Pesona 3 Danau di Kaki Gunung Lemongan

Pesona 3 danau di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, bisa menjadi alternatif liburan dan mengunjungi alam pedesaan.

Pesona 3 danau di kaki Gunung Lemongan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, masih jarang ada yang meliriknya. Danau atau ranu dalam istilah setempat kalah popular dari Ranu Kumbolo di jalur pendakian Gunung Semeru, yang juga berada di kabupaten Lumajang.

Pesona 3 Danau

Asal tahu saja, tiga per empat wilayah Gunung Semeru berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Sisanya ada di Kabupaten Malang. Karenanya, Lumajang kerap dikenal sebagai salah satu wilayah yang memiliki pesona alam terbaik di Jawa Timur, selain Malang.

Pesona 3 danau di kawasan Gunung Lemongan, Lumajang tak kalah indah dengan Ranu Kumbolo yang juga berada di Kabupaten Lumajang.
Matahari terbit Ranu Pakis di Lumajang. Foto:: Dok shutterstocj

Itu tentu termasuk danau-danau alamnya. Ada pesona 3 danau di Kabupaten Lumajang di Gunung Lemongan, meskipun kalah popular dibandingkan gunung Semeru.

Gunung Lemongan adalah sebuah gunung berapi tipe maar, di Jawa Timur. Gunung ini merupakan bagian dari kelompok pegunungan Iyank, di mana puncaknya adalah disebut Puncak Tarub dengan ketinggian 1.651 meter. Gunung Lemongan termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yaitu Lumajang dan Probolinggo.

Pesona 3 danau memiliki atraksi kemegahan matahari terbit. Tontonan ini bisa dinikmati dari tiga kawasan danau yang saling berdekatan, yaitu: Ranu Klakah, Ranu Bedali, dan Ranu Pakis.

Jarak tempuh antara Ranu Bedali ke Ranu Pakis berkisar 7 kilometer. Sedangkan jarak tempuh Ranu Bedali ke Ranu Klakah sekitar 6 Km dan semuanya bisa dijangkau dengan mudah. Seperti apa sih gambaran ketiga danau ini?

Ranu Klakah

Terletak di Desa Tegal Randu Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, sekitar 20 kilometer dari arah utara Kota Lumajang. Ranu klakah memiliki pesona yang sangat menarik untuk dikunjungi.

Pesona 3 danau merupakan atraksi menarik utujk menyaksikan matahari terbit di Lumajang,
Ranu Klakah dengan latar belakang Gunung Lemongan. Foto: milik Lumajang Satu.com

Danau yang terbentuk akibat aktivitas vulkanis ini membentang seluas 22 hektare. Sedangkan kedalamannya mencapai 28 meter. Dalam sekilas pengamatan, danau itu tampak tenang dan tak beriak. Tak terlihat ada aktivitas makhluk hidup apa pun di dalamnya.

Namun, diam-diam, ranu atau danau maar yang letaknya 10 kilometer di utara kota ini ternyata menjadi habitat hidup bagi ribuan ikan mujair. Tempat ini memang menjadi tempat budi daya ikan air tawar.

Ranu Klakah terpatri abadi, tepat di muka Gunung Lemongan. Seperti lukisan, pada pagi hari, cahaya matahari yang kemerahan akan mengantung di atas danau berlatar gunung itu. Pantulan sinarnya membikin danau kemilauan, bak cermin hidup yang menimbulkan refleksi. Gunung dan bayangannya di ekor Ranu Klakah pun seperti dua segitiga yang bertaut.

Ranu Pakis

Lokasi wisata Ranu Pakis berada di Desa Ranu Pakis, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang. Namun dari pusat kota butuh menempuh jarak sekitar 20 ,5 kilometer atau kurang lebih 45 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor.

Rute menuju Ranu Pakis dari pusat kota Lumajang melewati jalur utama penghubung antara Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo. Ketika memasuki pusat kecamatan Klakah, di sekitar pasar, belok ke arah timur atau ambil jalan ke arah Desa Tegal Randu menuju Ranu Klakah.

Dari Ranu Klakah perjalanan lanjut sekitar satu kilometer hingga menemui pintu masuk menuju Ranu Pakis. Akses jalan cukup baik dan bisa dilewati kendaraan roda dua ataupun empat. 

Ranu Pakis ini memiliki warna air biru kehijau-hijauan yang berbeda dengan Ranu Badeli. Di sini airnya terlihat berwarna hijau segar. Ranu Pakis memiliki ketinggian 600 meter di atas permukaan laut , dengan luas sekitar 50 hektare, dan kedalaman 26 meter.

Selain memiliki keindahan yang unik, di Ranu Pakis biasanya para penduduk juga membudidayakan ikan air tawar. Contoh ikan yang di budidayakan adalah mujahir dan nila. Kadang bila berkunjung ke Ranu Pakis, wisatwan disuguhi atraksi nelayan yang sedang menjaring ikan.

Ranu Bedali

Ranu Bedali adalah sebuah danau di Kecamatan Ranuyoso, Lumajang, dan merupakan salah satu tempat wisata alami yang ada di kabupaten ini. Letaknya sekitar kurang lebih 15 kilometer di sebelah utara kota Lumajang. Danau ini tempatnya mudah dijangkau dengan berbagai macam kendaraan pribadi, tidak terlalu ramai pemandangannya indah cocok untuk liburan keluarga.

Ranu Lumajang shutterstock edit
Air terjun di Ranu Bedali. Foto: Dok. shutterstock

Ranu Bedali merupakan rangkaian dari pesona 3 danau, yaitu Ranu Bedali, Ranu Klakah dan Ranu Pakis. Sebagai rangkaian kawasan Segitiga Ranu, dengan jarak 7 Km dari Ranu Pakis atau 6 kilometer dari Ranu Klakah. Objek wisata Ranu bedali ini mempunyai keinggian 700 meter di permukaan laut dengan luas danau 25 hektare dengan kedalaman 28 meter.

Di Ranu Bedali  terdapat air terjun yang memiliki debit air yang cukup besar dan jernih, sehingga menambah keindahan alam. Keindahan di Ranu Bedali yang masih asri beserta tambahan fasilitas yang menunjang lainnya bisa menarik banyak wisatawan.

agendaIndonesia

*****

Abhayagiri Resto, 1 Senja di Timur Yogya

Abhayagiri Resto

Abhayagiri Resto, ini sebuah jamuan lengkap di senja hari di Yogyakarta. Menu istimewanya, lanskap segaris antara Abhayagiri, Candi Prambanan, dan Gunung Merapi.

Abhayagiri Resto, Menikmati Sunset

 Di pelataran restoran Abhayagiri, Yogyakarta, turis dari beragam latar belakang saling berjumpa. Mereka berganti-gantian memincing spot foto. Meja-meja makan yang berantakan ditinggalkan begitu saja tatkala burit mulai muncul. Maklum, di seberang utara, pemandangan Gunung Merapi disapu langit oranye dibelah atap-atap rumah warga menjadi primadona. Tak ketinggalan Candi Prambanan yang bertengger gagah tepat di muka “ancala”, menyempurnakan amatan.

Setengah bagian Yogyakarta, beserta ikon-ikonnya, sore itu sukses dibingkai dengan gangsar dari atas bukit. Ya, Abhayagiri memang bernaung di salah satu babakan tertinggi di “nagari kesultanan”, sebaris dengan Bukit Boko. Sesuai dengan namanya, abhaya berarti tidak ada bahaya atau aman, sedangkan giri artinya bukit atau gunung. Jadi Abhayagiri merupakan tempat di atas bukit yang tenang, jauh dari kerawanan.

Untuk menjangkaunya, perlu berkendara lebih-kurang 40 menit dari pusat kota melewati jalan menanjak dan berkelok, searah dengan tujuan Candi Boko dan Candi Ijo. Tak mengherankan, kalau banyak pengunjung, sengaja ingin menepi di tempat ini untuk sekadar menikmati kudapan, menjangkau ketenangan, lalu berswafoto dengan latar belakang panorama yang apik.

Di salah satu sudut yang menghadap ke barat daya, sebuah beranda petak beralas kayu dikelilingi lampu taman dengan penerangan temaram menjadi titik yang paling banyak diincar, khususnya untuk memotret. Sebab, di sana, tamu akan menghadapi jamuan pandang yang langka, yakni lanskap segaris antara Abhayagiri, Candi Prambanan, dan Gunung Merapi.

Dari titik itu pula, kawasan restoran yang lapang membentang dan terbagi atas beberapa paruhan tampak gamblang. Di sisi kanan, ada rumah joglo beralas rumput sintetis, juga kolam renang. Pengunjung, yang umumnya keluarga, mengobrol asyik sembari berseloroh di bawah bangunan persegi panjang dengan dominasi elemen kayu.

