3 Nasi Campur Pamekasan Buat Sarapan

3 nasi campur buat sarapan di pamekasan

3 nasi campur Pamekasan buat sarapan rasanya menjadi menu yang banyak ditemukan di kota penghasil garam di Madura ini. Nasi pulen itu dipadu dengan beragam lauk yang kebanyakan berbahan dari sapi. Meski ada juga yang menawarkan sajian dari ayam.

3 Nasi Campur Pamekasan

Nah, bila ingin sarapan khas, setidaknya bisa pilih dari tiga jenis nasi campur yang banyak diburu di Pamekasan, Madura, Jawa Timur ini. Uniknya, meski sama-sama nasi campur, nama dan rasanya berbeda-beda.

Nase Jhejhen Dendeng Ragi

Sembari menelusuri Jalan Jokotole, saya sudah membayangkan nase jhejhen atau nasi jajan. Untung pencarian tak perlu waktu lama. Saya temukan juga gang di sebelah gedung ruang pamer Toyota , Pamekasan. Dari mulut gang, setelah bertanya kepada kaum ibu yang sedang mengerubungi tukang sayur, saya diarahkan ke sebuah warung sederhana. Saya langsung menuju dapur, menemui Ibu Hamiyah, 75 tahun. Ia telah menjalankan usaha yang diwariskan mertuanya ini selama 50 tahun. “Dulu buka restoran di depan, jualannya macam-macam, nasi rawon, kaldu, dan lain-lain,” tuturnya.

Sejak mertuanya tidak tinggal di kota ini, atau pada 1985, ia memilih berjualan di dalam gang dan hanya berjualan nase jhejhen dengan lauk dendeng ragi, semur daging, telur petis ola, sambal goreng kentang, dan sambal. Per porsi dipatok Rp 10 ribu. “Tapi mau beli berapa juga bisa, anak-anak kadang cuma Rp 5.000 atau Rp 8.000,” ujarnya. Dalam menjalankan usahanya, ia dibantu anaknya, Emi. Yang menjadi ciri khas adalah dendeng ragi yang ditaburi serundeng. Ia mengolah dendeng dan parutan kelapa dipanggang di oven hingga kering, jadi tidak tergantung sinar matahari. Rasanya yang garing dan gurih bikin banyak orang yang pesan. Ia patok Rp 300 ribu per kilogram. Uniknya, karena berjualan di rumah, setiap kali habis, ia membuat lagi menu untuk nase jhejhen. Padahal, sebagai menu sarapan, orang sudah berdatangan sejak pukul 05.30.

Nase Jhejhen

Jalan Jokotole

Kawasan Parteker

Pamekasan

Buka pukul 05.30-habis

Nase Jamila Lauk Meriah

Nasi campur yang satu ini memilih nama orang yang pertama kali menjualnya, yakni Jamila. Sekarang perempuan itu sudah tiada dan diteruskan oleh menantunya, Sutri. Jamila memulai usahanya pada 1953, sedangkan sang menantu menjalankan usaha ini sekitar 25 tahun. Ada beberapa wadah dari kaleng dengan olahan yang berbeda-beda di depan ibu dengan empat anak ini setiap paginya. Tentunya, membuat air liur tak tertahankan sekaligus bingung karena pilihan begitu beragam. Bayangkan otak goreng, limpa goreng, pepes tongkol, semur ati sapi, telur rebus, perkedel, paru dan hati goreng, juga sambal terasi. Harga tergantung pilihan menu, dengan tiga jenis lauk, harganya berkisar Rp 25 ribu. Bumbunya begitu kental, membuat sarapan lezat yang mengenyangkan untuk memulai hari. Setiap hari buka pukul 05.00-pukul 09.30, dan menurut Sutri, ia menghabiskan sekitar 10 kilogram beras.

Nase Jamila

Jalan Agus Salim Nomor 46

Pamekasan

Buka pukul 05.00-09.30

Nase Ramoy Usus Sapi

Nase Ramoy
3 nasi campur Pamekasan buat sarapan, salah satunya adalah nase ramoy.

Jenis nasi campur ini bisa ditemukan di beberapa tempat. Maklum, nase ramoy sudah membuka cabang. Cuma, jangan cari papan nama nase ramoy, karena olahan nasi campur yang buka hingga malam hari ini berada di sejenis warung tegal dengan nama Warung Barokah. Saya menemukannya di Jalan Pintu Gerbang, tak jauh dari Pasar Batik Tradisional Pamekasan atau Pasar 17 Agustus. Bangku panjang terisi penuh siang itu, saya pun menunggu sejenak, hingga dua orang beranjak.

Aroma khas menggoda tiba-tiba tercium. Ternyata berasal dari olahan usus yang menjadi menu khas di warung ini. Jeroan sapi itu diolah di atas tungku kayu, membuat masakan terasa nikmat. Pantas bila kebanyakan kaum pria di sekeliling saya begitu lahap menyuap nasi usus. Selain usus, ada pilihan menu lain, seperti otak goreng, ayam goreng, serta olahan dari sapi lainnya. Olahan ini dimasak oleh Hajah Aisyah, 60 tahun. Saya bertemu dengan menantunya Nabila, 35 tahun, yang bertugas di lini depan, melayani para pembeli. Nasi usus hanya dipatok Rp 5.000, sedangkan nasi usus plus otak goreng Rp 10 ribu. Harga tergantung lauk yang dipilih. Anda tak hanya bisa memilihnya untuk sarapan, tapi juga makan siang dan malam karena warung buka hingga malam. Uniknya, minuman yang disediakan berupa air putih hangat dengan rasa jahe, disiapkan dalam gelas kaleng jadul. Konon, jenis air ini untuk menghilangkan lemak yang menempel di bibir dan lidah.

Warung Barokah

Jalan Pintu Gerbang 130 A

Pamekasan

Buka pukul 05.30-20.00

Rita N./R. Kesuma/Dok. TL

Soto Betawi Enak, 5 Legenda Jakarta

Soto Betawi enak tersebar di seluruh sudut Jakarta. Foto: shutterstock

Soto Betawi enak banyak diemui di Jakarta. Hampir di banyak sudut ibukota Indonesia ini. Tapi yang enak banget dan legendaris sudah pasti tak terlalu banyak.

Soto Betawi Enak

Sebelum mengulik yang legendris, sesungguhnya apa sih Batasan soto Betawi enak itu? Dari begitu banyak pecintanya, ternyata semua mengatakan sama. Enaknya itu tak bisa dibedakan meskipun berbeda warung yang menjajakannya. Semua punya ciri khasnya.

Soto Betawi enak adalah salah satu kuliner kha Jakarta. Ada pilihan kuah bersantan, memakai susu, atau yang bening.
Soto Betawi. Foto: Dok. Shutterstock

Begitupun, tentu ada yang istimewa. Itu bisa dilihat dari warung-warung soto Betawi yang melegenda. Cirinya: dikenal banyak orang, sudah buka puluhan tahun, dan jika jam makan sering orang harus rela untuk mengirasnya. Soal rasa? Kan sudah dibilang sepertinya semua soto Betawi enak.

Padahal dari sejarahnya, soto Betawi ini dibuat masyarakatnya diracik oleh penduduk asli Betawi saat masa penjajahan Belanda. Ketika itu orang Betawi tak mampu membeli daging, karena harga yang mahal. Alhasil, mereka lantas memanfaatkan jeroan sapi seperti paru, digunakan kaum tuan kala itu.

Orang Betawi mengolah jeroan itu dengan memadukannya bersama santan disajikan bersama daun bawang, bawang goreng, dan emping. Ini merupakan isian wajib untuk soto Betawi. Selain itu, soto Betawi bisa ditambahkan dengan kentang atau perkedel dan tomat. 

Dalam perkembangannya, soto Betawi juga menambahkan pilihan daging sapi. Pembeli bisa memilih jenis isiannya sesuai selera. Sebab umumnya bahan sapi ini tidak dicampurkan ke dalam kuah, namun bahan sapi yang sudah matang disiapkan tersendiri. Ia baru diiris-iris ketika ada pesanan.

Selain tambahan pilihan daging, salah satu pelengkap masakan soto Betawi adalah pilihan kuahnya. Ada penjual yang menggunakan santan, ada juga yang menggantikan santan dengan susu. Begitupun ada pula yang tak menambahkan santan atau susu.

Kombinasi ain yang kadang disediakan adalah pilihan nasi sebagai pendamping. Ada nasi putih, ada pula nasi uduk. Yang pasti, semua enak atau enak banget.

Soto Betawi enak biasanya menggunakan jerohan sapi, meskipun di saat ini umumnya juga menyediakan daging sapi.
Soto Betawi awalnya hanya mengunakan jerohan sapi. Foto: shutterstock

Berikut sejumlah warung soto Betawi enak yang mejadi pilihan banyak orang.

Soto Betawi H Ma’ruf
Ini salah satu soto Betawi enak yang paling tua. Cikal bakal soto ini sudah ada sejak akhir masa penjajahan. Pada tahun 40-an Haji Ma’ruf yang merupakan orang Betawi asli Cikini bekerja serabutan. Ketika tak ada tawaran menjadi sopir atau kuli bangunan, ia memilih berjualan soto dengan cara dipikul dan berkeliling.


Barulah pada tahun 60-an, Ma’ruf mulai ‘ngetem’ di Pasar Kembang Cikini. Ia  mulai mendirikan tenda yang bertahan hingga tahun 80-an sebelum digusur dan pindah ke depan Kelurahan Cikini. Tak berlangsung lama di tempat itu, Soto H Ma’ruf kemudian menetap di Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini. Kini, selagi TIM tengah direvitalisasi, Soto Betawi Haji Ma’ruf dapat dinikmati di cabang di Pramuka, Gondangdia, dan sejumlah mal.

