Kampung Gitar Baki, Berdenting Sejak 1975

Kampung gitar Baki di Sukoharjo atau Solo menjadi kampung dengan keunikan tersendiri. Foto shutterstock

Kampung gitar Baki sering menjadi referensi pemusik gitar atau gitaris jika ingin memperbaiki atau mengubah instrument gitar mereka. Sebab, seringkali toko-toko atau gerai gitar resmi tak menyediakan layanan untuk custom.

Kampung Gitar Baki

Adalah sebuah kampung yang unik. Lokasinya sekitar 12 kilometer di selatan Kota Solo. Kampung itu berada di Desa Mancasan, Kecamatan Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah. Keunikan kampung itu adalah ratusan kepala keluarganya berprofesi sebagai pengrajin gitar.

Oleh karena itu, tak heran apabila daerah itu mendapat sebutan sebagai kampung gitar Baki. Kadang orang juga menyebut kampung gitar Mancasan.

Kampung gitar Baki memiliki 90 persen warga yang bekerja sebagai perajin gitar.
Sentra kerajinan Gitar di Desa Mancasan, Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah. Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Kampung gitar Baki Sukoharjo sudah berdiri sejak 1975. Di sana, banyak warganya yang memproduksi gitar di rumah mereka masing-masing. Berbagai macam jenis gitar mereka hasilkan. Mulai dari gitar akustik model tanduk, gitar klasik, ukulele, rebab dan berbagai jenis alat musik petik lainnya.

Di Kawasan Mancasan, kerajinan gitar sudah menjadi tulang punggung ekonomi masyarakatnya. Konon, kemampuan merakit gitar para penduduk Mancasan sudah diwariskan secara turun temurun.

Kampung gitar Baki Mancasan adalah sebuah desa dengan ratusan kepala keluarga yang berprofesi sebagai pengrajin gitar. Saat memasuki Kampung Gitar Baki Sukoharjo, wisatawan atau pengunjung sudah langsung dapat melihat bagaimana kepiawaian tangan para pengrajin menciptakan berbagai jenis alat musik petik.

Hampir 90 persen warga yang tinggal di Kampung Gitar Baki Sukoharjo bermata pencaharian dan menggantungkan hidupnya dengan membuat gitar. Konon, bertahannya Kampung Gitar Baki Sukoharjo menjadi desa wisata dan sentra gitar berawal dari pemberdayaan masyarakat yang selalu mengedepankan kearifan lokal.

Kemampuan membuat berbagai macam alat musik petik, dan terutama gitar, sudah dimiliki warga secara turun-temurun. Meski begitu, membuat gitar bukan perkara mudah, karena setiap pengrajin membutuhkan keahlian khusus dan ketelatenan agar menghasilkan alat musik yang mulus dan nyaman dimainkan.

Pembuatan alat musik gitar memerlukan proses panjang. Dimulai dari pemilihan bahan alat music yang akan dibuat. Jenis kayunya, ukurannya, juga modelnya. Setelah itu tentu membuat model dan mulai memotong bahan-bahan.

Kampung gitar Baki sudah memproduksi gitar yang diekspor ke sejumlah negara,
Sejumlah produk gitar karya perajin kampung Baki. Foto: dok. shutterstock

Setelah bentuk dasar jadi, pengerjaannya bermula dari penghalusan dengan ampelas, pendempulan, mengampelas kembali. Setelah itu memasuki tahap pengecatan, pelapisan, hingga dikeringkan. Umumnya cara pengeringan cat masih tradisonal, yakni dengan cara dijemur.

Jadi badan gitar yang sudah jadi dicat, lalu dilapisi dengan melamin, dan kemudian dijemur di tempat terbuka. Atau semi terbuka dengan mengangin-anginkan. Jumlah produksi gitar yang dihasilkan seorang pengrajin tergantung tingkat keahliannya, juga tergantung musim.
Faktor utama untuk pengeringan itu matahari. Kalau musim kemarau bisa 10 lusin dalam sepekan, tapi kalau cuaca mendung paling delapan lusin.

Seperti disebut di muka, Kampung Gitar Baki Sukoharjo ini juga menawarkan pembuatan gitar custom. Model gitar khusus yang tidak ada di pasaran. Pemesan bisa menentukan desain dan bahan yang ingin digunakan. Kayu yang ditawarkan biasanya jenis mahoni, jati Belanda, waru, maupun kayu sengon.

Bahkan para pengrajin gitar di kampung ini juga ada yang melayani reparasi gitar pribadi atau sekedar konsultasi masalah gitar. Ini kemungkinan karena masing-masing pengrajin gitar di Mancasan biasanya punya keahlian khusus. Selain ada pengrajin body gitar, di sana terdapat juga pengrajin stang atau neck, dan juga ada tukang stem gitar.

Seiring berjalannya waktu, industri gitar terus berkembang dan meluas hingga ke seluruh wilayah desa. Bermula dari Desa Mancasan, saat ini industri kreatif pembuatan gitar telah meluas sampai ke Desa Ngrombo di Kecamatan Baki dan Desa Pondok di Kecamatan Grogol.

Bukan hanya pengrajinnya yang bertambah, pelanggan yang mengincar gitar lokal buatan Kampung Gitar Baki juga semakin meluas. Tidak hanya dibeli oleh pecinta dan pemain alat musik petik dari Indonesia, gitar asli pengrajin lokal berhasil menarik perhatian pasar internasional.

Hasil karya kerajinan gitar kampung gitar Baki bisa dinikmati di penjuru nusantara seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Magelang, Salatiga, dan Papua. Tak hanya itu, pesanan gitar juga datang dari penjuru dunia lain. Beberapa negara yang pernah menjadi negara tujuan ekspor gitar akustik hingga ukulele buatan dari Kampung Gitar Baki Sukoharjo di antaranya: Singapura, Filipina, Malaysia, Jerman, Italia, dan sejumlah negara di Eropa lainnya.

Sayangnya perajin gitar di kampung ini belum memiliki merek khusus untuk gitar yang mereka hasilkan. Mereka biasanya menggunakan merek kosong sesuai permintaan pelanggan.

Tertarik punya koleksi gitar yang cuma satu-satunya di dunia? Ayo agendakan liburanmu ke Mancasan, Sukoharjo.

agendaIndonesia

*****

Kepulauan Mentawai Dan 72 Titik Surfing

Untaian 213 pulau eksotik di mentawai dengan pasir putih dan tarian ombak.

Kepulauan Mentawai mungkin ramai diperbincangkan orang saat gempa bumi 2019 lalu. Sejatinya, kepulauan ini sudah menjadi buah bibir banyak orang karena ombak lautnya. Ia menjadi salah satu spot pilihan peselancar dunia di Indonesia. Selain G-land di Banyuwangi, Jawa Timur.

Kepulauan Mentawai

Masyarakat Mentawai, dan sejumlah peselancar, dengan berani menyebut Kepulauan Mentawai sebagai King of Surfing Spot di Indonesia. Mereka menunjuk sejumlah referensi dari majalah surfing internasional menyebutkan tantangan gulungan ombak di perairan Mentawai sebagai kelas dunia.

Kabupaten Mentawai di Provinsi Sumatera Barat ini terkenal sebagai salah satu lokasi surfing terbaik di dunia sejak 1993. Kepulauan ini dikunjungi sedikitnya empat ribu peselancar asing setiap tahunnyan pada musim ombak, yakni mulai Maret hingga September. Terdapat 72 spot ombak surfing di sini. Dua titik ombak, yang dinamai oleh para peselancar sebagai spot Lances Right dan Macaronies, disebut-sebut sebagai 10 titik terbaik di dunia. Ombaknya selalu konsisten.

Sejumlah peselancarprofesional menuturkan, ketinggian ombak di Pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan mencapai 4 meter dengan pecahan gelombang enam kali. Ada 72 titik surfing yang menjadi favorit para peselancar dunia dari Australia, Selandia Baru, Jepang, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Amerika Latin, dan lain-lain.

Setiap Musim surfing,
yakni Maret-September, ribuan peselancar
datang via Padang ke Desa Tuapejat, Pulau Sipora. Jumlahnya lebih banyak wisatawan asing dibandingkan wisatawan domestik. Perbandingannya lebih dari 7.000 wisatawan asing per tahun, sedangkan turis domestik berkisar 2.000 orang.