Di bagian rusuk atau tengah, segaris dengan beranda pandang, terhampar halaman dengan kursi serta meja yang ditata rapi mengitari sebuah batu besar. Batu itu tak pernah disingkirkan oleh pihak restoran, mulai proses pembangunan hingga Abhayagiri berdiri pada 2012—tentu sampai sekarang. Justru keberadaannya memperdalam kesan natural.

Di titik ini, pasangan-pasangan muda mengobrol intim. Suasana romantis terbangun dari pemandangan lampu-lampu kota yang mengitari, hawa dingin yang langsung menerpa kulit, serta tumbuhnya ilalang yang mendramatisasi keadaan.

Sementara itu, di bibir kiri, terhampar sebuah panggung alam, tempat pentasnya pergelaran seni Ramayana yang dihelat pada waktu-waktu tertentu. Panggung ini terbuat dari bebatuan. Letaknya menghadap tepat ke candi. Bangunan kuno tersebut sungguhan, bukan rekaan. Namanya serupa dengan lokasi bernaungnya restoran: Sumberwatu. Dalam papan keterangan tertulis, benda sejarah yang diperkirakan dibangun pada abad ke-9 oleh para penganut agama Buddha tersebut telah dikonservasi lembaga warisan budaya setempat pada 2013.

Keberadaannya membangkitkan sangkaan magis, sekaligus menguatkan kesan kejawen.

Petang tiba. Cokekan, musik tradisional asli Jawa Tengah—jenis kesenian yang kini nyaris punah—mengiramakan malam. Larasnya berpadu dengan bunyi tonggeret atau garengpung—atau nama ilmiahnya Cicada.Karena itu, griya tempat berkudap sekalian berkongko yang dibangun di atas lahan 3 hektare ini seketika jadi riuh. Bukan hanya karena musiknya yang membubung, melainkan juga makin sesaknya pengunjung.

“Biasanya tak seramai sekarang. Hari ini, semua bangku sudah ludes direservasi. Mungkin karena bertepatan dengan hari libur atau juga karena kami sedang menggelar promo menu buffet,” tutur Dewi, perempuan berparas njawani yang menjadi pramusaji itu.

Memang, di momen-momen tertentu, seperti akhir tahun, restoran yang dilengkapi fasilitas vila dan hotel ini memasang menu khusus. Kala Travelounge bertandang pun, Abhayagiri sedang menawarkan promosi all-you-can-eat seharga Rp 150 ribu per orang dengan waktu kunjungan maksimal 120 menit. Dengan demikian, kudapan bergaya lokal dan western yang kesohor, semisal Chicken Steak Teriyaki, Abhayagiri Duck Speciale, Pan Roasted Salmon, Apple Crumble, Nasi Campur, Archila Churros, dan Beef Black Pepper, tak tersaji.

Sementara itu, hidangan yang bebas dilahap tamu adalah menu-menu yang umumnya disajikan kala masyarakat Jawa Tengah punya hajat, semisal soto ayam, rawis (juga dikenal dengan sebutan karedok), bakmi Jawa, dan dori goreng tepung untuk menu utama. Tersedia pula hidangan cuci mulut, seperti brownies, mini pie,dan cake green tea kukus yang menyandang predikat jawara.

Umumnya, rasa masakan yang tersaji kurang menggelitik lidah. Semisal bakmi Jawa, kuah yang dihidangkan terlalu asin. Hidangan lain, seperti soto ayam, pun tak terlalu berkarakter. Namun hal itu tak diambil hati oleh para pengunjung karena umumnya mereka datang dengan tujuan utama menikmati pemandangan, bukan buat berselancar lidah. l

Abhayagiri Restaurant

Sumberwatu Heritage Resort, Sumberwatu RT 02 RW 01

Sambirejo, Prambanan,

Sleman, DI Yogyakarta

Operasional

Setiap hari pukul 11.00-22.00

Menu

Abhayagiri Chicken Steak

Beef Black Pepper

Bakmi Jawa

Soto Ayam

Harga

Antara Rp 35 ribu hingga Rp 200 ribu.

F. Rosana/Hindra/Dok-TL

Taman Safari Bali, Satwa di 40 Hektare

Taman Safari Bali wahana wisata dan edukasi di Bali.

Taman Safari Bali atau dikenal juga sebagai Bali Safari and Marine Park adalah tempat wisata yang berisi aneka satwa dari berbagai penjuru dunia yang habitatnya didesain mendekati aslinya. Kawasan ini merupakan objek wisata yang dibangun di atas lahan seluas 40 hektare.

Taman Safari Bali

Bali Safari & Marine Park ini seperti juga Taman Safari di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, menyediakan tempat bagi satwa liar seperti di habitat aslinya. Di Bali ini taman safarinya  dibangun dengan perpaduan kebudayaan masyarakat Bali dan cocok untuk dikunjungi untuk segala usia. 

Bali Safari & Marine Park ini ada di Jalan Bypass Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Lokasinya menempati atau berada di tiga desa di Gianyar, yaitu Desa Lebih, Desa Serongga, dan Desa Medahan. Sama dengan yang di Bogor atau di Jawa Timur, Taman Safari Bali dimiliki dan dikelola oleh Taman Safari Indonesia. Taman Safari Indonesia, memang ahli dalam konservasi hewan dan terkenal dalam menyelenggarakan eksebisi serta pertunjukan binatang.

Taman Safari Bali petulangan kecil di habitan satwa.

Taman Safari Indonesia, memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam hal penyediaan wahana taman safari. Pengalaman tersebut membuat Taman Safari Bali, menjadi salah satu taman safari terbaik di Indonesia dan menjadi tempat wisata untuk anak-anak ketika liburan di pulau dewata.

Bali Safari Marine Park juga dijadikan tempat pengembangbiakan bagi satwa yang terancam punah. Harimau Putih dari India yang sangat langka sedang dicoba dikembangbiakkan agar terjaga keberadaannya.

Tempatnya ada di Tigers of Ranthambore yang merupakan tiruan dari benteng kuno yang berada di India. Benteng ini menjadi tempat berdiamnya harimau putih yang sangat langka tadi.

Selain Harimau Putih, di sini ada berbagai jenis satwa langka yang berasal dari tiga negara yaitu Indonesia, India dan Afrika. Ini terdiri dari 60 species dan 400 ekor satwa langka yang berasal dari Indonesia, misalnya Jalak Putih, Burung Hantu, Tapir, Buaya, Babi Rusa dan Harimau Sumatra.

Dari India, selain Harimau Putih, ada lainnya yaitu Rusa Tutul, Beruang Himalaya, Nilgai dan Black Buck. Satwa langka dari Afrika juga tidak ketinggalan seperti Kuda Nil, Burung Unta, Singa, Babbon, Zebra dan Blue Wildebeest.

Taman Safari Bali juga memiliki petualangan berkeliling pada malam hari.
Night Safari, berkeliling dengan kendaraan khusus. Foto: dok. BSMP

Selain mempelajari hewan yang mulai langka dan upaya konservasinya, anak-anak ketika main ke Taman Safari Bali dapat menikmati beberapa pertunjukan. 

Atraksi utama tentu saja 4×4 Safari Package. Wisatawan dapat melihat satwa liar dari dekat menggunakan jeep  4×4. Kendaraan ini sudah dilengkapi perlengkapan khusus sehingga aman bagi pengunjung.  Melalui wahana ini, wisatawan bisa merasakan sensasi berinteraksi langsung dengan satwa di alam bebas. 

Selain itu ada Animal Education show di Hannuman Stage. Ini adalah Taman Hanuman dengan sebuah panggung yang terdapat pertunjukan satwa yang juga memberikan pengetahuan tentang satwa langka.

Atraksi yang juga menarik buat anak-anak, bahkan orang dewasa, adalah Elephant Conservation & Education Show di Kampung Gajah. Ini merupakan area dengan museum gajah, kandang gajah, tunggang gajah, souvenir, dan, warung gajah.

Elephant Bathing di Taman Ganesha di mana taman ini memiliki sebuah patung Ganesha setinggi sembilan meter yang merupakan pintu masuk menuju Bali Theater. Di taman ini pengunjung bisa berinteraksi secara dekat dengan gajah-gajah yang sedang mandi.

Pada malam hari pengunjung dapat melihat satwa liar yang berkeliaran di habitatnya. Ada harimau yang naik ke kendaraan kerangkeng khusus pengunjung. Lumayan memacu adrenalin.

