bakso Cak Kar dan masih banyak tempat makan bakso lainnya. Mungkin jika ada waktu saat main ke Malang,  bisa Anda coba satu persatu karena setiap tempat memiliki cita rasa yang berbeda-beda. Berikut sejumlah pilihan.

BAKSO PRESIDENT MALANG; Jl. Batanghari No.5, Rampal Celaket, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65111

BAKSO KOTA CAK MAN; Jl. Letjend S. Parman No.56A, Purwantoro, Kec. Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur 65122

BAKSO GUN; Jalan Kawi Atas No.41 A, Bareng, Klojen, Kauman, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65116

BAKSO DAMAS; Jl. Soekarno – Hatta No.75-74, Mojolangu, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65142

BAKSO BAKAR PAHLAWAN TRIP; Jl. Pahlawan Trip No.3A, Oro-oro Dowo, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65145

AgendaIndonesia

*****

Jalan-jalan Asyik 2 Hari di Sekitar Jakarta

jalan

Jalan-jalan asyik 2 Hari di sekitar Jakarta mungkin jarang dipikirkan orang. Jakarta? Apa asyiknya menikmati Jakarta selain mal dan beberapa tempat yang sudah dikenal sejak masa kanak-kanak: Taman Mini Indonesia Indah, Taman Impian Jaya Ancol, atau mal-mal yang bertebaran di seputar ibu kota Indonesia ini.

Jalan-jalan Asyik

Setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang berkunjung ke Jakarta. Sebagian besar memang karena pekerjaan, tapi sering pula perjalanan bisnis atau tugas itu menyimpan waktu senggang yang sesungguhnya bisa dipakai untuk dinikmati kota metropolitan ini.

Bisa jadi, Jakarta dinilai tidak menarik dijelajahi. Padahal, dengan memperpanjang waktu tinggal semalam atau dua malam saja, ada agenda jalan-jalan yang bisa dicoba tanpa perlu menguras tenaga maupun kantong. Berikut pilihan jika punya waktu satu atau dua hari di Jakarta.

Hari Pertama: Pecinan dan Kota Tua

Jalan-jalan asyik di Jakarta salah satunya bisa dilakukan di kawasan kota tuanya.
Vihara Dharma Bakti di Petak Sembilan, Glodok, Jakarta. Foto: Dok. shutterstock

Perjalanan bisa dimulai dari kawasan Pecinan, Glodok, Jakarta Barat. Dari pusat Kota Jakarta, diperlukan butuh waktu kira-kira 30 menit untuk mencapainya. Jika berangkat pagi hari, di sini Anda bisa menyantap sarapan untuk menambah energi sebelum berwisata seharian. Salah satu pilihannya adalah Kedai Es Kopi Tak Kie di Gang Gloria.

Kopinya diracik berdasarkan resep turun-temurun sejak 1927. Menu andalan Kedai ini adalah kopi hitam pekat dengan cita rasa yang kuat atau kopi susu dan es kopi yang lebih ringan. Di sepanjang Gang Gloria juga bisa ditemukan aneka penganan khas Cina, seperti bakmi ayam, nasi ayam Hainan, cakwe, dan permen tempo dulu. Sebagian besar makanan di sini mengandung babi. Jadi, bagi kaum muslim, sebaiknya bertanya dulu sebelum mencicipi.

Persis di seberang Gang Gloria, ada gang lain yang merupakan bagian dari Pasar Petak Sembilan. Tersebar toko obat, rempah-rempah, dan bahan makanan serta rumah-rumah tua bergaya oriental milik warga Tionghoa di sana. Masih di kawasan yang sama, terdapat sebuah kompleks ibadat umat Buddha, yang terdiri atas tiga vihara, yakni Dharma Bhakti, Dharma Sakti, dan Hui Tek Bio.

Vihara Dharma Bhakti adalah yang terbesar di antara ketiganya. Vihara ini paling banyak dikunjungi umat yang ingin memohon berkat bagi usaha dan keluarganya. Untuk umat Nasrani, ada gereja unik yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari kompleks vihara, yakni Gereja Katolik Santa Maria de Fatima. Bangunan gereja ini bergaya arsitektur Cina. Di sekitarnya, tepatnya di Jalan Kemenangan, Anda bisa menemukan penjaja nasi ulam khas Betawi. Nasi ulam tersebut dijual di gerobak. Sayangnya, kedai yang dikenal luas, yakni Nasi Ulam Misjaya, baru buka sekitar pukul 16.00.

Perjalanan dapat dilanjutkan ke Kota Tua, yang berjarak sekitar 3 kilometer dari Glodok. Kota Tua adalah kompleks peninggalan Belanda yang sarat akan bangunan bersejarah dan museum. Bagi penggemar sejarah atau penghobi fotografi, tempat satu ini tidak boleh dilewatkan. Untuk pengalaman yang lebih berkesan, cobalah menyusuri Kota Tua sambil mengendarai sepeda ontel sewaan. Banyak sepeda dicat beraneka warna dan dijejerkan di sekitar Taman Fatahillah yang disewakan. Selain sepeda, penyewa mendapat sepasang topi ala sinyo dan noni Belanda.

jalan-jalan asyik di kota Tua Jakarta bisa menikmati sejumlah museum, di antaranya museum Wayang.
Museum Wayang di Kota Tua Jakarta memiliki koleksi wayang dari sejumlah daerah di Indonesia. Foto: Dok. shutterstock

Taman Fatahillah dikelilingi tiga museum: Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, serta Museum Seni Rupa dan Keramik. Masing-masing beroperasi dari Selasa hingga Minggu, pukul 09.00-15.00. Museum Sejarah Jakarta menjadi yang paling tersohor. Bukan hanya menampilkan sejarah Ibu Kota dari masa prasejarah hingga kini, melainkan juga menyimpan koleksi perabotan zaman Belanda, ketika gedungnya masih digunakan sebagai kantor Gubernur Jenderal VOC. Di halaman tengah, ada meriam Si Jagur, yang menurut mitos bisa memberikan kesuburan bagi keluarga yang belum memiliki anak.

Setelah puas menyusuri sejarah, Anda bisa mendinginkan tubuh sekaligus makan siang di Cafe Batavia, yang menempati gedung tertua kedua di Kota Tua setelah Museum Sejarah. Lokasinya berseberangan dengan Museum Sejarah Jakarta. Restoran ini menawarkan suasana masa pendudukan Belanda melalui koleksi foto-foto dan lukisan yang menghiasi dinding-dindingnya. Tersedia masakan Cina dan Barat, selain sajian khas Betawi, seperti gado-gado, nasi uduk, dan soto Betawi.

Setelah puas menikmati museum, Anda boleh mampir ke beberapa tempat lainnya, seperti Menara Syahbandar, Jembatan Kota Intan, dan Toko Merah. Sebelum malam menjelang, jangan lupa singgah di Pelabuhan Sunda Kelapa, tempat berlabuhnya kapal nelayan dan kapal angkutan barang dari pulau-pulau sekitar Jakarta. Nikmatilah sore di tengah tiupan angin sambil berburu hidangan laut.