Ada dua jalur untuk menuju Mentawai. Pertama jalur laut. Selama ini ada Kapal Cepat MV Mentawai yang berangkat dari pelabuhan laut kota Padang ke Pulau Sipora. Jadwal kapal ini tiga kali sepekan dengan daya tampung 200 penumpang untuk satu trip. Dengan tarif tiket sekitar Rp 250-300 ribu per orang, perjalanan menuju Sipora sekitar 3 jam. Bisa pula menggunakan jalur udara dari bandara Minangkabau di Padang menuju Bandara Rokot di Sipora. Sayangnya tiket lebih mahal dan jumlah maskapai dan jadwalnya lebih terbatas.

Penginapan atau akomodasi berupa resor dan homestay juga bermunculan di Mentawai. Sayangnya, masyarakat setempat memang belum banyak berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi yang berkenaan dengan bidang pariwisata. Dari total 30 resor, 50 persen di antaranya milik asing. Masyarakat lokal lebih banyak memanfaatkan bisnis turunannya seperti warung makan dan penyewaan kendaraan bermotornya.

Ada juga sejumlah wisata
minat khusus lain yang tersedia
di Mentawai, seperti fishing di 43 titik, trekking di Desa Madobak Hutan Taman Nasional Siberut, dan mengamati satwa penghuni hutan bakau. Sisi kebudayaan
juga menyajikan kepercayaan tradisional Sabulungan yang berbasis animisme dan budaya tato di kalangan Sikerei (tabib), yang telah ada sejak 1.500 sebelum Masehi atau termasuk yang tertua di dunia.

Masyarakat Mentawai memang sangat dekat dan menghormati alam sekitar mereka. Mereka mempercayai ada tiga roh yang mereka percaya melindungi kehidupan alam Kepulauan Mentawai. Ketiganya ialah Tai Ka Manua sebagai penjaga langit, Tai
 Ka Bagat Koat sebagai penjaga laut, dan Tai Ka Leleu sebagai penjaga hutan dan pegunungan. Dalam praktek kehidupan sehari-hari, peraturan tidak tertulis melarang penduduk Mentawai menebang pohon sembarangan. Penebangan pohon harus melalui ritual khusus. Membuang sampah atau kotoran manusia ke sungai juga hal yang tabu.

Dalam kepercayaan tradisional Mentawai, pohon, sungai, dan seluruh isi alam adalah kehidupan yang patut dihormati. “Penghormatan terhadap kehidupan alam ini yang membuat sungai-sungai di Siberut masih terjaga kejernihannya,” ujar seorang warga lokal. Jika terjadi ketidakseimbangan antara ketiga kehidupan alam tersebut, masyarakat setempat percaya salah satu roh penjaga dapat menunjukkan kemarahannya.

Dinas Pariwisata setempat juga tengah mengembangkan paket Desa Wisata di Madobak dan Simatalu, bagian Barat Pulau Siberut, yang menjadi domisili suku asli Mentawai. Kedua desa itu tengah diusulkan sebagai kawasan konservasi budaya. Paket wisata lain yang juga dirancang adalah wisata herbal karena banyak tanaman herbal di Hutan Taman Nasional Siberut.

Pulau Siberut menjadi satu-satunya pulau di Mentawai yang masih didiami sikerei atau tabib atau ahli pengobatan tradisional. Uma atau rumah tradisional, tempat kediaman sikerei beserta keluarganya juga telah diusulkan kepada UNESCO menjadi warisan budaya dunia. Di uma ini, sikerei melakukan segala aktivitas kehidupannya, seperti menggelar upacara kelahiran dan kematian, pertunjukan tarian budaya, membuat tato di tubuh, mengukir gigi, dan lain-lain

Di jalur trekking di Taman Nasional Siberut, turis bisa melihat langsung satwa endemik, seperti monyet, tupai, musang, tikus, 150 jenis burung termasuk burung hantu, ular, kadal, kura-kura, kodok dan serangga. Sedangkan flora di dalam taman nasional ialah jelutung, gaharu, anggrek, rotan, dan bunga bangkai.

Hampir seluruh wilayah Mentawai memiliki potensi wisata. Jika satu wilayah tidak memiliki gulungan ombak yang menantang, masih ada pantai berpasir putih, taman laut di Teluk Pokai dan Teluk Kaurai, hutan mangrove,
air terjun, dan perbukitan.

Pantai Mapadeggat salah satu pantai yang indah di Pulau Sipora. Pantai hanya jarak 6 km dari Dermaga Tuapeijat. Pantainya panjang dengan pasir yang putih. Sangat alami dengan barisan pohon kelapa yang menambah keindahannya. Di sini kita bisa berenang, snorkeling atau sekadar belajar surfing.

Meski dibalut dengan keterbatasan, penduduk
dan segenap pemangku kepentingan di Mentawai tetap menyambut terbuka seluruh turis lokal dan asing dengan keramahtamahannya.

agendaIndonesia.com

Wisata Ke Kota Bengkulu Dalam 2 hari

Wisata Kota bengkulu Ke Benteng Marlborought

Wisata ke kota Bengkulu dalam dua hari, apa saja yang bisa dikunjungi? Apa saja yang menarik dari kota tempat lahir ibu Fatmawati, istri proklamator dan presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno?

Wisata Ke Kota Bengkulu

Berbatasan dengan Lampung, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan, Bengkulu mempunyai obyek wisata begitu beragam. Dari pantai sampai gunung. Namun, bila hanya mempunyai waktu pendek, berkeliling di kota pun mengasyikkan. Dalam sebuah akhir pekan yang panjang alias 3 hari, terbang kurang dari satu jam dari Jakarta mem- buahkan pengalaman menarik. Jarak antar-obyek wisata juga tergolong dekat.

HARI PERTAMA

Rumah Ibu Fatmawati Soekarno

Tak jauh dari kawasan Simpang Lima, bisa ditemukan sebuah rumah panggung kayu yang terlihat masih apik. Di bagian depan terpampang papan nama: Rumah Ibu Fatmawati Soekarno. Jalan di depannya pun diberi nama Jalan Fatmawati. Terlihat masih cukup baik, rupanya rumah baru direnovasi pada 1980-an dan bukannya rumah yang dihuni oleh Ibu Fatma, melainkan hanya milik saudara Fatmawati yang dihibahkan kepada pemerintah untuk menjadi cagar budaya. Di dalam rumah bisa ditemukan berbagai benda peninggalan Ibu Negara ini. Termasuk berupa mesin jahit yang membuat Sang Saka Merah Putih, juga benda lain termasuk foto-foto lawas.

Rumah Kediaman Bung Karno

Tak jauh dari Rumah Fatmawati, ada Rumah Kediaman Bung Karno. Yang satu ini memang benar-benar pernah menjadi tempat tinggal Bung Karno selama diasingkan di masa penjajahan. Berada di jalan utama, yakni Jalan Soekarno-Hatta yang berada di pusat kota. Di rumah tua dengan halaman luas tersebut masih bisa ditemukan berbagai peninggalan Sang Proklamator sewaktu tinggal di kota ini pada 1938-1942. Di antaranya sepeda ontel, koleksi buku, su- rat cinta kepada Fatmawati, dan lain-lain.

Danau Dendam Tak Sudah

Setelah menyimak sejarah, saatnya me- nikmati sore yang tenang di dekat danau. Berjarak hanya 6 kilometer dari pusat kota, Anda sudah bisa menemukan sua- sana lain. Berupa danau yang tenang dan dikenal dengan nama unik di Kelurahan Dusun Besar, Kecamatan Singaran Pati. Rupanya, keunikan namanya terkait dengan legenda setempat. Perbukitan hijau mengelilingi kawasan cagar alam ini, sehingga hanya sekadar duduk di tepiannya sembari menyeruput kelapa muda atau berkeliling perahu sama-sama menyenangkan. Berada di tepian jalan utama, membuat obyek wisata ini mudah dicapai.

Hidangan Khas Bengkulu

Untuk makan malam, coba cicipi aneka masakan khas lokal di Rumah Makan Inga Raya yang berada di tepi pan-
tai, tepatnya di Jalan Pasar Pantai. Di antaranya pendap—sejenis pepes ikan— sambal tempoyak dan sayur buah kelor.