Ada juga restoran yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman. Uniknya ada resto untuk sarapan yang berdekatan dengan kandang macan. Jangan khawatir, pengunjung restoran dipisahkan dengan panel kaca yang aman dari para raja hutan tersebut.

Sarapan dengan Singa di Safari Bali BSMP
Sarapan di depan singa. Foto: dok. BSMP

Untuk menikmati pengalaman sarapan unik ini, pengunjung harus menginap di Mara River Safari Lodge yang berada di kompleks Taman Safari Bali. 

Namun Taman Safari Bali tentu tak cuma interaksi dengan hewan. Ada atraksi lainnya. Kegiatan lainnya adalah Balinese Holy Water Procession di Tirta Sulasih. Tirta Sulasih adalah tempat pemandian suci dengan nuansa kebudayaan Bali. Pengunjung bisa menyaksikan kegiatan sehari-hari masyarakat Bali dengan budayanya.

Bagi yang ingin belanja oleh-oleh, berbagai barang kerajinan khas Bali dan aksesoris berbentuk binatang banyak dijual di areal pertokoan yang dikenal dengan nama Peken Bali. Atau ada pula kelas menari Bali dan memainkan alat musik gambelan Bali di Bale Banjar.

The Bali Agung Show Taman Safari Bali juga menyajikan pertunjukkan seni yakni The Bali Agung Show. Pertunjukan ini merupakan perpaduan seni teater tradisional dan modern yang menampilkan lebih dari 150 penari dan pemusik Bali.

Taman Safari Bali dilengkapi pula beberapa fasilitas antara lain, Kawasan Fun Zone yang disediakan khusus untuk anak-anak berusia maksimal 10 tahun. Ada berbagai permainan dengan tarif Rp 10 ribu untuk setiap permainan seperti, Mery Go Round, Clumbing Car dan Go Go Bouncer.

Di sini juga terdapat kuda poni maupun onta tunggangan dengan tarif Rp 20 ribu per orang sedangkan untuk berkeliling dengan menunggang gajah selama 30 menit dikenai tarif Rp 100 ribu. Seperti di taman safari lainnya juga, pengunjung bisa berfoto dengan beberapa binatang dengan tarif Rp 20 ribu.

Bali Safari & Marine Park buka mulai pukul 09:00 – 17:00. Untuk dapat memasuki Bali Safari & Marine Park, pengunjung dikenakan biaya tiket masuk. Harga tiket masuk Taman Safari Bali untuk wisatawan domestik: pengunjung dewasa (di atas 12 tahun), Rp 150 ribu/orang; anak-anak (umur 3 – 12 tahun) Rp 135 ribu/orang. Sedangkan untuk bayi di bawah 3 tahun dihitung gratis.

Dengan membayar tiket masuk sesuai dengan harga tiket tersebut pengunjung akan mendapatkan satu kali safari journey, menonton animal show; dan elephant show.

agendaIndonesia

*****

Kopi Merapi, 1 Peninggalan Kolonial Belanda

Kopi Merapi di Cangkringan, Yogyakarta

Kopi Merapi adalah satu peninggalan kolonial Belanda. Mungkin di sekitar tahun 1930-an ia mulai ditanam, tapi baru belakangan setelah erupsi gunung Merapi pada 2010 tempat ini menjadi omongan dan belakangan jadi tujuan wisata.

Kopi Merapi, Peninggalan Kolonial

Kopi yang ditanam di lereng Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta ini bukan cuma mengharumkan nama kopi Nusantara, namun juga menjadi catatan bangkitnya perekonomian penduduk lokal dari erupsi besar-besaran yang terjadi 10 tahun lalu.

Kini saat liburan ke kawasan Kaliurang dan sekitarnya, ada satu warung kopi yang tak boleh dilewatkan. Kopi Merapi, begitu namanya, terletak di Dusun Petung, Kepuharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman. Di warung ini pengunjung dapat menikmati seduhan biji kopi yang ditanam langsung di tanah vulkanik lereng Merapi, baik jenis arabika maupun robusta.

Sebelum erupsi, warga yang terhimpun dalam Koperasi Merapi memiliki lahan seluas 800 hektare. Namun, sewaktu fenomena alam itu terjadi, lahan tersebut tertutup abu hingga lahan yang tersisa tinggal 50 hektare. “Warga mulai menanam kembali kopi dan kini sudah sekitar 500 hektare lahan bisa dimanfaatkan kembali,” kata Ketua Koperasi Merapi Sumijo di Kaliurang, Yogyakarta.

Kopi Merapi pun mulai diproduksi dan dikirim ke luar daerah, seperti Jakarta, Bandung, Bogor, dan Tangerang. Saatmengunjungi koperasi tersebut dan menyaksikan berkarung-karung biji kopi siang sangrai ditumpuk di gudang. “Ini pesanan,” kata Juwanto, pegawai koperasi Kopi Merapi yang ditemui di tempat yang sama.

Pada zaman dulu, cerita Sumijo, kopi hasil perkebunan di sekitar Merapi dikenal dengan sebutan kopi meneer. Disebut demikian sebab awalnya tanaman kopi di lereng Merapi itu diperkenalkan pada masa kolonial Belanda. Orang-orang Belanda yang tinggal di Jawa Tengah dan sekitar Yogyakarta melihat lereng Merapi yang sejuk cocok untuk ditanami kopi.

Selain kopi meneer atau menir, kopi Merapi pernah pula disebut sebagai kopi Turgo. Ini merujuk pada lokasi perkebunannya di dekat wilayah Desa Turgo. Namun, tentu saja,  nama Turgo jarang orang yang tahu. Kecuali saat terjadi erupsi Merapi yang lalu. Akhirnya, mereka kemudian menyebut nama komoditas mereka sebagai kopi Merapi.

Begitupun, perjalanan kopi merapi sebagai komoditas tidaklah meroket. Bahkan nyaris jarang diketahui orang. Bahkan bagi masyarakat Yogyakarta, yang posisinya di kaki gunung Merapi, keberadaan kopi Merapi tak banyak dikenal.

Baru beberapa tahun belakangan ini, masyarakat mengenal adanya Kopi Merapi. Ini bisa dipahami, sebab meski sudah mulai diperkenalkan sebagai tanaman sejak zaman kolonial, warga sekitar lereng Merapi mulai menanam secara intensif pada sekitar 1984-an. Kopi yang ditanam berjenis Robusta. Sedangkan kopi Arabika mulai dikembangkan di sini sejak 1990-an awal.

Selain itu, kopi hasil panen kebun-kebun kopi di sekitar Merapi, yang kawasannya tak terlalu besar itu, oleh para petaninya lebih banyak dijual dalam bentuk mentah atau biji basah. Hal ini membuat penghasilan dari menanam kopi menjadi tak maksimal.

Baru pada 2004, menurut Sumijo, dirinya mencoba membuat rintisan Koperasi Usaha Bersama (KUB) yang diberi nama Kebun Makmur. KUB didirikan untuk menyiasati agar harga kopi yang dijual para petani harganya stabil dan tak dimainkan para tengkulak.

Berbagai inovasi pernah mereka lakukan supaya harga kopinya bisa mengalami peningkatan ekonomi. Setelah sekian “percobaan’,  akhirnya koperasi membuat kopi kemasan atau siap saji. Mereka kemudian juga mencoba menjual biji kopi kering maupun kopi serbuk dalam bungkus kiloan dan sachet.

Selain membuat berbagai olahan produk kopi, Sumijo juga membuat sebuah warung Kopi Merapi di daerah Cangkringan. Pada 17 November 2012, Sumijo dan Sukirah istrinya, secara resmi membuka warung kopi Merapi di Dusun Petung, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman. Sumijo menjelaskan konsep yang diusung di warung Kopi Merapi miliknya adalah tradisional. Artinya cara pengolahan biji kopi semua dengan cara tradisional nenek moyang zaman dulu.

Kopi Merapi memiliki jenis arabika dan robusta. Keduanya ditanam di ketinggian 700-1.200 mdpl. Kopi ini hidup di kawasan Kaliadem, tepat di kaki gunung.

Menjelang Mei, petani setempat bersiap menyambut panen raya kopi. Biji-biji yang telah dipanen lalu akan diproses di Koperasi Merapi, yakni di Jalan Kaliuran KM 20, Sleman. Wisatawan yang datang pun dapat melihat proses lengkapnya. Mulai penjemuran kopi, sangrai, hingga penggilingan.

Pada saat-saat panen, pengunjung bisa menyaksikan kopi yang baru mulai dipanen itu diproses di koperasi. Lantas, berkesempatan pula untuk menjajal rasa asli kopi arabica. Kopi Merapi memiliki keistimewaan after taste atau rasa yang tertinggal dengan karakter fruitty alias buah-buahan yang kuat.  Sebab, kopi ini ditanam di dekat tanaman cokelat, mangga, kelapa, dan buah-buahan lainnya.