Hingga saat ini, soto di sini masih menjaga resep yang diturunkan pendahulunya. Muti, sebagai generasi ketiga, mendapatkan mandat tidak boleh mengganggu resep aslinya. Dia hanya diperkenankan untuk berkreasi dengan menambah menu lain di warung makan tersebut.
Paduan santan bersama jeroan dan daging yang diracik dengan rempah-rempah tanpa menggunakan MSG membuat soto ini memiliki rasa yang autentik. Soto ini juga tidak menggunakan tambahan lain seperti kentang dan tomat, hanya bawang goreng, daun bawang, dan emping.
Soto Haji Ma’ruf, Jalan Pramuka Nomor 64, Jakarta
Soto Betawi Haji Mamat

Ini juga soto Betawi enak yang legendaris dan berusia tua. Saat ini berpusat di Jalan Raya Rawabuntu, Serpong, Tangerang. Soto Betawi Haji Mamat berdiri menjelma menjadi gerai kuliner yang legendaris kelezatannya sejak pertengahan 1960.

Cita rasa sotonya yang lezat dan segar, mudah membuat siapa pun jatuh hati.

Tak heran, sebab rasanya memang nikmat, gerai soto ini dapat ditemukan dimana pun, dan nyaris tak pernah sepi pengunjung.

Saat ini kurang lebih terdapat sekitar 25 gerai resmi Soto Betawi Haji Mamat yang tersebar di seantero Jabodetabek dan Bandung. Salah satu menu andalan yang wajib dicicipi di gerai legendaris ini yakni soto oseng-oseng.

Kita pun dapat memilih varian tampilannya, baik kuah santan maupun bening

Salah satu menu andalan yang wajib dicicipi di gerai legendaris ini yakni soto oseng-oseng. Atau pengunjung dapat memilih varian tampilannya, baik kuah santan maupun bening

Soto Betawi Haji Mamat, Jl. Labak.Bulus Raya 1 No.5, Cilandak, Jakarta Selatan

Soto Betawi Haji Husein

Yang satu ini termasuk yang paling laris juga. Sotonya selalu ludes terjual dalam hitungan jam. Soto Betawi H. Husein masuk ke dalam jajaran tempat makan soto legendaris di Jakarta. Kalau mau makan di sini harus siap antri untuk dilayani.
Meskipun terhitung masih cukup muda, buka sejak 1988, racikan sotonya tidak pernah berubah. Kuah soto Betawi H. Husein ini termasuk tim kuah kuning, ini berbeda dengan umumnya soto Betawi yang berkuah putih. Menggunakan paduan santan dan susu.
Untuk pilihan menunya ada soto daging serta soto campur, yang terdiri dari jeroan, babat hingga paru. Kisaran harga satu porsinya sekitar Rp 32 ribu.


Penikmat soto sudah ramai berdatangan silih berganti sejak pagi ke warung kecil Soto Betawi Haji Husen yang sederhana tapi legendaris di Jalan Padang Panjang, Manggarai. Di warung depan warung terdapat spanduk besar bergambar Haji Husen yang menutupi sebagian warung.
Para pelanggan seolah tak ingin kehabisan soto Betawi berkuah kental kekuningan ini. Maklum, soto yang dibuka mulai pukul 7 pagi dan selalu habis setelah makan siang. Paling lama, porsi terakhir soto ini bertahan hingga pukul 14.00 WIB. Sebanyak 1 kwintal campuran daging sapi dan jeroan ludes terjual setiap harinya.


Soto Betawi H. Husein, Jl. Padang Panjang No. 6B-6C, Manggarai, Jakarta Selatan
Soto Betawi Sambung Nikmat

Soto enak ini masih di sekitaran Jakarta Selatan, tepatnya di daerah Kebayoran Lama. Enak dan legendaris juga, sayang untuk dilewatkan. Namanya Soto Betawi Sambung Nikmat, yang sudah buka sejak 1972.


Sama seperti tempat makan soto Betawi lainnya. Di sini masih menggunakan konsep rumah makan yang sederhana. Ciri khas sotonya terletak pada penggunaan kuah santan tanpa susu, dengan tekstur kental sedikit merah.


Potongan dagingnya juga royal dengan pilihan paru, babat hingga kikil untuk pelengkapnya. Untuk kisaran harga menu nasi dan soto Betawinya sekitar Rp 75 ribu.
Soto Betawi Sambung Nikmat, Jl. Ciputat Raya No. 2, Jakarta Selatan


Soto Jakarta Bang Madun
Soto yang satu ini meskipun memilih memakai nama soto Jakarta ketimbang soto Betawi, namun tetap masuk dalam ‘keluarga’ soto Betawi. Yang membuatnya unik dan berbeda adalah tambahan bumbu kacang yang berminyak dan dibuat tanpa garam.


Meja dan kursi di warung ini di susun berdempetan mengelilingi area tempat meracik soto. Lokasi yang kecil membuat warung ini hanya cukup menampung 20-25 pembeli. Alhasil, jika sedang ramai terutama saat makan siang, pengunjung mesti bersabar antri.  


Paduan kuah santan dan kacang memberikan rasa sedap dan gurih yang dominan dari kacang. Pedas juga terasa dari bumbu kacang.
Aneka jeroan seperti babat, ampela, dan paru terasa lembut dan tidak amis maupun menggumpal. Rasa daging dan jeroan menyatu dengan racikan kuah santan dan bumbu kacang.


Resep yang kini ada di tangan generasi ketiga ini diciptakan keluarga Bang Madun yang merupakan orang Betawi asli dari Cakung yang pindah ke Gandaria. Usaha soto ini dimulai dengan berjualan dengan dipikul, lalu menggunakan gerobak, dan membuka warung pertama kali di Mayestik di sekitaran Taman Puring pada 1975. Sebelum menetap di Jalan Barito.
Warung Soto Jakarta Bang Madun, Jalan Barito No. 1, Jakarta Selatan

Soto Betawi enak  bertambah lezat dengan tambahan irisan tomat, kentang, daun bawang, juga emping goreng.
Soto Betawi semuanya enak, jangan lupa tambahan irisan tomat, kentang dan empingnya. Foto: Dok. shutterstock

Seperti disebut di muka, manapun pilihannya, jika ingin menyantap soto Betawi, semuanya pasti enak.

agendaIndonesia

*****

Cendrawasih dan Penyu Blimbing, 2 Keunikan Tambrauw

Cendrawasih Jantan

Cendrawasih dan Penyu Blimbing, 2 Keunikan Tambrauw rasanya masih sedikit orang yang tahu. Padahal kabupaten ini sejak lama sudah menjadi semacam endemik kedua fauna. Untuk Cendrawasih bahkan bisa dikatakan 80 persen wilayah Tambrauw adalah kawasan konservasi.

Cendrawasih dan Penyu Blimbing

Kabupaten Tambrauw di Provinsi Papua Barat disebut banyak kalangan sebagai salah satu spot pemantauan burung terbaik di Papua. Utamanya tentu di papua Barat. Seperti disebut di muka, 80 persen daerahnya mencakup area konservasi yang memungkinkan burung maskot Papua ini hidup bebas di hutan yang masih rapat. Apalagi secara geografis kabupaten ini berada di antara dataran tinggi dan dataran rendah. Itu memungkinkan cenderawasih dari dua area bisa hidup di sini.

Untuk menuju Kabupaten Tambrauw, wisatawan bisa memilih dua pintu masuk lewat jalur udara. Yang pertama melalui Bandar Udara Dominique Eduard Osok di kota Sorong. Dari sini, perjalanan dilanjutkan menggunakan kendaraan double cabin melalui jalur darat dengan waktu tempuh sekitar empat jam menuju Sausapor.

Pintu masuk kedua yakni melalui Bandar Udara Rendani di Manokwari. Dari bandara, perjalanan dilanjutkan menggunakan kendaraan double cabin menuju Kebar dengan waktu tempuh lebih-kurang empat jam. Bisa juga melalui jalur laut dari Sorong menuju Sausapor dengan waktu tempuh 2,5 jam.

Tambrauw mungkin belum sepopuler Desa Saporkren di Kabupaten Raja Ampat sebagai tempat pemantauan cendrawasih. Namun, kian hari makin banyak wisatawan manca negara yang mengunjungi Tambrauw melalui Manokwari dan Sorong.

Lokasi istimewa untuk memantau cendrawasih di Tambrauw adalah Distrik Miyah. Distrik itu dapat ditempuh dalam waktu lebih-kurang 4 jam dari Ibu Kota Sementara Sausapor. Keistimewaan pemantauan di Miyah adalah seringnya ditemui enam jenis cendrawasih.

Sesuai buku Birds of New Guniea karangan Thane K. Pratt dan Bruce M. Beehler, keenam spesies cenderawasih yang sering dijumpai di Tambrauw adalah Lesser bird of paradise; Magnificent bird of paradise; Cendrawasih raja, Magnificent rifflebird; Western parotia; dan Superb bird of paradise.

Jenis Lesser bird of paradise biasanya juga disebut cenderawasih kuning-kecil. Burung ini memiliki panjang sekitar 32 sentimeter. Bisa dijuluki kecil-kecil cabai rawit. Sebab, burung berjenis lesser bird of paradise ini jago berdansa. Kemampuannya menari melebihi burung-burung lain sekelasnya. Lesser bird of paradise memiliki warna otentik kuning dan cokelat. Paruhnya abu-abu kebiruan. Sedangkan iris matanya berwarna kuning. Pada ekornya terdapat antena hitam.