HARI KE-2

Pantai Panjang

Boleh dibilang, inilah pusat wisata di Kota Bengkulu. Sebagian besar hotel juga berjajar di depan pantai yang mengha-

dap Samudra Hindia ini. Sesuai dengan namanya, pantai ini memang begitu panjang, hingga 6-7 kilometer. Memiliki pasir yang halus, tapi ombak tergolong besar. Namun pantai yang landai dengan lebar 500 meter ini membuat orang bisa bermain bebas di pantai. Fasilitas juga tergolong lengkap, datang di sore atau pagi hari, bisa melakukan aktivitas bera- gam di sini. Berlari, bersepeda, bermain voli pantai atau sekadar bermain pasir. Bila memilih hotel di depan pantai ini, tentu mengasyikkan memulai aktivitas pagi dengan bermain di pantai.

Pantai Tapak Paderi

Pantai Panjang sesungguhnya sambung- -menyambung dengan pantai lain. Salah satunya Pantai Tapak Panderi. Pantai yang awalnya merupakan pelabuhan ini

menawarkan keindahan mentari tenggelam. Jaraknya hanya 100 meter dari obyek wisata lain, yakni Benteng Marlborough. Jadi, bila berada di ketinggian di benteng tersebut, yang tampak pertama adalah Pantai Tapak Paderi.

Kawasan Pecinan

Tak jauh dari Pantai Tapak Paderi dan Benteng Marlborough ada kawasan yang menarik disimak, yakni daerah Pecinan. Dijaga kelestarian sehingga masih menunjukkan khas bangunan Cina di masa lampau. Dimulai dari gerbangnya dalam pulasan merah dan hijau, lengkap de- ngan hiasan dua ular di bagian atasnya. Permukiman kaum Tionghoa ini sudah ada sejak masa penjajahan Inggris.

Benteng Marlborough

Dibangun di masa penjajahan Inggris sebagai benteng pertahanan, berada di dekat pantai dan di kawasan Pecinan. Adalah East India Company yang membangunnya pada 1713-1719. Berbentuk kura-kura dengan parit-parit kecil, bisa ditemukan juga ruang tempat Sukarno ditahan untuk diinterogasi. Menikmat- inya di sore hari menjadi pilihan karena memandang pantai dari ketinggian menjadi pilihan asyik di sini. Apalagi sembari menunggu mentari tenggelam. Di belakang akan terlihat deretan perto- koan Pecinan yang khas.

Pempek

Di hari kedua, mencicipi pempek bisa menjadi pilihan yang menyegarkan. Bisa

mampir di Pempek Buffet Betty yang berada di Jalan S. Parman. Pilihan lain adalah Warung Pempek Saskia di Jalan Natadirja. Tak hanya untuk makan di tempat, beragam pempekm baik kapal selam, lenjer, maupun adaan, bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh.

Pantai Jakat

Setelah Pantai Panjang dan Pantai Tapak Paderi, ada juga Pantai Jakat yang menyambung dan sama-sama mengha- dap Samudra Hindia. Yang menjadi ciri khas adalah deretan perahu nelayan, tapi untuk bermain tergolong lebih nyaman karena kedalaman pantai yang terdalam hanya 1,5 meter. Merupakan pantai ujung timur di antara ketiga pantai tersebut, sehingga hanya 1 kilometer dari pusat kota. Untuk keluarga terdapat sejumlah sarana bermain, seperti banana boat, jet ski, dan lain-lain. Pantai ini
bisa menjadi sasaran di pagi hari di hari ketiga.

Oleh-oleh Khas

Puas bermain di pantai, lantas berkemas, saatnya belanja oleh-oleh dan mening- galkan Bengkulu. Toko oleh-oleh ber- deret di depan Rumah Kediaman Bung Karno. Tinggal pilih, berupa lempuk durian, beragam manisan, kue bay tat, emping melinjo, sirop kalamansi, hingga beragam kerajinan, yang terbuat dari kulit kayu, batik besurek, dan lain-lain.

Rita N./Gunawan W./TL

Bono Surfing Ombak Sungai Setinggi 4 Meter

Boo surfing menjadi daya tarik pariwisata Riau. Foto:dok Dinas Pariwisata Riau

Bono surfing ini cerita khas yang dimiliki Indonesia. Mungkin belum banyak yang paham, kecuali untuk para peselancar. Sepintas kegiatan ini seperti layaknya berselancar atau surfing: kegiatan mengikuti ombak dengan papan selancar. Tapi bono surfing?

Bono Surfing

Umumnya olahraga selancar orang dilakukan di atas ombak laut, Tapi tak rupanya tak selamanya demikian. Ada yang unik di wilayah Riau. Di salah satu provinsi di Sumatera ini, para peselancar tidak melakukan surfing di laut, melainkan di sungai.

Bagi masyarakat Riau, surfing jenis ini dinamakan bono surfing. Lokasinya berada di Sungai Kampar yang terletak di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau.

Bono Surfing di Sungai Kampar menjadi atraksi yang mendunia.
Sungai Kampar di Provinsi Riau, selain keindahannya, ia juga punya atraksi. Foto: shutterstock

Istilah “Bono” ditujukan bagi ombak besar yang ada di sugai Kampar. Fenomena ombak bergulung-gulung di Sungai Kampar ini bukanlah hal baru. Bono dalam bahasa masyarakat setempat berarti berani.

Masyarakat Teluk Meranti dan seitarnya sudah terbiasa melihat ombak besar tersebut sejak zaman nenek moyang mereka. Bahkan, menurut kisah setempat, Ombak Bono merupakan perwujudan dari tujuh hantu yang sering menghancurkan kapal. 

Menurut kisah Sentadu Gunung Laut, yang merupakan cerita masyarakat Melayu lama, ombak bono terjadi karena perwujudan tujuh hantu yang sering menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi Sungai Kampar.

Tujuh hantu itu diwujudkan dalam bentuk tujuh jenis gulungan ombak mulai dari gulungan ombak terbesar di bagian depan diikuti enam gulungan ombak di belakangnya dengan tinggi ombak lebih kecil.
Ombak besar ini ditakuti masyarakat sehingga untuk melewatinya harus diadakan semah, semacam upacara di waktu pagi atau siang hari dipimpin tetua adat setempat dengan maksud agar selamat saat berhadapan dengan ombak bono.

Masih dari cerita yang sama, konon ombak Bono ini dahulunya dijadikan ajang uji ketangkasan bertarung bagi setiap pendekar Melayu Pesisir. Ombak Bono di Sungai Kampar dapat dikatakan cukup tinggi. Dalam waktu-waktu tertentu ketinggian ombak di Sungai Kampar bisa mencapai 4-5 meter. Jelas tak kalah menantang dari ombak di lautan lepas.

Peselancar Ombak Bono Sungai Kampar Kesbangpol riau go id
Para peselancar bono di Kampar, Riau. Foto: dok. Kesbangpol.riau.go.id

Bono memenag termasuk peristiwa langka ombak di Sungai,  meskipun bukan satu-satunya. Sungai Kampar termasuk sebagai sungai nomor lima terpanjang di pulau Sumatera. Panjangnya mencapai 413 kilometer, di mana hulunya berada di Kabupaten Lima Puluh Kota di Sumatera Barat dan bermuara di Selat Malaka.

Fenomena alam langka di Sungai Kampar ini terjadi akibat pertemuan arus pasang laut dengan arus sungai. Dikutip dari kompas.com, umumnya puncak Bono atau gelombang tertinggi dapat diprediksi sesuai kalender bulan purnama, atau berdasarkan kalender tarikh qomariyah.

Arus ombak ini bergerak dari muara di wilayah Desa Pulau Muda menuju Desa Teluk Meranti dan Tanjung Metangor. Tidak main-main, jarak yang ditempuh ombak Bono bisa sejauh 50-60 km, dengan kecepatan 40-50 km/jam.

Keunikan Bono Surfing adalah ombaknya yang berlawanan dengan arah arus sungai, sehingga tekanannya cukup deras. Tak seperti ombak besar di laut, ombak bono bisa mencapai panjang sekitar 200 meter hingga dua kilometer mengikuti lebar sungai.