Bila diminum tanpa gula, seteguk kopi Merapi pun akan terasa lembut. “Bodinya ringan,” kata Sumijo.

Wisatawan bisa membawa pulang kopi Merapi sebagai buah tangan. Per 250 gram arabica, kopi Merapi dijual RP 50 ribu, sedangkan robusta Rp 30 ribu. Selain bisa menikmati kopi, pelancong yang datang ke koperasi dapat bermain-main di kebun kopi. Letaknya tepat di belakang gedung koperasi.

F. Rosana

Taman Mini Indonesia Indah, Wajah 38 Daerah

Taman Mini Indoesia Indah menajdi wahana melestarikan kebudayaan Indonesia.

Taman Mini Indonesia Indah atau biasa disebut TMII adalah cara “mudah” mengenal Indonesia dan semua tradisi serta kebudayaannya. Ini adalah taman bagi wajah seluruh provinsi di Indonesia. Sayangnya, hingga Juli 2023 baru ada 33 anjungan dari 38 provinsi yang ada di Indonesia.

Taman Mini Indonesia Indah

Dari Sabang hingga Merauke, ribuan ragam corak adat dan budaya telah melengkapi berbagai aspek kehidupan di Indonesia. Masing-masing adat dan budaya Indonesia ini telah menjadi identitas setiap daerah di seluruh penjuru Nusantara.

Kekayaan Nusantara inilah yang menjadi gagasan pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) oleh Ibu Negara waktu itu, Siti Hartinah, atau yang lebih dikenal sebagai Tien Soeharto. Berdiri di atas area seluas 150 hektare, Taman Mini hadir sebagai rangkuman kebudayaan 27 provinsi (waktu itu, 1970-an) bangsa Indonesia dalam bentuk miniatur kepulauan.

Taman Mini Indonesia Indah terdiri dari anjungan-anjungan dari 38 daerah.
Rumah Gadang sebagai salah satu simbol budaya Minangkabau. Foto: dok. shutterstock

Taman ini dibangun lengkap dengan anjungan daerah, bangunan dan arsitektur tradisional, kesenian daerah, juga taman rekreasi. Tak luput pula berbagai macam wahana yang menawarkan sarana seni, rekreasi, dan edukasi bagi pengunjung.

Gagasan ini tercetus pada 13 Maret 1970 dan diresmikan pada 1975 dengan harapan agar budaya dan kekayaan Indonesia dapat terus dilestarikan dengan baik. Harapannya agar keunggulan unik masing-masing daerah Nusantara dapat selalu terjaga untuk generasi mendatang.

Semuanya ada yang diwakili oleh anjungan daerah. Ada pula yang hadur melalui sejumlah museum, misalnya Museum Fauna; Dunia Laut Tawar; Taman Burung, atau film yang diputar di Theater Keong Emas.

Anjungan daerah adalah bangunan-bangunan rumah adat yang bercirikan arsitektur tradisional khas daerah Indonesia. Hingga Juli 2023 sudah 33 Anjungan Daerah yang dibangun berderet mengelilingi danau Miniatur Arsipel Indonesia. Ini melambangkan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Tiap provinsi menampilkan sekurangnya tiga bentuk rumah adat khas daerah, berada di satu kawasan yang disediakan untuk provinsi bersangkutan. Ke depan seiring pemekaran provinsi-provinsi di Indonesi, akan dibangun anjungan lainnya.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah dari banyaknya suku bangsa dan budaya yang menghiasi nusantara. Setiap corak peristiwa sejarah kita turut berperan dalam membangun Indonesia menjadi negara yang kini kita kenal. Hal ini menjadi salah satu dari segelintir alasan mengapa melestarikan sejarah Indonesia harus menjadi prioritas generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

Taman Burung TMII dok TMII
Taman Burung TMII menjadi wahana untuk mengamati dan mempelajari burungburung. Foto: dok TMII

Selaras dengan tema yang diusung TMII yaitu tempat wisata edukasi budaya Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah menghadirkan 18 museum yang merangkum berbagai sejarah Indonesia melalui wisata edukasi. Setiap museum yang terdapat di Taman Mini Indonesia Indah dibangun untuk memenuhi pengetahuan masyarakat akan sejarah kehidupan, sosial, peradaban, budaya, teknologi Indonesia dan masih banyak lagi.

Mulai dari Museum Keprajuritan, Museum Hakka, Museum Listrik sampai Museum Fauna Indonesia Komodo dan Taman Reptil, setiap museum di TMII memiliki beragam tema dan pameran yang dapat membawa pengunjung merasakan pengalaman belajar sejarah yang unik.

Di sini, pengunjung bisa menambah pengetahuan sambil bermain dengan teknologi interaktif Virtual Reality (VR), menonton film, menyaksikan peragaan ketenagalistrikan, membuat batik, dan masih banyak lagi.

Museum fauna Indonesia “Komodo” memiliki tema dunia satwa Indonesia yang menghadirkan satwa-satwa yang hidup maupun yang telah diawetkan. Bangunan arsitektur dari museum ini berbentuk seperti Komodo, salah satu spesies reptil purba khas Nusa Tenggara Timur, dan menempati lahan seluas 10.120 meter persegi. 

Pameran keanekaragaman fauna nusantara yang terdapat di museum ini disajikan berdasarkan kelompok persebarannya, yakni dari barat ke timur. Ini menunjukkan persebaran hewan dari Sumatera sampai Papua.

Tidak hanya itu, museum ini juga memamerkan keanekaragaman berdasarkan persebaran dari pantai ke pegunungan, untuk menunjukkan habitat masing-masing satwa Indonesia.

Museum Fauna TMII dok TMII
Museum Faunsa TMII. Foto: dok TMII

Taman Reptilia yang menghadirkan koleksi reptil hidup memperbolehkan pengunjung untuk berinteraksi langsung dengan satwa-satwa unik yang terdapat di Taman Mini Indonesia Indah seperti ular sanca, ular berkaki, komodo, biawak, penyu, kura-kura buaya, iguana, dan masih banyak lagi reptil lainnya.

Selain itu, pengunjung anak-anak juga dapat menelusuri rasa ingin tahunya lebih lanjut dengan bermain bersama ular sanca di Taman Sentuh, yang tentunya lengkap dengan pengawasan para ahli dari spesies tersebut.

Sementara itu, mengambil tema Indonesia dan Dunia Air Tawar, taman ini memamerkan keanekaragaman hayati air tawar yang didominasi berbagai ekosistem akuarium untuk sarana rekreasi, pendidikan, penelitian, konservasi alam dan juga atraksi bagi pengunjung.

Menyimpan 6.000 ekor satwa dari 126 spesies yang berbeda, Dunia Air Tawar Taman Mini  merupakan taman biota air tawar terbesar dan terlengkap kedua di dunia serta terbesar di Asia.

Spesies-spesies di taman ini berasal dari berbagai perairan di Indonesia, seperti Arwana (Scleropages formosus), hiu gergaji (Pristis microdon), ikan buntal, dan lain-lain, maupun spesies yang berasal dari belahan dunia lain seperti ikan piranha, ikan kupu-kupu, dan masih banyak lagi.

Selain terdapat koleksi yang menakjubkan, taman ini dilengkapi museum, perpustakaan, auditorium, akuarium Nusantara, Pojok Reptilia, dan ruang karantina untuk pengembangbiakan koleksi dan penampungan hasil petani dan nelayan yang dapat diperjualbelikan kepada masyarakat. Taman ini juga membuka kesempatan bagi masyarakat dan mahasiswa untuk melakukan observasi dan penelitian yang berkaitan dengan edukasi dan peluang bisnis.

Yang tak kalah serunya tentu menonton keindahan Indonesia melalui layar IMEX di Teater Keong Emas. Teknologi ini membuat penontonnya serasa terbang dan menyelam di lokasinya.

Taman Mini Indonesia Indah

Jl Raya Taman Mini, Jakarta Timur. DKI Jakarta, Indonesia.

Senin Sampai Jumat: 6-17

Sabtu Minggu, & libur nasional : 5-17

agendaIndonesia

*****

Liburan Ke Likupang, 1 Destinasi Super

Liburan di Likupang, salah satu surga wisata bahari di Indonesia utara.

Liburan ke Likupang di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, yuk! Inilah salah satu destinasi super prioritas Indonesia yang perlu dilirik buat mereka yang senang dengan wisata bahari.