Jenis ke dua yang disebut Magnificent bird of paradise atau sering disebut juga cendrawasih belah rotan. Subspesies cedrawasih belah ritan yang ditemukan di Papua Barat, khususnya di Tambrauw, adalah Cicinnurus magnificus magnuficus. Burung ini memiliki bulu berwarna campuran hitam, putih, dan merah. Ia mempunyai antena berbentuk spiral berwarna biru muda menyala.

Lalu, mungkin, yang paling dikenal banyak orang adalah Cendrawasih raja. Keunikannya mereka memiliki warna yang berbeda antara betina dan jantan. Burung betina memiliki warna cokelat dengan tubuh bagian bawah berpola garis-garis. Sedangkan jantan mempunyai wara merah tua terang dan putih. Kakinya biru terang. Bulu ekornya panjang dan terdapat hiasan uliran hijau. Burung cendrawasih jantan ini memiliki panjang lebih-kurang 16 sentimeter.

Jenis ke empat cendrawasih di tambrauw adalah Magnificent rifflebird atau sering disebut burung dari surga. Yang jantan memiliki bulu warna hitam beludru. Ketika dikatupkan, sayapnya akan membentuk seperti jubah. Kepalanya berwarna biru-hijau. Sayap itu bisa direntangkan melengkung. Sedangkan betina mempunyai warna bulu kecokelatan dengan bintink-binting gelap. Burung ini memiliki panjang lebih-kurang 34 sentimeter.

Jenis ke lima cendrawasih di sini dari spesies Western parotia. Burung ini memiliki panjang sekitar 33 sentimeter. Ekornya tak panjang-panjang amat. Western parotia secara seksual dimorfik. Spesies burung ini memiliki perisai payudara berwarna hijau keemasan. Sedangkan mahkotanya berwarna abu-abu perak. Sayap Western parotia bisa membentuk segitiga, mirip kerucut. Burung ini memiliki kelabihan dapat menari seperti balerina.

Jenis terakhir yang sering muncul adalah Superb bird of paradise atau cendrawasih kerah. Cendrawasih ini memiliki mahkota berwarna hitam dan mahkota hijau warna-warni. Bila ia menutup sayap, bulunya tampak berwarna biru. Sedangkan betina memiliki warna kecokelatan dan kemerahan. Burung jantan ini konon memilii sifat poligami. Ia akan menari-nari lincah untuk sampai menarik perhatian lawan jenisnya.

Jika ingin melihat ke semuanya, ambil waktu yang cukup jika berlibur ke Tambrauw. Mengamati cendrawasih di habitat aslinya yang masih berupa hutan, punya syarat mutlak mesti sabar. Kadang orang harus menunggu beberapa jam sampai burung sorga itu menampakkan diri. Namun, sering pula ia langsung terlihat.

Selain cendrawasih, Tambrauw punya keunikan lain: penyu belimbing.  Di kabupaten ini, Taman Pesisir Jeen Womom, yang meliputi wilayah Pantai Jamursba Medi (Jeen Yessa) dan Pantai Warmon (Jeen Syuab), di Distrik Abun, menjadi satu-satunya tempat bertelur rutin penyu belimbing di Indonesia.

Tukik Penyu Belimbing
Keunikan Tambrauw berupa penyu blimbing. Dok. unsplash

Ada dua daerah di Indonesia yang memiliki jejak penyu belimbing bertelur. Misalnya di Aceh dan di Sukamade, Jember, Jawa Timur. Namun tidak terprediksi dan tidak rutin. Bisa jadi mereka hanya terbawa arus.

Pantai Jeen Womom, yang meliputi Pantai Jamursba Medi (Jeen Yessa) dan Pantai Warmon (Jeen Syuab), berada di pesisir pantai utara Tambrauw. Word Wide Fund for Nature (WWF) mencatat, pada 2017 ada 1.240 sarang penyu belimbing ditemukan di kawasan pesisir Tambrauw.

Banyak turis, utamanya turis asing, tertarik menyaksikan penyu yang konon telah langka di dunia itu. Penyu ini bertelur sepanjang tahun. Pada Januari sampai Juni, penyu akan bertelur di Pantai Jamursba Medi. Sedangkan pada Juli sampai Desember, penyu akan bertelur di Pantai Warmon.

Penyu Belimbing yang ditemukan di pesisir Jeen Womom hanya yang berjenis kelamin betina dan berusia 15-30 tahun. Setelah makan dan bereproduksi, penyu belimbing akan berenang kembali mengikuti arus menuju Pantai Jeen Womom. Mereka berenang kira-kira 6 bulan untuk sampai ke perairan Papua Barat.

Keistimewaan utama penyu belimbing adalah tubuhnya yang sangat besar. Ia adalah penyu berukuran paling besar di dunia. Panjang lengkung punggungnya bisa mencapai sekitar 1,2 hingga 2,4 meter. Disebut penyu belimbing karena bentuk punggungnya menyerupai belimbing dengan uliran tajam.

Dinas Perikanan Kabupaten Tambrauw menerapkan aturan khusus jika ada wisatawan yang ingin mengamati penyu belimbing bertelur. Pertama, pengama wajib menggunakan senter atau lampu berwarna merah. Lampu itu hanya dinyalakan seperlunya. Adapun cahaya lampu tak boleh langsung ditembakkan ke wajah penyu. Bila terkena cahaya, penyu akan kehilangan orientasi arah.

Jika bisa bertemu penyu di pantai atau penyu yang sedang bertelur, wisatawan harus mendekatinya dari belakang, yakni dengan mengikuti bekas jejaknya. Usahakan merunduk dekat pasir. Anda harus menjauh apabila penyu menunjukkan tanda-tanda terganggu. Waktu untuk berada di dekat penyu pun terbatas hanya maksimal 30 menit. Selama mengamati itu pula, pengunjung tidak boleh bersuara dan harus bergerak sangat pelan.

Para wistawan atau pengamat tidak diperkenankan memotret penyu yang sedang mengeluarkan telur. Pemotretan hanya boleh dilakukan ketika penyu telah selesai bertelur. Tukik yang baru menetas pun harus terhidar dari lampu senter dan blitz kamera. Maka itu, wisatawan tidak dibolehkan menyalakan lampu selama tukik berjalan di pantai hingga masuk ke laut.

Satu lagi, sering kali wisatawan yang hendak mengamati penyu bertelur adalah dengan berkemah atau bermalam di pantai tempat fauna ini bertelur. Jika ini yang Anda lakukan, jangan berkemah dengan menyalakan api unggun. Itu akan membuat penyu tak jadi mendarat dan bertelur.

F. Rosana/A. Prasetyo/Max gotts-unsplash

Betutu 1 Kuliner Khas Bali

ayam betutu Bali

Betutu 1 kuliner khas Bali, ini pasti tak ada yang membantahnya. Bisa jadi, banyak orang mengaitkannya dengan nama masakan Ayam Betutu atau Bebek Betutu. Itu tak salah. Sebab, betutu sejatinya memang menunjuk pada masakan yang terdiri dari ayam atau bebek, biasanya utuh, yang diberi bumbu dan kemudian dibakar.

Betutu 1 Kuliner Khas Bali

Dari sejarahnya, betutu berasal dari kata ‘tutu’ yang artinya dibakar, dan awalan ‘be’ yang berarti daging. Jadilah ia satu kuliner khas Bali berupa daging ayam atau bebek utuh yang dibakar dengan bumbu khususnya.

Di Bali, awalnya sajian betutu berasal dari daerah Gianyar dan Gilimanuk. Jika Anda main ke Bali dan sedang berada di kawasan Gianyar cobalah perhatikan, di sepanjang jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Gianyar dan wilayah-wilayah sekitarnya, bertebaran warung-warung tradisional yang memasang papan “nasi campur betutu”.

Di sini, kita bisa memesan ayam betutu seperti umumnya, namun kebanyakan memang penampakannya lebih mirip nasi campur. Sebab, dalam piring, tersaji beragam lauk. Ada lawar—bisa juga diganti dengan urap Bali, sate lilit, telur rebus, dan potongan ayam betutu.

Pada masa lampau, masakan tradisional ini, dihidangkan khusus untuk upacara keagamaan. Cara mengolahnya pun tak sembarangan. Ayam atau bebek, sebagai komponen utama dalam sajian betutu, harus ditanam dalam lubang tanah, ditutup degan bara api, dan dimasak dalam sekam selama belasan jam.

Namun, kita tahu, waktu berjalan dan perubahan pun terjadi. Masakan betutu makin tak kaku dan tak terlampau mengikuti pakem. Variannya makin berkembang, cara memasaknya juga semakin modern. Pun, tak harus dihidangkan ketika ada upacara. Siapa pun, kapan pun bisa menikmati. Masakan ini juga gampang ditemukan di warung-warung di Bali, bahkan sudah banyak kota lain di Indonesia yang mempunyai tempat-tempat makan yang menyajikan ayam dan bebek betutu.

Begitu pun, jika ada wisatawan mau berkunjung ke Bali dan hendak mencoba mencicipi masakan Betutu, berikut ada tiga rumah makan yang bisa menjadi alternatif pilihan.

Betutu Halal Warung Rahayu Wayan Rupa

Setelah berputar melewati Patung Kebo Iwa di dekat Kantor DPRD Kota Gianyar, tepatnya di Jalan Mahendradata, jalur menuju Kecamatan Payangan, sebuah warung sederhana berdiri di kiri jalan. Warung ini direkomendasikan oleh Putu, warga asli Gianyar, yang saya temui di sentra pembuatan kaus barong. “Kalau mau makan ayam betutu yang halal dan paling enak di Gianyar, lagi murah, ada namanya Warung Rahayu Wayan Rupa,” tuturnya.