Hari Kedua: Monumen Nasional dan Setu Babakan

Jalan-jalan asyik di Jakarta tak lengkap jika tak mengunjungi Setu Babakan untuk belajar tentang budaya Betawi.
Setu Babakan atau yang dikenal sebagai Kampong Betawi merupakan tempat yang asyik dikunjungi. Foto: Dok. shutterstock

Ikon Ibu Kota, Monumen Nasional atau Monas, layak menjadi tujuan pertama hari ini. Anda bisa naik ke pelataran atas Monas untuk melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian 132 meter atau masuk ke Museum Sejarah Nasional di pelataran bawahnya. Museum Sejarah Nasional berisi diorama peristiwa bersejarah di Indonesia sejak zaman kerajaan, perjuangan kemerdekaan, hingga Orde Baru. Dari Monas, jangan lewatkan kesempatan untuk mengabadikan masjid terbesar di Asia Tenggara, Masjid Istiqlal. Tepat di seberangnya, ada Gereja Katedral Jakarta, yang berarsitektur neo-gothic.

Jika masih punya cukup banyak waktu, dari Jakarta Pusat, Anda bisa menuju Kampung Budaya Betawi, Setu Babakan. Lokasinya di Jalan Muhammad Kahfi II, Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Setu Babakan sesungguhnya adalah nama danau seluas 30 hektare yang menjadi pusat aktivitas warga setempat. Sepanjang jalan menuju danau, dapat ditemukan rumah-rumah adat Betawi dengan ciri khas ornamen ukir di kusen atap dan pintu.

Pada akhir pekan atau hari-hari besar, biasanya diselenggarakan berbagai acara di sini, seperti pertunjukan lenong, tari Betawi, atau gambang kromong. Setiap Rabu dan Minggu, sanggar seni dan bela diri lokal juga menggelar latihan di tempat ini.

 Jika tidak sempat melihat pertunjukannya, Anda bisa menikmati kerindangan pepohonan, mengitari danau sambil memancing, atau mencicipi kuliner khas Betawi. Tersedia beraneka penganan, semisal kerak telor, tauge goreng, kue cucur, es selendang mayang, dan bir pletok. Kawasan Setu Babakan dibuka hingga pukul 18.00. Jadi, Anda bisa melewati hari dengan bersantai di sini sampai mentari terbenam.

Yolanda F./Aditya N./TL/agendaIndonesia

*****

Soto Mie Bogor, Ini Dia 7 Paling Enak

Soto mie Bogor merupakan kuliner kota hujan yang cocok disantap saat hujan. Foto: shutterstock

Soto Mie Bogor adalah masakan segar yang enak disantap kalau hujan mengguyur kota itu. Ini adalah kuliner turunan soto yang dimiliki banyak kota dan daerah di Indonesia. Tak ada yang betul-betul genuine suatu tempat.

Soto Mie Bogor

Namun bicara soal soto, banyak pakar kulinari yang satu paham bahwa masakan ini memiliki pengaruh dari budaya Tionghoa dan Melayu. Ini sejalan dengan pendapat seorang ahli sejarah yang menyebut bahwa salah satu akar masakan soto di Indonesia berawal dari makanan khas Cina peranakan yang tinggal di Semarang, Jawa Tengah. Nama masakannya adalah caudo. Kemudian lebih dikenal dengan sebutan soto.

Pendapat tersebut mungkin ada benarnya melihat adanya masakan berkuah kaldu yang disajikan dengan bakmi di Malaysia dan Singapura. Disebut mee soto di Malaysia dan Singapura, ini adalalah hidangan mie berkuah kaldu berbumbu yang lazim ditemukan di Indonesia. Di kedua negara tersebut bakmi atau mie berarti mi telur dari tepung terigu, garam, dan telur.

Soto mie Bogor banyak disajikan odel kaki lima dari Bogor hingga Jakarta.
Soto mie masakan berkuah enak dijajakan dari restoran hingga kaki lima. Foto shutterstock

Sementara nama soto merujuk kepada hidangan sup berkuah khas Indonesia. Di Indonesia soto mie dianggap salah satu jenis hidangan soto atau mi berkuah.

Masakan soto di masing-masing daerah memiliki ciri khas sesuai dengan nama soto khas suatu tempat. Soto sendiri kalau dari segi kuah yang dipakai dibagi menjadi dua macam soto yaitu soto bening dan soto dengan santan.

Berbeda dengan kuah soto pada umumnya yang berkuah bening atau menggunakan santan, kuah soto mie Bogor terlihat berwarna kemerahan yang timbul dari campuran cabai merah dalam bumbunya, terutama tomat.

Di Bogor, masakan sotonya menggunakan bumbu rempah-rempah terdiri dari kunyit, ketumbar, jahe, dan bawang putih. Tak lupa, masakan ini juga dilengkapi dengan bawang goreng dan irisan jeruk nipis yang memberikan sensasi rasa yang unik dan segar.

Soto mie Bogor mendapat tambahan bahan mie kuning dan mie putih. Selain itu, soto mie Bogor memiliki ciri khas soto dengan risoles dengan pilihan daging atau ayam yang ditambah tomat, kentang, lobak, dan emping.

Risol inilah ciri khas paling kentara dari masakan kota hujan ini dan tidak dimiliki soto-soto di kota lain. Ada yang menyebut ini merupakan kembangan dari masyarakat Eropa yang tinggal di Bogor ketika zaman kolonialisme. Mereka punya makanan yang namanya risolles. Namun tak ada bukti yang pasti.

Soto Mie Bogor Kumplit shutterstock
Semangkok soto mie komplit menggugah selera. Foto: shutterstock

Hidangan berkuah yang pedas dan gurih ini cocok untuk disantap sebagai pendamping nasi, baik saat makan siang maupun makan malam. Tanpa nasi pun ia sudah bisa mengenyangkan karena adanya mie dan risol.

Rasanya semakin pedas jika disajikan dengan sambal yang merupakan campuran cabai rawit dan cuka, serta jeruk nipis untuk menambah kesegaran rasanya.

Lalu warung soto mie mana yang popular di Bogor jika ingin menyantapnya? Berikut tujuh warung yang bisa jadi pilihan.

Soto Mie Mang Ohim

Kedai soto mie ini merupakan salah satu yang paling terkenal di Bogor. Pelanggan bisa membeli sejak pukul 6 pagi hingga sore. Di tempat makan ini pelanggan mendapatkan soto mie dengan irisan daging yang besar risoles renyah. Bahkan jika masih kurang, pelanggan bisa membeli risoles secara satuan.

Soto Mie Mang Ohim; Jalan Raya Taman Cimanggu Nomor 22, Tanah Sereal, Bogor

Soto Mie Bogor Super

Warungnya sederhana, namun soto mienya dikenal enak. Masakannya terkenal dengan kuah soto mienya yang berempah dan daging empuk. Sebagai pelengkap, bisa menambahkan pula emping melinjo.

Soto Mie Super; Jalan Arzimar I, Tegal Gundil, Bogor Utara.