Liburan ke Likupang

Mungkin sebagian dari kita masih belum begitu familiar dengan surga tersembunyi di Kabupaten Minahasa Utara. Termasuk kenyataan kalau Likupang ini menyimpan banyak sekali tempat wisata alam yang dapat dieksplorasi.

Liburan ke Likupang, salah satu surga wisata bahari di sebelah utara Indonesia.
Wisata pantai di Likupang, Sulawesi Utara. Foto: Dok. shutterstock

Sejak masa kanak-kanan kita, bila menyebut destinasi favorit di Sulawesi Utara, maka nama yang muncul kalua bukan Manado, pastilah Bunaken. Yang terakhir ini bahkan lebih dahulu popular dibandingkan Raja Ampat dan Wakatobi.

Nama Likupang memang masih sangat jarang diketahui wisatawan. Sejatinya Likupang memiliki potensi wisata yang luar biasa indah, dan pastinya tak kalah dari Manado maupun Bunaken.

Bermodalkan keindahan alam yang dimiliki, membuat liburan ke Likupang kian mendapat sorotan dan berpotensi menjadi salah satu destinasi pariwisata unggulan Indonesia kelas dunia. Sebut saja di antaranya hamparan perbukitan hijau, pantai pasir putih yang indah, bawah laut yang masih terjaga, atau kuliner menggugah selera.

Jika berangkat dari Jakarta atau Makassar dengan penerbangan pagi, pengunjung bisa langsung menuju Likupang. Cobalah dulu mengunjungi Desa Bahoi, desa ekowisata yang berada di Kecamatan Likupang Barat. Butuh waktu sekitar 1,5 jam menggunakan mobil dari Bandara Sam Ratulangi di Manado menuju desa ini. Desa Bahoi punya beragam tempat wisata, mulai dari hutan bakau hingga keindahan alam bawah lautnya yang mempesona.

Liburan ke Likupang tak hanya pantai, ada pulau bukit dan danau. Seperti Danau Linau.
Danau Linau di Likupang, Sulawesi Utara. Foto: dok. shutterstock


Masyarakat desa pun sangat sadar akan prinsip-prinsip ekowisata. Ini tampak dari keberadaan ekosistem hutan bakau di Desa Bahoi yang dikelola sendiri oleh masyarakat. Kegiatan lain yang bisa dilakukan di Desa Bahoi adalah snorkeling dan diving.
Pilihan lain adalah ke desa wisata Pulisan di Likupang Timur. Berjarak sekitar 48 km dari Kota Manado, ada banyak hal yang bisa dieksplor di desa ini. Misalnya mengunjungi berbagai destinasi wisata perbukitan di Likupang. Mulai dari Bukit Pulisan hingga Bukit Larata.

Desa wisata Pulisan menawarkan paket wisata laut yang lengkap. Desa ini terletak di jantung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Likupang. Untuk bisa sampai di Pantai Pulisan, meski jaraknya ‘hanya’ sekitar 48 kilomater, wisatawan harus menempuh perjalanan darat selama sekitar dua jam dari kota Manado. Meski cukup jauh, semua terbayar oleh eksotisme pantai berpasir putih ini. Selain terumbu karang beraneka warna, Kamu bisa melihat pemandangan di dalam air dengan jelas. Tak hanya itu, adanya batu karang yang menyerupai gua,menjadi daya tarik tersendiri.

Di kawasan pantai Pulisan juga terdapat bukit padang sabana yang memiliki suasana menyejukkan. Dari bukit yang memperlihatkan hamparan padang rumput dengan pemandangan laut yang indah. Untuk menuju ke puncaknya, wisatawan harus melewati perjalanan yang agak menantang selama satu jam. Namun, saat mencapai puncak, perjuangannya bakal terbayar lunas.

Selain Bukit Pulisan, destinasi wisata perbukitan di Likupang yang bisa dikunjungi adalah Bukit Larata. Tidak kalah memesona, Bukit Larata juga menawarkan keindahan bukit savana dengan padang rumput yang berpadu dengan pemandangan laut.

Tentu saja liburan ke Likupang tetap menjadi surga bagi para pecinta wisata pantai dan bahari. Selain pantai Pulisan, wisata pantai di Likupang berikutnya adalah Pantai Paal. Berlokasi di Desa Marinsow, Kecamatan Likupang Timur, Pantai Paal dikenal dengan pemandangan eksotis dan air laut berwarna gradasi biru tosca yang cantik.

Keindahan pemandangan laut di pantai Pulisan dan Paal sangat cocok untuk snorkeling, berjemur, atau sekadar menikmati hembusan angin dan mendengarkan deburan ombak menenangkan. Jika tak puas dengan ke duanya masih ada Pantai Sampiran, dan Pantai Surabaya.

Jika pun masih tak puas dengan pantai-pantai tersebut, wisayawan bisa menciptakan pengalaman baru berlibur di Likupang dengan mengunjungi Pulau Lihaga, yang dikenal memiliki keindahan bawah laut tiada duanya.

Dari likupang pengunjung bisa naik kapal bermotor ke Pulau Lihaga. Ada dua jenis kapal bermotor yang disewakan. Tarif untuk menyewa kapal bermotor dengan kapasitas penumpang maksimal 15 orang, berkisar Rp100 ribu per orang. Namun bila berkunjung secara rombongan lebih dari 20 orang, bisa juga menyewa kapal dengan tarif sebesar Rp800 ribu hingga Rp1 juta.

Pulau seluas 8 hektare ini memiliki pasir putih lembut dan air laut berwarna biru yang sangat jernih. Air lautnya yang sangat tenang sangat cocok untuk snorkeling sambil menikmati keindahan bawah laut yang menakjubkan.

Setelah keliling ke berbagai destinasi wisata di Likupang, perut terasa lapar dan waktunya mencicipi makanan khas Likupang yang lezat. Bubur tinutuan merupakan makanan khas yang sangat identik dengan kuliner Sulawesi Utara.

Liburan ke Likupang jangan lupa mencicipi kulinernya. Salah satunya ada bubur tinutuan.
Bubur tinutuan atau bubur Manado. Foto: shutterstock

Masyarakat mengenalnya juga dengan sebutan bubur Manado. Namun, bubur ini tak hanyak ada di Manado, melainkan juga di Likupang. Bubur tinutuan sangat khas,di dalamnya ada beragam sayuran segar. Sebut saja kangkung, bayam, kemangi, pipilan jagung, ubi, dan labu kuning. Sebagai pelengkap, biasanya akan ada cakalang atau cacahan daging sapi yang ditaburkan di atas bubur.

Selain itu ada juga milu siram, sup jagung yang dibuat dengan udang atau daging ikan. Cita rasa asam dari jeruk nipis dan pedas dari cabai, jadi kombinasi rasa yang unik untuk melengkapi eksplorasi para wisatawan di Likupang.

Jika ingin yang lain, coba sarapan yang lebih ringan saja yaitu pisang goroho yang dicocol dengan sambal roa. Jenis pisang ini hanya tumbuh di Sulawesi Utara. Bentuknya panjang dan ramping.

Pisang ini diolah dengan cara diiris tipis lalu digoreng. Namun, ada juga yang digoreng dengan baluran tepung. teksturnya akan mirip dengan keripik pisang tetapi dimakan dengan sambal. Sebagai pendamping pisang goroho dan sambal roa, masyarakat lokal biasanya menyeduh secangkir kopi, teh, atau minuman hangat lainnya.

Satu lagi makanan khas Sulawesi Utara yang menggunakan ikan cakalang sebagai bahan untuk mengolahnya. Namanya lalampa. Makanan yang terbuat dari ketan yang diisi dengan ikan cakalang, dan dibungkus dengan daun pisang satu ini memiliki aroma harum dan rasa gurih yang dapat menggoyang lidah.

Lalampa ini mirip dengan lemper. Namun, ada beberapa hal yang membedakan. Pertama, isian lalampa berupa ikan cakalang. Kedua, selain dikukus, lalampa juga harus dibakar. Sebelum dibakar, lalampa diolesi dengan minyak sayur sehingga aromanya dan rasanya lebih kuat.

Ayo agendakan liburan ke Likupang. Nikmati alam dan kulinernya.

agendaIndonesia

*****

Mulang Pekelem 1 Ritual di Danau Segara Anak

Segara Anak Gunung Rinjani

Mulang Pekelem 1 ritual pemeluk agama Hindu di Segara Anak, Gunung Rinjani, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Mungkin belum banyak yang tahu, dan ini bisa dipahami. Sebab ritual ini digelar lima tahunan oleh umat Hindu dan dilakukan tepat di Segara Anak.