Hal yag kemudian menaik perhatian adalah adanya Festival Bekudo Bono. Ini pesta selancar bono di sungai Kampar. Tak main-main ia menjadi incaran peselancar internasional

Ya betul. Menjajal bono surfing bukan hanya tantangan peselancar lokal, namun juga peselancar mancanegara. Pemerintah daerah setempat melirik hal tersebut sebagai sebuah potensi pariwisata. Hingga tercetuslah event tahunan bertajuk: International Bono Surfing Festival dan Bekudo Bono. Kedua festival ini jadi sasaran pemecahan rekor dunia oleh para peselancar lokal maupun internasional.

Bono Surfing Dok Kemenparekraf
Tak kalah menantang dengan ombak laut, Bono surfing punya pecintanya. Foto: dok. kompas-kemenparekraf

Pada 2013, misalnya, peselancar asal Inggris, Steve King bersama dua rekannya berlomba adu ketangkasan dalam Bono Surfing. Mereka berhasil memecahkan rekor setelah berselancar sejauh 12,3 kilometer selama 1 jam 13 menit. Rekor ini kemudian dipatahkan oleh James Cotton yang berhasil melakukan bono surfing sejauh 17,2 kilometer, dan sukses mencatatkan namanya dalam Guinness Book of The World Record

Selain adu ketangkasan melalui Bono Surfing, pemerintah juga mengemas event selancar tahunan ini dengan sangat apik. Salah satunya adanya tambahan agenda Bono Jazz Festival dan camping ground pada Festival Bekudo Bono 2019. Harapannya upaya kreatif pemerintah ini menarik minat lebih banyak peselancar lokal dan internasional untuk melakukan Bono Surfing di Sungai Kampar.

agendaIndonesia/Kemanparekraf

*****

Waterfront Bajo, 1 Ikon Baru Labuhan Bajo

Waterfront Bajo menjadi ikon baru wisata di Labuhan Bajo, Manggarai Barat, NTT.--Fptp Kemenparekraf

Waterfront Bajo menjadi ikon baru di Labuhan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Ini merupakan salah satu dari program penataan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo. Saat ini infrastrukturnya telah rampung dibangun, siap digunakan dan telah dilengkapi dengan fasilitas kelas dunia dan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan.

Waterfront Bajo

Banyak wisatawan lokal mengaku kagum dengan pembangunan Waterfront City Labuan Bajo. Selama ini, mereka hanya melihat bangunan megah berkelas dunia tersebut di televisi dan internet. Kini, warga Labuan Bajo dan sekitarnya, bisa melihat langsung tempat yang indah nan megah di Labuan Bajo.

Waterfront Bajo juga menjadi hub bagi mereka yang ingin mengunjungi Pulau Padar.
Pukau Padar sebagai salah satu destinasi ketika wisatawan mengunjungi Labuhan Bajo. Foto: shutterstock

Sejak rampung pembangunan Waterfront City atau kini juga sering disebut Waterfront Bajo  di Labuan Bajo tempat itu menjadi magnet baru bagi warga dan wisatawan. Terlebih setiap sore hari, tempat yang disebut sebagai titik nol kota Labuan Bajo itu selalu dipadati wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Para wisatawan tampak berfoto di atas tangga-tangga Waterfront dengan latar belakang pantai dan gugusan pulau-pulau mungil di sekitar kota Labuan Bajo.

Sore hari saat menjelang matahari tenggelam, pelabuhan Bajo dengan latar pulau-pulau kecil seperti Pulau Bajo atau pulau Monyet. Sungguh pemandangan yang ikonik.

Ada juga, misalnya, wisatawan yang datang untuk sekadar nongkrong santai bersama keluarga dan kerabat. Mereka duduk-duduk santai sambil menunggu saat matahari tengggelam seraya menikmati kopi khas Manggarai. Ini banyak dijajakan penjual kopi keliling.

Wajah baru Pantai Marina Bukit Pramuka ini memang menjadi magnet baru bagi warga dan wisatawan, selalu ramai pengunjung apalagi di saat sore hari. Bukannya tanpa alasan, kota pinggir pantai ini adalah titik nol kota Labuan Bajo yang tiap harinya penuh dengan aktifitas seni dan promosi UMKM yang dapat mengembangkan pariwisata dan perekonomian Labuan Bajo.

Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina menyatakan, adanya wisata baru tersebut sebagai satuan kerja di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (Flores) memegang fungsi koordinasi lintas dalam rangka mempercepat pembangunan pariwisata di Labuan Bajo.

Badan Otoritas Labuan Bajo dan Flores (BOLBF) bersama beberapa lembaga dan pemangku kepentingan telah merampungkan pembangunan Waterfront City pada Februari 2022 lalu. Waterfront City Labuan Bajo terdiri dari lima zona.

Terdapat lima zona yang bisa dikunjungi dari mulai kulineran, jalan santai, nonton pertunjukkan seni, hingga cinderamata yang unik semua ada disini. Ke limanya yaitu Zona 1 (Bukit Pramuka) sebagai tempat untuk pejalan kaki; Zona 2 (Kampung Air), berupa zona terbuka dengan tema Tangga Bajo; Zona 3 (dermaga, plaza dan ruang publik), Zona 4 (Marina dan bagian dari plaza hotel), dan Zona 5 (struktur kantilever).

Setiap zona akan dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung lainnya. Satu yang menjadi sorotan adalah pembangunan Tourist Information Center (TIC) yang berada di Zona 4. Bekerjasama dengan Kementrian Perhubungan, TIC ini dibangun dan dikelola bersama guna membantu pengunjung yang datang dalam pencarian informasi terkait pariwisata di Labuan Bajo.

Pembangunan Waterfront City Labuan Bajo sangat mengutamakan keterlibatan penduduk sekitar. Misalnya saja sejak awal mula mendesain Zona 2 dan 3 yang dibangun di Kampung Air, BPOLBF berembuk dengan masyarakat setempat agar pembangunan ini sesuai dengan ekspektasi mereka. Selain itu, Kampung Air juga akan menjadi wilayah heritage (tradisi) dan beberapa rumah di sana akan direnovasi menjadi homestay, kios dan kafe yang akan dibina langsung melalui program BPOLBF.

Waterfront Bajo dibangun menjadi ikon baru dari Labuhan Bajo.
. Puncak Waringin sebagai creative hub di Labuhan Bajo. Foto: Shuttestock

Di dekat waterfront Bajo pemerintah juga membangun creative hub Puncak Waringin. Dibangun di atas lahan seluas 1700 meter persegi, creative Hub Puncak Waringin terdiri dari dua bangunan utama. Pertama Rumah Tenun dan kedua Rumah Souvenir.

Bangunan Rumah Tenun terdiri dari area kios kuliner, hingga berbagai workshop subsector kriya. Sementara Rumah Souvenir adalah sebuah bangunan yang terdiri dari ruang pameran sekaligus menjual cindera mata karya pelaku ekonomi kreatif lokal.

Waterfront Bajo adalah ruang publik. Jadi siapapun boleh menggunakan area waterfront untuk aktivitas, baik itu aktivitas dari komunitas dan bisa diisi oleh event-event selama mendapat izin dari pihak pengelola waterfront, menjaga kebersihan, dan menjaga segala fasilitas yang dibangun tersebut. Sebagai bangunan yang didesain sebagai ruang publik, BPOLBF bersama kementerian dan lembaga terkait berupaya untuk selalu melibatkan masyarakat lokal dan mengenalkan salah satu bangunan ikonik Labuan Bajo itu ke dunia.


Dengan hadirnya Waterfront City, Shana berharap Labuan Bajo bisa menjadi destinasi wisata yang dapat memberikan pengalaman penuh tentang Labuhan Bajo dan Nusa Tenggara Timur melalui berbagai pilihan wisata alam, budaya dan aktivitas lainya. Waterfront City Labuan Bajo merupakan salah satu simbol kesiapan BPOLBF untuk pariwisata yang lebih baik di Nusa Tenggara Timur sebagai Destinasi Super Prioritas.

agendaIndonesia

*****

Keliling Asia Afrika di 1 Lokasi Bandung? Wow …

Keliling Asia Afrika dalam 1 hari di kota Bandung

Keliling Asia Afrika bisa dinikmati dalam satu hari dan tak perlu jauh-jauh lompat antar-negara, cukup datang ke Bandung. Di ibu kota Jawa Barat ini sejak 8 Desember 2019 punya sebuah spot wisata menarik: The Great Asia Africa. Sempat ditutup saat awal pandemi Covid-19, namun pertengahan Juni 2020 dibuka kembali dengan protokol kesehatan yang ketat.