Soto Mie Bogor shutterstock
Risol adalah pmbeda soto ini dengan masakan sejenis dari daerah lain. Foto: shutterstock

Soto Mie Bogor Baru Bang Bule

Cita rasa soto mie di warung ini kuahnya yang segar terasa makin nikmat dengan tambahan sambal. Salah satu kelebihan warung ini adalah porsinya yang cukup banyak. Selain itu, risolesnya juga lumayan besar. Harga per porsinya pun terjangkau.

Soto Mie Bang Bule; Jalan Bogor Baru A6 No.13, Tegallega, Bogor.

Soto Mie Kesatuan

Tempat makan satu ini sering juga disebut dengan nama soto Pak Haji Oman. Warung makannya sudah berjualan lebih dari 25 tahun. Kedainya sederhana dan fasilitas seadanya, namun selalu jadi incaran para pemburu wisata kuliner Bogor. Dibandingkan dengan soto mie lainnya, rasa kuah soto mie di sini tidak terlalu berempah. Daging sapinya juga empuk. Soto Mie Kesatuan; Jalan Rangga Gading No.25, Gudang, Bogor.

Soto Mie Pak Kumis

Yang ini bisa ditemui jika sedang berburu kuliner ke Jalan Surya Kencana, selain itu ada beberapa cabangnya yang lain. Di kedai ini pelanggan bisa menikmati kuah segar dengan potongan daging cukup banyak. Kelebihan lain dari tempat ini adalah tambahan risolnya.

Soto Mie Pak Kumis; Jalan Suryakencana, Bogor

Soto Mie Agih

Tempat makan ini tidak cocok bagi mereka yang muslim karena menawarkan menu soto mie dengan pilihan daging babi. Kelezatannya bisa dicicipi dengan menuju ke lokasinya yang terletak Surya Kencana. Dengan harga yang cukup murah, pelanggan bisa menyantap gurih dan lembutnya iga babi.

Soto Mie Agih; Jalan Suryakencana Nomor 311, Bogor

Soto Mie Ciseeng

Ini satu lagi soto mie yang tidak bisa dikonsumsi kaum muslim karena juga menyajikan daging babi. Letaknya tidak terlalu jauh dari Soto Mie Agih.

Soto Mie Ciseeng, Jalan Suryakencana Nomor 280, Bogor.

agendaIndonesia

*****

Batagor Bandung, Kisah Kang Isan Pada 1973

Jajanan Bandung legendaris ada banyak macamnya, salah satunya adalah batagor.

Batagor Bandung sudah menjadi salah satu makanan wajib pengunjung kota kembang ini. Selain untuk jajan makan di tempat, juga untuk oleh-oleh di bawa pulang ke rumah.

Batagor Bandung

Buat sebagian orang Jakarta, Bandung kadang seperti kantin jaman sekolah saja. Tempat untuk jajan makanan-makanan enak. Kadang cuma untuk isi perut ps “istirahat siang”. Salah satu yang mudah dan diincar kalau ke Bandung tentu saja adalah Batagor, alias bakso tahu goreng. Makanan berbahan ikan dengan bumbu saus kacang.

Ada beberapa kedai batagor Bandung di ibukota Jawa Barat ini, yang terkenal di kalangan pecinta kuliner. Sebut saja nama-nama Batagor Kingsley, Batagor Riri, Batagor Cuplis, atau Batagor Haji Isan. Yang terakhir ini mungkin namanya beberapa tahun terakhir tidak sepopuler yang lain, namun jangan salah, konon, yang terakhir inilah yang disebut-sebut “penemu” makanan yang kemudian disebut batagor tersebut.

EyquIUwh Batagor Bandung shutterstock
Batagor Bandung dari cemilan menjadi makanan favorit bahkan oleh-oleh. Foto Shutterstock

Batagor adalah kuliner yang tercipta karena ketidaksengajaan. Dari laporan sejumlah media, beberapa pendapat menyebut jika batagor adalah kuliner yang secara tidak sengaja dibuat oleh perantau asal Purwokerto, Jawa Tengah, yakni Isan sekitar tahun 1973. Ia kala itu merantau ke Bandung dengan niat mencari pekerjaan.

Tapi, seperti kisah-kisah perantau pencari kerja, Isan tak juga mendapatkan pekerjaan. Sekadar untuk mengisi waktu dan tidak menganggur, Isan kemudian coba-coba jualan bakso dengan berkeliling. Selama bertahun-tahun ia melakoni masuk-keluar gang dengan pikulan dagangannya, berkeliling di daerah tempat tinggalnya di seputaran Jalan Kopo.

Tapi, biasalah, seperti pedagang makanan lainnya. Tak setiap hari dagangan Isan laris manis. Bahkan setiap hari ada saja tahu bakso dagangannya yang tidak terjual habis. Selalu saja ada sisa tahu baksonya.

Pada awalnya, Isan melakukan hal sederhana untuk dagangannya yang tidak laku itu agar tidak mubadzir. Ia membagi-bagikan sisa tahu baksonya ke para tetangganya. Sampai suatu ketika, ketika tahu baksonya tersisa sangat banyak. Tetangganya mungkin juga tak nyaman menerima pemberian yang banyak. Apa akal?

Batagor Bandung seperti pangsing shutterstock
Batagor Bandung intinya adalah digoreng. Foto: ilustrasi shutterstock

Di tengah kebingungannya, ia lantas mencoba menggoreng tahu baksonya. Niatnya hanya agar tahu bakso tak serta merta jadi basi. Namun kemudian ia mencoba makan tahu bakso hasil gorengannya. Unik. Walhasil, selain ia konsumsi sendiri, bakso yang ia goreng ia bagikan juga ke para tetangga di gang Situ Saeur, Kopo, Bandung. Dan ternyata mereka justru makin suka.

Tahu bakso yang telah digorengnya kemudian ia beri saus kacang yang ia racik khusus. Rupanya, para tetangganya sangat suka dengan tahu bakso goreng tersebut. Bahkan, tetangganya mulai memesan tahu bakso goreng buatannya. Mulai saat itulah, Isan membuat kuliner yang kemudian disebut batagor atau batagor Bandung

Menurut cerita, awalnya Isan masih mengkukus dulu bakso tahunya. Sesuai jualannya seperti sebelumnya. Bahkan sempat masih berjualan dua varian: bakso tahu kukus dengan kuah, dan yang digoreng. Namun, belakangan ia lebih banyak berjualan batagor. Caranya pun tak lagi dikukus terlebih dahulu, namun langsung digoreng dari bahan mentahnya. Hasilnya ternyata lebih disukai konsumennya.

Usaha Isan makin tumbuh dan berkembang. Tak hanya pelanggan atau pembeli dari kota Bandung. Orang dari tempat dan kota lain pun mulai datang mendengar keunikan makanan Bandung ini. Dengan kian berkembangnya usahanya, pada 1985, Isan memindahkan tempat dagangnya ke rumah yang lebih luas di Jalan Bojongloa nomor 38. Di tempat ini, konsumen makin mudah menikmati batagor Isan.

Jajanan Bandung legendaris ada banyak macamnya, salah satunya adalah batagor.