Mulang Pakelem 1 Ritual di Gunung Rinjani

Segara Anak adalah danau maar yang berada di ketinggian 2.008 mdpl. Pesona Segara Anak biasanya akan membuat pendaki terpukau lantaran airnya biru seperti laut. Namun tiap lima tahun sekali, Rinjani dan Segara Anak tak cuma pesona alamnya yang menarik. Ritual sakral umat Hindu yang sakral turut menjadi pemandangan yang menyita perhatian.

Umat Hindu, khususnya warga Lombok dan Nusa Tenggara Barat, yang menggelar ritual di Segara Anak membawa hantaran berupa benda berharga dan hewan peliharaan. Misalnya emas, ayam, kambing atau kepala kerbau. Benda dan hewan itu dilarutkan di danau Segara Anak setelah pemangku adat membawanya ke tengah menggunakan getek.

Uniknya, benda-benda berharga, khususnya emas, tak akan bisa dicari setelah dihanyutkan. Sebab, emas telah tenggelam di kedalaman 230 meter air danau.

Ritual pekelem dihelat untuk merefleksikan konsep Tri Hita Karana. Konsep tersebut menggambarkan harmonisasi antara makhluk hidup, alam, dan Sang Pencipta. Sejumlah umat Hindu, pada upacara tersebut, akan menggelar ritus di tempat tertentu yang diyakini merupakan tempat bersemayamnya para dewa, termasuk Segara Anak.

Sejatinya, ritual Mulang Pekelem adalah perjalanan panjang. Pasalnya, selama tiga hari umat Hindu akan mendaki Gunung Rinjani lalu turun ke Danau Segara Anak, yang diyakini sebagai pusat spiritual di Tanah Sasak. Di tempat-tempat yang sudah ditentukan umat akan menjalankan upacara keagamaan.

Gunung Rinjani adalah gunung tertinggi ketiga di Tanah Air dengan ketinggian mencapai 3.726 meter dari permukaan laut. Bagi umat Hindu, gunung ini mempunyai nilai spiritual yang tinggi. Seperti halnya Gunung Himalaya di India atau Gunung Semeru di Pulau Jawa, Rinjani menjadi sebuah tempat yang dianggap mempunyai getar kesucian yang tinggi. Tempat para Dewa kerap berkumpul untuk memberikan anugerah kehidupan.

Di kawasan ini, tumbuh-tumbuhan dan binatang hidup dengan penuh vitalitas. Itu semua dipercaya berkat dukungan energi dari Sang Gunung. Air dari Danau Segara Anak mengairi sebagian besar sawah di Pulau Lombok dan menjadi sumber kehidupan bagi orang Sasak. Tak heran, Gunung Rinjani kerap disebut sebagai gunung kehidupan.

Konon, kesucian Gunung Rinjani telah diyakini umat Hindu sejak abad XVI. Pada kurun waktu itulah Yadnya Mulang Pekelem dan Bumi Sudha pertama kali digelar. Sejak itulah, upacara tersebut hingga kini tetap diteruskan para penganut agama Hindu di Lombok. Kepatuhan dan kesetiaan mutlak atas adanya kehidupan yang lebih agung di luar kehidupan manusia membuat mereka mempertahankan tradisi ini.

Saat ini, setiap kali upacara Pekelem digelar, ada sekitar 5.000 umat Hindu naik melewati jalur pendakian. Mereka berjalan sembari memakai pakain upacara lengkap. Benda-benda hantarannya turut dibawa. “Bahkan kambing pun dituntun naik ke atas gunung,” ujarnya.

Di sepanjang jalan, ia akan mendengarkan gemerincing lonceng sembahyang. “Tepat tengah malam saat gelap gulita, orang-orang akan sembahyang,” katanya. Suasana sakral menderap sepanjang ritual itu berlangsung.

Meskipun upacara ini milik penganut agama Hindu, namun setiap kali ritual ini digelar, ratusan orang akan ikut naik ke Rinjani dan ikut menyaksikan jalannya upacara.

Tenda di Punggung Gunung Rinjani Lombok
Tenda-tenda pengunjung Gunung Rinjani selama upacara keagamaan. Dok. Unsplash

Perjalanan ke danau Segara Anak yang memakan waktu dua hari dari Mataram akan ditempuh. Jika ikut menyaksikan upacara, maka akan memakan waktu 4-5 hari. Umumnya mereka yang menyaksikan adalah para penikmat petualangan di alam bebas dan pecinta alam. Lelah perjalanan rasanya terbayarkan, danau Segara Anak yang begitu luas, cantiknya pemandangan Rinjani, serta pengalaman menjadi saksi ritual lima tahunan menjadi obat.

Beberapa hari sebelum upacara Pekelem berlangsung, biasanya di pinggiran danau Segara Anak sudah banyak berdiri tenda yang digunakan umat Hindu yang akan melaksanakan Mulang Pekelem. Ada ratusan tenda yang tersebar di berbagai tempat t di sekitar danau. Selain tenda untuk menginap, ada pula tenda-tenda yang menjual makanan dan minuman. Sementara itu, pengunjung yang hanya menyaksikan, biasanya membangun tendanya di punggung-punggung bukit.

Buat pengunjung, prosesi upacara adatnya sendiri mungkin biasa saja. Seperti jika mengikuti upacara Kesada di gunung Bromo, Jawa Timur. Begitupun kesakralan yang meruao dari lembah Segara Anak adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan.


Seperti disebut di muka, yang menarik adalah peristiwa keesokan harinya, ketika pemangku adat dan peserta upacara membawa begitu banyak ragam benda berharga seperti emas, perak, tembaga dan uang logam yang dikumpulkan umat Hindu yang akan ditenggelamkan ketengah danau Segara Anak. Ritual penenggelaman benda-benda berharga ini memiliki makna sebuah pengorbanan umat Hindu kepada Dewata.

Seusai upacara, orang-orang akan turun dari Rijani, tentu setelah mendaki dari lembah danau terlebih dahulu. Mereka kembali ke kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Aktivitas pendaki pun kembali seperti semula. Yang unik, biasanya setelah upacara seperti itu, Danau Segara Anak bakal menjadi tempat mancing favorit lagi bagi para pendaki. Sebab di danau itu hidup ikan-ikan mujair. Kalau beruntung, konon, pendaki akan memperoleh mujair yang di dalam perutnya terdapat perhiasan emas.

Buat Anda, Rinjani bisa menjadi salah satu pilihan agenda perjalanan untuk menikmati indahnya pulau Lombok. Ayo agendakan Indonesia mu.

F. Rosana

Kopi Toko Djawa, Dari Jalan Braga Nomor 81

Kopi Toko Djawa Bandung cabang Jalan Teuku Umar.

Kopi Toko Djawa saat ini menjadi salah satu romantisme menikmati kota Bandung. Kopi dan masa lalu yang asyik.

Kopi Toko Djawa

Sebagai kedai kopi, sesungguhnya tempat ini bukanlah tempat yang sudah memiliki rekam jejak yang panjang. Praktis ia baru berdiri pada 2017. Namun tempat awal berdirinya menjadi pertanda yang unik bagi kota dan orang Bandung.

Nama tempat ngopi ini, Kopi Toko Djawa, bagi orang Bandung asli pasti sudah tahu kalau sebelumnya adalah Toko Buku Djawa. Toko buku ini berada di Jalan Braga Nomor 81 ini adalah toko buku legendaris yang sudah ada sejak 1955.

Kopi Toko Djawa berada di pusat kenangan orang tentang Bandung.

Perubahan zaman dan disrupsi teknologi menyebabkan toko buku terdesak dan mulai ditinggalkan pembeli buku yang beralih ke e-book. Melalui sejumlah pertimbangan, toko buku ini beralih menjadi kedai kopi. Mungkin pilihan bisnis yang tepat, bisa pula momentum waktunya pas, kedai kopi ini menjadi hit.

Orang Indonesia, juga orang Bandung, bagaimana pun menyimpan romantisme yang bagus. Dan bagi orang Bandung, Jalan Braga adalah pusat masa lalu yang penuh kenangan. Tempat orang selalu ingin kembali. Tempatnya, gedung-gedungnya.

Setiap tempat pasti memiliki kenangan tersendiri, entah itu karena peninggalan sejarah, atau pun karena ikatan emosional yang dimiliki para pengunjung atas tempat tersebut.

Maka berdirilah kedai Kopi Toko Djawa di sini. Ia tampak begitu asyik karena berada di gedung kolonial yang penuh pesona dengan gaya art deco-nya. Pemiliknya tak perlu melakukan renovasi habis-habisan karena gedungnya sendiri sudah indah.

Toko Kopi Djawa IG TKD

Hal itulah yang kemudian menjadi salah satu pertimbangan seorang Alvin Januardi, sebagai pemilik Kopi Toko Djawa. Ia menggubah Toko Buku Djawa yang menyimpan banyak kenangan di masa kejayaannya dulu menjadi sebuah kedai kopi.