Warung sederhana ini telah berdiri sejak awal 2000. Setiap hari orang ramai datang untuk mengambil pesanan. Ternyata pemiliknya lebih sering menerima order dalam jumlah besar daripada menerima tamu yang makan di tempat. Pantas saja kursi dan meja yang disediakan tak terlalu banyak. “Untung datang cepat. Ini tinggal lima piring lagi,” kata si pemilik kepada saya. Padahal hari masih siang. Memang, harus bergelut dengan pengunjung lain untuk sekadar menikmati sepiring nasi betutu Rahayu.

Tak heran. Sebab, masakan perempuan separuh baya itu punya rasa yang khas. Aromanya sangat nikmat, bahkan tercium dari halaman depan. Rempah-rempahnya kuat melekat di daging yang disuwir besar-besar. Daging yang bertemu beragam bumbu di atas pembakaran menghadirkan sensasi panggangan yang nikmat. Tak ada satu bagian daging pun terasa hambar. Meski menggunakan ayam potong, dagingnya juga tak alot sewaktu dikunyah. Cara mengolah, kata dia, sangat berpengaruh terhadap tekstur daging. Alat masak yang masih menggunakan tungku tradisional juga menambah nikmat olahan.

Selain ayam betutu, telur rebus, serundeng kacang, dan urap kacang panjang turut dihidangkan. Komponen pendamping ini membuat piring jadi kelihatan tak sepi.

Warung Rahayu Wayan Rupa

Jalan Mahendradata, Bitera, Gianyar

Buka pukul 08.00-17.00 (biasanya pukul 14.00 sudah habis)

Betutu Kukus Kedewatan Ibu Mangku

Rasanya hampir semua travel blogger merekomendasikan wisatawan yang datang ke Bali untuk jajan ayam betutu di Nasi Ayam Kedewatan Ibu Mangku. Kabarnya, olahan si empunya warung membikin orang ketagihan.

Warung cabang yang berlokasi di Seminyak menjadi pilihan. Selain dekat dengan lokasi wisata, tempatnya luas dan cukup asyik untuk nongkrong serta ngobrol bersama kerabat. Dulu, nasi ayam yang kesohor itu memang hanya buka di Kedewatan, Ubud. Namun, beberapa tahun belakangan, si pemilik melebarkan usahanya di Badung dan Denpasar.

Soal menu tentu tak berbeda. Sebab, Ibu Mangku hanya menyediakan dua varian: nasi campur dan nasi pisah. Lauknya sama, yakni ayam betutu dengan potongan cukup besar (boleh memilih paha atau dada), ayam suwir bumbu pedas, jeroan goreng, sate lilit, urap, telur rebus, kacang goreng, dan pepes ayam. Yang membikin nampol adalah sambal matahnya.

Soal cara memasak, ayam betutu di sini berbeda dengan Warung Rahayu. Secara tampilan, daging ayam di restoran ini berwarna lebih cokelat. Tak ada bekas panggangan juga di sisi-sisi dagingnya. Cara memasaknya dikukus lama sampai daging matang. Tentu dimasak bersama bumbu-bumbu rahasia dalam waktu cukup lama. Alhasil, daging ayam terasa empuk dengan bumbu yang meresap sampai ke tulang.

Bila lauk di piring kurang, tamu bisa menikmatinya dengan jajanan ringan, semacam kacang Bali, keripik, atau camilan lain yang tersedia di samping mesin kasir.

Nasi Ayam Kedewatan Ibu Mangku

Jalan Kayu Jati No. 12, Patitenget, Seminyak, Kuta, Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Badung

Buka pukul 09.00-21.00

Betutu Berkuah Bu Ina

Kalau ingin memilih masakan betutu dengan aliran yang berkuah, mengembaralah seputar Mengwi. Di sana, banyak sekali warung rumahan yang menjual olahan betutu ala Gilimanuk. Salah satunya ialah warung milik keluarga Ina. Tempat makan yang bisa ditempuh dalam jangka waktu kurang dari 30 menit dari Tanah Lot ini adalah cabang kedua.

Berbeda dengan dua warung sebelumnya, ayam betutu di sini disajikan dengan bumbu kuah kuning. Bumbu kuning dihasilkan dari campuran kunyit dan rempah-rempah lainnya, seperti sereh, cabai, bawang putih, bawang merah, jahe, laos, dan ketumbar. Komplemen itu membikin rasa jadi kaya. Namun, asin dan pedas paling mendominasi. Masakan ini cocok bagi pengunjung yang suka dengan masakan berbumbu bold.

Selain cara masak, penyajiannya pun berlainan. Ayam betutu tersebut dihidangkan berdampingan dengan ca kangkung, kacang goreng, dan sambal matah. Jadi bukan disantap dengan lawar atau urap, seperti yang umum disajikan di warung-warung nasi Bali. Ca kangkung dimasak polos, tanpa bumbu macam-macam. Berkebalikan dengan ayam betutu.

Ayam Betutu Bu Ina 2

Jalan Raya Mengwitani Nomor 22A, Mengwi, Badung

Buka pukul 09.00-21.00

F. Rosana

Nasi Pindang Kudus, Lezatnya Mulai 1400

Nasi Pindang Kudus menggunakan daging kerbau.

Nasi pindang Kudus adalah salah satu masakan tradisional yang memanfaatkan bumbu kluwak atau kluwek, selain rawon di Jawa Timur dan brongkos di Yogya dan Solo. Nasi pindang ini sesuai namanya berasal dari Kudus, Jawa Tengah.

Nasi Pindang Kudus

Tidak jelas betul kapan masakan ini mulai dikenal oleh masyarakat Kudus, namun diperkirakan masakan ini sudah ada sejak tahun 1400-an. Ini mengingat masakan ini sering dikaitkan dengan ajaran Sunan Kudus, salah satu dari Wali Sanga.

Nasi pindang Kudus bukan sekadar makanan biasa bagi masyarakat kota ini, tetapi juga menyimpan sejarah yang menarik. Sunan Kudus dikenal sebagai tokoh yang toleran dan bijaksana dalam berdakwah. Ia menghormati kepercayaan dan budaya masyarakat setempat

Ketika mulai mengajarkan Islam di utara Jawa, di mana masih banyak pemeluk agama Hindu yang ia paham sangat menghormati sapi. Oleh karena itu, ia mengajarkan kepada murid dan masyarakat setempat untuk menggunakan daging kerbau dalam masakan mereka. Ia tak ingin melukai perasaan umat Hindu di sana yang meyakini sapi adalah hewan suci.

Nasi pindang Kudus merupakan salah satu peninggalan Sunan Kudus, seperti Menara Masjid Kudus
Menara Kudus. Foto: shutterstock


Hal yang mungkin sering membingungkan adalah nama “pindang” pada masakan ini. Orang sering mengira ada kaitannya dengan pindang bandeng yang sentra produksinya tak jauh dari Kudus. Padahal ke duanya tak ada hubungannya.

Meskipun belum ada informasi yang pasti, masyarakat setempat menduga karena menggunakan daging kerbau yang lebih liat dibandingkan daging sapi. Karena itu, ketika memasak pindang kerbau, dagingnya direbus terlebih dahulu hingga menjadi lebih empuk.  
Secara tampilan, nasi pindang Kudus mirip dengan rawon, karena kuahnya sama-sama berwarna hitam akibat pemakaian kluwek. Namun tentu ada bedanya. Pindang Kudus menggunakan santan dan daun mlinjo.

Secara masakan mungkin lebih dekat ke brongkos, hanya saja santannya lebih tipis. Pindang kerbau juga tidak memakai kacang tholo.

Penyajian masakan ini biasanya terdiri dari nasi putih yang disajikan dengan lauk pindang daging kerbau. Disajikan di piring yang diberi alas daun pisang. Kadang juga daun jati. Lalu disiram kuah pindang. Daging pindang ini memiliki rasa yang gurih, pedas, dan sedikit manis serta dilengkapi dengan sambal kacang, lalapan, dan kerupuk.

Seiring berjalannya waktu, beberapa penjual nasi pindang di kota kretek ini sudah ada yang menggunakan daging sapi dan ayam sebagai bahan utamanya. Begitupun penjual nasi pindang berdaging sapi ini tak sebanyak nasi pindang kerbau.

Nasi Pindang Kudus shutterstock
Foto: shutterstock

Kini pun nasi pindang Kudus ini dijual mulai dari di pinggir jalan hingga restoran mewah dengan harga yang bervariasi. Berikut ada beberapa warung yang sudah terkenal. Bisa dicicipi jika kebetulan dolan ke Kudus.

Pindang Kudus Haji Sulichan

Lokasi warungnya terdapat di sentra makanan Taman Bojana di seberang Simpang 7. Ini tipikal warung makan soto da nasi pindang yang menggunakan bangku panjang serta menggunakan display aneka lauk pelengkap. Sajian seperti satai paru; perkedel; telur, atau tempe goreng; juga kerupuk tersaji di meja.

Warung ini buka sepanjang minggu mulai pukul 7 pagi hingga 9 malam. Selain nasi pindang kerbau, mereka juga menyediakan pindang ayam, juga soto Kudus. Baik yang menggunakan daging kerbau maupun daging ayam.

Warung ini termasuk yang paling terkenal. Selain makanannya enak, harganya tidak bikin kantong kebol. Semangkok soto Kudus daging kerbau, misalnya, dipatok harga Rp 15 ribu. Jika tambah lauk tentu harganya akan bertambah.