Keliling Asia Afrika

The Great Asia Africa berlokasi di Lembang, Bandung. Lokasinya yang berada di kawasan wisata berudara sejuk membuat spot wisata yang termsuk baru ini perlu dipertimbangkan masuk dalam daftar kunjung saat main ke kota kembang ini.

Sesuai namanya, tempat wisata ini menyatukan konsep wisata kekinian, alam, sekaligus edukasi tentang sejumlah negara di benua Asia dan Afrika. Wisatawan bisa melihat dan menikmati bangunan-bangunan ikonik di sejumlah negara. Selain itu, tempat ini memiliki daya tarik lainnya.

Tempat wisata yang tepatnya berada di kawasan Lembang ini terkenal karena menawarkan sensasi keliling tujuh negara tanpa harus berangkat ke negeri-negeri tersebut. Ini karena terdapat miniatur destinasi wisata terkenal dari tujuh negara itu. Para pengunjung bisa melihat beberapa landmark terkenal di negara-negara seperti Thailand, Korea Selatan, Jepang, India, serta negara dari Afrika dan kawasan Timur Tengah dan tentu saja Indonesia.

Keliling Asia Afrika bisa dilakukan dengan mengunjungi The Great Asia Africa di Lembang, Bandung.
Keliling Asia Afrika di Bandung salah satunya ke negeri Korea Selatan. Foto: dok. shutterstock


Sejumlah landmark negara-negara tersebut dibangun dan ditata sedemikian rupa hingga mirip aslinya. Salah satunya, misalnya, duplikat Fushimi Inari Taisha, kuil Shinto yang berada di Fushimi-ku, Kyoto, Jepang. Atau, pengunjung juga bisa menyambangi miniatur desa tradisional di Korea Selatan. Jika berkunjung ke area tersebut, wisatawan seakan sedang berlibur ke Bukchon Hanok Village atau Kampung Utara di Seoul, Korea Selatan.

Tak kalah jika dibandingkan saat berwisata di Jepang, Korea, India atau negara lain. Di kawasan-kawasan masing-masing negara, pengunjung juga bisa menjajal pakaian tradisional negara-negara itu. Selain miniatur negara berupa bangunan, The Great Asia Afrika juga menghadirkan berbagai budaya dari tujuh negara seperti kostum khas hingga tradisi yang biasa digelar di negara-negara Asia Afrika tersebut.

Pengunjung, misalnya, bisa menyewa pakaian adat Lehenga Choli yang dikenal berasal dari Rajasthan, India. Pakaian ini sering dipakai pada saat festival, pernikahan, atau acara khusus di India. Usai menyewa, pengunjung bisa langsung foto di salah satu spot miniatur kota Jaipur.

Tak hanya berfoto dan berkeliling, ada fasilitas transportasi kereta derek untuk berkeliling. Pengunjung bisa menggunakan fasilitas kereta derek. Kereta ini akan memudahkan untuk berkeliling ke setiap landmark yang ada. Pengelola The Great Asia Afrika telah menyediakan dua buah kereta derek yang siap mengantarkan pengunjung menjelajahi tujuh negara.

Selain mencoba pakaian tradisional masing-masing negara, pengunjung juga bisa menikmati tradisi lainnya. Misalnya tradisi kulinernya. Ada tradisi minum teh ala Jepang, ada pula cara membuat kimchi dan lainnya dari Korea Selatan. Ada pula sate khas Afrika yang dijajakan dengan potongan pisang. Jadi pengunjung ada pengalaman merasakan tradisi dari negara luar tanpa harus datang langsung ke negeri tersebut.


Ada pula atraksi-atraksi khas negara-negara tersebut. Misalnya saja ada penampilan penari-penari India. Juga Thailand. Pengunjung juga bisa membeli makanan, suvenir, dan belajar kebudayaan dari masing-masing negara.


Sejak dibuka kembali 13 Juni 2020, The Great Asia Afrika Lembang Bandung mempunyai waktu operasional mulai pukul 09.00-18.00 WIB setiap harinya. Pengelola melakukan protokol kesehatan yang cukup ketat. Terdapat beberapa protokol kesehatan yang wajib ditaati seluruh pengunjung dan petugas The Great Asia Afrika Lembang di antaranya menggunakan masker, menjaga jarak, mengecek suhu tubuh, dan rajin mencuci tangan.

Pihak pengelola The Great Asia Afrika Lembang juga sempat hanya mengkhususkan menerima pengunjung untuk mereka yang ber-KTP Jawa Barat saja. Namun mulai 9 Juli 2020, pengunjung asal luar Jawa Barat atau bukan KTP Jawa Barat sudah bisa berkunjung kembali–tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Semua tetap dengan tiket masuk sebesar Rp 50 ribu per orang.

Keliling Asia Afrika berwisata sambil menikmati tradisi dan kuliner negeri-negeri Asia dan Afrika.
Salah satu sudut di Great Asia Africa Bandung. Foto: dok. shutterstock


Pembukaan wahana wisata ini di Bandung tentu saja tak lepas dari sejarah kota ini menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika. Makanya disini menampilkan bangunan dan budaya dari sebagian negara Asia Afrika tersebut.


Suasana di negara-negara yang berbeda, membuat The Great Asia Afrika memiliki banyak spot Instagramable. Bangunan dan ornamen unik di sana sangat mendukung untuk menghasilkan foto-foto dokumentasi yang maksimal dan layak dipamerkan ke handai taulan.

Jangan lupa pula untuk mengunjungi toko oleh-oleh di The Great Asia Africa. Mulai dari aksesoris, kerajinan tangan, kerajinan kayu, hingga alat musik dari negara-negara tersebut tersedia .

agendaIndonesia

*****

Pulau Kenawa Sumbawa, 1 Savana dan 1 Bukit

Kapal phinisi komodo bisa hop in-hop off, salah satunya ke Pulau Kenawa

Pulau Kenawa Sumbawa, 1 savana, 1 bukit, dan nyaris tanpa penghuni. Bisakah dibayangkan mencoba petualangan di sebuah pulau tanpa penghuni? Kedengarannya asyik dan menantang. Bukan saja karena harus bertahan hidup tanpa listrik dan tinggal di tenda tanpa penerangan, tapi juga mesti menempuh perjalanan menyeberang lautan yang penuh tantangan.

Pulau Kenawa Sumbawa

Adalah pulau Kenawa di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, sebuah pulau kecil yang masih tanpa penghuni. Pulau ini memang belum sepopuler pulau-pulau kecil lain di sekitar pulau Lombok seperti Gili Trawangan atau Gili Air. Namun sejatinya, ia punya lanskap alam yang tak kalah elok dibanding dua pulau tersebut.

Pulau ini luasnya hanya 13 hektare. Di sana nihil penerangan dan kehidupan manusia. Hanya ada padang savana dan sebuah bukit. Tempat ini rasanya cocok untuk menyepi. Sebuah liburan yang tenang. Biasanya untuk berkemah dan snorkeling.

Menuju ke Kenawa pengunjung, tentu, harus menggunakan moda perahu nelayan atau kapal-kapal kayu milik penduduk setempat. Kapal kayu banyak dijumpai di tepi Pelabuhan Poto Tano, Sumbawa Besar. Dari Lombok Timur, pertama kita menyebarang ke a pulau Sumbawa. Biaya per orang sekitar Rp 17 ribu. Dari dermaga feri Poto Pano di Sumbawa, kita tinggal menuju ke dermaga penduduk, di mana perahu-perahu mereka ditambatkan. Jaraknya sekitar 500 meter dari dermaga feri

Di dermaga penduduk, kita harus menemui pemilik kapal. Biasanya ada yang mau disewa utuh, namun jika beruntung kita bisa share sewa dengan pengunjung lain. Jadi lebih murah. Satu perahu cadik untuk sekitar 6 orang biasanya bisa disewa Rp 300-400 ribu untuk pulang pergi. Namun, jika kita hendak menginap atau berkemah dan minta dijemput keesokan harinya kita harus tawar-menawar lagi.