Usaha kopi, kedai maupun biji kopinya, memang menjamur dalam beberapa tahun terakhir di banyak kota di Indonesia. Namun, situasi itu tak menggoyahkan niat Alvin membangun kedainya sendiri.

Setelah mengurus berbagai urusan tetek bengek usaha, Alvin dan dua partnernya yang pernah tinggal di Australia membuka kedai ini pertama kali pada 2017. Mereka memutuskan untuk tetap mempertahankan nama “Djawa” untuk kedai kopi itu, pertimbangannya agar orang teringat kenangan mereka.

Apa yang ditawarkan oleh Kopi Toko Djawa dapat memberikan pengalaman berbeda dalam menikmati kopi dan berbagai hidangan lainnya.

Pada saat itu, kedai ini masih kecil. Tempat pertama di Jalan Braga itu paling bisa memuat 10-15 orang. Itu pun tak langsung hit. Baru setelah 1-2 bulan berjalan mulailah mereka mendapat respon yang lumayan.

Kopi Toko Djawa Bandung IG TKD

Dengan respon pasar yang membaik, dan ada ruang di bagian belakang ruang kedainya, tempat ngopi itu diperluas ke belakang. Waktu berjalan dan usaha pun semakin berkembang. Sampai saat ini Kopi Toko Djawa telah memiliki delapan gerai.

Di Bandung ada di Jalan Braga, Jalan Riau, Ciumbuleuit, Critical 11, Teuku Umar, dan di Buah Batu. Tak berhenti di Bandung, kedi kopi ini juga memperluas usahanya kei Jakarta dengan dua gerai. Di Menteng dan Pondok Indah.

Selain keunikan bangunan gerai pertama mereka, ada beberapa hal yang menjadi kekuatan Kopi Toko Djawa ini.

Selain berbagai menu yang ditawarkan, mereka berusha menonjolkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia untuk jadi daya tarik tersendiri, terlihat dari interior kedainya yang dibalut dengan kain-kain Sumba dan banyak berkolaborasi dengan perajin lokal untuk menciptakan lingkungan.

Selain itu, yang unik di sini adalah tidak adanya fasilitas wifi. Tak seperti kebanyakan warung kopi kekininan yang berlomba memberi fasilitas sambungan internet ke pelanggannya, kedai ini justru menghindarinya.

Jadi jangan berpikir bawa laptop dan bekerja di sini sambil menyeruput kopi.  Tempat ini di mana pengunjung datang untuk ngobrol bareng teman dan menikmati kopi.

Sama seperti toko-toko kopi lainnya, Kopi Toko Djawa pun memiliki berbagai menu signature. Betul, variasi menu di kedai ini tak jauh berbeda dari kedai kopi lainnya, namun sekali-kali datang dan cobalah Es Kopi Awan, ini bukan sekadar es kopi biasa. Ini kopi dengan gula aren dan foam susu yang tebal.

Atau coba jugalah es kopi dengan gula jawa. Ini adalah specialty lain mereka dan semua orang sepertinya sangat suka es kopi ini.

Hal lain yang bisa dilakukan pengunjung jika datang ke gerai di Braga, adalah mencari pernik-pernik kecil di lantai dua. Mulai dari kartu pos, tote bag, produk organik dan banyak lagi.

Ruang duduk di lantai dua juga bisa untuk ngopi, ini terbagi dua ruangan. Di ruang agak tertutup dan ruang agak terbuka karena terkena sinar matahari berkat jendelanya yang besar. Tapi semuanya enak buat ngopi.

Kopi Toko Djawa

Jalan Braga Nomor 81, Bandung

Jalan RE Martadinata (Riau) Nomor 205, Bandung

Jalan Ciumbeleuit Nomor 73, Bandung

Jalan Buah Batu Nomor 163, Bandung

agendaIndonesia

*****

Kebun Raya Cibodas, Konservasi Dari 1852

Kebun Raya Cibodas sudah berusia hampir 200 tahun

Kebun Raya Cibodas mungkin sering terlewatkan oleh banyak wisatawan. Terlebih untuk menuju ke tempat ini harus melalui jalur lalu lintas yang terkenal padat. Padahal di sini orang bisa mendapatkan pengetahuan sekaligus wisata.

Kebun Raya Cibodas

Didirikan pada 11 April 1852 oleh Johannes Ellias Teijsmann, seorang kurator Kebun Raya Bogor pada waktu itu. Namanya pun mulanya adalah Bergtuin te Tjibodas atai Kebun Pegunungan Cibodas.

Pada awalnya kebun ini dimaksudkan sebagai tempat aklimatisasi jenis-jenis tumbuhan asal luar negeri yang mempunyai nilai penting dan ekonomi yang tinggi. Salah satunya adalah pohon Kina (Cinchona calisaya).

Kebun Raya Cibodas memiliki konservatorium.

Tempat ini kemudian berkembang menjadi bagian dari Kebun Raya Bogor dengan nama Cabang Balai Kebun Raya Cibodas. Lalu mulai 2003 status Kebun Raya ini menjadi lebih mandiri sebagai Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan KRCibodas. Ia berada di bawah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dalam kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Lokasi Kebun Raya ini berada di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango pada ketinggian kurang lebih 1.300 – 1.425 meter di atas permukaan laut. Luasnya mencapai 84,99 hektare.

Temperatur di sini rata-rata 20,06 °C, kelembaban 80,82 persen dan rata-rata curah hujan 2.950 mm per tahun. Kebun Raya Cibodas merupakan tempat yang nyaman untuk beristirahat sambil menikmati keindahan berbagai jenis tumbuhan yang berasal dari Indonesia dan negara-negara lain.

Kebun Raya ini berjarak kurang lebih 100 kilometer dari Jakarta dan sekitar 80 kilometer dari Bandung, Jawa Barat. Dikelilingi oleh pegunungan dan pohon di sekitarnya, kebun ini memiliki padang rumput, kolam besar, dan air terjun.

Area kolam besar Cibodas merupakan area padang rumput dengan kontur pegunungan yang luas. Kolam Besar didirikan pada 1901 oleh Dr. Melichior Treub yang difungsikan untuk menambah keanekaragaman koleksi tumbuhan air.

Taman Mawar Kebun Raya Cibodas KR Cibodas
Taman Mawar sebagai salah satu keragaman Kebun Raya ini. Foto: dok. KR Cibodas

Saat ini Kolam Besar menjadi salah satu daya tarik wisata yang menjadi favorit pengunjung. Di sekitar area ini juga terdapat guest house yang bisa digunakan untuk bermalam di Kebun Raya Cibodas.

Sementara itu, ada pula air terjun Cibogo. Lokasinya sangat mudah dijangkau, hanya 250 meter dari pintu masuk utama atau sekitar 10 menit perjalanan.

Air terjun Cibogo ini bertetangga dengan jalan air di Taman Sakura. Ukuran air terjun Cibogo tidak terlalu besar tapi debit airnya cukup deras. Tinggi air terjun Cibogo antara 15 sampai 18 meter, dan terdapat kolam kecil di bawah air terjun ini. Sehingga sangat aman untuk dikunjungi.

Taman Sakura adalah daya tarik lain dari Kebun Raya Cibodas. Mereka memiliki tujuh jenis Sakura, yaitu Prunus cerasoides, Prunus yedoensis, Prunus yamasakura, Prunus lannesiana, Prunus sp, Prunus arborea dan Prunus costata.

Namun di Sakura Garden ekarang ini baru terdapat 5 jenis Sakura yaitu Prunus cerasoides, Prunus yedoensis, Prunus yamasakura, Prunus lannesiana dan Prunus sp, sedangkan jenis yang dikoleksikan ada tiga jenis, yaitu Prunus arborea dari Java, Prunus costata dari Irian/ Papua dan Prunus cerasoides dari Himalaya.

Taman Rhododendron KR Cibodas KR Cibodas
Koleksi Rhondodendrom Kebun Raya ini. Foto: KR Cibodas

Sakura Garden sendiri dibuat pada Maret 2007 – Desember 2007 dengan luas 6.647 meter persegi dan dibuat untuk memperkaya taman tematik yang ada di Kebun Raya Cibodas. 

Sakura bisa berbunga 2 kali dalam satu tahun, yaitu sekitar bulan Januari-Februari dan Juli-Agustus, suatu hal yang sungguh menakjubkan. Bunga ini mekarnya bisa bertahan sekitar empat hari. Masa yang diperlukan sejak tumbuh kuncup hingga gugur bunga adalah sekitar satu minggu.