Pindang Kudus Haji Sulichan, Pusat Kuliner Bojana, Kudus

Kluwek shutterstock

Nasi Pindang Kerbau Sidodadi

Tempat makan nasi pindang dan soto khas kudus yang mulai buka sore hari. Di warungnya tertulis Pindang Kerbau, namun ada pilihan daging kerbau atau daging ayam. Tersedia aneka lauk baceman, seperti tahu dan telur bacem. Lauk bacemannya bisa minta dipotong-potong dan bumbunya enak sebagai pelengkap lauk

Selain nasi pindang, warung ini juga menyediakan soto Kudus yang kuahnya bening. Ini tipe soto yang segar. Mereka buka Senin sampai Minggu, kecuali hari Kamis yang tutup.

Pindang Kerbau & Soto Kerbau Sidodadi, Wegu Kulon, Kecamatan Kota, Kudus

Nasi Pindang Mapan 58

Warung ini baru buka sore hari, sekitar pukul 17. Jadi cocoknya memang untuk makan malam. Tempat duduknya tidak terlalu besar, sehingga pada saat jam makan malam situasinya cukup padat.

Ini termasuk pindang kerbau yang paling enak. Meskipun tidak biasa, daging pindangnya bisa diminta dipisah dari nasinya. Lauknya juga tersedia dan bisa dipilih.

Nasi Pindang Mapan 58; Jalan Johar, Nganguk, Kramat, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus 

agendaIndonesia

*****

Nasi Bali, 4 Yang Khas Dan Bikin Kangen

Nasi Bali selalu menarik untuk sarapan hingga makan malam.

Nasi Bali, siapa yang tak meneteskan air liur jika mengingatnya. Setiap kali ada tawaran liburan lagi ke Bali? Ehmmm… pikiran rasanya langsung berpikir, saatnya memanjakan perut. Bisa menikmatinya sambal tetap sembari leyeh-leyeh di tepi pantai atau di tengah kesejukan. Bisa ketika blusukan ke pasar.

Nasi Bali

Banyak pilihan yang halal sehingga siapa pun bisa menjajal. Bila tiba di Bali masih pagi atau sebelum pukul 12.00 waktu setempat, dari Bandara Ngurah Rai wisatawan bisa langsung menuju kawasan wisata Sanur.

Ada dua pilihan, tapi di jalan yang berbeda. Salah satunya ialah tidak jauh dari titik keberangkatan speedboat menuju Nusa Lembongan, Ceningan atau Penida. Tepatnya di Jalan Hang Tuah.

Plang Rumah Makan Mak Beng tampak jelas. Buka pukul 08.00 hingga pukul 21.00, tapi keramaian terjadi saat makan siang. Jadi sebaiknya pilih di luar waktu tersebut. Hanya dua menu yang disodorkan oleh Mak Beng yang memulai usahanya pada 1941. Ikan goreng dengan sambal dan sup ikan.

Hanya dua, tapi tidak pernah membosankan. Buktinya, antrian selalu terlihat, apalagi pada musim liburan. Satu paket sup ikan yang cukup bening dan segar serta ikan goreng plus nasi dan sambal dipatok Rp 55 ribu. Supnya saja sekitar Rp 35 ribu. Demikian juga ikan gorengnya. Belum termasuk minuman.

Pesanan biasanya akan datang dengan cepat: sup ikan, ikan goreng, nasi, dan sambal plus es jeruk. Beberapa kali terdengar teriakan orang meminta tambahan ikan goreng dan nasi. Saya melihat para pria dengan keringat bercucuran.

Dengan penuh semangat mereka menyuap ikan goreng yang garing plus sambal dan disusul menyeruput sup ikannya. Ehmmm… kenikmatan luar biasa yang mereka rasakan tentunya! Bayangkan ikan segar hasil tangkapan teranyar para nelayan ditambah sambal yang pedas.

Kawasan Sanur yang terkenal dengan keindahan mentari terbitnya tak hanya menawarkan olahan ikan ala Mak Beng. Di Jalan Segara Ayu ada warung sederhana lain yang juga diburu turis.

Nasi Bali bisa ditemui di Men (Ibu) Weti di sekitaran Sanur.

Berlokasi tak jauh dari pantai, warung Men (Ibu) Weti hanya terdiri atas satu meja yang penuh dengan beberapa baskom besar. Isinya tak lain ialah sayuran, telur, sambal, ayam suwir, dan lain-lain yang merupakan perpaduan sajian nasi campur Bali.

Hati-hati jika saat mampir ke sana terlalu siang. Biasanya sebagian baskom sudah kosong. “Tapi masih ada sambalnya, jadi masih enak lah,” ucap seorang bapak yang rupanya juga harus menerima nasib hanya kebagian sisa sajian hari itu.

Padahal, sejatinya, menunya berlimpah, seperti ayam betutu, ayam goreng, urap, sate lilit, kerupuk kulit ayam, ikan laut, dan telur. Tentunya semua jenis menu itu ditambahkan sambal khas Bali. Satu porsi cukup ditebus dengan kisaran Rp 15 ribu. Harga juga bergantung pada pilihan lauknya.

Meski Men Weti dengan usia 60-70- an tahun masih hadir di warungnya, ia tak lagi melayani pembeli karena sudah digantikan anaknya. Namun ia tetap membuat olahannya sendiri.

Sebaiknya datang sebelum pukul 12 karena banyak diburu untuk menu sarapan. Lagi pula warung dibuka mulai pukul 6 pagi. Jadi, sebaiknya, bila berada di Sanur, pilih sarapan di warung Men Wati, kemudian makan siang nasi Bali di Mak Beng.

Setelah bersantai, saat mulai gelap, terbit keinginan melaju ke Denpasar. Terbayang pada nasi jinggo. Awalnya disebut “jenggo” karena harganya Rp 1.500. Dalam bahasa Hokkien memang “jeng go” berarti 1.500. Kini harganya dua kali lipat alias pada kisaran Rp 3 sampai 5 ribu. Bungkusannya kecil, karena isinya sekepal nasi ditemani mi, suwiran ayam, dan sambal.

Nasi Bali ada yang dijual model bungkusan seperti sego kucing di Yogya, namanya sego Jenggo.

Paling tidak begitulah yang ditemukan di Jalan Gajah Mada. Pengunjung bisa bersua dengan sang penjaja, Lengkong. “Ibu saya mulai berjualan pada 1980-an,” ucap pria berumur 30-an. Lokasi dagangnya tidak berpindah, yakni di ujung Gang VI/BEJ. Yang ditawarkan sebenarnya merupakan hasil olahan orang lain.

Awalnya, sang ibu hanya menjual 25 bungkus hingga masa puncaknya 250 bungkus. Pria kurus itu menyebutkan buka mulai pukul 19 hingga pagi. Bermodal meja dan dua wadah besar dari bambu untuk memisahkan yang pedas dan yang tidak pedas.

Dua porsi nasi campur super sederhana akhirnya membuat perut saya terasa penuh. Kebanyakan pelanggan membawanya pulang. Namun tidak jauh dari ujung gang tempat Lengkong berdiri ada pula nasi jinggo dengan gaya lesehan bagi para pembeli yang ingin makan di tempat.

Hari berikutnya petualangan mencicipi sajian kuliner masih berlanjut. Berniat menikmati kesejukan, pilihan berikutnya adalah Ubud. Sengaja berangkat sedari pagi, memang berniat sarapan nasi kadewatan Ibu Mangku.

Berada tepat di depan Pura Kadewatan, di Jalan Raya Kadewatan, pengunjung akan  disambut dengan gamelan khas Bali. Ada pilihan sajian berderet di balik kaca. Cobalah memilih nasi campur seharga Rp 20 ribu dan makan lesehan di balai-balai di tengah taman.

Sambil menunggu hidangan, pengunjung bisa menelusuri taman hingga menemukan dapur terbuka dengan kuali superbesar dengan aroma cabai yang benar-benar menggoda. Dua wanita sibuk membuat olahan sambal dan ayam suwir.

Pada awal usaha pak Mengku berjualan berkeliling bersama dengan istrinya pada masa penjajahan. Ia tetap mempertahankan rasa dan tidak berniat menjual tambahan di luar yang berbahan ayam dan sayuran. Hanya karena banyak wisatawan asing yang tak terlalu suka masakan pedas, tingkat kepedasannya yang diturunkan.

Nah, kapan ke Bali lagi? Ayo agendakan buat sarapan nasi Bali yang enak.

agendaIndonesia

*****

Orem-orem Malang, Ini 5 Yang Gurihnya Nyos

Orem-orem Malang satu dari 8 kuliner tradisional khas Malang

Orem-orem Malang masih banyak belum diketahui orang di luar kota ini atau di luar Jawa Timur. Jika baru pertama melihat, banyak yang bertanya apakah makanan ini sejenis soto?

Orem-orem Malang

Makanan Malang yang disebut orem-orem ini memang menggunakan kuah santan berwarna kuning. Lalu isiannya ada tempe yang diiris tipis segi empat, toge, dan biasanya disantap dengan ketupat. Kuah kuning itu yang kadang membuat orang luar Malang mengira ini sejenis soto.

Pedagang sekarang ini biasanya menyediakan lauk  lain untuk menemani pembeli bersantap, yakni tempe goreng dan mendol. Penyajiannya dengan potongan ketupat atau lontong.

Hampir mirip banyak masakan di daerah-daerah Indonesia, asal-usul orem-orem Malang erat kaitannya dengan masa sulit zaman penjajahan. Belanda atau Jepang. Saat itu bahan makanan relatif mahal dan sulit didapatkan. Akibatnya banyak rumah tangga berkreasi menyiapkan masakan untuk keluarga.