Pada 1991, Isan menunaikan ibadah haji, sejak itu batagor dagangannya lebih dikenal sebagai Batagor Haji Isan. Ia meninggal pada 2010, usaha batagornya diteruskan keponakannya, karena Haji Isan tidak memiliki putra.

Meski begitu, kreatifitasnya menciptakan batagor telah menginspirasi banyak orang. Batagor kini telah dikenal banyak masyarakat Indonesia dan tersebar luas di berbagai kota di Indonesia. Bahkan di kota-kota besar di Indonesia banyak pedagang dorongan yang berjualan batagor.

Di Bandung sendiri ada sejumlah tempat yang kemudian menjadi ikon kuliner kota ini karena berjualan batagor. Batagor H. Isan sendiri kini telah memiliki beberapa cabang, yakni di Jalan Cikawao, di jalan Lodaya, atau di jalan Ciateul. Sementara itu, tempat-tempat kuliner batagor di Bandung yang jadi ikon adalah Batagor Kingsley di Jalan Veteran; Batagor Riri di Jalan Burangrang, atau Batagor Abuy, juga Batagor H. Darto.

Batagor mana yang jadi favoritmu?

agendaIndonesia

******

Bakpia Yogya, Oleh-oleh Khas Sejak 1940-an

Bakpia Yogya

Bakpia Yogya menjadi pilihan pertama jika orang ingin membawa oleh-oleh dari kota pelajar ini. Tentu saja selain gudeg.

Bakpia Yogya

Makanan tersebut merupakan oleh-oleh tradisional terpopuler dari Yogyakarta. Ada perasaan tidak komplit jika ke Yogyakarta tidak membeli bakpia. Hampir di setiap toko oleh-oleh di kota ini menyediakan makanan ini.

Bakpia sendiri adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu yang, awalnya hanya dengan diisi dengan kacang hijau biasa disebut kumbu dan belakangan muncul dengan sejumlah varian isi, yang dipanggang. Makanan yang dianggap menjadi ciri khas Yogya ini sejatinya berasal dari negeri Cina.

Dari laporan tirto.id yang mengutip penelitian Amelia Puspita Sari dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan judul Bakpia Sebagai Bentuk Akulturasi Budaya Indonesia dan Tiongkok di Bidang Kuliner (Studi Kasus Bakpia 29), tertulis bakpia terbentuk dari pengaruh akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.

Nama bakpia sendiri memang berasal dari dialek Hokkian dengan nama asli Tou Luk Pia yang secara harfiah bermakna kue atau roti berisi daging. Bakpia memang datang dari negeri Tiongkok dibawa para imigran Tionghoa pada awal abad 20. Bakpia masuk Indonesia sejak 1930-an. Di Indonesia, nama makanan ini awalnya dikenal sebagai pia atau kue pia.

Di Indonesia, nama makanan ini awalnya dikenal sebagai pia atau kue pia. Kemudian ia dibawa oleh keluarga-keluarga pedagang Tionghoa yang datang dan kemudian menetap di kota Yogya.

Bakpia awalnya dulu dibuat menggunakan isian daging dan minyak dari babi. Namun, kemudian melihat penduduk Yogya yang lebih banyak yang muslim, bakpia lantas dimodifikasi menjadi kue yang tidak lagi menggunakan minyak babi. Isiannya pun diganti dengan kacang hijau sehingga sepenuhnya menjadi makanan yang halal. Hasil adaptasi cita rasa bakpia ini juga disesuaikan dengan lidah masyarakat Yogyakarta.

Makanan ini pertama kali dibawa pendatang asal Tiongkok, Kwik Sun Kwok, pada 1940-an ke Yogyakarta. Pada saat itu Kwik menyewa sebidang tanah di Kampung Suryowijayan, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta, milik seorang warga lokal bernama Niti Gurnito.

bakpia yogya di antaranya bakpia kukus tugu jogja

Pada awalnya, kue ini hanya menjadi camilan tradisional dalam keluarga. Namun dalam perkembangannya kemudian makanan ini mulai diperjualbelikan ke publik. Salah satu keturunan keluarga Tionghoa, Goei Gee Oee, kemudian memproduksi bakpia sebagai industri rumahan. Bakpia yang didirikannya bernama Bakpia Pathuk 55.

Langkah ini kemudian diikuti oleh Liem Yu Yen sekitar tahun 1948 yang diberi nama Bakpia Pathuk 75. Sampai 1970, praktis bakpia baru diproduksi oleh dua keluarga ini di Pathuk, Yogyakarta.

Pada 1980-an, bakpia semakin populer dan mulai muncul produsen-produsen rumahan bakpia di kawasan Pathuk. Para pembuat bakpia umumnya menggunakan menyulap dapur atau sebagian rumah mereka untuk membuat bakpia. Mereka kemudian membuka toko di rumah masing-masing untuk memasarkan bakpia buatannya. Bakpia dikemas menggunakan dus atau kertas karton. Bakpia-bakpia ini kemudian dikenal dengan sebutan Bakpia Pathuk.

Seperti dikutip dari Jalan-Jalan Kuliner Aseli Jogja (Suryo Sukendro, 2009), pada masa itu, para produsen bakpia belum mengenal istilah merek dagang. Secara sederhana para produsennya menjual dengan merek dagang berupa nomer rumah pembuatnya, seperti Bakpia Pathuk 25, 75 dan masih banyak lagi.

Pelabelan Bakpia merek dagang nomor rumah tersebut hingga saat ini masih tetap dipertahankan. Begitupun, beberapa tahun terakhir mulai ada yang yang menggunakan nama yang bukan nomor rumah.

Berjalannya waktu dan berkembangnya selera masyarakat, bakpia tak hanya berisi kacang hijau dan kumbu ketan hitam. Sejumlah varian isi mulai ditawarkan. Mulai dari coklat, keju, ubi ungu, susu, bahkan hingga tiramisu dan teh hijau. Cara memasakmya pun mulai bervariasi. Jika dulunya hanya dipanggang, belakangan –mungkin terinsprasi model brownis yang dikukus, bakpia muncul pula dengan model kukus.

Pusat-pusat produksi bakpia pun meluas, tidak lagi hanya terpusat di Pathuk. Kini, selain di Pathuk sentra produksi bakpia bisa dijumpai di daerah Glagahsari (selatan Kusumunegara); di daerah Wirobrajan; bahkan di kawasan Minomartani dan jalan Kaliurang di Utara Yogyakarta. Masing-masing dengan kekhasan rasa dan pelanggannya sendiri-sendiri.

Bakpia telah melewati sejumlah zaman dan tetap bertahan sebagai oleh-oleh khas Yogya nomor satu.

Beberapa sentra bakpia khas Yogya.

Bakpia Pathuk 75; Jalan AIP Jl. Karel Sasuit Tubun No.75, Ngampilan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55261

Bakpia Kurniasari; Jl. Glagahsari No.91, Warungboto, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55164

Bakpiaku; Jl. Kaliurang No.81, Kocoran, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

Bakpia Pathuk 25; Jalan AIP Karel Sasuit Tubun No.65, Ngampilan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55261

Bakpia Merlino; Jl. R. E. Martadinata B No.24, Pakuncen, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55253

Bakpia Citra; Jl. Mataram, Suryatmajan, Kec. Danurejan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55213

Bakpia Kukus Tugu; Jl. Kaliurang KM.5,5 No.10A, Manggung, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284

agendaIndonesia

*****

Karimun Jawa, 3 Jam Di utara Jepara

Karimun Jawa, keindahan di utara pulau Jawa.