Untuk menuju Kenawa, pengunjung harus menyusuri laut di perairan Sumbawa ke arah barat laut pulau itu. Kapal penduduk yang kami pakai, milik Jaharudin,  seperti kapal kayu nelayan lainnya: kapal kayu dengan dua cadik di sisi kanan dan kiri.

Di lambung kapal terdapat tempat duduk kayu. Tempat duduk itu berhadap-hadapan. Penumpang biasanya diminta duduk berhadapan, supaya seimbang kanan dan kirinya. Cek juga soal ketersediaan pelampung. Maklum kapal penduduk yang rata-rata memang mahir berenang, tapi wisatawan?

Belakangan rata-rata pemilik kapal sudah menyediakan pelampung yang tersedia di dekat tempat duduk karena sering disewa pengunjung. Jumlah pelampung itu cukup banyak. Kira-kira lebih dari delapan. Jumlah yang melebihi kapasitas penumpang. Jika ingin aman, pengunjung bisa memakai pelampung sejak awal.

Kapal kayu umumnya tak melaju terlalu kencang, sebab cuma dengan satu mesin. Suara deru kapal langsung memekak. Badan kapal berjalan bergelombang, naik dan turun megikuti gelombang laut. Byar..byar… Suara cadik keras menabrak ombak.

Kapal itu tak berdinding. Kami bisa menyaksikan pemandangan sekeliling 360 derajat. Tangan kami juga bisa menyentuh laut. Cukup dijulurkan dan badan merunduk sedikit. Air laut berwarna biru agak tua, itu menandakan perairan tersebut agak dalam.

Makin ke tengah laut, warna air makin biru tua. Gelombang pun makin tinggi dan percikan air makin banyak masuk ke badan kapal. Tas penumpang tak ayal basah. Karena itu, sebaiknya tas dibalut rain cover supaya isinya tak ikut kuyup.

Perjalanan menyusuri laut lepas menuju pulau tak berpenghuni itu berlangsung 45 menit jika gelombang laut agak tinggi. Jika laut sedang tenang, perjalanan akan ditempuh sekitar 30 menitan. Meski menantang, pengalaman ini mahal harganya. Butuh keberanian dan kepercayaan terhadap nakhoda, juga kerendahan hati pada alam.

Tiba di Kenawa, ada satu dermaga untuk kapal merapat. Namun kadang, tak sedikit pengunjung yang memilih turun langsung ke air. Maklum airnya bening dan tak dalam, seakan memanggil untuk diterjuni.

Tak ada permukiman di Kenawa. Namun, saat ini ada sebuah warung yang dihuni penduduk lokal daratan bernama Ibu Nur. Ia tinggal di gubuk di pinggir pulau, kadang kembali ke daratan besar di Sumbawa. Bu Nur ini menyewakan tenda buat tamu-tamu yang ingin menginap. Tenda disewakannya dengan harga mulai Rp 30 ribu, sesuai ukuran besar dan kecilnya.

Bu Nur tentu saja juga menjual bermacam-macam makanan. Namun, tak ada salahnya, jika pengunjung membawa bekal yang cukup jika hendak main ke Kenawa. Terutama jika hendak menginap. Bawa bekal yang cukup, termasuk perlengkapan P3K. Dan jangan lupa minta nomor kontak di Poto Tano ketika lapor hendak menyebrang, untuk jaga-jaga jika ada kondisi tidak diinginkan.

Di Kenawa, pelancong akan langsung disuguhi komposisi alam yang harmonis, puluhan gradasi warna laut, karang-karang hidup, dan beragam jenis ikan yang menari-nari tak jauh dari sandaran kapal. Air yang jernih serupa kaca memudahkan pandangan wisatawan menemukan ikan-ikan nemo yang sembunyi di balik koral.

Di sisi barat, kalau langit cerah, pengunjung akan memperoleh pemandangan Gunung Rinjani. Di tengah-tengah pulau Kenawa sendiri, terdapat sebuah bukit cukup tinggi yang berbentuk seperti kerucut. Bukit ini menjadi ikon Kenawa.

Jika pengunjung mendakinya, dari puncak orang-orang dapat menyaksikan seluruh sisi Kenawa, mulai muka hingga punggungnya. Namun, meski tak terlampau tinggi, bukit tersebut cukup sulit didaki. Jalurnya yang terjal dan licin membuat kaki sulit berpijak.

Di kanan-kiri jalur pendakian menuju bukit, tak ada pepohonan. Memang, pulau ini tak ditumbuhi pepohonan tinggi. Hanya rerumputan dan beberapa tanaman bakau.

Bila angin berembus, suara rumput yang bergesekan satu sama lain terdengar seperti lagu alam yang membuat pikiran menjadi tenang. Bahkan suaranya lebih mirip dengan instrumen pengantar meditasi. Ditambah lagi dengan gemericit burung yang bertengger di ranting-ranting kering atau lalu-lalang di atas pulau.

Sewaktu matahari terbit dan terbenam, rerumputan di Pulau Kenawa akan berubah warna menjadi kemerahan oleh pantulan cahaya matahari. Pemandangan tersebut membuat pulau makin sempurna menjadi tempat untuk mendamaikan diri.

Tertarik? Ayo agendakan Indonesia-mu.

F. Rosana/shutterstock

Dolan Ke Borobudur, 5 Wajib Kunjung

Dolan ke Borobudur, selain menikmati kemegahan candi Budha terbesar juga ada sejumlah destinasi lain. Foto: dok shutterstock

Dolan ke Borobudur di kawasan Magelang, Jawa Tengah, tak hanya mengunjungi candi Budha terbesar di dunia itu, namun juga dapat berkeliling ke sejumlah tepat di sekitarannya. Ada soal wisata agro yang unik karena banyak dijumpai buah langka, ada tempat nongkrong kekinian, ada juga desa wisata yang keren.

Dolan ke Borobudur

Resmi dibentuk sejak 2018, Badan Otorita Borobudur (BOB) hadir sebagai realisasi dari Peraturan Presiden tentang Pembentukan Badan Otoritas Pariwisata Borobudur. Kehadiran Badan Otorita Borobudur bukan hanya untuk menggenjot pariwisata dan ekonomi kreatif di kawasan candi, melainkan juga menjaga kelestarian situs warisan dunia tersebut.

Belakangan Badan Otorita Borobudur mengembangkan Zona Otorita seluas 309 Hektare. Zona ini merupakan kawasan pariwisata eksklusif yang bernuansa alam, dan mengusung konsep kelestarian serta keramahan pada alam.

Dolan ke Borobudur juga bisa meniikmati sejumlah desa wisata, taman buah, juga tempat nongkrong.
Destinasi utama doan ke Borobudur tentu saja mengunjungi candinya. Foto: Dok. shutterstock

Area Badan Otorita Borobudur meliputi: Magelang, Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, dan Semarang. Menariknya, di sekitar area Badan Otorita Borobudur terdapat beberapa destinasi wisata yang mengusung konsep sustainable tourism, atau pariwisata berkelanjutan yang layak dikunjungi. Berikut beberapa daftar destinasi kalau donal ke borobudur.

Kebun Buah Langka Sedayu

Dolan ke Borobudur bisa dimulai ke kota pelajar Yogyakarta. Di sini ada destinasi wisata perkebunan yang menjadi rumah bagi 350 tanaman buah langka. Kebun buah ini telah dikembangkan sejak 2012, namun baru dibuka untuk umum pada 2015.

Salah satu tanaman unik yang ada di Kebun Buah Sedayu adalah jambu stroberi. Dari namanya saja sudah terlihat keunikannya. Tanaman dari Amerika Selatan ini memiliki warna merah menyala dan punya rasa asam. Meski banyak buah unik, namun jangan coba-coba memetik buah ini di kebun tanpa pengawasan petugas. Karena ini termasuk buah langka.

Desa Wisata Nglanggeran

Masih berada di Yogyakarta, Dolan ke Borobudur juga dapat mengunjungi Desa Wisata Nglanggeran. Desa yang menerapkan konsep ekowisata ini memiliki beberapa destinasi unggulan, seperti Embung Nglanggeran dan Air Terjun Kedung Kandang.