Orem-orem Malang  mungkih kalah popular dengan bakwan Malang.
Salah satu kawasan perkampungan di Malang dengan atap warna-warninya. Foto: KAI

Saat zaman pendudukan Jepang, untuk menikmati semangkok soto ayam atau daging terasa sangat mahal dan mewah. Untuk mengobati rasa kangen pada soto, para ibu rumah tangga saat itu menampilkan irisan tempe tipis dan kecil. Jadilah orem-orem Malang yang disajikan dengan kuah kuning tanpa kaldu.

Seperti disebut di muka, sepintas orem-orem ini seperti soto. Sebagian lain mengatakan mirip lodeh yang berkuah kuning. Tampilan orem-orem Malang yang sangat menyiratkan rasa kesederhanaan.

Tambahan tauge sebagai tambahan agar terdapat unsur sayur dalam makanan. Sebelumnya, ketika masa sulit akses perpindahan barang di Malang,Jawa Timur, menimbulkan kesulitan mendapatkan sayur segar. Untuk penggantinya, orang kemudian membuat kacang-kacangan dikecambahkan untuk menjadi sayur pengganti.

Malang juga dikenal dengan kuliner khas tempe beserta olahannya. Sebut saja, keripik tempe, tempe menjes, tempe penyet, dan tempe kacang atau mendol. Tempe mendol inilah yang menjadi bahan dasar orem-orem. Tempe mendol merupakan olahan dari tempe kacang yang sudah mulai menghitam.

Saat ini harga orem-orem Malang bervariasi mulai dari Rp 7 ribu hingga Rp 15 ribu. Harganya bisa lebih mahal bila menambah lauk lain seperti telur asin, ayam goreng, krupuk ataupun tempe mendol.

Orm-orem Malang dengan kuah kuning  mirip dengan soto
Tempe mendol atau tempe yang dibusukan sebagai bahan orem-orem. Foto: dok. sajiansedap.id

Bila tengah dolan ke Malang, tak ada salahnya mencoba mencicipi kuliner ini karena ringan di kantong dan bisa bernostalgia. Wisatawan bisa membeli orem-orem ini di daerah pasar Comboran, jalan Gatot Subroto, maupun sepanjang jalan Juanda sisi barat di Kota Malang.

Orem-orem Khas Arema

Warung makan ini telah berdiri sejak tahun 1995 dan terus mempertahankan rasa yang konsisten enaknya. Pecinta kuliner khas dapat mencobanya setiap hari mulai dari jam 8 hingga 4 sore. Bukan hanya orem-orem Malang original yang bisa dinikmati di sini, ada banyak lauk tambahan seperti telur asin dan potongan ayam.

Orem Khas Arema ini berkuah santan yang ringan namun tetap gurih, sehingga tidak akan mudah bosan saat menyantapnya. Sangat pas disantap dengan ketupat yang empuk dan pulen dengan irisan tempe yang cukup banyak. Di sini  bisa sekalian memesan minuman spesial seperti teh tarik untuk penetral rasa orem.

Warung Makan Orem orem Khas Arema,  Jalan Blitar Nomor 14, Sumbersar, Lowokwaru, Malang.

Warung Pak Tikmanan

Warung orem selanjutnya yang tidak kalah rame dibanding Warung Khas Arema, yakni Warung Orem Pak Tikmanan yang berdiri sejak 1967.  Buka mulai dari jam 9 pagi hingga jam 4 sore. Telat sedikit pengunjung hapir pasti tidak akan kebagian.

Di warung ini pengunjung dapat menikmati orem-orem tempe dengan aneka gorengan. Gorengannya juga berbahan tempe sehingga menambah nikmat orem-oremnya, selain tempe goreng ada juga mendol.

Warung Pak Tikmanan, Jalan Irian Jaya Nomor 1, Comboran, Malang.

Orem orem Telor Tempe Malang shutterstock
Orem-orem masa kini sudah dengan variasi isi dan lauk. Foto: shutterstock

Orem Pak Syahkri

Pengunjung bisa  menikmati orem nikmat khas Malang ini mulai pada pukul 9 pagi hingga 5 sore. Saat ini cukup menyediakan uang Rp 8 ribu untuk menikmati kelezatan orem-orem tempe di warung ini.

Warung yang berdiri sejak 1989 ini selalu konsisten memberikan rasa masakan yang akan menggoyang lidah. Isi orem-orem di sini antara lain potongan ketupat, irisan tempe dan toge rebus. Diguyur dengan kuah santan gurih yang encer. Orem disini bisa kamu nikmati dengan perkedel kentang, mendol, kerupuk dan tempe goreng,

Jika kalian menyukai rasa orem orem yang otentik, ini adalah pilihan tempat makan yang tepat. Warung Pak Syahri  masih sangat setia dengan memasak orem-orem  menggunakan tungku arang.

Orem Pak Syahri, di Jalan Gatot Subroto Nomor 72, Jodipan, Blimbing, Malang.

Warung Orem-orem Marem

Warung yang satu ini buka mulai  jam 7 pagi dan tutup pada jam 9 malam. Harga satu porsi orem-orem mulai dari Rp 8 ribu. Komposisi orem-orem Malang di sini adalah tauge rebus, ketupat, dan bawang goreng serta disiram dengan tempe dan kuah santan hangat yang menggugah selera.

Pengnjung juga bisa memesan orem dengan tahu telur. Tahu yang digoreng dengan telur dan disajikan bersama bumbu kacang yang gurih. Rasa yang sangat cocok disajikan dengan tauge rebus dan potongan lontong.

Warung Marem, Jalan K.H. Ahmad Dahlan Nomor 15, Sukoharjo, Klojen, Malang.

Warung Orem-orem Kulon Kali

Warung yang sederhana namun memiliki cita rasa orem-orem yang akan menggugah selera makan. Buka mulai dari pukul 9 pagi hingga 5 sore. Orem di sini cukup istimewa karena disajikan dengan lauk lele goreng.

Satu porsi orem-orem di sini Rp10 ribu. Pengunjung  bisa memesan menu lain di warung ini, seperti lalapan lele, lalapan ayam, gado-gado, dan lainnya. Lalapan di warung ini bisa dicolek ke sambal tomat, sambal ijo atau sambal bawang.

Warung Orem Kulon Kali, Jalan Kedawung 1, Lowokwaru, Malang.

agendaIndonesia

*****

Daya Tarik Dongeng, 4 Yang Melegenda  

Daya tarik dongeng menjadi salah satu kekuatan destinasi wisata di Indonesia.

Daya tarik dongeng tentang sebuah tempat banyak membuat orang mengunjungi destinasi tersebut. Dan rasanya hampir semua tempat wisata di Indonesia mempunyai kisah, cerita, atau bahkan dongeng yang mengharu biru, membuat orang ingin datang ke sana.

Daya Tarik Dongeng

Magnet sebuah obyek wisata tentu saja awalnya berupa keindahan alam, atau keunikan tradisi dan budayanya. Tetapi bisa juga soal daya tarik dongeng atau legendanya. Ada yang terlihat ada kaitannya, tapi tak sedikit yang berupa metafor.

Cerita rakyat pun menjadi magnet pada sejumlah tujuan wisata. Kisah-kisahnya seolah benar adanya. Entah siapa dan bagaimana cerita-cerita itu dapat meninggalkan jejak hingga kini. Beberapa di antaranya memang melekat dengan obyek, tapi ada pula yang terabaikan.

Tak sedikit yang bisa menggabungkan keindahan alam, keunikan tradisi dan budayanya, dengan dongeng yang bisa jadi merupakan cerita yang bisa bagi teladan untuk anak-anak. Jadi, berwisata sambil memberi pendidikan buat anak-anak.

Gadis Terjepit Batu

Seruni, gadis cantik asal Sumatera Utara, sudah memiliki kekasih. Tapi dia dijodohkan oleh orang tuanya. Seruni pun tak setuju dan memilih bunuh diri dengan cara terjun dari tebing curam.

Namun, sebelum tiba di sana, dia terperosok ke lubang sebuah batu besar. Seruni memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di lubang itu, ia lantas berteriak, “Parapat, parapat!”, yang artinya “Merapat, merapat!” Tujuannya, agar lubang pada batu itu merapat dan mengimpit tubuhnya hingga ia tewas. Keinginan Seruni ternyata terkabul.
Nah, batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan yang seolah menggantung di tepi tebing itu kini ditemui di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Masyarakat setempat menyebutnya Batu Gantung. Konon, nama Parapat berasal dari kata terakhir yang diucapkan Seruni.

Cinta Terlarang

Setelah mengetahui kekasihnya ternyata anaknya sendiri, Dayang Sumbi langsung memutuskan kisah cintanya. Namun Sangkuriang tetap ngotot ingin menikahi ibunya. Tak kehabisan akal, Dayang Sumbi menyatakan bersedia dinikahi asalkan dibuatkan telaga dan perahu dalam waktu semalam. Sangkuriang menyanggupi. Dengan dibantu jin, Sangkuriang hampir mampu menyelesaikannya.  

Hanya, Dayang Sumbi menebarkan kain putih hasil tenunannya. Dalam sekejap, kain itu mengeluarkan sinar bagaikan cahaya fajar di ufuk timur dan membuat jin-jin pergi karena mengira telah pagi.