Karimun Jawa adalah surga pecinta pantai pasir putih yang tak jauh dari Jawa. Ia seperti kalah pamor dari pantai-pantai di Bali atau Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Mungkin juga karena lokasinya yang harus menempuh perjalanan laut 2-3 jam dari kota Jepara.

Karimun Jawa

Untuk menuju ke Karimun Jawa, terutama dari Jakarta, biasanya orang menuju ke Semarang terlebih dahulu. Tentu dengan menggunakan penerbangan. Rute Jakarta-Semarang dilayani sejumlah maskapai penerbangan, seperti Garuda Indonesia, Lion Air, atau Air Asia.

Dari Bandara Ahmad Yani, Semarang, kita menuju ke Dermaga Samudra Tanjung Emas, melanjutkan perjalanan dengan pelayaran 3,5-4 jam menuju Karimun Jawa.

Bila cukup punya waktu dan ingin menikmati wisata di utara Jawa, semisal Demak dan Kudus, pengunjung bisa mencapai Karimun jawa melalui Jepara. Via perjalanan darat, Semarang-Jepara bisa dicapai sekitar 1,5 jam. Dari sini, pengunjung tinggal menyeberang dari Dermaga Kartini di Jepara ke Pelabuhan Penyeberangan Karimun Jawa dengan waktu tempuh 2,5-3 jam.

Bagi yang suka mabuk laut, di masa sebelum pandemi, ada pilihan terbang dari Bandara Ahmad Yani, Semarang, dengan pesawat Cassa 212 milik Deraya Air ke Bandara Dewandaru, Karimun Jawa. Jika ingin menggunakan cara ini, periksa dulu ketersediaan penerbangannya.

karimun Jawa mempunyai banyak pantai dengan pasir putih.
Pantai di Karimun Jawa dengan pasir putihnya yang eksotis. Foto: Dok. shutterstock

Tiba di Karimun Jawa, pengunjung dapat menyewa kendaraan roda dua atau empat untuk mengelilngi pulau itu. Untuk sepeda motor, tarifnya Rp 75-100 ribu per hari. Sedangkan tarif mobil sekitar Rp 500-650 ribu, tergantung jarak. Misalnya, jika ingin mencapai pantai Tanjung Pengantin, perlu waktu 2-3 jam jika menggunakan mobil. Sedangkan bila naik sepeda motor cukup satu jam. Akses jalan menuju Tanjung Pengantin tidak terlalu bagus, kecil, dan berbukit.

Tanjung Pengantin adalah salah satu spot wisata yang diminati banyak pengunjung. Ceritanya, ada dua bukit batu setinggi tujuh meter menghadap ke barat di tengah Pantai Tanjung Pengantin, Desa Batulawang, Kecamatan Kemojan, Karimun Jawa. Di depannya, ada batu yang lebih kecil berbentuk seperti meja. Pengantin terkutuk, demikian nama kedua batu karang yang berdiri gagah itu.

Penduduk setempat percaya dua batu besar ini adalah jelmaan Ahmad dan Fatimah, sepasang muda-mudi yang dikutuk karena kawin lari. Disebut “batu pengantin” karena posisinya yang seperti pengantin sedang mengucapkan ijab kabul.

Terlepas dari legenda yang yang ada, Tanjung Pengantin memiliki panorama alam yang sangat indah. Terletak di perbatasan dua pantai dangkal dan dalam, pantai ini menghadirkan warna kontras yang memukau. Biru untuk laut dalam dan hijau muda pada laut dangkal.

Karimun Jawa memiliki sejumlah pulau, di antaranya adalah pulau Menjangan besar.
Menikmati pantai di pulau Menjangan Besar, Karimun Jawa, Indonesia. Foto: Dok. shutterstock

Di laut dangkal, pengunjung dapat berjalan kaki hingga 50 meter ke tengah untuk mendekati batu pengantin. Air laut yang dilewati paling tinggi hanya sebatas dada. Sepanjang 50 meter itu, jalur laut yang dilewati berupa karang yang ditumbuhi rumput laut. Tepat di bawah batu pengantin terdapat gua bawah laut berdiameter tujuh meter. Bila beruntung, penyelam yang menjelajahi gua bawah laut dapat menemukan sarang ikan kerapu macan atau Epinepehelus fuscoguttatus.

Kerapu macan berukuran besar dengan panjang mencapai 120 sentimeter. Ikan ini tersebar luas di wilayah Indo Pasifik. Sepuluh tahun terakhir, kerapu menjadi ikan favorit untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat, daya tahan terhadap perubahan lingkungan relatif kuat, juga harga jualnya yang lumayan bagus.

Tanjung Pengantin berada di Kecamatan Kemojan menjadi tempat berdiam suku Bugis yang menyeberang dari Makassar ke Karimun Jawa. Meskipun akulturasi sudah terjadi di Karimun Jawa, orang-orang Bugis ini tetap mempertahankan budaya mereka. Salah satunya dengan membentuk Kampung Bugis, yang bercirikan rumah-rumah panggung khas Bugis.

Rumah Bugis ini menjadi salah satu atraksi yang cukup memikat bila p engunjung ingin mengeksplorasi Pulau Karimun Jawa bagian utara. Sebab, selama ini yang terkenal dari Karimun Jawa adalah pantainya. Padahal, tinggal di Kampung Bugis dapat menjadi alternatif wisata yang menarik.

Pengunjung bahkan bisa meminta sajian khas Bugis, seperti barongko atau pisang kukus, lapek Bugis, dan coto. Warga Bugis di Karimun Jawa butuh waktu lebih lama untuk mencari bahan makanan. Mereka harus menyeberangi laut ke Jepara untuk mendapat bahan-bahannya.

Selain Tanjung Pengantin, wisatawan bisa belajar melaut ala nelayan Bugis sekaligus mencari ikan di Pantai Batulawang. Atau, ada empat pulau yang bisa dikunjungi.

Karimun Jawa  memiliki sejumlah atraksi, selain pantai juga ada yang menantang, berenang bersama hiu.
Salah satu atraksi yang menantang di pulau Menjangan Besar, Karimun Jawa, adalah berenang bersama ikan hiu. Foto: doc. shutterstock

Pulau Menjangan Besar. Bila masih belum puas dengan satu lokasi wisata, berlayarlah menggunakan perahu nelayan menuju Pulau Menjangan Besar. Ini merupakan pulau terdekat yang menawarkan atraksi unik, yakni berenang bersama hiu. Di pulau ini memang ada penangkaran hiu, selain pengembangbiakan penyu.

Pulau Menjangan Kecil. Menyuguhkan air kehijauan dengan terumbu karang dan ikan-ikan yang menggoda, Pulau Menjangan Kecil bisa dicapai hanya 15 menit dari Menjangan Besar. Airnya berwarna hijau transparan, menyajikan pemandangan gugusan terumbu karang nan menawan. Wisatawan pun seolah terbang di atas air sambil dikelilingi ikan zebra ekor putih (Dascyllus aruanus).