Selain wisata alam, Desa Wisata Nglanggeran juga memiliki budaya khas yang menjadi daya tarik wisata, seperti seni musik karawitan dan reog mataraman. Terdapat juga peternakan kambing etawa di area ini yang menambah keunikan Desa Wisata Nglanggeran.

Perbukitan Menoreh

Berada di wilayah Kulon Progo (Yogyakarta) dan Purworejo (Jawa Tengah), dari Perbukitan Menoreh para wisatawan yang dolan ke Borobudur bisa menikmati pemandangan Kulon Progo dari ketinggian. Ada beberapa di area Perbukitan Menoreh antara lain Puncak Suroloyo, Gunung Kendil, Tumpeng Menoreh, dan Puncak Widosari. 

Tumpeng Menoreh menjadi salah satu acara jika dolan ke Borobudur.
Tumpeng Menoreh. Foto: DOk. Shuttterstock

Untuk menambahkan nilai jual Perbukitan Menoreh, pemerintah berencana menambahkan unsur budaya dan kuliner, seperti di Tumpeng Menoreh. Di lokasi ini ada beragam menu lokal yang dibuat langsung oleh penduduk sekitar, seperti ayam madu wijen hingga garang asem.

Geopark Sewu

Geopark Gunung Sewu sebenarnya masih ada kaitannya dengan Desa Wisata Nglanggeran. Namun di destinasi wisata ini lebih menekankan pada wisata alamnya. Secara keseluruhan, Geopark Gunung Sewu meliputi: gunung, sungai, lembah, air terjun, gua, hingga kawasan pantai. 

Jika Sobat Parekraf bosan mengunjungi wisata alam, di area ini terdapat gedung etalase. Di dalam gedung ini tersimpan ratusan bebatuan dan fosil yang berasal dari kawasan Geopark Gunung Sewu, serta daerah-daerah sekitar geopark, seperti Kebumen.

Dolan Deso ke Desa Karangrejo

Terakhir, bagi yang ingin menikmati dolan ke Borobudur bisa menikmati wisata berkelanjutan di kawasan Badan Otorita Borobudur. Cobalah bermain atau mengunjungi Desa Wisata Karangrejo. Desa wisata ini berhasil mendapatkan sertifikasi sebagai Desa Wisata Berkelanjutan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf). 

Salah satu daya tarik di desa seluas 174 hektare ini adalah Gereja Ayam atau Bukit Rhema, Kebun Buah Karangrejo, serta Bukit Barede. Menariknya lagi, pengelola Desa Wisata Karangrejo juga menyediakan paket-paket wisata, yang terdiri dari belajar bercocok tanam, menyusuri sungai dengan naik mobil jeep, dan berkeliling desa dengan sepeda onthel.

Itulah lima destinasi wisata berkelanjutan di kawasan Badan Otorita Borobudur. Sesuai dengan konsepnya, area-area ini saling berdekatan dengan Kompleks Candi Borobudur, sehingga mudah untuk dijangkau selepas mengunjungi Candi Buddha terbesar di dunia ini.

Ayo dolan ke Borobudur.

agendaIndonesia/Kemenprekraf

*****

Keris Desa Aeng Tong-tong Warisan Abad 14

Keris Desa Aeng Tong-tong memiliki sejarah yang panjang. Bahkan sejak abad 14.

Keris Desa Aeng Tong-tong di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, akhir-akhir ini makin dikenal publik awam. Ya, sebab bagi pecinta keris, desa ini sudah lama dikenal dan menjadi salah satu pilihan jika hendak memesan senjata tradisional yang sarat seni ini.

Keris Desa Aeng Tong-tong

Nama Desa Aeng Tong-tong melambung setelah menjadi salah satu dari empat desa wisata dari Provinsi Jawa Timur yang berhasil masuk 50 besar ADWI 2022. Terpilihnya Desa Wisata Aeng Tong-tong dalam kategori “Desa Wisata Terbaik” ADWI 2022 bukan tanpa alasan. Desa ini memiliki budaya serta kearifan lokal yang khas dan tidak dimiliki daerah lainnya, yakni sebagai desa penghasil keris dengan empu terbanyak

Keris Desa aeng Tong-tong menjadi salah satu pilihan para kolektor keris.
Para empu tengah menempa besi untuk menjadi keris. Foto: dok shutterstock

Buat yang masih sedikit asing dengan salah satu desa wisata terbaik di Jawa Timur ini, Desa Aeng Tong-tong merupakan wilayah dataran tinggi dan sebagian besar dataran rendah di pulau Madura. Desa Aeng Tong-tong dikelilingi berbagai sumber daya alam yang melimpah, seperti sawah, ladang tembakau, ladang padi, kebun kelapa, perbukitan, dan banyak lagi.

Desa Aeng Tong-tong adalah desa yang menjadi rumah bagi sekitar 640 empu —sebutan bagi perajin keris—di Sumenep. Kualitas mereka bahkan sudah diakui dunia. Sejak 2014, Sumenep telah mengukuhkan dirinya menjadi Kota Keris. Bahkan UNESCO telah pula menetapkan Kabupaten Sumenep sebagai daerah perajin keris terbanyak di dunia, dan sebagian besarnya ada di Desa Aeng Tong-Tong.

Menilik sejarahnya, dari empat kabupaten yang ada di Madura, salah satu yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan seni yaitu Songeneb atau kini disebut Sumenep. Pemilihan kata Sumenep diresmikan pada masa Penjajahan Belanda agar memudahkan pengucapan.

Desa Aeng Tong-Tong merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep. Desa ini memang memiliki banyak potensi, baik dari segi sumber daya manusia dan sumber daya alamnya.

Terpilihnya desa ini menjadi pusat industri bukan hanya karena keterampilan yang dimiliki masyarakatnya. Tetapi dari sejarahnya, budaya perkerisan yang dimiliki. Keris Desa Aeng Tong-tong mengalami pertumbuhan pesat pada masa pemerintahan Pangeran Joko Tole pada abad 14.

Desa Aeng Tong-tong adalah satu-satunya desa di Indonesia yang hampir 100 persen warganya adalah perajin keris. Menurut Mpu Sanamo, salah seorang perajin keris di desa tersebut, mereka mempunyai rumah asli peninggalan nenek moyang yang masih dipelihara keasliannya sampai saat ini. Di dalamnya ada sebuah pusaka yang diikat di sebuah tiang rumah, dan tidak pernah dipindahkan sampai sekarang.

Mengutipo jurnal Makna Keris dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat di Surakarta (2008) karya Akhmad Arif Musadad, keris sebagai benda pusaka dipercaya memiliki kekuatan supranatural. Ini menyebabkan banyak mansyarkat yang mengagumi, menghormati dan menyimpannya.

Hingga sekarang, aktivitas membuat keris Desa Aeng Tong-tong masih terus dilestarikan, bahkan sudah menjadi mata pencaharian sebagian besar masyarakat desa wisata tersebut. Demi terus melestarikan tradisi ini, budaya pembuatan keris Desa Aeng Tong-tong sudah dikenalkan pada anak-anak sejak memasuki usia sekolah dasar.

Diperkirakan, hingga saat ini ada ratusan empu yang berprofesi secara aktif sebagai perajin atau pembuat keris di Desa Aeng Tong-tong. Biasanya, keris yang dibuat di Desa Aeng Tong-tong digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar, pesanan pedagang, atau bahkan memenuhi para pesanan kolektor baik di dalam negeri atau mancanegara.

Ciri khas keris Desa Aeng Tong ada pada garapan badan kerisnya maupun warangka (sarung keris) yang halus dengan ukiran yang sangat indah. Proses pembuatannya tentu saja sangat panjang.

Keris Desa Aeng Tong-tong diproduksi oleh sekitar 640 empu pembuat keris.
Membakar besi untuk ditempa. Foto ilustrasi: shutterstock

Tak sembarang orang bisa membuat keris. Para empu tidak asal menempa besi panas, mereka juga harus berpengalaman dan paham mengenai seluk-beluk tentang keris.