Sangkuriang marah sekali. Ia menendang perahu sehingga menelungkup dan berubah menjadi gunung, yang kini dikenal dengan nama Gunung Tangkuban Perahu yang kawahnya kini ramai dikunjungi di Lembang, Jawa Barat.
Putri yang Dikutuk
Pemuda ini sakti mandraguna. Namanya Bandung Bondowoso. Ia jatuh cinta kepada putri cantik bernama Roro Jonggrang, putri dari kerajaan yang ditaklukkannya.

Daya tarik dongeng bisa memperkuat kekuaran sebuah destinasi wisata.
Candi Sewu di Yogyakarta. Foto: apabedanya unt. unsplash

Namun cintanya bertepuk sebelah tangan. Roro Jonggrang mencoba menolaknya dengan memberi persyaratan yang tak masuk akal: minta dibuatkan 1.000 candi dalam waktu semalam, sebelum ayam berkokok.

Bandung menyanggupi. Bahkan, menjelang dinihari, 999 candi telah dibuat. Roro Jonggrang panik dan meminta para wanita agar memukul lesung, sehingga ayam-ayam terbangun dan berkokok.

Bandung marah karena dicurangi. Ia pun mengutuk putri itu menjadi batu, dan kini dikenal dengan nama Candi Roro Jonggrang lokasinya ada di kompleks Candi Prambanan di Sleman, Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah.

Sementara candi-candi lain yang telah dibuat berada di dekat Candi Prambanan. Seperti bertetangga dan dinamakan Candi Sewu.

Kisah Anak Durhaka

Satu lagi destinasi wisata di Indonesia yang punya daya tarik dongeng dan kisah legenda yang popular. Kisahnya tumbuh di kalangan masyarakat Pantai Air Manis di Sumatera Barat.

Daya tarik dongeng bisa menjadi materi edukasi ketika membawa anak-anak mengunjunginya.
Gunung dan kawah Tangkuban Perahu, Bandung, Indonesia. Foto: shutterstock

Kita tentu sudah tidak asing dengan cerita legenda anak yang durhaka kepada ibunya. Cerita ini adalah tentang Malin Kundang, anak laki-laki yang tinggal bersama dengan ibunya yang seorang janda di Perkampungan Nelayan Pantai Air Manis, Padang Selatan, Sumatera Barat.

Malin dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Hingga pada suatu hari, ada kapal besar yang merapat ke Pantai Air Manis. Malin yang sudah dewasa berpamitan kepada ibunya untuk merantau dan akhirnya dia pun pergi bersama dengan kapal tersebut.

Setelah merantau, Malin tak pernah pulang. Hingga suatu hari kapal megah merapat di Pantai Air Manis. Dari kapal tersebut, turun seorang laki-laki kaya dan menggandeng seorang perempuan. Ibu Malin menyadari bahwa laki-laki tersebut adalah anaknya dan ia memanggilnya. Namun Malin yang malu melihat ibunya malah menghardik sang ibu dan pura-pura tidak mengenali.

Karena sakit hati karena tidak diakui oleh anaknya sendiri, maka sang ibu mengutuk Malin menjadi batu. Sang anak sempat menyatakan penyesalannya lalu dan bersujud di depan ibunya.

Itulah sebabnya, wisatawan bisa menemukan batu yang menyerupai orang sedang bersujud di di Pantai Air Manis. Tak hanya batu orang yang bersujud, terdapat juga batu besar yang konon dipercaya sebagai pecahan kapal yang membawa Malin Kundang.

Ada puluhan lagi tempat wisata di Indonesia dengan daya tarik dongeng nya. Ayo agendakan kunjunganmu ke tempat-tempat ini.

agendaIndonesia

*****

Ternate, Pulau Vulkanik Dengan 2 Warna

Danau Ngade

Ternate, pulau vulkanik dengan 2 warna tradisi belum banyak diketahui orang. Dari pelajaran sejarah, kita hanya dikenalkan adanya Kesultanan Ternate dan Tidore. Tapi jejaknya seperti apa, lebih banyak orang yang kurang paham dari daerah di kawasan Maluku Utara ini.

Ternate, Pulau Vulkanik Dengan 2 Warna

Berada di kaki Gunung Gamalama, Ternate yang dikelilingi laut sesungguhnya tak hanya menawarkan wisata bahari. Pulau yang berada di Provinsi Maluku Utara ini juga menarik ditelusuri sejarahnya melalui peninggalannya. Maklum, seperti disebut di muka, pada abad ke-13 di pulau ini berdiri Kesultanan Ternate, yang tradisinya hingga sekarang masih dipertahankan.

Pemerintah daerah setempat pun menggelar Festival Legu Gam setiap tahun untuk merayakan ulang tahun Sultan Ternate. Festival itu biasanya digelar setiap April.

Pada kesempatan itu, rakyat Ternate berpesta. Masyarakat berkumpul di Kedaton atau Istana Sultan Ternate. Di sana, digelar prosesi adat, pagelaran seni dan budaya, serta pameran yang terkait dengan usaha kecil dan sumber alam provinsi yang terdiri atas delapan pulau ini. Termasuk kerajinan tangan lokal. Kemeriahan sudah pasti berlangsung selama festival, yang biasa digelar hingga dua minggu ini.

Tentu tak harus sampai dua minggu untuk menikmati Ternate. Setiap hari ada penerbangan langsung dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Jika kehabisan tiket penerbangan langsung, wisatawan masih bisa mencari penerbangan sambungan (connecting). Bisa dari Makassar, atau Manado. Dari Manado, penerbangan hanya berlangsung sekitar 30 menit. Sedangkan jika dari Jakarta, penerbangan akan berlangsung 3 jam dan 45 menit. Ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Ternate, yakni dua jam.

Ternate, tentu, bukan kota besar. Namun, menariknya, jika kita berkeliling kota, banyak nuansa kolonial Portugis mewarnai kotanya. Semisal, Benteng Tolukko yang dibangun bangsa Portugis pada 1540 agar bisa tetap menguasai cengkeh yang menjadi hasil khas pulau ini. Lokasinya strategis karena berada di puncak bukit.

Selain itu, ada Benteng atau Fort Oranje yang menjadi pusat pemerintahan VOC sebelum dipindahkan ke Batavia pada abad ke-17. Tak hanya dua benteng yang dibangun Portugis, masih ada Benteng Kalamata, Benteng Kota Janji, dan Benteng Kastela. Fort Oranje dibangun abad 15 dan sekarang sering menjadi tempat pementasan seni budaya lokal.

Selain diwarnai peninggalan kolonial Portugis dan Belanda, Ternate yang dulunya Kesultanan juga pekat dengan nuansa Islam. Kesultanan ini dulunya memang dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur.

Karena itu, saat wisatawan berada di pusat kota, langsung mendapat suguhan dua peninggalan zaman Kesultanan Ternate, yakni Kedaton (istana) Ternate dan Masjid Kesultanan Ternate.

Sebagai daerah kesultanan, Ternate mempunyai istana yang dikenal sebagai Kedaton Ternate. Bangunan berwarna kuning muda itu menyimpan koleksi kesultanan. Ada mahkota berumur 500 tahun. Kemudian sebuah lemari kaca yang menyimpan sejumlah pedang atau kelewang. Masih ada pula singgasana sultan, ruang makan, dan lain-lain.
Istana yang dibangun pada 24 November 1813 ini berada di atas lahan seluas 1,5 hektare dan berada di pusat kota.

Hanya berjarak 100 meter lokasinya dari Kedaton Ternate, terletak  Masjid Kesultanan Ternate. Masjid ini didirikan pada masa  Sultan Ternate yang kedua atau awal abad ke-17. Memiliki arsitektur unik, berbentuk limas dengan enam undakan. Terbilang sederhana, bangunan terbuat dari batu yang direkatkan oleh getah kayu pohon Kalumpang. Setiap Ramadan, ada tradisi unik antara sultan dan rakyatnya.

Selain masjid lawas peninggalan kesultanan, Pemerintahan Kota Ternate kini menambahkan sebuah ikon kota sebagai penanda warisan tradisi agama Islam di daerah ini, yakni Masjid Al-Munawaroh. Yang unik, masjid ini dibangun pemerintah Kota Ternate tepat di bibir pantai. Terlihat begitu menawan saat dipandang dari arah laut. Tak mengherankan, masjid yang berdiri di atas lahan seluas enam hektare ini sekarang menjadi landmark kota ini. Empat menara yang menjulang dan keramiknya yang indah ternyata diterbangkan langsung dari Turki.

Tentu tidak sah bagi penyunjung Ternate, terutama mereka para pencinta bahari, jika tidak berperahu ke pulau-pulau lain di sekeliling kota ini. Keindahan laut bisa dinikmati dengan mampir ke Pantai Sulamadaha.

Pantai di pulau ini benar-benar tak boleh dilewatkan selama liburan akhir tahun di Ternate. Di dekat pantai berpasir hitam nan luas ini temukan juga Teluk Saomahada, dengan air hijau toska dan tenang, inilah salah satu spot favorit di sana. Berbentuk mirip laguna, wisatawan bisa berperahu dengan tenang atau berenang di sini. Juga snorkeling. Objek wisata ini bisa dicapai dalam 30 menit dari pusat kota Ternate. Ada pula pantai yang jaraknya cukup jauh, yakni 20 kilometer dari pusat kota, yakni Pantai Bobaneha Ici.

Pantai lain yang bisa dikunjungi wisatawan saat di Ternate adalah Pantai Tobololo. Berada di utara Ternate, pantai ini termasuk dalam Kelurahan Tobololo dan bisa dicapai dalam 20 menit dari pusat kota. Lokasinya boleh dibilang diapit Pulau Halmahera dan Pulau Hiri. Di beberapa titik tertentu, bisa temukan air panas yang bersumber dari Gunung Galamalama. Jarak pantai dengan air panas biasanya tergolong dekat, sekitar 1 meter.