Pulau Tanjung Gelam. Pulau ini bisa menjadi tujuan berikutnya setelah Pulau Menjangan Kecil. Dapat dicapai lewat darat maupun laut, Tanjung Gelam memiliki pantai berpasir putih dihiasi pohon-pohon kelapa dengan posisi miring. Cocok untuk rileks sembari menikmati keindahan mentari tenggelam.

Pulau Cemara Besar. Perlu waktu satu jam dari Pulau Karimun Jawa untuk mencapai pulau yang berada di Taman Nasional Karimun Jawa ini. Anda harus berhati-hati saat berada di perairan pulau berpasir putih dan tenang ini. Sebab, terdapat sejumlah ikan beracun.

Cheta N./TL/agendaIndonesia

*****

Selat Solo, Sejarah Dan 5 Yang Terenak

Selat Solo adalah maksakan campuran tradisional Jawa dan Eropa. Kreasi Kraton SOlo. Foto: shutterstock

Selat Solo adalah masakan khas kota Solo, Jawa Tengah, yang dalam penyajiannya memiliki pengaruh masakan Eropa. Pada masa kolonial, warga Belanda dan orang Eropa membawa bahan-bahan makanan serta teknik memasak khas Eropa. Pengaruh inilah yang tampil dalam masakan selat.

Selat Solo

Awal mula lahirnya masakan ini berawal sejak benteng Vastenburg dibangun sekitar tahun 1745, tepat di depan gapura Keraton Surakarta Hadiningrat. Di sini sering terjadi pertemuan dan rapat antara pihak keraton dan Belanda. Setiap pertemuan biasanya disajikan masakan oleh pihak keraton. namun tidak sesuai dengan selera masyarakat Belanda.

Petinggi atau bangsawan Belanda saat ini menginginkan makanan berbahan utama daging, sedangkan sang raja terbiasa dengan sajian sayur. Atas dua kebiasaan ini, dikreasikan lah menu baru dengan mengkombinasikan bahan seperti kentang, wortel, buncis, timun, daun selada, telur, dan kuah kecap. Kemudian dari pertemuan dua kebudayaan tersebut melahirkan satu kuliner khas Kota Surakarta, yaitu selat Solo.

Selat Solo perpaduan antara beefsteak Eropa dan Salad.
Telur rebus atau semur telur adalah ciri khas Selas SOlo. Foto: shutterstock

Dalam perkembangannya, terjadi penyesuaian tampilan. Petingi Belanda menginkan ada daging steak, dalam bahasa Belanda disebut biefstuk, yang disajikan dalam ukuran besar dan dimasak setengah matang dalam selat.

Sementara itu, sang raja atau bangsawan Solo terbiasa makan dengan sajian sayur dan tidak terbiasa makan daging besar. Alhasil, daging yang semestinya dimasak setengah matang diubah menjadi daging cincang yang dicampur sosis, telur, dan tepung roti.
Selat Solo sendiri sering disebut perpaduan antara bistik atau beefsteak dan salad. Nama selat diambil dari kata dalam bahasa Belanda, slachtje, yang artinya salad.

Kata ini sesungguhnya juga bermakna hasil penyembelihan daging yang dalam penyajiannya dalam bentuk potongan kecil. Masyarakat Jawa pada wakti itu mungin sedikit kesulitan menyebut kata slachtje, kemudian mereka mengucapkannya dengan kata selat.

Hidangan Selat Solo kini umumnya terdiri dari galantine, sayur wotel, buncis, selada air, kentang goreng serta saus asam manis yang berasal dari perbaduan tomat dan kecap manis yang dikentalkan.

Galantine sendiri bisa disebut sebagai hidangan utama atau main course pada selat.

Ini umumnya berbasis daging sapi, ayam, bebek atau unggas lainnya. Pembuatannya daging cincang yang dicampur sosis, telur, dan tepung roti dicampur kemudian dibentuk menyerupai lontong dan dibungkus menggunakan daun pisang.

Ketika hendak disajikan daging yang sudah dicampur tersebut dikukus hingga matang. Daging yang sudah matang didinginkan, kemudian daging diiris tebal dan digoreng menggunakan sedikit margarine. Kadang ada pula restoran yang mengganti galantine dengan daging semur.

Saat ini jika wisatawan mampir ke restoran di Solo dan memesan Selat Solo, tampilannya terdiri dari daging olahan yang telah digoreng atau daging yang dimasak dengan kuah encer khas Jawa, wortel rebus, buncis rebus, irisan tomat, daun selada, dan kentang goreng untuk memberikan rasa kenyang. Di atas daun selada bisanya diberi saus mustard.

Selat Solo karena Raja Solo yang suka sayuran.
sajian lengkap Selat Solo di resto Adem Ayem. Foto: IG Adem Ayem

Ciri khas Selat Solo lainnya saat ini adalah adanya irisan telur rebus. Kombinasi ini menjadikan Selat Solo berwarna dan menggugah selera. Sementara perbedaan Selat Solo dan steak Eropa adalah steak Eropa biasanya disajikan selagi panas, sedangkan Selat bisa disajikan dalam kondisi dingin. Namun sejumlah rumah makan dapat menyajikannya dalam kondisi hangat sesuai permintaan tamu.
Lalu jika tengah main ke Solo dan ingin menikmati selat, restoran manakah yang sajiannya paling enak? Berikut lima restoran atau warung yang terkenal dengan sajian selatnya.

Warung Selat Mbak Lies

Warung makan ini terkenal dengan selat solonya dan sudah berdiri sejak 1978. Meski tempatnya agak tersembunyi karena harus melewati gang, tidak sedikit orang yang berburu ke sini untuk mencicipi seporsi selat solo yang sungguh nikmat.

Selain rasanya yang gurih dan manis, selat solo di sini juga dilengkapi dengan lidah sapi, telur, kentang, wortel, buncis, dan juga mustard khas Belanda. Jangan kaget dengan kuah selat solo yang dingin karena memang penyajiannya demikian.

Warung Selat Solo Mbak Lies

Jalan Veteran, Gg. 2 No.42, Serengan, Surakarta

Selat Kusumasari

Restoran ini sudah buka sejak 1990 dan hingga kini tetap mempertahankan rasa selat yang mereka sajikan sejak awal berdiri. Di sini tidak hanya selat, namun juga menawarkan aneka makanan yang tak kalah enak seperti seperti gado-gado dan es krim.

Selat Kusumasari

Jalan Slamet Riyadi No.111, Kemlayan, Serengan, Surakarta

Stasiun Balapan Solo KAI
Turun dari kereta di Stasiun Balapan bisa langsung menuju Vien’s. Foto: KAI

Selat Vien’s

Resto ini memiliki beberapa cabang namun yang paling banyak dikunjungi adalah yang di Jalan Hasanudin. Mungkin karena lokasinya yang dekat dengan Stasiun Kereta Balapan. Karena banyak pengunjung, pengunjung harus agak sabar mengantri.