Hal lain yang juga menarik adalah jalan Araucaria. Ini adalah tumbuhan runjung yang unik, tidak biasa, dan selalu hijau sehingga terlihat tampak menarik. Karakteristik pohon ini memiliki batang tegak besar yang dapat mencapai ketinggian 30-80 m. Cabangnya menyebar secara horizontal dan ditutupi daun yang kasar terlihat mirip seperti jarum.

Tanaman ini dapat hidup hingga 1000 tahun, meskipun pada faktanya pertumbuhan tanaman ini tergolong lambat. Di habitat aslinya, di benua Amerika, tanaman ini terancam punah karena eksploitasi berlebihan dan seringnya kebakaran hutan. Namun keberadaan tanaman ini dapat ditemui di Kebun Raya Cibodas, yang berlokasi di depan Guest House, tumbuh dengan rapi berjajar membentuk lorong.

Taman tematik lain adalah Taman Liana yang merupakan taman yang dibangun di area seluas 1.200 meter persegi. Taman ini dipenuhi dengan koleksi tumbuhan liana, yakni tumbuhan yang tumbuh memanjat pada tumbuhan lain atau panjatan buatan manusia yang lebih besar atau lebih tinggi, dalam upaya mendapatkan cahaya matahari, tetapi akarnya tetap berada di dalam tanah sebagai sarana untuk mendapatkan makanan.

Koleksi tanaman liana merupakan hasil kegiatan eksplorasi dari kawasan Aceh, Bengkulu, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Tengah. Dari jenis koleksi tersebut 40-50 persen tanaman liana memiliki fungsi sebagai obat tradisional.

Kadsura menjadi salah satu koleksi menarik di Taman Liana karena sulit diidentifikasi di alam. Kadsura daunnya berbentuk hati, buahnya berwarna merah, berbiji banyak dan merambat di pohon. Taman yang ada di Jawa Barat ini kerap digunakan sebagai obat untuk wanita yang baru saja melahirkan.

Ada pula Taman Mawar di Kebun Raya Cibodas. Tanaman mawar termasuk dalam suku Rosaceae. Karakter tanaman ini memiliki batang berduri dan bunga cantik yang dapat memikat siapapun.

Tanaman ini biasanya diambil manfaatnya untuk dijadikan sebagai tanaman hias dan banyak dijadikan sebagai hadiah simbol kasih sayang. Keberadaan mawar di Kebun Raya Cibodas menampilkan sebanyak 302 pohon dari tujuh hibrid, mulai dari yang berukuran tinggi 50 centimeter sampai 250 centimeter.

Masih banyak lagi keindahan di kebun ini, jadi ayo agendakan perjalananmu ke sini.

Kebun Raya Cibodas

Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindangjaya, Kec. Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,

agendaIndonesia

*****

3 Menu Minahasa Nan Pedas dan Berempah

Cakalang Fufu di Minahasa

3 menu Minahasa nan pedas dan berempah ini layak untuk diburu saat kita pergi ke Manado dan sekitarnya.

3 Menu Minahasa Aroma laut

Melancong ke Sulawesi Utara memang tak lengkap rasanya kalau tidak menjajal olahan hasil baharinya. Di tanah yang kondang dengan sebutan Celebes itu, beragam jenis ikan bisa ditemui. Sebut saja ikan cakalang, roa, dan nike. Bila diolah dengan bumbu-bumbu lokal yang khas—pedas dan berempah—nikmatnya bakal menggoyang lidah. Berikut 3 pilihannya.

Cakalang Fufu Ahmad Yani

Bila melintas di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Sario—kurang lebih 2,7 kilometer dari Zero Point—mata akan disegarkan dengan deretan penjual yang menjajakan cakalang fufu. Mereka membuka lapaknya di pinggir-pinggir jalan. Dagangannya dibiarkan terpajang di atas meja. Orang lewat akan tergoda melihat olahan ikan yang dibumbui garam dan bubuk soda, diasap, dan dijepit kerangka bambu itu. Tampilan yang cokelat keemasan dan aroma anyir laut yang merebak tak mampu ditampik.

Di sana, cakalang fufu ditawarkan dalam aneka ukuran, mulai 500 gram hingga 2 kilogram. Harganya pun dibanderol mulai Rp 50 ribu untuk ikan yang paling kecil hingga Rp 200 ribu untuk yang paling besar. Meski bisa dimakan langsung, menjadi makanan pendamping nasi, atau diolah lagi. Misalnya dimasak woku, dengan komplemen bumbu khas Minahasa. Enak juga dipotong kecil-kecil dan dimakan dengan nasi hangat. Tentu plus sambal roa atau dabu-dabu.

Cakalang fufu bisa dijadikan alternatif oleh-oleh untuk kerabat di luar kota. Sebab, teksturnya kering dan tidak berair. Bila disimpan di tempat sejuk, bisa tahan sampai satu pekan. Tak cuma bisa menemui cakalang fufu, di sepanjang Jalan Ahmad Yani, pelancong bisa berbelanja sambal roa dan terasi ikan, yang diproduksi langsung dari Buton.

Oleh-oleh Cakalang Fufu

Jalan Ahmad Yani, Sario, Manado, Sulawesi Utara

Buka pukul 09.00-21.00 Wita

Perkedel Nike Raja Oci

Olahan nike, ikan yang hanya hidup di Danau Tondano Tomohon—dan Sungai Bone Gorontalo—menjadi makanan yang dicari para pelancong tatkala mereka bertandang ke Manado. Salah satu restoran yang menyajikan masakan ikan mungil berwarna transparan ini adalah Raja Oci, yang beralamat di Jalan Sudirman. Orang beramai-ramai datang ke kedai makan yang telah buka sejak 1994 tersebut.

Fajar Anggun Putra, si pemilik restoran, berhasil mengenalkan perkedel nike yang membuat pengunjung ketagihan. Rasanya unik. Sedikit amis, tapi tidak membuat eneg. Teksturnya lebih keras daripada perkedel perkedel kentang atau perkedel daging. Namun rasanya jauh lebih gurih. Ada aroma ikan yang khas, yang tidak bisa ditemui di olahan perkedel pada umumnya. Bentuknya pun tak bundar, namun gepeng layaknya bakwan jagung.

Perkedel nike cocok dinikmati bersama pakis tumis pepaya, goropa atau kerapu woku, dan oci atau ikan gembung bakar. Tentu makin lezat bila dicocol sambal dabu-dabu yang pedas menggugah selera, plus nasi putih hangat. Harga seporsi perkedel, isi lima, Rp 30 ribu.

Raja Oci

Jalan Jendral Sudirman Nomor 85, Pinaesaan, Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara

Buka pukul 11.00-22.00 Wita

Mujair Woku Si Neleyan

Masakan woku memang tak bisa dilepaskan dari budaya makan masyarakat Minahasa. Sajian berkuah kuning kental ini selalu berhasil menggoda penikmat kuliner untuk menjajalnya sewaktu berkunjung ke Sulawesi Utara. Salah satu yang patut dicoba adalah masakan woku di restoran milik Wali Kota Tomohon Jimmy Eman. Lokasinya di Tomohon, satu jam waktu perjalanan dari Zero Point Manado.

Bila biasanya bahan utama woku adalah ikan laut, di restoran berkapasitas 200 orang ini, woku disajikan menggunakan air tawar. Ikannya menggunakan mujair yang segar lantaran langsung dijaring dari kolam yang berlokasi di samping warung tersebut. Mujair diolah matang, namun tak terlalu masak. Tekstur ikannya tidak rusak. Bagian-bagian tubuhnya pun masih utuh, tak ada yang meluruh atau larut dengan bumbu. Ikan seberat 500 gram itu lantas disiram dengan kuah kuning. Warna kuning berasal dari kunyit.

Kala dihirup, aromanya kental dengan rempah-rempah. Yang paling menyengat adalah daun woka– daun lontar yang umum dipakai untuk membungkus nasi. Aroma lain, yang berasal dari daun jeruk, daun pandan, dan jahe, melengkapi dan menyeimbangkan, menghasilkan wewangian yang khas, lagi harmonis. Tak ada yang terlalu tajam dan membikin eneg.

Mujair woku ini dibanderol dengan harga Rp 60 ribu, bisa dinikmati bersama dua orang lainnya. Makannya disandingkan dengan kangkung bunga pepaya untuk menyamarkan bau amis dan perkedel jagung untuk memberikan sensasi kriuk. Tak lupa disantap dengan nasi putih hangat.

Si Neleyan

Jalan Raya Tomohon, Talete 1, Tomohon, Sulawesi Utara

Buka pukul 09.00-21.00 Wita

F. Rosana/A. Prasetyo