Atau bila ingin duduk manis sembari menikmati alam, bisa singgah ke Danau Tolire yang berada di kaki Gunung Gamalama. Ada dua danau yang bisa ditemukan. Namanya sesuai ukuran, yakni Danau Tolire Besar dan Danau Tolire Kecil. Luasnya mencapai 5 hektare dengan kedalaman 50 meter. Di latar belakang tampak Gunung Gamalama nan gagah, apalagi bila langit tengah cerah.

Datanglah di sore hari, karena keindahan mentari tenggelam sempurna dari lokasi ini. Dengan latar laut, langit memunculkan senja nan indah. Lokasi Danau Tolire Kecil lebih dekat dengan laut. Jadi dua danau yang bersebelahan ini diapit gunung di satu sisi dan di sisi lainnya laut. Lokasinya sekitar 10 kilometer dari pusat kota.

Selain Danau Tolire, masih ada DanauNgade yang berair tawar, meskipun berdekatan sekali dengan laut. Dilihat dari ketinggian hanya ada batas tipis antara danau dan laut. Di sekeliling danau penuh dengan warna kehijauan. Spot foto pun benar-benar instagrammable. Kini bahkan sudah dilengkapi dengan restoran yang menawarkan menu ikan tawar, hingga menikmati danau pun bisa sembari wisata kuliner.

Jadi kapan Anda main-main ke Ternate? L

R. Nariswari

Lontong Balap Surabaya, Ini 6 Yang Enak

Lontong balap Surabaya jelas tak ada hubungannya dengan dunia otomotif atau olah raga pacuan. Cukup bayangkan sepiring makanan yang terdiri dari potongan lontong berkuah dengan isian tauge, tahu, dan lentho. 

Lontong Balap Surabaya

Lentho ini sejenis gorengan terdiri dari kacang tholo dengan tepung. Tidak ketinggalan lontong balap diguyur dengan sambal petis yang merupakan ciri khasnya.

Nama lontong balap sendiri muncul dari sebutan masyarakat melihat para penjualnya berangkat menjajakan penganannya. Ada dua versi dari “balapan” para penjualnya.

Versi pertama muncul dari kisah pemilik kedai Cak Pri. Menurut cucu dari pemilik kedai yang sudah berjualan sejak 1913 itu, para pedagang lontong ini semuanya berjualan di daerah kebun binatang. Setiap pagi mereka keluar rumah dengan naik sepeda untuk menjual lontong dan saling berkebut-kebutan menuju lapaknya.

Lontong Balap Surabaya mejadi ikon kuliner kota ini, seperti Jembatan Suramadu.
Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan Pulau Madura

Sementara versi lainnya, sejarah nama lontong balap ini bermula dari wadah serupa gentong yang dipikul penjualnya. Agar tidak ketinggalan pembeli, para penjual ini memikul dagangannya dengan setengah berlari sehingga terlihat seolah saling balapan.

Tapi intinya, dinamakan lontong balap karena penjualnya saat itu menjual dengan cara dipikul. Karena isi pikulan banyak bahan makanan, sehingga membuatnya terasa berat. Jadi untuk mengatasinya penjualan berjalan cepat seperti balapan.

Lontong balap Surabaya kini menjadi favorit, tidak saja bagi masyarakat kota Pahlawan ini, tapi juga banyak pengunjung dari daerah lain. Ini karena cita rasanya yang enak. Tampilannya mungkin mirip kupat tahu Magelang, tapi rasanya tentu berbeda.

Dan seperti disebut di atas, ciri khas lain lontong balap Surabaya ini adalah adanya lentho. Lentho terbuat dari kacang yang direndam dengan berbagai bumbu selama satu malam yang kemudian ditumbuk. Hasilnya dibentuk dengan dikepal lalu digoreng.

lntho Surabaya shutterstock
Lentho sebagai side dish makan lontong balap Surabaya. Foto shutterstock

Lontong balap kini dapat dijumpai di berbagai titik di Surabaya, seperti di Jalan Kranggan, di daerah Wonokromo, dan di banyak sentra Kuliner yang dikelola Pemerintah Kota Surabaya. Harga yang ditawarkan pun cukup murah, yakni pada kisaran mulai Rp 10 ribu per porsinya hingga Rp 15 ribu.

Bila berkunjung ke ibu kota Jawa Timur ini, lontong balap Surabaya bisa jadi pilihan makan siang atau sore hari. Lebih maknyus lagi jika disantap dengan sate kerang dan kerupuk.

Lalu di mana pecinta kuliner bisa menikmati lontong balap Surabaya yang maknyus? Berikut pilihannya.

Kedai Cak Pri

Ini termasuk yang legendaris karena sudah berjualan sejak  1913. Kini sudah ada di tangan generasi ke tiga. Dulunya berjualan di Jalan Semarang, Kecamatan Bubutan. Menurut pemiliknya, waktu itu bahkan belum disebut lontong balap.
Saat ini Kedai Cak Pri ada di Jalan Kebalen (Sampoerna), Surabaya.

Lontong Balap Pak Gendut Asli

Tempat ini memiliki sejarah cukup panjang. Lontong Balap Pak Gendut dimulai pada 1958. Saat itu, cara berjualan keluar masuk kampung dengan ditemani rombong pikulan khas lontong balap.

Pada 1970-an Pak Gendut mulai membantu orang tuanya dengan melanjutkan jualan lontong balap di depan Bioskop Garuda. Bioskop di jalan Kranggan ini dikenal sebagai tempat mangkal penjual lontong balap. Kerap kali dijuluki sebagai lontong balap Garuda karena masih memakai lapak kaki lima persis di depan bioskopnya.

Lalu pada 1995 lontong balap Garuda milik Pak Gendut diubah menjadi lontong balap Pak Gendut karena julukan dari para pelanggan yang mungkin tidak tahu nama asli dari Pak Gendut. Jadi pelanggan setia Pak Gendut memberikan julukan itu karena memang poster tubuhnya yang gendut.

Dalam seporsi lontong balap Pak Gendut, pecinta kuliner akan mendapatkan beberapa irisan lontong, lentho, kecambah, kecap, kuah segar, dan bawang goreng. Rasa yang gurih dan nikmat menjadikan tempat ini menjadi tempat terfavorit berburu lontong balap. Kedai ini juga menyajikan sate kerang yang nikmat.

Kedai ini bisa ditemui di Jalan Prof. Dr. Moestopo dan buka mulai pukul 09.00 – 21.00 WIB. Harga yang dibandrol untuk 1 porsi lontong balap ini juga cukup murah cukup Rp 14 ribu.

Lontong Balap Khas Surabaya shutterstock
Masakan ini cocok di makan siang hari atau sore hari sebelum makan malam. Foto: shutterstock

Lontong Balap Cak Brengos

Lontong balap ini telah berdiri sejak 1989. Lontong balap ini diberi nama Cak Brengos karena pendirinya memiliki kumis (brengos dalam bahasa Jawa) yang tebal. Tempat makan ini berada di jalan Anjasmoro (samping pengadilan). Buka pada pukul 08.00-16.00

Kedai Lontong Balap Cak No

Kedai yang sudah berjualan selama 17 tahunan ini juga terbilang kedai lontong balap legend. Harganya yang murah meriah dan bikin kenyang membuatnya memiliki begitu banyak pelanggan tetap. Ya, harga untuk seporsi lontong balap ini dibandrol kisaran Rp 10 ribu. Porsinya juga cukup banyak.
Dalam sehari kedai lontong balap Cak No ini mampu meracik kisaran 350 porsi lontong balap. Nah, bagaimana dengan weekend? Di hari Sabtu dan Minggu, konon katanya kedai ini mampu meracik hingga 500 porsi lebih.
Kedai lontong balap Cak No terletak di Jalan Bromo No 7 Kecamatan Sawahan Surabaya. Buka setiap hari dari pagi pukul 07.00 sampai pukul 12.00 atau sampai habis.

Kedai Artomoro

Kedai lontong balap Artomoro tak hanya menyediakan lontong balap, ada kuliner tradisional khas Sidoarjo yang juga dijual di sini, lontong kupang. Seperti namanya, lontong kupang berbahan dasar kupang yang disajikan dengan lontong.

Kedai lontong balap terkenal di Sidoarjo ini memiliki ciri khas kuah yang gurih, asin, manis dan pedas. Nah, ciri khas inilah yang menjadi daya tarik dari kedai lontong balap Artomoro. Selain itu harga yang dipatok disini cukup murah dan disediakan juga es kelapa muda yang menyegarkan.
Kedai lontong balap Artomoro berlokasi di Jalan Raya Menur.

Lontong Balap Rajawali

Kedai lontong balap Surabaya ini menawarkan seporsi lontong balap dengan potongan tahu goreng, tauge, sambal petis, kecap, bawang goreng dan lentho yang lezat. Harga untuk seporsinya kisaran Rp 15 ribu.

Seperti kedai lontong lainnya, kedai lontong satu ini juga menyediakan sate kerang dengan banderol harga Rp. 15.000 untuk 1 porsinya (1 porsi = 10 tusuk).
Kedai legendaris yang sudah buka sejak 956 ini bisa ditemui di jalan Krembangan Nomor 32 Surabaya atau lebih tepatnya berada di depan SPBU Rajawali. Jam operasionalnya setiap hari Senin-Sabtu mulai pukul 06.00 sampai dengan 16.30.

Ayo agendakan balapan kulineran ke lontong balap Surabaya.

agendaIndonesia

*****