Selat Vien’s

Jalan Hasanudin No.99 C, Punggawan, Surakarta

Omah Selat

Omah selat adalah restoran di Solo yang masih menempati bangunan rumah khas Jawa yang klasik. Interior tempat ini juga didominasi barang-barang kuno sehingga nuansa masa lalunya masih sangat terasa.

Omah Selat

Jalan Gotong Royong No.13, Jagalan, Surakarta

Selat Tenda Biru Pak Bejo

Selat segar dibanderol Rp16.000 dengan porsi daging yang memuaskan. Dilengkapi telur rebus dan aneka sayuran khas seperti selada, kentang goreng, wortel, dan buncis.

Jika pengunjung beruntung makan, bisa mencoba es gempol pleret. Minuman tradisional ini sangat terkenal di sini. Terdiri dari gempol dan pleret dari adonan tepung beras. Teksturnya unik, lembut sekaligus kenyal pas dikunyah. Disajikan sama kuah santan, gula jawa cair dan es batu.

Selat Tenda Biru Pak Bejo

Jalan KH Samanhudi No 10, Purwosari, Laweyan, Solo. 

agendaIndonesia

*****

Konro Karebosi, Direbus 2 Kali Hingga Empuk

Konro Karebosi mulai berjualan sejak 1968. Foto: shurtterstock

Konro Karebosi sudah jadi salah satu ciri khas Makassar. Ia seakan ‘landmark’ ibukota Sulawesi Selatan itu. Kuliner dari kota Angin Mamiri ini sudah lekat di benak banyak orang selama bertahun-tahun lamanya, walaupun kini sudah banyak restoran-restoran dengan menu masakan konro lainnya.

Konro Karebosi

Konro, atau iga sapi dalam bahasa Bugis, merupakan salah satu kuliner yang tak boleh dilewatkan kala berkunjung ke ibu kota Sulawesi Selatan ini. Baik dalam format sop konro maupun konro bakar, keduanya sama-sama bercita rasa unik dan menggugah selera. Satu kata: enak.

Konon, kuliner ini dulu tercipta dari budaya orang Makassar saat merayakan hari raya atau perhelatan besar seperti pernikahan. Uniknya, dulu justru bukan sapi sebagai bahan dasar makanan ini, melainkan kerbau.

Kepercayaan masyarakat ini meyakini bahwa kerbau adalah hewan yang spesial dan hanya boleh dimakan pada acara tertentu saja. Inilah sebabnya beberapa dari kuliner asli Makassar awalnya juga terbuat dari daging kerbau, seperti Pallu Basa dan Coto Makassar.

Konto Karebosi awalnya berjualan di kawasan Lapangan Karebosi, Makassar.
Konto Karebosi awalnya berupa sop. Foto: shutterstock

Ketika itu, kerbau yang disembelih akan diambil bagian tulang iganya, kemudian dimasak dengan racikan kuah yang berasal dari kacang tanah yang telah direbus dan kemudian dihaluskan. Kuah kemudian akan cenderung berwarna coklat gelap.

Seiring berjalannya waktu, populasi kerbau mulai menurun dan warga mulai kesulitan mencari bahan baku iga kerbau, apalagi harganya ikut menjadi mahal. Oleh sebab itu, masyarakat beralih menggunakan iga sapi karena lebih mudah ditemukan dan harganya lebih terjangkau.

Ditambah dengan bumbu-bumbu dapur seperti merica, buah kluwek, pala, ketumbar, kencur, kunyit, cengkeh dan kayu manis membuat rasanya begitu gurih bercampur spicy. Aromanya pun tajam dan kuat, khas rempah-rempah Indonesia.

Kuliner ini kemudian dipopulerkan oleh seorang pria bernama H. Hanafing. Dulunya sehari-hari berprofesi sebagai guru, ia kemudian mengisi waktu luangnya dengan berjualan sop konro di kawasan lapangan Karebosi pada 1968. Mulailah era Konro Karebosi.

Tak disangka, warungnya tersebut menjadi ramai oleh pengunjung dan laris manis. Akhirnya sekitar empat tahun kemudian, ia memutuskan untuk memindahkan warungnya ke ruko di jalan Gunung Lompo Battang.

Tempatnya tak jauh dari lokasi awal warung pertama kali buka. Alasan dipindahkannya warung tersebut agar dapat melayani lebih banyak konsumen. Namun sebagai identitas agar tetap dikenali, nama Konro Karebosi lantas tetap dipertahankan.

Lantas, apa alasan sop konro buatan Konro Karebosi ini begitu digemari? Ternyata, rahasianya ada pada bagaimana konro Karebosi tersebut diolah. Mengolah iga sapi memerlukan teknik khusus dan proses yang tak sebentar.

Biasanya, cara memasak konro adalah merebusnya paling tidak dua kali dengan air rebusan yang berbeda. Ini dilakukan agar konro menjadi empuk, mudah dipisahkan dari tulang, dan tidak amis.

Dalam resep yang dipakai Konro Karebosi, setiap kali konro direbus akan memakan waktu hingga empat jam. Hasilnya, selain cita rasa dari iga serta bumbunya benar-benar meresap, daging pun jadi terasa begitu lembut dan mudah lumer di mulut.

Kombinasi antara daging iga yang begitu empuk, serta bumbu yang sedap untuk diseruput, membuat Konro Karebosi senantiasa kebanjiran pengunjung. Bahkan setelah kini usaha dijalankan oleh sembilan anak H. Hanafing dan sudah buka cabang di tempat lain, restoran aslinya tak pernah sepi.

Setelah resep ini terbukti disukai banyak orang, mereka pun mencoba berinovasi dengan menu baru agar mampu menjaring lebih banyak pelanggan. Maka pada sekitar tahun 1990-an, mereka mulai mencoba bereksperimen dan mencari resep baru yang berbeda.

Setelah rangkaian trial and error, akhirnya pada tahun 2000-an muncullah menu konro bakar yang juga digemari banyak orang. Makanan ini terinspirasi oleh steak pada umumnya yang dibakar lalu dibumbui, tetapi kemudian konro bakar diramu dengan bumbu ala Makassar.

Konro bakar merupakan mengembangan menu yang pintar.
Konro Bakar from Makassar Indonesia

Awalnya konro akan diolah seperti biasanya, sebelum kemudian dibakar dengan olesan kecap. Setelah dibakar, daging iga tersebut akan terasa garing di luar, namun tetap empuk di dalamnya.

Bumbu kacang yang digunakan juga dipadu dengan cabe dan perasan jeruk nipis, yang menambah sensasi unik di lidah. Serta tak lupa taburan bawang goreng di atasnya, membuat makanan ini juga cepat akrab di lidah dan menggaet penggemar tersendiri.

Baik sop konro maupun konro bakar biasanya ditemani buras sebagai teman makannya. Buras ini seperti lontong. Khusus konro bakar, biasanya Konro Karebosi juga menyediakan kuah sop untuk menambah cita rasa saat menyantap.