Proses pembuatan keris dimulai dari pemilihan besi dan penempaan untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan. Dilanjutkan dengan metode penghalusan, menambahkan tembaga atau emas untuk diukir sesuai pesanan, hingga terakhir proses penyepuhan agar mendapatkan warna kering yang diinginkan.

Setidaknya dibutuhkan ribuan lapisan untuk menciptakan keris berkualitas terbaik. Selain itu, untuk bisa mendapat ketajaman keris, pada bagian tengah disisipkan lapisan baja. Setelah itu, keris akan terus ditempa dan diberi lapisan, supaya lebih kuat.

Sampai menjadi sebuah keris setidaknya terdiri dari 150 lipatan. Setelah dirasa cukup, maka bahan dasar tersebut kemudian diperhalus dengan gerinda. “Ditambahkan tembaga atau emas, dan kemudian diukir sesuai pesanan,” ujar Mpu Sanamo, perajin keris lainnya dari Desa Aeng Tong-tong.

Setelah proses penempaan, pembuatan keris dilanjutkan dengan pembentukan bilah dan proses kinatah (ukir besi). Ini dilanjutkan lagi dengan proses warangka atau pembuatan sarung keris dari bahan kayu. Hingga proses terakhir adalah mewarangi atau memberi lapisan pada besi kerisnya, biasanya campuran cairan arsenic dengan air jeruk nipis yang dioleskan atau untuk celupan kerisnya.

Keris Desa aeng Tong-tong adalah prosuk seni yang cocok untuk dikoleksi.
Keris Desa Aeng Tong-tong Sumenep indah untuk dikoleksi. Foto: dok, shutterstock

Proses pembuatannya memang sangat panjang. Tidak heran jika satu keris rata-rata bisa memakan waktu pengerjaan 2 hingga =6 bulan. Hal ini tergantung pada kesulitan dari ukiran serta bentuk keris yang dibuat.

Setelah melewati tahapan pembuatan keris, biasanya para empu di Desa Aeng Tong-tong akan menghelat ritual pencucian keris dan ziarah makam leluhur. Biasanya, ritual tersebut akan dilakukan bersama dengan pesta rakyat dan diramaikan dengan kesenian tradisional.

agendaIndonesia

*****

3 Warung Legendaris Bandung yang Tetap Digandrungi

Mie Koclok Bandung

3 warung legendaris Bandung ini mungkin bisa menjadi pilihan saat mencari sarapan atau bahkan makan malam di ibukota Jawa Barat ini. Ada yang punya sejarah sangat panjang.

3 Warung Legendaris Bandung

Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum. Kira-kira begitulah kalimat gambaran kalimat untuk kemolekan tanah yang melingkupi Kota Bandung ini di mata sang budayawan kawakan, Martinus Antonius Weselinus Brouwer. Kalimat tersebut menyiratkan limpahan kekayaan alam yang tak ada habisnya dan dapat dinikmati secara komplet: melalui amatan dan pengecapan. Karena itu, urusan soal cecap-mencecap kuliner Bandung, tak perlu khawatir. Ada banyak penganan legendaris yang bisa dijajal dari pagi sampai malam. Di antaranya, tiga warung yang namanya cukup naik daun.

Kentang Ongklok Bu Eha andi prasetyo
Menu kuliner Bandung berupa kentang ongklok di Warung Nyonya Veteran, Bandung. Dok. TL

Sarapan di Warung Nyonya Veteran

Potret Soekarno berbingkai usang terlihat menyoroti gerik Nyonya Eha yang lincah menghitung harga lauk yang kudu dibayar pelanggannya. Di samping bingkai foto itu, terpajang sejumlah artikel koran harian yang memuat cerita tentang warung yang berlokasi di tengah Pasar Cihapit, kompleks Jalan Riau, ini. Salah satunya menyebut kalau si pemilik warung merupakan keluarga veteran. Mereka lantas bersahabat baik dengan istri kedua mantan Presiden RI—Soekarno—Inggit Garnasih. “Mertua saya dulu memang dekat sekali dengan Bu Inggit. Beliau dan anak-anaknya pak Karno, seperti Guruh dan Guntur, sering makan di sini,” tutur perempuan berusia 70-an itu, meyakinkan.

Dulu warung yang buka di kompleks perumahan Belanda itu jadi favorit para penggede pada masanya. “Warung ini buka sejak 1948 dan sempat vakum setahun karena keadaan politik yang genting,” tutur perempuan berkerudung itu. Menu utamanya ialah empal gepuk, perkedel, dan ati limpa yang dipertahankan sampai kini. Ada juga beberapa menu yang sudah dihilangkan, di antaranya kentang ongklok dan kastrol kacang merah. Hal ini disebabkan juru masaknya, yakni mertua Eha, tutup usia. Kini, menu makin bervariasi, tapi tetap menonjolkan ciri masakan Sunda, salah satunya pepes oncom. Warung yang buka sedari subuh ini bakal diserbu antara pukul 07.00 hingga 09.00. Selepas itu, menu sudah tak lengkap.

Warung Bu Eha

Alamat: Pasar Cihapit, Jalan Cihapit No. 8A, Cihapit, Bandung Wetan, Cihapit, Bandung Wetan

Harga mulai Rp 5.000 hingga Rp 40 ribu

Menikmati Siang di Lembang

Menjelang siang, mencicipi dinginnya Lembang sembari mengisi perut adalah harmonisasi yang hampir sempurna. Nasi timbel menjadi salah satu menu khas Sunda yang enak disantap di dataran tinggi ini.  Restoran yang menyediakan menu tersebut adalah Warung Hejo. Lokasinya kira-kira 300 meter dari De Ranch—peternakan kuda yang terbuka untuk umum. Sesuai dengan namanya, restoran ini mengangkat konsep budaya lokal. Hanya, bangunannya dipadukan dengan gaya Jawa. Di lahan yang tak lebih dari 200 meter persegi itu, berdiri rumah joglo dengan koleksi benda-benda kuno. Ada sepeda ontel, radio, dan motor klasik model Prancis. Sementara itu, di halamannya ada taman yang bisa digunakan untuk bersantap lesehan a la piknik keluarga.

Soal menu, Warung Hejo menyediakan berbagai olahan Sunda yang dikolaborasikan dengan sentuhan Jawa. Nasi timbel, misalnya. Paket nasi dibungkus daun pisang lengkap dengan komplemennya, yakni teri, tempe, tahu, ayam, dan lalapan, ini disandingkan dengan sayur asam berbumbu manis, seperti yang umum dimasak orang Jawa Tengah. Meski sentuhan khas Sunda masih dominan, utamanya dengan penambahan sambal cabai hijau. Ada juga menu lain, seperti ikan mas goreng, cimplung, karedok, dan pepes peda.

Warung Hejo

Jalan Kayu Ambon, Nomor 102, Kayu Ambon, Lembang, Bandung Barat

Harga mulai Rp 5.000 hingga Rp 50 ribu

Seduhan Malam Mi Kocok Bandung

Orang-orang bergantian keluar-masuk warung sederhana yang letaknya tak jauh dari perempatan Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan, Lengkong, itu. Kendaraan berjajar rapat, hampir menutupi pintu masuk. Kursi di dalam bangunan bergaya konvensional itu selalu penuh. Semua pengunjung sama-sama menunggu sang idola, yakni mi kocok. Ketika ditiriskan, asapnya mengepul, membumbungkan wangi yang membikin perut melintir lapar. Daun bawang, kikil, dan tauge berturut-turut dimasukkan ke mangkuk, menjadi teman mi. Begitu mendarat di meja, mi dengan kuah segar itu langsung habis dilahap.

Gaung Mi Kocok Mang Dadeng sudah terdengar sejak 1967. Dulu, orang tua Dadeng—yang kini namanya dipakai untuk warung itu—menjual mi kocok dengan gerobak yang dipikul. Ia berjualan keliling, dari rumah ke rumah. Hingga lama-lama, karena cita rasanya, mi itu kesohor. Mi kocok kemudian diteruskan kakak-kakak Dadeng, dan selanjutnya Dadeng, hingga 1990. Kini, warung itu sudah melewati generasi ketiga.

Mi Kocok Bandung Mang Dadeng

Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan Nomor 67, Turangga, Lengkong, Bandung

Harga mulai Rp 20 ribu hingga Rp 40 ribu

F. Rosana/A. Prasetyo/Dok. TL