Secara harga, sop konro dan konro bakar dihargai sekitar Rp 40 ribu hingga 50 ribu. Harga tersebut belum termasuk buras atau nasi. Harga ini termasuk cukup bersahabat, karena di restoran lain atau cabang-cabang di kota lainnya, harga menunya bisa sampai kisaran Rp 60 ribu hingga 70 ribu.

Selain itu, menu di restoran aslinya hanya itu dan tidak berubah sampai sekarang. Berbeda dengan restoran lain, atau cabang-cabang di kota lain yang terkadang menambahkan menu-menu lain seperti Coto Makassar, dan cemilan seperti es Pallubutung, es Pisang Ijo dan lain-lain.

Konro Karebosi buka setiap hari dari jam 10.30 sampai jam 22.30. Untuk info lebih lanjut dapat mengunjungi laman Instagram resmi @sopkonrobakarkarebosi.

Konro Karebosi; Jl. Gunung Lompo Battang no. 41-43, Makassar

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Ulos, Pernikahan, Kelahiran, Dan Kematian (2)

Ulos sibolang

Ulos dalam adat dan tradisi Batak bukan sekadar lembaran kain yang dipakai dalam upacara-upacara istiadat. Di dalamnya mengandung makna yang luar biasa dalam. Ia memiliki arti sejak perjodohan, kelahiran, hingga kematian.

Ulos, Jenis Dan Kegunaannya

Di dalam adat Batak, remaja yang baru belajar menenun memang hanya diperboleh membuatkan ulos parompa yang digunakan untuk menggendong anak. Tingkat kemahiran ditentukan oleh jumlah lidi yang digunakan. Pada tingkat mahir, penenun biasanya menggunakan tujuh buah lidi sekaligus. Itu yang disebut marsipitu lili. Pada level ini, mereka telah bisa membuat semua jenis kain ini. Dalam membuatnya, semakin banyak lidi yang digunakan, maka corak pun semakin beraneka.

Ulos Jugia. Disebut juga ulos naso ra pipot atau pinunsaan. Hanya untuk orang tua yang sudah mempunyai cucu dari anak laki-laki dan perempuan. Nilainya tertinggi dan disimpan dalam parmonang-monangan (lemari).

Ragi Hidup. Rangkaian dua kata ini bermakna lambang kehidupan. Coraknya memberi kesan kainnya hidup. Muncul dalam warna hitam-putih. Memiliki nilai tinggi. bisa digunakan untuk kesempatan suka maupun duka. Pada saat pernikahan, kain ini diberikan orang tua pengantin wanita kepada ibu pengantin pria. Bila ada sesepuh meninggal, ulos ragi hidup dikenakan oleh si sulung. Jenis ini paling banyak ditemukan dalam upacara adat Batak.

Ragi Hotang. Diberikan kepada pengantin agar terjadi ikatan batin seperti rotan (hotang). Disebut juga sebagai ulos marjabu. Disampirkan ke bahu keduanya, ujung kanan dipegang pengantin pria dan kiri wanita, lalu diikat di tengahnya. Sedangkan saat kematian, digunakan untuk menutup jenasah atau membungkus tulang manakala penguburan untuk kedua.

Ulos Sadum. Memiliki warna ceria, dengan dominasi warna merah, sehingga banyak digunakan untuk upacara suka cinta. Meski bisa juga untuk suasana lara.

Ulos Runjat. Digunakan orang kaya dan digunakan sebagai ulos edang-edang yang digunakan untuk ke pesta pernikahan.  Diberikan juga kepada pengantin oleh keluarga terdekat.

Ulos Sibolang. Lebih banyak digunakan orang untuk acara duka cinta, namun sebenarnya bisa juga digunakan untuk suasana suka cita. Lazimnya pada saat berduka digunakan yang dominan hitam sedangkan saat suka lebih banyak warna putih. Yang putih ini pun digunakan dalam upacara pernikahan. Orang tua pengantin perempuan mangulosi ayah pengantin pria, untuk mabolang-bolangi (menghormatinya).

Suri-suri panjang. Coraknya berbentuk sisir memanjang dan dulu digunakan untuk hande-hande atau ampe-ampe. Lebih panjang dari yang biasanya,  hingga dua kalinya.

Mangiring.  Motifnya beriringan dan merupakan simbol dari kesuburan dan kesepakatan. Diberikan orang tua sebagai parompa kepada cucunya. Digunakan juga untuk pakaian sehari-hari dalam bentuk tali-tali oleh kaum Adam dan sebagai tudung oleh kaum Hawa.

Bintang Maratur. Memunculkan bintang-bintang yang beraturan sebagai lambang dari orang yang patuh, rukun seia dan sekata dalam ikatan kekeluargaan. Bahkan juga dalam soal kekayaan dan kemuliaan, ditunjukkan berada dalam tingkatan yang sama. Corak ini juga menunjukkan harapan agar setelah anak pertama lahir anak-anak lainnya.

Sitoluntuho-bolean. Biasanya digunakan sebagai ikat kepala bagi pria atau selendang wanita. Tidak mempunyai makna, kecuali diberikan kepada anak baru lahir sebagai parompa.

Jungkit. Ini jenis nanidondang atau ulos paruda (permata). Purada atau permata merupakan penghias dari kain tersebut.

Lobu-lobu. Yang satu ini digunakan untuk keperluan khusus, terutama orang yang sering dirundung malam, misal kematian anak, karena itu dipesan langsung oleh yang memerlukannya.


Dua Ulos

(berdasar ukuran)

  1. Na Balga. Inilah jenis untuk kelompok masyarakat papan atas. Biasanya digunakan pada upacara adat saat mangulosi maupun digunakan sebagai pakaian resmi.
  2. Na Met-met. Jenis yang hanya digunakan sehari-hari. Ukurannya panjang dengan lebarnya jauh lebih kecil dari biasanya. Tidak digunakan dalam upacara adat.

Arti harfiah. Berarti selimut yang menghangatkan tubuh dan melindungi dari  udara dingin. Menurut kepercayaan leluhur suku Batak ada tiga sumber panas bagi manusia, yaitu matahari, api dan ulos. Dari ketiganya, yang paling nyaman dan akrab dengan kehidupan tak lain kain tradisional ini.

Penggunaan. Kain ini digunakan bisa digunakan dari bagian tubuh atas hingga bawah. Dihadanghon bila disampirkan di bahu atau menjadi selendang. Untuk wanita disebut hoba-hoba  (bahu) atau ampe-ampe (selendang). Diabithon sebagai sarung atau saong. Dililithon ketika  dililitkan di kepala atau pinggang.  Pada pria disebut detar bila digunakan sebagai penutup kepala dan haen bila digunakan di bawah.

Uis atau Hiou. Suku Batak menyebut kain yang digunakan upacara adat dan sehari-hari adalah ulos. Suku Karo menamainya uis. Untuk jenisnya ada nama sendiri, seperti uis beka buluh, uis jungkit dilaki, uis nipeh padang rusak, uis nipes benang iring. Sedangkan suku Simalungun mengenalnya sebagai hiou. Muncul dengan motif yang berlainan juga, termasuk kekhasan pada penggunaannya sebagai penutup kepala.

Rita N./Toni H./Dok. TL